Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SEMANTIK BAHASA 1AWA

AMBIGUITAS
Dalam Novel 1awa yang Berjudul ~Nalika Langite Obah
Karya:Esmiet (Sasmito)
Dosen Pengampu:
Drs.Paina Partana,M.Hum







Oleh:
Devi Ariskasari
C0108023

1URUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
ahasa merupakan sarana komunikasi. Dalam berkomunikasi
sering terjadi salah taIsir antara apa yang diujarkan dengan apa yang
dimaksud. Sehingga terjadi apa yang disebut dengan ambiguitas.
Ambiguitas timbul dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa tertulis.
Kalau kita mendengar ujaran seseorang atau membaca sebuah tulisan,
kadang- kadang kita sulit memahami apa yang di ujarkan atau dibaca.
Menurut Ullmann ( 1972 : 156 ) dalam buku Semantik Leksikal
karya Mansoer Pateda, 'Ambiguity is a linguistic condition which can
arise in a variety of ways '. Ambiguitas adalah kondisi linguistik yang
dapat muncul dengan cara yang bervariasi .Terjadinya ambiguitas
disebabkan karena : Keraguan kita terhadap bunyi bahasa yang kita
dengar, peristiwa pembentukan kata secara gramatikal, ambiguitas muncul
dalam konteks,apakah konteks orangan atua konteks situasi.
Novel sebagai pengujaran, bahwa novel sebagai teks yang harus
kita lihat sebagai alat komunikasi. Yang merupakan ide atau gagasan yang
dimiliki oleh pengaranag atau penulis novel, berbentuk cerita dengan
menggunakan ragam bahasa tulis yang merupakan suatu ide atau gagasan
oleh seorang pengarang.
Mengenai ambiguitas juga pernah dilakukan oleh peneliti dalam
novel bahasa Jawa., yang dipandang dari segi linguistik.
Dalam makalah ini saya sebagai peneliti ingin meneliti bentuk bentuk
ambiguitas Ionologis, gramatikal dan leksikal dalam novel Jawa yang
berjudul ' Nalika Langite Obah ' karya Esmiet.




B. Rumusan Masalah
1. agaimanakah bentuk ambiguitas dalam novel ahasa Jawa yang
berjudul ' Nalika Langite Obah ' karya Esmiet ?

. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan bentuk ambiguitas dalam novel ahasa Jawa yang
berjudul ' Nalika Langite Obah ' karya Esmiet.

















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori tentang Semantik
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu
pada studi tentang makna ( arti, inggris : meaning ). Istilah ini merupakan
istilah baru dalam bahasa Inggris. Istilah semantik berpadanan dengan kata
semantique dalam bahasa Prancis yang diserap dalam bahasa Yunani dan
diperkenalkan oleh M. real. Di dalam kedua istilah itu ( semantic,
semantique ), sebenarnya semantik belum tegas membicarakan makna atau
belum tegas membahas makna sebagai obyeknya, sebab yang lebih bnyak
dibahas lebih banyak yang berhubungan dengan sejarahnya. Semantik
sebagai subdisiplin linguistik muncul pada abad ke-11. Pada
perkembangan awal, semantik perlu disebut nama-nama Haase,
Heerdengen, Darmesteter, Reisig, rreaal, saussure, Meilet yang
kemudian dilanjutkan oleh C.K. Ogden dan I.A. Richards ( lihat Gordon,
1982:1 ).
Pendapat yang berbunyi ' semantik adalah studi tentang makna '
dikemukakan pula oleh Kambartel, menurutnya semantik mengasumsikan
bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makana apabila
dihubungkan dengan obyek dalam pengalaman dunia manusia. DeIinisi
yang sama dikemukakan pula oleh George, sedangkan Verhaar
mengatakan bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti ( inggris,
semantic kata siIatnya semantic yang dalam I dipadankan dengan kata
semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva ). atasan yang
hampir sama dikemukakan dalam ensiklopedi berita nika yang
terjemahannya ' semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu
pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam
aktivitas bicara.


B. Teori tentang ambiguitas
Ambiguitas timbul dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa
tertulis. Kalau kita mendengar ujaran seseorangm atau membaca sebuah
tulisan kadang kita sulit memahami apa yang diujarkan atau yang kita
baca. Menurut Ulmann ( 1872 : 156 ) dalam Mansoer Pateda mengatakan ,
' ambiguity is a lingistic condition which can arise in a variety oI ways '.
Ambiguitas adalah kondisi linguistik yang dapat muncul dengan cara yang
bervariasi.
Sehubungan dengan penjelasan ambiguitas, Empson ( lihat
Ullmann, 1972:156 ) membedakan 7 tipe ambuguitas yang oleh Ullmann
dibagikan menjadi tiga bentuk utama, yakni anbiguitas pada tingkat
Ionetis, tingkat gramatikal, dan tingkat leksikal. Ambiguitas pada tingkat
Ionetik timbul akibat membaurnya bunyi bunyi bahasa yang
diujarkan.Ambuguitas tingkat Gramatikal biasanya muncul pada satuan
kebahasaan yang disebut kalimat atau kelompok kata. Ambiguitas leksikal
muncul karena setiap kata dapat mengandung lebih dari satu makna.

. Teori tantang Perubahan Makna.


Perubahan makna menyangkut banyak hal. Perubahan makna yang
dimaksud disini meliputi: pelemahan, pambatasan, penggantian,
penggeseran, perluasan dan juga kekaburan makna. Perubahn makna
tersebut bisa saja terjadi karena perubahan kata dari bahasa lain, termasuk
disni bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Perubahan makna terjadi pula
karena akibat perubahan lingkungan.
Menurut Ullmann (1972:192-197) ada Iaktor Iaktor yang memudahkan
perubahan makna. Faktor Iaktor itu adalah:
a. ahasa itu berkembang, atau bahasa itu diturunkan dair generasi ke
generasi.
b. Makna kata itu sendiri kabur, samar- samar maknanya.
c. Kehilangan motivasi.
d. Adanya kata kata yang bermakna ganda.
e. Dalam konteks yang membingungkan dan struktur kosa kata.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara, alat, prosedur, dan teknik yang
dipilih dalam melaksanakan penelitian. Metode adalah cara untuk mengamati
atau menganalisis suatu Ienomena. Sedangkan metode penelitian mencakup
kesatuan dan serangkaian proses bantuan kerangka pikiran, perumusan
masalah, penentuan sempel data, teknik pengumpulan data dan analisis data.
A.Data
Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto.1990 :3). Data penelitian
ini adalah data tulis yang barbentuk novel Jawa yang berjudul 'Nalika
Langie Obah` karya Esmiet dan yang terdapat dalam novel ahasa Jwa.
Data yang diperoleh dikaji secara struktural dan semantik.
B. Sumber data
Tertulis dari novel ahasa Jawa yang berjudul Nalika Langite Obah.
. Klasifikasi data
KlasiIikasi data adalah pengelompokan data yang diperoleh. Dari data
yang diperoleh dapat diklasiIikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Ambiguitas Fonologis ( AF ), dapat dikelompokkan dan diperoleh
data sebagai berikut:
O Ambiguitas Fonologis Fonemis (AFF) :
1.'etah sata Gunung piring dhik? ngono pitakone marang
wong kang wis ninggalake tokone. (hal. 8 )
2.Apa dikatutake ana ing pameran tunggal kang mentas iki
diadani dening pamarentah anyuwangi. (hal. 13 )
3. Pancen kangmasku ora ninggali rembug apa apa. ( hal. 16 )
4.'Menapa panjenengan ingkang asma Kalsum UjiIatah?. (
hal. 17 )
5. ' tumut thithik sela teng kreteg Manyaran (hal. 20 )
6.Nanging, nyatane serep sewengi ana ing pondokane Larinto. (
hal.23 )
7. Nanging banjur krungu swara maneh saka wong
anyuwangi iku atine selot pepes. ( hal. 32 )
8. Sarana ngono rupa lan wewadine Kasum bsksl dideleng
dening wong akeh. ( hal. 13 )
O Ambiguitas Fonologi:Intonasi (AFI)
1. Kalsum iya mapan lungguh ing waton. ( hal. 9 )
2. Apa hiya Kalsum arep madhani gumrojoging daya lunglit
kang metu liwat talanging mripat iku. ( hal. 23 )
3. |... | ing mburining omahe wayah bengi ngonoiku. ( hal. 33)
b. Ambiguitas Gramatikal ( AG ), dapat dikelompokkan dan diperoleh
data sebagai berikut:
O Ambiguitas Gramatikal MorIologis: AIiksasi (AGMA)
1. Wong tuwa iku banjur mbenakake lungguhe. ( hal.19 )
2. Roke wis bedhah jan sajake bocah iku lagi nyambutgawe
ana pawon. ( hal. 20 )
3. Ngetokake dhuwit limang ewunan. ( hal. 20 )
4. ubar ngebrukake Kalsum ana ing amben,Larinto bali
metu. (hal.33 )
5. |...|, teka perlu-perlune ndadak nyumed lampu teplok.
O Ambiguitas Gramatikal MorIologis: Reduplikasi (AGMR)
1. Dheweke kepingin nggal-enggal bisa turu. ( hal. 26 )
2. Jare kepingin nyambut gawe dhisik sakdurunge omah-
omah. ( hal.27 )
3. Rupa-rupa gagasan sing ngarubiru atine Kalsum. ( hal.29 )
4. Warna-warna gegambaraning batin. ( hal.29 )
5. 'Aja banter-banter yen ngendikan. (hal.41 )
O Ambiguitas Gramatikal MorIologis: Pemajemukan (AGMM)
1. |...| teru-teru tingkahe wanita ndhugal. (hal.42 )
2. Aku risih yen nyawangi kangmasku dadi kembang lambene
liyan. ( hal.43 )
3. |...| , wanita kang dumadi saka balung wadon lan daging
ringkih. ( hal.44 )
4. Polisi loro kang butuh sisik melik. ( hal. 68 )
5. argowo pejah wonten griya sakit. (hal. 90 )
O Ambiguitas Gramatikal Sintaksis:Frasa (AGSF)
1. Nalika Kalsim ketara ragu-ragu,wong tuwa iku nerangake. (
hal.17 )
O Ambiguitas Gramatikal Sintaksis:Klausa ( AGSK )
1. 'Kula mboten nedhi ongkos u, ...
.. Ambiguitas Leksikal (AL)
1. Kalsum durung gelem mingket saka pakungguhane. ( hal.7 )
2. Kowe ki pancen ra urus. (hal.8 )
3. Waton ora wawan rembug kambi wong lanang sing kurang
ajar kuwi. (hal. 8 )
4. Waton ora wawan rembug kambi wong lanang sing kurang
ajar kuwi. (hal. 8 )
5. Mundhak ketemu wong edan kuwi. ( hal.9 )
6. |...| pak Sokeh banjur bali marani sing wadon kang isih
nangis ing kursi toko. ( hal. 61 )
7. Terus diajak metu menyang warung sega. ( hal. 21 )
8. Kalsum iya mapan lungguh ing waton. ( hal. 9)
9. apak ibu hiya lra kuwasa. ( hal.43 )
10. dheweke ora bisa rembugan apa-apa kajaba nangis banter. (
hal. 30 )
11. 'Ah, aku selot ora mudheng. Adhik iki sapa?. ( hal.11 )
12. |...|,banjur ambruk ing dhengkule Larinto,terus njaluk
maaI. ( hal. 38 )
13. Gek wayah bengi pisan. (hal.38 )
14. areng saiki kepiye?. ( hal. 41 )
15 ' Dina iki mengko aja tindak lo mas '. ( hal. 43 )
16. apak ibu hiya lra kuwasa. ( hal.43 )
17. Larinto ora bakal nuntut apa-apa. (hal. 45 )
18. Enggal-enggal terus ngebyuki Larinto kang lagi ngajar
adhine. ( hal.50)
19. Ing kahanan kaya ngono kuwi Marmi wis ora bisa golek
akal liya kajaba mlayu. ( hal. 51 )
20. ...Pak Sokeh wis ora kelingan marang langganane sing
butuh diladeni kabutuhane,njur mlayu memburi. ( hal. 60 )
21. Mentas wae katon. ( hal.79 )
22. 'etah sata Gunung Piring dhik? (hal. 8 )
D. ara Analisis Data
Cara analisis data adalah cara mengkaji data yang ada. erdasarkan
data yang diperoleh dapat dianalisis menggunakan metode kontekstual.
Hal tersebut dikarenakan data yang diperoleh merupakan data tertulis dari
sebuah wacana yang berupa novel Jawa.















BAB IV
ANALISIS AMBIGUITAS

A. Ambiguitas Fonologis
Ambiguitas pada tingkat Ionologis timbul akibat membaurnya
bunyi bunyi bahasa yang diujarkan. Kadang-kadang karena kata-kata yang
membentuk kalimat diujarkan secara cepat, orang menjadi ragu ragu
tentang makna kalimat yang diujarkan.
O Ambiguitas Fonologis Fonomis (AFF) terjadi pada saat pembicara
melaIalkan unsur bahasa yang memiliki Ionem sama tapi Ionemisnya
berbeda, sehingga dapat menimbulkan makna yang lebih dari satu.
Tebel Ambiguitas Fonologis Fonemis (AFF)
Kata AFF 1 AFF 2 AFF 3
Ninggalake | nigalake| /i/
meninggalkan`
|nI galake| /I/
tapi galaknya`
-
Mentas |mntas| //
naik
kepermukaan`
|mentas| /e/
pentas`
-
Ninggali |nigali| /i/
meninggalkan`
|nI gali| /I/
tapi gali`
-
Asma |asm | / /
nama`
|asma| /a/
penyakit asma`
-
Thithik |thithIk| /I/
mencari`
|thithik| /i/
sedikit`
-
Serep |s r p| / /
menginap`
|s r p| / , /
dobel/ganti`
-
Pepes |p p s| / /
pupus`
|p p s| / /
nama
makanan`
-
Rupa | rupa | /a/
warna
| rup | / /
wajah`
-


O Ambiguitas Fonologis Intonasi (AFI) terjadi disebabkan oleh
berbaurnya bunyi-bunyi bahasa ketika pelaIalannya terlalu cepat, sehingga
dapat menimbulkan makna yang lebih dari satu.
Tabel Ambiguitas Fonologis: Intonasi (AFI)
Kata AF 1 AF 2
lungguh ing | luguh I |
2 2 1 1 3 #
duduk di`
| luguhI |
2 2 2 #
duduknya`
Talanging | tala I |
2 2 1 1 3 #
wakil di`
| talaI |
2 2 2 #
wakilnya`
Mburining | mburi nI |
2 2 1 1 3 #
belakang tapi`
| mburinI |
2 2 2 #
belakangnya`


B. Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas pada tingkat gramatikal (AG) biasanya muncul pada satuan
kebahasaan yang disebut kalimat atau kelompok kata. Dengan demikian
ambiguitas pada tingkat gramatikal dapat dilihat dari tiga segi.
Kemungkinan pertama adalah ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa
pembentukan kata secar agramatikal.
Kemungkinan kedua adalah ambuguitas pada Irasa yang mirip yang dikatakan
Ullmann (1972 :158) equivocal phrasing atau amphiboly.
Kemungkinan ketiga adalah ambiguitas yang muncul dalam konteks, apakah
konteks orangan atau konteks situasi.
O Ambiguitas Gramatikal MorIologis AIiksasi (AGMA) merupakan AGM
yang terjadi pada saat unsur bahasa yang muncul disebabkan olel proses
aIiksasi, sehingga unsur bahasa hasil aIiksasi menimbulkan makna yang lebih
dari satu.


Tabel Ambiguitas Gramatikal MorIologis : AIiksasi ( AGMA)
Kata Kata dasar AIiksasi AGMA 1 AGMA 2
Lungguhe lungguh
duduk`
-e | luguhe |
duduknya`
| luguhe |
sawahnya`
Ngetokake metu
keluar`
ng- -
ake
| t kake |
mengeluarkan`
| t kake |
melahirkan`
ngembrukake ambruk
roboh`

ng- -
ake
| mbrUkake |
merobohkan`
| mbrUkake|
menjatuhkan`
Ndadak dadak
mendadak`

N- | ndadak|
mendadak`
| ndadak |
harus

O Ambiguitas Gramatikal MorIologis Reduplikasi (AGMR) merupakan
ambiguitas yang terjadi pada unsur bahasa yang disebabkan adanya proses
reduplikasi yang dapat menimbulkan makna lebih dari satu, sehingga dapat
menimbulkan makna yang kebih dari satu.
Tabel Ambiguitas Gramatikal MorIologis: Reduplikasi (AGMR)
Kata Kata dasar R A AGMR 1 AGMR 2
enggal-
enggal
enggal
baru`
du | egal-egal |
cepat-cepat`
| egal-egal |
baru-baru`
omah-omah omah
rumah`

du | omah-omah
|
rumah-
rumah`
| omah-omah
|
berumah
tangga`
warna-warna warna
warna`
du |warn warn
|
bermacam-
macam`
| warn warn
|
warna-warna`
rupa-rupa rupa
wajah`
du | rup rup |
wajah-wajah`
| rup rup |
bermacam-
macam`
banter-banter banter
cepat`
du | bant r-bant r|
keras-keras`
| bant r-bant r|
cepat-cepat`

O Ambiguitas Gramatikal MorIologis Pemajemukan (AGMM) merupakan
bentuk ambiguitas pada unsur bahasa yang disebabkan oleh proses
pemajemukan, sehingga unsur bahasa hasil pemajemukan menimbulkan
makna yang lebih dari satu dan mengalami perubahan makna dasarnya.
Tabel Ambiguitas MorIologi: Pemajemukan (AGMM)
Frasa Kata
pembentuk
R A AGMM 1 AGMM 2 AGMM 3
wanita
ndhugal
wanita
perempu`
ndhugal
membegal
`
- Perempua
n yang
suka
membegal`
Perempua
n yang
sedang
membegal`
Perempuan
nakal/WTS`
kemban
g
lambene
kembang
bunga`
lambe
bibir`

-ne
(lambe
)
unga
bibirnya`
unga
yang ada
dibibirnya`
ahan
pembicaraan
`
daging
ringkih
daging
daging`
ringkih
ringkih`
- Daging
yang
ringkih`
Sudah
tua`

sisik
melik
sisik
sisik`
melik
semacam
sendang
tapi kecil`
- Sisik yang
semacam
sendang`
Sendang
yang
bersisik`
Mata-mata`
griya griya - Rumah Rumah
sakit rumah`
sakit
sakit`
yang
sedang
sakit`
sakit`

O Ambiguitas Gramatikal Sintaksis Frasa (AGSF) merupakan bentuk AGS
yang terjadi karena pengkombinasian unsur bahasa terkecil menjadi Irasa
tetapi Irasa hasil pengkombinasian dapat menimbulkan makna yang lebih
dari satu.
Tabel Ambiguitas Gramatikal Sintaksis:Frasa (AGSF)
Frasa Kata
pembentuk
AGSF 1 AGSF 2 AGSF 3
Wong tuwa wong orang`
tuwa tuwa`
orang yang
sudah tua
usianya`
apak dan
ibu`
dukun atau
orang
pintar`

OAmbiguitas Gramatikal Sintaksis Klausa merupakan bentuk AGS yang
terjadi pada saat pengkobinasian kata menjadi klausa tapi klausa hasil
pengkombinasian mengalami perubahan makna dari bentuk dasar dan
menimbulkan makna ynag lebih dari satu.

Tabel Ambiguitas Gramatikal Sintaksis: Klausa (AGSK)
Klausa/kalimat AGSK 1 AGSK 2 AGSK 3 AGSK 4
Kula mboten
nedhi ongkos
bu.
saya tidak
makan uang
bu`
Saya tidak
korupsi bu`
- -







. Ambiguitas Leksikal
Ambiguitas pada tingkat leksikal (AL) muncul jika setiap kata
dapat saja mengandung lebih dari satu makna. Dapat saja sebuah kata
mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai dengan lingkungan
pemakainya.
O Ambiguitas Leksikal (AL) merupakan bentuk ambiguitas pada
unsur bahasa yang memiliki makna lebih dari satu sehingga
penggunaannya disesuaikan dengan masyarakat penggunanya.
Tabel Ambiguitas Leksikal (AL)
Kata AL 1 AL 2 AL 3 AL 4 AL 5
Saka dari` tiyang
penyangga`
nama Aji
Saka`
nama
tahun
saka
asal
pancen memang` sesaji` - - -
waton asal ` kayu
sebagia garis
batas pada
tempat tidur`
dasar` - -
wawan saling` nama
orang`
- - -
mundhak naik atau
meningkat`
membawa
sesuatu di
bahu`
biar` - -
kursi tempat
duduk`
jabatan atau
kedudukan`
- - -
metu keluar melahirkan` - - -
lungguh duduk sawah - - -
ibu orang tua` untuk
menyebut
orang yang
lebih tua`
- - -
banter cepat keras - - -
selot semakin` pegangan
pada pintu`
- - -
ambruk jatuh` roboh` bongkar` - -
wayah waktu` cucu` - - -
bareng bersama` sesudah itu` - - -
tindak pergi` berangkat` - - -
bapak orang tua untuk
menyebut
orang yang
lebih tua
- - -
bakal kain` akan` - - -
ngajar memberi
pelajaran`
menghajar` - - -
golek mencari berusaha jenis
mangga
jenis
boneka
kayu
-
butuh keperluan` istilah sex
pada
masyarakat
tertentu`
- - -
katon kelihatan nama
orang`
jenis
genting
- -
betah punya` butuh` kerasan`







BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Ambiguitas mempunyai pengertian mempunyai makna ganda atau
lebih dari satu. Ambiguitas timbul dalam berbagai variasi ujaran atau
bahasa tertulis. Kalau kita mendengar ujaran seseorangm atau membaca
sebuah tulisan kadang kita sulit memahami apa yang diujarkan atau yang
kita baca.
Ambiguitas dapat diklasiIikasikan menjadi tiga yaitu :
O Ambiguitas Fonologis (AF) dibagi menjadi Ambiguitas
Fonologis Fonemis (AFF) dan Ambiguitas Fonologis Intonasi
(AFI).
O Ambiguitas Gramatikal (AG) dibagi menjadi Ambiguitas
Gramatikal MorIologis AIiksasi (AGMA), Ambiguitas
Gramatikal MorIologis Reduplikasi (AGMR), Ambiguitas
Gramatikal MorIologis Majemuk (AGMM), Ambiguitas
Gramatikal Sintaksis Frasa (AGSF), Ambigutas Gramatikal
Sintaksis Klausa (AGSK ).
O Ambiguitas Leksikal (AL).
Dalam novel bahasa Jawa yang berjudul ' Nalika Langite Obah ' karya
Esmiet ditemukan ambiguitas sejumlah 50.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran ketaksaan atau ambiguitas itu
disesuaikan dengan konteks kalimat.






DAFTAR PUSTAKA

Esmiet (Sasmito).1997.Nalika Langite Obah.Surabaya:PT Jaya Murti.
Kusmiyatun.2004.Ambiguitas Dalam Novel erbahasa Jawa Karya Any
Asmara.Skripsi Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah,Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Kawuryan,W,Megandaru.2006.Kamus Lengkap Jawa-Indonesia Indonesai-
Jawa.Yokyakarta.Panji Pustaka.
Pateda,Mansoer.2001.Semantik Leksikal.Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
Sujiman,Panuti.Ketaksaan.Makalah Seminar Universitas Indonesia.
www.google.com.diakses pada tanggal 31 Desember 2010.pukul 10.00 wib.

Anda mungkin juga menyukai