Anda di halaman 1dari 1

Pengertian Tajrih dan Talfiq

Tarjih menurut bahasa berarti melebihi sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah menguatkan salah
satu dalil atas dalil lainnya yakni memilih dalil yang kuat diantara dalil-dalil yang nampaknya
berlawanan. Dalil yang lebih kuat disebut 'Rojih dan dalil yang lemah disebut dengan 'Marjuh.
Tarjih ini terjadi dan digunakan setelah jalan yang ditempuh melalui jama` (megompromikan) tidak
bias.
TalIiq menurut bahasa berarti mengembangkan dua tepi yang berbeda. Sedangkan menurut istiilah
adalah mengambil beberapa hokum sebagai dasar beramal berbagai madzhab atau pendapat yang
berbeda.
landasan antara tarjih dan talIiq
a. Persamaannya
1) Masalah yang hukumnya akan ditetapkan mencakup masalah-masalah yang masih dalam
perbedaan pendapat ulama` baik dikarenakan terdapatnya nash lebih dari satu maupun perselisihan
pendapat ulama`.
2) Keduanya termasuk lapangan ijtihad.
b. Perbedaannya
1) tarjih untuk mencari dan menetapkan suatu dalil yang lebh kuat, sedangkan talIiq adalah
menggabungkan beberapa pendapat madzhab dalam suatu masalah denan jalan mengambil sebagian
pendapat suatu madzhab dan meninggalkan sebagian yang lain.
2) Tarjih tidak ada kemungkinan mencari yang lebih ringan dari dalil-dalil yang ada sedangkan
talIiq terbuka untuk mengambil pendapat yang lebih ringan.
Hukum TalIiq
penggabungan pendapat-pendapat Fuqaha` (TalIiq) itu dibolehkan. Dalam hal ini ada tiga pendapat,
yaitu:
1. pendapat pertama mengatakan, bagi orang awam dalam memilih sesuatu masalah tidak
boleh memilih-milih pendapat dari berbagai madzhab yang dipandangnya baik dan longgar
bagi dirinya. Ia harus memilih (mentarjih) antara pendapat-pendapat tersebut, seperti
pemberi Iatwa harus mengadakan penilaian antara dua dalil yang berlawanan. Hasil
penilaiannya itulah yang harus diikuti, dan tidak hanya meneliti segi-segi keringanannya
saja, atau suatu hal yang akan mendatangkan peremehan terhadap agama.
2. Pendapat kedua membolehkan penggabungan-penggbungan madzhab dengan syarat tidak
akan mendatangkan suatu pendirian yang tidak dapat dibenarkan oleh salah satu madzhab
dari madzhab-madzhab yang digabungkan itu, seperti melakukan wudlu menurut bermacam-
macam pendapat madzhab, kemudian keseluruhan pendapat tersebut tidak dapat dibenarkan
oleh salah seorang imam madzhab tersebut.
Jadi pada peristiwa ini talIiq tidak disalahkan yaitu kawin tanpa menyebut maskawin karena
mengikuti madzhab Imam SyaIi`I dan tanpa mendatangkan saksi-saksi karena sudah mencakup
diumumkan. Menurut madzhab Maliki, aqad nikahnya adalah sah karena Ulama` Maliki tidak
mengatakan batalnya orang yang mengikuti madzhab Imam SyaIi`I tentang tidak adanya
penyebutan maskawin, sebab kalau demikian berarti semua perkawinan pengikut-pengikut madzhab
SyaIi`I menjadi batal. Sebaliknya Ulama`-ulama` SyaIi`I juga tidak mengatakan batalnya
perkawinan pengikut madzhab Imam Maliki karena tidak memakai saksi-saksi.
Pendapat ketiga memperbolehkan talIiq tanpa syarat, yakni dengan maksud mencari yang ringan-
ringan (mudah-mudah) dari berbagai madzhab, sebab syara` sendiri tidak bermaksud menyulitkan
orang banyak

Anda mungkin juga menyukai