Anda di halaman 1dari 36

PSIKOLOGI EKSPERIMEN

RANGKUMAN BAB 5 ETHNICS


Disusun untuk memenuhi tugas psikologi eksperimen semester ganjil
2011/2012



Disusun oleh :
Kelompok 1
Sayyidah K. A. 190110100081
Sri Ayu Nur Hasanah 190110100119
Novia Nur Ahin 190110100121
Feby Aulia K. 190110100123
Kelompok 2
Ayunda S. Tyara 190110100003
Nadia Rahmi Andita 190110100097
Shahnaz Hariza 190110100111
Astuti Rahayu P. 190110100117
Kelompok 3
Alicia Puspitasari 190110100005
Yunita Anggraeni 190110100035
ElrisIa Magistarina 190110100077
Arina Marldiyah 190110100129
Kelompok 4
Reisha Hermana Maurits 190110100079
Kori Dyah Wiratikta 190110100095
HaniIah 190110100103
Fatima Rahmah 190110100105
Kelompok 5
Astia Cholida 190110100017
Annisa Radhitia Arsad 190110100031
Yessie IstiIani Rizal 190110100061
Winda Riyantika 190110100069











FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PAD1AD1ARAN
1ATINANGOR
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang setinggi-tingginya kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik . Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada pembimbing kami Mba Wilis
dan Mba Fitri atas kesempatan yang diberikan untuk menyusun rangkuman dari
Chapter 5 ini. Makalah ini disusun oleh gabungan kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5 dalam
mata kuliah Psikologi Eksperimen.
Makalah ini kami susun sebagai tugas rangkuman dari Bab 5 yaitu Ethics.
Makalah ini secara umum berisi penjelasan tentang etika-etika yang harus dilakukan
dan dipatuhi dalam penyelenggaraan suatu penelitian.
Kami sadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan tentang makalah ini dan dalam
penyusunan makalah selanjutnya. Besar harapan kami makalah ini dapat digunakan
dengan semestinya. Akhir kata kami ucapakan terimakasih.


Jatinangor, 7 Oktober 2011
Kelompok Penulis















3

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
BAB II ISI ..................................................................................................
Research Ethics: What Are They? ...........................................................
O Relationship between Society and Science ......................................
O ProIessional Issues ..........................................................................
O Treatment oI Research Participants .................................................
Ethical Dilemmas ......................................................................................
Ethical Guidelines ....................................................................................
O Respect Ior Persons and Their Autonomy ......................................
O BeneIicence and NonmaleIicence ..................................................
O Justice .............................................................................................
O Trust ................................................................................................
O Fidelity and ScientiIic Integrity .........................................................
APA Ethical Standards for Research ......................................................
Ethical Issues to Consider When Conducting Research ......................
O Institutional Approval .......................................................................
O InIormed Consent ............................................................................
O Deception ........................................................................................
O DebrieIing ........................................................................................
O Coercion and Freedom to Decline Participation ...............................
O ConIidentiality, Anonimity, and the Concept oI Privacy ....................
O Ethical Issues in Electronic Research .............................................
O Ethical Issues in Preparing the Research Report ...........................
Ethics of Animal Research .....................................................................
O Animal Rights .................................................................................
O Alternatives to the Use oI Animals .................................................
O SaIeguards in the Use oI Animals ..................................................
Animal Reseacrh Guidelines ..................................................................
BAB III Penutup ......................................................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................
4

BAB I
PENDAHULUAN

Setelah kita menyusun maslah dari penelitian dan merumuskan hipotesis,
maka kita telah siap untuk mulai mengembangkan maslah. Bentuk dari masalah
tersebut akan menentukan bagaimana kita mengumpulkan data yang sesuai dengan
hipotesis yang kita buat dan memberikan jawaban atas pertanyan penilitian tersebut.
Bagaimanapun pada saat kita mendesain suatu penelitian, kita harus memperhatikan
ethical issue yang terlibat dalam penelitian.
Dalam pencarian pengetahuan berhubungan dengan perilaku, psikolog
membuat survei, manipulasi jenis kejadian yanng akan diterima oleh induvidu, atas
banyaknya stimulus yang disajikan pada individu, dan setelah itu mengobservasi
reaksi dari pertisipan tadi terhadap stimulus yang diberikan. Manipulasi dan observasi
itu dibutuhkan sebagai tujuan untuk mengidentiIikasi pengaruh dari berbagai macam
kejadian atau stimulus.
Pada saat yang bersamaan, ilmuwan menyadari bahwa individu-individu
tersebut memiliki hak atas privasi dan untuk memberikan protes pada pengamatan
yang dilakukan terhadap tingkah laku mereka tanpa persetujuan sebelumnya. Orang-
orang berhak mengetahui apakah tingkah laku mereka dimapulasi, jika iya, kenapa?
Hal ini yang akan selanjutnya dibahas pada makalah ini tetang inIormed consent.
Ilmuwan dihadapkan pada masalah untuk mencoba memuaskan permintaan publik
dalam menemukan solusi terhadap masalah yang ada tanpa melanggar hak manusia.
Dalam memenuhi keuntungan dari pengetahuan dan untuk mendapatkan
jawaban, hal ini sering harus memenuhi pengenalan dalam hak individual. Prinsip-
prinsip ethic penting untuk penelitian karena hal tersebut membantu ilmuwan dalam
mencegah kekerasan yang dapat terjadi dan menggambarkan pertanggungjawaban
investigator.







3

BAB II
ISI

RESEARCH ETHICS : WHAT ARE THEY
Research ethic merupakan seperangkat petunjuk untuk membantu sang
peneliti dalam menjalankan penelitian ethics dalam ilmu sosial dan perilaku.
Perhatian ethical dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Relationship between society and science
2. ProIessional issues
3. The treatment oI research participants

Relationship between Society and Science
thical issue memperhatikan hubungan antara masyarakat dan pengetahuan
mengenai luasnya perhatian masyarakat dan nilai budaya yang seharusnya
memerintahkan investigasi yang spesiIik. Pada dasarnya, science disusun untuk
mengungkap hukum alam. Para ilmuan memeriksa Ienomena yang sedang diuji
dengan cara yang objektiI dan tidak bias. Literatur dan peneliti menyatakan bahwa
science tidak bisa benar-benar objektiI. Masyarakat di sekitar ilmuan juga turut
mempengaruhi apa Ienomena yang akan diinvestigasi. Ketika suatu Ienomena
menyebar di masyarakat maka akan mudah mendapatkan dana untuk melakukan
penelitian, sehingga banyak juga yang ingin melakukan penelitian dikarenakan
banyaknya biaya yang tersedia. Sayangnya, perubahan pengaruh pemerintah yang
buruk dan merusak memberi dampak pada science.
Dukungan terhadap penelitian terus meningkat, namun walaupun dukungan
yang meningkat ini sangat berpengaruh tetapi dukungan ini membawa banyak bias
dan gangguan. Sebagai contoh, banyak perusahaan obat membiayai penelitian yang
bertujuan untuk perkembangan dalam menciptakan obat baru, tetapi perusahaan obat
lebih bertujuan untuk meningkatkan penjualan obat tersebut disbandingkan dengan
meningkatkan pertumbuhan obat baru. Banyak perusahaan obat membiayai penelitian
tersebut agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari diminatinya obat baru
tersebut.
Perusahaan biasanya membatasi komunikasi mengenai penemuan penelitian.
Hasil penelitian tidak dapat disampaikan apabila tanpa persetujuan dari perusahaan
6

karena mereka ingin mengatur apa yang dapat dan tidak dapat dibicarakan kepada
masyarakat.
Penemuan harus dapat mengidentiIikasi hal yang utama dari sumber
penemuan yang bermacam-macam. Perusahaan mendukung dorongan pada jumlah
yang signiIikan dari penelitian yang dilaksanakan.
Nilai societal dan budaya juga masuk ke dalam pengetahuan, Ienomena yang
dipilih untuk ddiinvestigasi biasanya ditentukan oleh kultur yang dimiliki peneliti
berdasarkan yang disukainya.

Professional Issues
Kategori dari proIessional issues meliputi masalah kelakuan tidak senonoh
dalam penelitian (masalah penyalahgunaan dalam penelitian). OIIice oI Science and
Technology Policy (OSTP) mendeIinisikan research misconduct sebagai Iabrication,
IalsiIication, atau plagiarism (FFP), dalam mengangkat, melakukan, dan meninjau
ulang penelitian, atau dalam melaporkan hasil penelitian (OSTP, 2005). Para ilmuwan
melakukan penelitian dengan bertanya, menjadi skpetis dan menggunakan metoda
ilmiah untuk mencari kebenaran. Pencarian kebenaran inilah yang kemudian dapat
menimbulkan terjadinya sejumlah penipuan. Kejahatan paling serius dalam proIesi
ilmiah ini adalah untuk menipu atau menyajikan hasil penipuan. meskipun aktivitas
penipuan dikutuk di semua Iront, dalam dekade terakhir tampaknya telah peningkatan
jumlah laporan dari ilmuwan yang memalsukan data, memanipulasi hasil untuk
mendukung sebuah teori, atau secara selektiI data laporan.
Meskipun aktivitas penipuan jelas bentuk yang paling parah dari kesalahan
ilmiah, ada lebih luas praktek kurang parah, meskipun masih tidak dapat diterima
yang menerima perhatian. Ini termasuk praktek-praktek tersebut dengan maksud
untuk lebih lanjut mengenai penggunaan data yang salah, gagal untuk menyajikan
data bertentangan dengan pekerjaan sendiri; mengubah desain, metodologi atau hasil
penelitian dalam respon terhadap tekanan dari sumber pendanaan, atau menghindari
aspek kecil dari manusia - persyaratan peserta.

Strategi untuk Mencegah Kesalahan Ilmiah:
7

O Memiliki anggota Iakultas atau penyidik proyek membuat jelas bahwa ia


secara pribadi memeriksa dan memveriIikasi data yang dikumpulkan. ini
harus diikuti dengan pemeriksaan aktual dari data yang dikumpulkan.
O Jika sesuai dan wajar, minta peserta jika Anda mungkin recontact mereka dan
kemudian menghubungi beberapa orang yang shuld telah dilihat oleh masing-
masing pengumpul data.
O Jika hewan yang digunakan dalam studi penelitian, cek, untuk memastikan
bahwa hewan-hewan itu dibeli dan digunakan dalam penelitian ini dan bahwa
catatan laboratorium dipertahankan .
O Tidak mentolerir setiap penyimpangan dari desain disetujui, dan
mendiskusikan perbaikan dalam konteks studi lain
O Mengamati untuk individu yang menyelesaikan pengumpulan data dalam
waktu singkat. beberapa orang mungkin lebih baik di, perekrutan misalnya,
tapi yang terbaik adalah untuk memeriksa pada setiap orang.
O Mengajarkan standar perilaku dalam penelitian di kelas dan meninjau kasus
pelanggaran, mendiskusikan konsekuensi itu bagi para peneliti, lapangan, dan
kepercayaan publik.
O Memberikan pedoman merinci bagaimana untuk menangani pelanggaran yang
diduga.

Treatment of Research Participants
Perlakuan terhadap partisipan penelitian merupakan isu yang paling
Iundamental yang dihadapi oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian dengan
menggunakan manusia berpotensi untuk menciptakan masalah besar berkenaan
dengan kekerasaan Iisik dan Iisiologis. Contohnya, pada September 1995,
menerbitkan sebuah artikel mengenai eksperimen yang dibiayai pemerintah pada
tahun 1944-1974 yang pernah dirahasiakan. Selama masa ini, lebih dari empat ribu
eksperimen radiasi dilakukan pada ribuan orang Amerika dengan tujuan mempelajari
lebih banyak mengenai eIek radiasi pada manusia dan keuntungan medis yang
mungkin dari radiasi pada kanker.
Dari sudut pandang hal ilmiah hal ini terlihat sah karena kanker adalah
penyakit yang mengerikan dan membutuhkan penyembuhan. Radiasi dilihat sebagai
salah satu senjata yang mungkin dapat melawannya. Namun, dalam hampir semua
8

eksperimen ini, keselamatan partisipan diabaikan dengan mengatasnamakan sains.


Menemukan penyembuhan untuk kanker digunakan sebagai alasan untuk
membenarkan eksperimen yang dirancang untuk mengetes eIek radiasi pada tubuh
manusia.
Salah satu eksperimen yang paling kontroversial yang dibiayai oleh deIense
establishment adalah TBI atau Total-body Irradiation. Prosedur ini meliputi
penyinaran sinar gamma cobalt-60 pada tubuh dengan porsi besar. Departemen
Pertahanan tertarik karena eksperimen semacam ini dapat menemukan eIek radiasi
pada prajurit. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan individu yang mungkin
mendapatkan keuntungan dari eksperimen ini, yaitu individu dengan kanker.
Pasien kanker yang menerima perlakuan ini diberitahu bahwa radiasi mungkin
dapat menyembuhkan penyakit mereka. Namun, dokumen menunjukkan bahwa
kebanyakan perlakuan ini dilakukan hanya untuk mengumpulkan data mengenai eIek
radiasi pada manusia. Peneliti utamanya, Dr. Saenger, mengaku bahwa ia hanya
bereksperimen dan tidak mengobati penyakit pasien. Terdapat 25 persen tingkat
kematian.
Ketika eksperimen yang dilakukan oleh Saenger ini dipublikasikan, beberapa
anak dari partisipan menyadari kasus orang tua mereka. Mereka mengingat bahwa
orang tua mereka merasakan rasa sakit dan tekanan Iisik dan psikologis. Pasien
melaporkan merasakan rasa sakit di seluruh tubuh mereka dan memohon pengobatan
mereka dihentikan, namun Dr. Saenger mendorong para pasien untuk terus
menjalaninya, dengan berargumen bahwa paparan radiasi menguntungkan.
Selain kasus ini, ada tiga kasus lain yang berkenaan dengan penelitian yang
dapat menyebabkan kekerasan Iisik atau psikologis:
O Humphreys (1970) tertarik pada mempelajari motiI individu yang melakukan
1ellatio di kamar mandi umum. Untuk hal ini, ia menawarkan diri menjadi
'watchqueen, atau orang yang menonton dan memberikan peringatan ketika
ada mobil polisi atau orang asing yang mendekat. Ia juga mendapat
kepercayaan dari orang-orang yang ia observasi dan bahkan meminta mereka
untuk menceritakan kehidupan dan motiI mereka. Di lain waktu, ia mencatat
nomor plat mobil dari beberapa subjek dan mendapatkan alamat mereka dari
Departemen Keselamatan Umum. Beberapa waktu kemudian ia muncul di
rumah subjek-subjek itu dan menyamar sebagai pewawancara jasa kesehatan
9

dan mewawancara mereka mengenai status pernikahan, pekerjaan mereka, dan


seterusnya. Kelakuan Humphreys ini berpotensi mengakibatkan rasa marah
dan rasa malu bahkan reaksi-reaksi ekstrem lainnya dari subjek.
O Pada suatu eksperimen yang dilakukan militer untuk menginvestigasi akibat
dari stress, tentara ditempatkan di DC-3 yang tampaknya rusak dan bersiap-
siap untuk pendaratan darurat. Para tentara diminta untuk mengisi kuisioner
yang menilai pendapat mereka mengenai kepemilikan duniawi mereka jika
mereka menghadapi kematian, pengetahuan mereka mengenai prosedur
pendaratan darurat, dan seterusnya. Setelah seluruh kuisioner terpenuhi,
jawaban disimpan dalam wadah logam agar tidak hancur, kemudian pesawat
mendarat dengan selamat. Setelah itu baru para tentara tahu bahwa semuanya
hanya merupakan eksperimen belaka.
O Middlemist, Knowles, dan Matter (1976) meneliti akibat dari invasi ruang
pribadi pada respons Iisik. Dalam mengumpulkan data mengenai hal ini,
digunakan periskop tersembunyi untuk mempelajari eIek dari kedekatan orang
lain pada kecepatan dan tingkat urinasi pada pria di kamar mandi umum.
Untuk memanipulasi variabel kedekatan, seorang sekongkolan peneliti muncul
untuk buang air kecil ditempatkan di satu atau dua tempat buang air kecil dari
subjek.
Eksperimen yang dirancang untuk meneliti isu-isu psikologis penting dapat
mengarah pada rasa malu dan rasa sakit Iisik partisipan. Dalam merencanakan sebuah
penelitian, seorang peneliti harus mempertimbangkan etika penelitian. Sayangnya,
beberapa penelitian tidak mungkin menghilangkan kekerasan Iisik dan psikologis.
Maka dari itu, peneliti seringkali menghadapi dilema dalam menentukan apakah
sebuah penelitian benar-benar harus dilakukan.

ETHICAL DILEMMA
Ethical dilemma merupakan konIlik yang dialami seorang peneliti dalam
mempertimbangkan biaya potensial untuk partisipan terhadap potensi keuntungan
yang akan diperoleh dari proyek penelitian. Saat ini, rekomendasi perihal biaya dalam
sebuah penelitian datang dari Institutional Review Board (IRB), yaitu badan yang
menerima dana Iederal untuk penelitian dan meninjau proposal penelitian yang
melibatkan partisipan manusia.
10

Dalam meninjau proposal penelitian, anggota IRB dituntut untuk membuat


penilaian mengenai kesesuaian etis dari penelitian yang diusulkan. Hal ini dilakukan
dengan memastikan bahwa protokol penelitian tersebut telah dijelaskan kepada para
peserta penelitian, dan bahwa risiko bahaya yang ditimbulkan oleh penelitian tersebut
masih dalam taraI wajar dalam kaitannya dengan manIaat yang diharapkan. Untuk
membuat sebuah penilaian, anggota IRB harus memiliki cukup inIormasi tentang
protokol penelitian yang spesiIik. Berikut ini adalah inIormasi yang harus ada dalam
protokol penelitian:
O Tujuan penelitian
O Latar belakang penelitian yang relevan
O Populasi partisipan
O Desain dan metode eksperimen
O InsentiI yang ditawarkan (jika ada)
O Risiko dan manIaat bagi partisipan serta tindakan pencegahan yang dilakukan
O Privasi dan kerahasiaan

ETHICAL GUIDELINES
Pada masa PD II, para ilmuwan Nazi melakukan banyak percobaan yang
secara universal dianggap tidak etis. Misalnya, mereka menenggelamkan partisipan
untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membeku, melakukan
operasi mutilasi, dan menginIeksi partisipan dengan patogen-patogen yang
mematikan.
Sebelum tahun 1960-an, tanggapan mengenai isu politik ini masih jarang
muncul. Selanjutnya pada pertengahan tahun 1960-an, isu-isu etis mulai mendapat
perhatian yang cukup besar dari masyarakat. Terungkap bahwa ilmu pengetahuan
tidak selalu muncul untuk kepentingan manusia dan bahkan dapat menggunakan cara
yang tidak menjamin keselamatan manusia dalam eksperimen-eksperimennya.
Pada bidang medis, misalnya, Pappworth (1967) mengutip banyaknya contoh
penelitian yang melanggar hak-hak etis manusia. Penelitian Tuskegee dapat menjadi
contoh eksperimen yang tidak etis dalam bidang medis. Keprihatinan yang sama
muncul kepada pelanggaran-pelanggaran psikologis yang terdapat dalam penelitian.
Keresahan yang meluas akibat pelanggaran isu-isu etis ini menyebabkan
adanya perkembangan pada pedoman-pedoman penelitian. Pedoman tersebut antara
11

lain elmont Report (O11ice 1or Protection 1rom Research Risks, 1979) dan American
Psychological Association (APA, 1982). Pedoman APA lebih diarahkan ke riset
psikologi dan isu-isu yang menjadi perhatian saat itu, seperti penipuan dan
kerahasiaan penelitian. Walaupun isu-isu tersebut masih penting, saat ini isu yang
diangkat dalam penelitian sudah lebih beragam dan diperluas kedalam setting dan
konteks biomedis.
Baik isu-isu baru maupun isu-isu yang telah muncul sebelumnya, membuat
pedoman kode etik semakin hilang. Hal inilah yang kemudian ditangani oleh APA
dengan ditentukannya 5 prinsip moral dasar yang harus dipatuhi ketika melakukan
penelitian.

Respect for Persons and Their Autonomy
Orang yang otonom adalah orang yang mampu membuat keputusan dan
menindaklanjuti keputusan tersebut. Dalam konteks penelitian, hal ini berarti bahwa
calon peserta memiliki hak memilih untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam suatu
penelitian. Penolakan peneliti terhadap otonomi partisipan ini menunjukkan
kurangnya rasa hormat terhadap partisipan.
Calon peserta juga harus diberikan inIormasi (in1ormed consent) mengenai
hal-hal yang mungkin mempengaruhi kesediaannya dalam berpartisipasi. Pada
beberapa penelitian, partisipan mungkin kurang mampu untuk memahami
kesepakatan persetujuan penelitian. Contohnya anak-anak, orang dengan
keterbelakangan mental, lansia, dan sebagainya. Pada kasus ini, maka inIormasi
mengenai penelitian harus diberikan kepada orangtua/wali yang berhak memutuskan.
Meskipun in1ormed consent adalah standar yang diikuti dalam kebanyakan
studi, namun ada kalanya persetujuan tidak dibutuhkan. Hal ini terjadi dalam situasi
dimana partisipan dianggap tidak akan menerima bahaya.

Beneficence and Nonmaleficence
ene1icence artinya melakukan sesuatu yang baik, sedangkan nonmale1icence
artinya melakukan sesuatu yang tidak merugikan / membahayakan. Ini berarti bahwa
penelitian yang dilakukan harus meminimalisir kemungkinan yang merugikan dan
memaksimalkan kemungkinan partisipan memperoleh keuntungan.
1

Peneliti yang hendak melakukan penelitian harus menyiapkan dan mengajukan


proposal mengenai detail setiap elemen penelitian kepada nstitutional Review road
(IRB). Kategori yang menentukan persetujuan penelitian oleh IRB :
1. empt Status
Penelitian dikecualikan (eempt studies) untuk dapat dilakukan. Penelitian
yang dikecualikan ini merupakan penelitian yang tidak akan menyebabkan resiko
terhadap partisipan dan tidak mengharuskan tinjauan dari IRB.
2. pedited Review
Proses untuk menentukan bagaimana atau dengan cara apa penelitian tersebut
dapat ditinjau dengan cepat. Penelitian memenuhi epedited review apabila :
a.Penelitian melibatkan data, dokumen, dan rekaman yang telah atau akan
dikumpulkan semata-mata bukan untuk tujuan penelitian.
b.Penelitian melibatkan kumpulan data dalam bentuk suara, video, digital atau
rekaman gambar yang dibuat untuk tujuan penelitian.
c.Penilaian karakteristik, perilaku, survey pekerjaan, wawancara, evaluasi
program, evaluasi Iaktor-Iaktor manusiawi secara individu atau kelompok
akan dijamin bahwa partisipan tidak akan mendapatkan resiko.
3. ull oard Review
Tinjauan dilakukan oleh semua anggota IRB.

1ustice
Prinsip moral keadilan merupakan prinsip yang sulit untuk dicapai sepenuhnya
(Sales & Folkman, 2000) di dunia kita yang tidak sempurna ini. Dalam suatu arena
penelitian, prinsip keadilan mengajukan pertanyaan mengenai siapakah yang akan
menerima keuntungan dari penelitian dan siapakah yang akan menanggung beban dari
suatu penelitian? Dalam penelitian, selain tidak mendapat keuntungan terdapat
kemungkinan partisipan mendapatkan bahaya atau kerugian. Ini merupakan suatu
ketidakadilan dalam mendistribusikan keuntungan dari suatu penelitian. Sehingga
muncul pertanyaan yang lebih mendalam yaitu; apakah setiap partisipan akan
mendapat keuntungan yang seimbang dan apakah partisipan akan mendapat
keuntungan yang sama dengan nonpartisipan? Bagaimanakah keuntungan yang
didapat dapat didistribusikan sebaik-baiknya? Tampaknya distribusi yang seimbang
antar keuntungan dan beban penelitian sangat sulit bahkan bisa saja tidak mungkin
13

untuk dilakukan. Sehingga hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah tetap sadar dan
mencoba untuk terus mematuhi prinsip keadilan ini sebagai prinsip dasar dari
penelitian.

Trust
Prinsip moral kepercayaan menyatakan bahwa seorang peneliti harus
menetapkan dan memelihara hubungan kepercayaan dengan partisipan penelitian.
Hubungan ini bukan hanya menjadi suatu hubungan yang jelas tetapi juga harus
mudah untuk dicapai. Partisipan memiliki kebutuhan inIormasi tentang apa yang akan
mereka lakukan selama penelitian tersebut dan mereka berhak untuk mengetahuinya.
Namun, dalam masyarakat telah berkembang ketidakpercayaan terhadap ilmu
pengetahuan dan lembaga-lembaga institusinya (Sales & Folkman, 2000).
Kepercayaan juga dapat menurun jika terjadi kesalahan dan kerahasiaan partisipan
tidak terjaga dengan baik. Sehingga pengamanan perlu dilibatkan dalam setiap kasus
untuk mengatasi masalah kepercayaan ini.

Fidelity and Scientific Integrity
Prinsip kesetiaan dan keutuhan mengacu pada tujuan untuk menemukan
pengetahuan yang valid. Misalnya seorang Peneliti ehavioral mempelajari tingkah
laku dengan tujuan agar lebih memahami dan menemukan penyebab munculnya
tingkah laku. Untuk memenuhi tujuan ini, peneliti tidak hanya harus meneliti tingkah
laku dengan baik tapi juga harus melaporkan hasil penelitian yang dia buat dengan
jujur. Kedua kompenen antara penemuan dan pengungkapan hasil penelitian tersebut
harus terintegrasi dengan baik. Laporan hasil penelitian yang jujur turut
menyumbangkan kontribusi pada pengetahuan dasar yang benar dan valid.


APA ETHICAL STANDARDS FOR RESEARCH
Setiap psikolog yang ingin melakukan penelitian harus memastikan bahwa
martabat dan keselamatan partisipan penelitian harus dipertahankan dan penelitian
yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan Iederal & negara bagian dan dengan
standar yang ditetapkan APA (American Psychologist Association).
Terdapat 10 prinsip yang dipublikasikan dalam bentuk dokumen, yaitu thical
Principles in the Conduct o1 Research with Human Participant (1973). Dokumen
14

tersebut berIokus pada penipuan, pemaksaan terhadap partisipan dan kerahasiaan.


Tetapi dokumen tersebut tidak diperbaharui lagi, APA memilih untuk mengeluarkan
standar kode etik yang mereka buat selama 15 tahun.

EXHIBIT 5.7
Ethical Standards Pertaining to Research and Publication
8.01 38titutio3al Approval
Psikolog harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu untuk melakukan penelitian
dari institusi. Penelitian dilakukan dengan mengacu pada protokol penelitian yang
telah disetujui.

8.02 31ormed Co38e3t to Re8earch
A. Untuk memperoleh persetujuan, maka psikolog memberikan inIormasi kepada
partisipan mengenai:
1. Tujuan penelitian, durasi, dan prosedur.
2. Hak partisipan untuk menolak berpartisipasi atau mengundurkan diri pada
saat pelaksanaan penelitian.
3. Konsekuensi yang berkaitan dengan penolakan atau pengunduran diri
partisipan.
4. Faktor-Iaktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kesediaan partisipan,
seperti risiko, ketidaknyamanan, dan dampak yang merugikan.
5. ManIaat dari penelitian yg dilakukan.
6. Batas-batas kerahasiaan.
7. InsentiI atas partisipasi dalam penelitian.
8. Pihak-pihak yang dapat dihubungi mengenai penelitian dan hak-hak
partisipan.
B. Psikolog yang melakukan penelitian intervensi dengan menerapkan eperimental
treatment terhadap partisipan, maka di awal penelitian harus menjelaskan
mengenai:
1. Dasar-dasar eksperimental dari perlakuan yang akan diberikan.
2. Perlakuan yang akan dan tidak akan diberikan kepada control group.
3. Cara-cara penerapan perlakuan terhadap treatment dan control group.
13

4. AlternatiI treatment yang tersedia jika individu tidak ingin berpartisipasi


dalam penelitian, atau jika ia mengundurkan diri ketika penelitian
berlangsung.
5. Kompensasi terkait dengan partisipasi mereka dalam penelitian, termasuk
reimbursement dan pembayaran oleh pihak ketiga.

8.03 31ormed Co38e3t 1or Recordi3 Joice8 a3d mae8 i3 Re8earch
Psikolog harus mendapatkan persetujuan dari pertisipan sebelum ia merekam suara
dan mengambil gambar atau tampilan keseluruhan untuk kepentingan pengambilan
data, kecuali jika:
1. Penelitian terkait dengan natural observation, dan data rekaman atau Ioto
tidak akan merugikan partisipan yang terlibat dalam penelitian.
2. Desain penelitian melibatkan deception, dan persetujuan untuk menggunakan
alat rekam diperoleh dari proses debrie1ring.

8.04 Clie3t/Patie3t, Stude3t, a3d Subordi3ate Re8earch Participa3t8
A. Jika psikolog melakukan penelitian terhadap klien/pasien, mahasiswa, atau
bawahan sebagai partisipan, maka psikolog harus mengambil langkah untuk
melindungi prospektiI partisipan dari konsekuensi yang merugikan karena
menolak atau mengundurkan diri dari penelitian.
B. Jika partisipasi dalam penelitian merupakan persyaratan untuk mata kuliah
tertentu, maka partisipan harus diberikan pilihan aktivitas alternatiI yang setara.

8.05 i8pe38i3 With 31ormed Co38e3t 1or Re8earch
Psikolog dapat melakukan penelitian tanpa memperoleh persetujuan partisipan, hanya
jika:
A. Penelitian diyakini tidak akan menimbulkan tekanan atau kerugian, serta
melibatkan:
1.Studi mengenai pelaksanaan pendidikan normal, kurikulum, atau metode
pengaturan kelas yang dilakukan dalam setting pendidikan.
2.Penggunaan kuesioner anonim, naturalistic observation, atauarchival research
di mana pengungkapan data tidak memberi risiko yang mempengaruhi
keuangan, status pekerjaan, dan reputasi partisipan karena dijaga
kerahasiaannya.
16

3.Studi mengenai Iaktor-Iaktor yang berhubungan dengan pekerjaan atau


organisasi, yang dilakukan dalam setting organisasi agar tidak terdapat risiko
terhadap status pekerjaan partisipan.
B. Mendapatkan ijin oleh aturan hukum atau Iederal atau institusi.

8.06 11eri3 3duceme3t8 1or Re8earch Participatio3
A. Psikolog harus menghindari pemberian upah atau bujukan dalam bentuk uang
dan hal lain secara berlebihan.
B. Jika psikolog menggunakan jasa proIessional dalam keikutsertaan penelitian,
maka ia harus menjelaskan jenis pelayanan yang diberikan, serta risiko,
kewajiban dan batasan.

8.07 eceptio3 i3 Re8earch
A. Psikolog tidak melakukan penelitian deception, kecuali jika penggunaan teknik
deception dibenarkan oleh nilai-nilai ilmiah, pendidikan, dan terapan, di mana
prosedur non-deceptive tidak memberikan hasil yang setara.
B. Psikolog tidak menutupi kebenaran kepada partisipan, jika penelitian dapat
mengakibatkan sakit secara Iisik atau tekanan emosional yang parah.
C. Psikolog menjelaskan penggunaan deception sebagai bagian dari rancangan
penelitian.

8.08 ebrie1i3
A. Psikolog memberi kesempatan pada partisipan untuk memperoleh inIormasi
mengenai tujuan, hasil, dan kesimpulan dari penelitian, dan jia terjadi kesalah
pahaman psikolog akan membenarkannya
B. Jika nilai-nilai ilmiah dan manusiawi membenarkan penundaan inIormasi,
psikolog mengambil tindakan untuk mengurangi risiko yang merugikan.
C. Jika psikolog menyadari bahwa prosedur penelitian telah membawa kerugian
bagi partisipan, maka psikolog mengambil tindakan untuk meminimalisasi
kerugian tersebut.

8.09 uma3e Care a3d U8e o1 A3imal8 i3 Re8earch
Psikolog dapat menggunakan hewan sebagai objek penelitian, tetapi tetap sesuai
dengan hukum atau aturan yang berlaku.

17

8.10 Reporti3 Re8earch Re8ult8


A. Psikolog tidak mengarang data.
B. Jika ada kesalahan pada data maka psikolog harus melakukan langkah-langkah
untuk mengoreksi kekeliruan.

8.11 Plaiari8m
Psikolog tidak boleh menampilkan pekerjaan orang lain sebagai miliknya, walaupun
sumber data atau hasil penelitian tersebut dikutip sesekali.

8.12 Publicatio3 Credit
Psikolog memiliki tanggung jawab dan memberi kredit, atas hal hal atau orang -
orang yang telah memberikan kontribusi. Terkecuali dalam situasi tertentu,
mahasiswa dinyatakan sebagai penulis utama dalam suatu artikel yang ditulis bersama
yang didasarkan pada disertasi doktoral mahasiswa yang bersangkutan.

8.13 uplicate Publicatio3 o1 ata
Psikolog tidak boleh menyebarkan data yang sudah ada sebelumnya, kecuali dengan
ijin pemilik data sebelumnya.

8.14 Shari3 Re8earch ata 1or Jeri1icatio3
Psikolog dapat meminta data psikolog lain hanya untuk kepentingan terkait, dan
kedua belah pihak membuat suatu perjanjian.

8.15 Reviewer8
Psikolog yang melakukan review terhadap materi yang diajukan untuk presentasi
harus menghormati kerahasiaan dan hak kepemilikan inIormasi oleh pihak yang
mengajukan materi tersebut.








18


ETHICAL ISSUES TO CONSIDER WHEN CONDUCTING RESEARCH

Bagian 8 dari kode etik diadopsi dari APA sebagai posisi tertinggi pada
penelitian dan pempublikasian, dan oleh karena itu menggambarkan standar yang
harus digunakan oelh psikolog dalam melakukan penelitian denan hewan maupun
manusia. Isu yang dibicarakan adalah penerimaan oleh institusi,in1ormed consent,
deception, debrie1ing. Sebagai tambahan terhadap isu-isu ini adalah isu kebebasan
dari kemunduran untuk berpertisipasi atau penarikan dari studi yang dilakukan serta
kerahasiaan dan ananimitas.

Institutional Approval
Sebagian besar lembaga memiliki program penelitian aktiI yang memiliki
syarat bahwa semua penelitian manusia dapat dilihat dari IRB. Syarat bahwa semua
penelitian manusia dapat dilihat dari IRB terlihat sejak tahun 1966. Pada waktu itu
yang menjadi Iokus perhatian, seperti penelitian medis yang sudah dirancang dan
diselenggarakan. Sebagian hasilnya, lembaga memperlihatkan syarat di %he
Departement o1 Health, ducation, and, Wel1are (DHEW). Kebijaksanaan ini telah
diperluas untuk semua pemeriksaan yang dibiayai oleh %he Public Health Service
yang melibatkan penelitian terhadap manusia, mencakup pengetahuan sosial dan
tingkah laku manusia. Sejak tahun 1973, peraturan DHEW yang mengatur penelitian
manusia membutuhkan tinjauan dari IRB untuk semua penelitian yang masuk ke dana
Public Health Service. Ini artinya bahwa hampir semua lembaga dari pendidikan
tinggi harus mendirikan IRB dan data kepastian kebijaksanaan dengan proteksi dari
penelitian yang beresiko di %he Departement o1 Health and Service. Walaupun %he
Public Health Service mendapat amanat yang dibiayai secara Iederal yang ditinjau
dari IRB, lembaga yang diperluas oleh IRB mencakup semua penelitian termasuk
penelitian tentang manusia. Kebijakaan ini telah disetujui menjadi dokumen yang sah
untuk lembaga dan penelitian yang memenuhi. Jika, lembaga yang telah masuk dan
dibiayai, harus disampaikan dan mendapat persetujuan dari lembaga IRB terlebih
dahulu untuk menyelenggarakan penelitian.
Standar 8.01 dari kode ethic yang spesiIik bahwa lembaga yang disetujui telah
dibutuhkan, psikologi harus menyediakan inIormasi yang akurat tentang penelitian
19

proposal mereka, mendapatkan persetujuan dari IRB, dan kemudian


menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan persetujuan protokol.

Informed Consent
InIormed consent mengacu sepenuhnya menginIormasikan peserta penelitian
mengenai semua aspek penelitian. Standarts 8.02-8.04 dari kode etik yang
menyatakan sepenuhnya menginIormasikan kepada para peserta penelitian berarti kita
memberitahu mereka semua aspek penelitian, dari tujuan dan prosedur untuk setiap
risiko dan manIaat, termasuk hal seperti insentiI untuk partisipasi. Dengan inIormasi
ini, peserta penelitian dapat membuat keputusan dan memilih untuk menolak
berpartisipasi dalam penelitian atau memberikan in1ormed consent nya. Memperoleh
inIormed consent peserta dianggap penting karena kesakralan prinsip bahwa individu
memiliki hak dasar untuk menentukan apa yang dilakukan untuk pikiran dan tubuh
mereka.

Dispensing with n1ormed Consent
Meskipun prosedur yang ideal adalah untuk sepenuhnya menginIormasikan
para peserta penelitian semua Iitur dari penelitian yang mungkin mempengaruhi
kesediaan mereka, untuk berpartisipasi, kode etik saat ini mengakui bahwa mungkin
ada saat-saat yang tepat untuk membuang in1ormed consent. Ada alasan yang baik
untuk membuang in1ormed consent dalam beberapa penelitian karena integritas data
dapat dikompromikan. Kontrol, atau noninIormed, kelompok diberi petunjuk khas,
yang memberi mereka alasan untuk belajar dan memberitahu mereka tentang tugas
yang mereka untuk menyelesaikan. Kelompok eksperimental, atau inIormasi,
menerima instruksi lengkap mengenai alasan benar untuk melakukan percobaan dan
siIat yang tepat dari prosedur TaIIel. n1ormed consent tidak diperlukan dalam
beberapa studi.
Pedoman Federal serta kode etik American Psychological Association, dengan
standar 8.05, mengakui perlunya kadang persyaratan in1ormed consent. Namun, kode
etik menetapkan bahwa mungkin inIormed consent ditiadakan hanya dibawah kondisi
khusus dan terbatas di mana penelitian ini tidak akan cukup diasumsikan untuk
membuat distress atau membahayakan atau dimana tidak dengan inIormed consent
diijinkan oleh hukum atau peraturan Iederal atau instutional.

0

n1ormed Consent and Minors


Persetujuan dari minor (partsispan yang diasumsikan tidak memiliki
kemampuan dalam memutuskan berpartisipasi atau tidak) dalam suatu penelitian
setelah mendapatkan penjelasan yang tepat. Persetujuan ini dilakukan ketika
partisipan yang akan kita libatkan dalam penelitian diasumsikan tidak memiliki
kemampuan dalam memutuskan berpartisipasi atau tidak sehingga perlu penyampaian
dengan bahsa yang tepat, persetujuan dapat kita alihkan pada seseorang yang
memiliki otoritas terhadap partisipan, misalnya kita dapat meminta persetujuan orang
tua yang anaknya kita butuhkan dalam penelitian.

Passive vs Active Consent
Active consent merupakan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian
dengan menyetujui secara verbal dan menandatangani lembar persetujuan. Ketika
orang yang belum dewasa diikutsertakan dalam penelitian, maka dibutuhkan izin
orang tua atau wali yang sah. Panila persetujuan yanb diinginkan adalah dari anak-
anak usia sekolah, biasanya ketika yang dibutuhkan adalah eprsetujuan dari orang tua
atau pun wali yang sah surat persetujuan dikirmkan melalui anak kepada orangtua
mereka. Setelah itu dikembalikan lagi kepada peneliti.
Sedangkan, passive consent adalah persetujuan yang diperoleh dari orang tua
atau wali dengan tidak mengembalikan lembar persetujuan. Mereka hanya
mengembalikan lembar persetujuan jika mereka tidak mau anaknya berpartisipasi
dalam penelitian.
Kita menggunakan passive consent saat penelitian yang dilakukan melibatkan
anak-anak. Isu etika yang berhubungan dengan hal adalah ketika penelitian
melibatkan anak-anak yang orang tuanya menentang partisipasi mereka, tetapi tidak
mengembalikan lembar persetujuan atau mungkin tidak menerima lemabr persetujuan
sama sekali.

Deception (Penipuan)
Penggunaan penipuan dalam penelitian psikologis bertentangan dengan
prinsip moral dasar kepercayaan bahwa psikolog harus mematuhi aturan ketika
melakukan penelitian terhadap manusia. Dalam beberapa kasus, untuk melakukan
suatu penelitian dibutuhkan deception jika dalam penelitian tersebut tidak memiliki
1

prosedur alternatiI dan apabila penelitian tersebut dapat menghasilkan pengetahuan


yang penting.
Dalam penelitian, deception dapat berupa active deception (penipuan aktiI)
dan passive deception (penipuan pasiI). Penipuan aktiI mengacu pada penipuan oleh
komisi, ketika eksperimen sengaja menyesatkan peserta penelitian seperti misalnya
ketika mereka diberikan inIormasi yang salah mengenai tujuan percobaan. Penipuan
pasiI mengacu pada penipuan karena adanya kelalaian, misalnya rincian percobaan
tidak diberitahu oleh semua partisipan.
Menurut Ortmann & Hertwig, kita perlu melihat dampak penipuan peserta
penelitian karena sudah menyatakan bahwa kebohongan akan mempengaruhi perilaku
mereka dalam cara-cara yang tidak disengaja. Namun, Soliday & Staton menemukan
bahwa penipuan ringan itu tidak berpengaruh pada sikap terhadap para peneliti, sains,
atau psikologi.
Menurut Sieber, sebuah studi yang menipu peserta dan tidak mendapatkan
persetujuan mereka melibatkan dan pelanggaran privasi, penolakan penentuan nasib
sendiri, penyembunyian, dan berbohong. Christensen menunjukkan bahwa penipuan
ini dipandang sebagai kurang dapat diterima secara etis jika studi menyelidiki
perilaku pribadi seperti pengalaman seksual atau jika prosedur eksperimental
memiliki potensi penting untuk merugikan peserta penelitian. Penipuan penelitian
menimbulkan keprihatinan etika khusus ketika hal tersebut melibatkan perilaku
pribadi atau perilaku yang dianggap negatiI dan dapat mengakibatkan kerugian bagi
peserta penelitian (Sieber et al., 1955).
Secara keseluruhan, hal ini seharusnya konsisten dengan adanya kode etik
yang menyatakan bahwa kebohongan tidak boleh digunakan dalam penelitian yang
diharapkan dapat menimbulkan rasa sakit atau tekanan emosional yang parah.

Debriefing
Sebuah diskusi postexperimental atau interview tentang detail dari study,
termasuk sebuah penjelasan untuk penggunaan deception. Kode APA dari etik standar
8.08 menjelaskan bahwa psikologis harus tanya-jawab dengan partisipan secepatnya
mengikuti pelengkapan dari study dan jika inIormasi harus ditunda pengukuran harus
diambil untuk menghindari segala resiko merugikan yang mungkin terjadi. Di
semping jika prosedur peneliti merugikan partisipan, terdapat langkah yang harus
diambil untuk meminimalisasi kerugian tersebut. Tanya-jawab dengan partisipan

tidak hanya diperlukan karena kode etik, tetapi juga dapat membantu peneliti pada
banyak hal.
Bukti menunjukan bahwa deception tidak hanya menjadi komponen yang
beresiko pada asumsi individual. Ini tidak berarti bahwa eIek potensi resiko dari
deception dapat dilupakan, bagaimanapun. Salah satu mode utama yang digunakan
untuk mengeliminasi eIek yang beresiko dari deception adalah debrieIing. Semua
penelitian yang mengintesvigasi dampak dari deception tergabung pada prosedur
debrieIing dan jika prosedur yang pada Iaktanya mengeliminasi dampak beresioko
deception, ini akan akan menjelaskan hal positiI dari eksperimen.
Milgram(1964) melaporkan bahwa, setelah ekestensiI debrieIing, hanya 1,3
dari partisipan yang melaporkan perasaan negatiI tentang pengalamannya didalam
eksperimen. Bukti menunjukan bahwa debrieIing eIektiI dalam menghilangkan derita
yang extreme yang dialami oleh partisipan. Ring, Wallston, dan Corey pada Quasi-
replication dari eksperimen Milgram's 1963, menemukan bahwa hanya 4 dari
partisipan yang telah debrieIed mengidinkasi penyesalan dalam berpartisipasi pada
eksperimen dan hanya 4 yang percaya bahwa eksperimen tidak seharusnya
dilanjutkan. Pada hal lain, sekitar 50 dari partisipan yang tidak dilakukan debrieIed
merespon pada cara ini. Berscheid, Baron, Dermer, dan Libman(1973) menenmukan
eIek ameliorative yang mirip dari debrieIing pada consent-respon yang berhubungan.
Holmes(1973)dan Holmes dan Barnett(1974) mengambil lebih banyak pendekatan
yang meyakinkan dan melakukan demonstrasi yang debrieIing mengurangi arousal
berhubungan dengan produksi-stress eksperimen untuk prearousal level, sebagai
dinilai oleh kedua psychologist dan pengukuran selI-report.
Smith and richarson menyatakan bahwa mereka meperdaya partisipan
menerima debrieIing yang lebih baik dibandingkan pada partisipan yang tidak
diperdaya dan itu menjadi debrieIing yang lebih eIektiI dapat menjadi Iaktor yang
menyebabkan partisipan deceived untuk memiliki respon yang lebih positiI yang
terjadi patisipan nondeceived.
Ini menyarankan bahwa debrieIing menjadi lebih eIektiI dalam eliminasi
pengadaan stress dengan treatmen kondisi eksperimental. Bagaimanapun, Holmes
(1976a,1976b) telah menyatakan bahwa terdapat dua hasil akhir dari debrieIing dan
keduanya harus ada dengan debrieIing untuk menjadi lebih eIektiI: dehoaxing dan
desentizing. Dehoaxing adalah Wawancara partisipan tentang semua deception yang
3

digunakan pada eksperimen. Desenstizing Mengeliminasi pengaruh yang tidak


diinginkan yang ekperimen mungkin dapatkan dari partisipan.

Coercion and Freedom to Decline Participation
Standar 3.08 dari kode etik secara eksplisit menunjukkan bahwa para psikolog tidak
seharusnya mengeksploitasi individu dengan kekuasaan yang mereka miliki. Hal ini
termasuk pada klien/pasien dan murid. Perhatian mengenai paksaan mungkin
dilakukan secara IrekuentiI dan meluas dalam menggunakan partisipan suatu
penelitian, biasanya terjadi anatara proIessor dan muridnya. ProIessor membuat suatu
situasi yang membuat muridnya merasa terpaksa untuk ikut serta dalam penelitiannya,
sperti adanya tambahan SKS jika menjadi patisipan dari penelitian yang dilakukan
oleh proIesornya.
Leak (1981) menemukan para murid yang terpakasa karena adanya tambahan
SKA yang dijanjikan dibandingkan dengan partisipan yang tidak ada paksaan. Secara
keseluruhan penelitian yang dilakukan tetaplah bermanIaat. Britton (1979) juga
menemukan kesimpulan yang sama. Beberapa Iakta menunjukkan tidak ada pengaruh
mengenai paksaan yang ada disekitar kelompok partisipan, namun lebih baik prosedur
yang diberikan untuk mengeurangi paksaan diberikan untuk mengurangi paksaan
diterapkan secara eIektiI. Hal ini mungkin yang membuat para peneliti mengikuti
kode etik dan aktiIitas pemilihan partisipan terjadi secara wajar.
Sebagai tambahan isu dari paksaan dalam penelitian, bahwa setiap individu
haruslah merasa bebas untuk menolak dalam berpartisipasi atau merasa bebas untuk
meninggalkan penelitian setiap saat.

Confidentiality, Anonymity, and the Concept of Privacy
Privasi menuju pada adanya control pada seseorang dalam memperoleh inIormasi
mengenai orang lain. Terdapat dua aspek agar privasi dapat muncul (Folkman, 2000)
yakni :
1. adanya kebebasan seseorang untuk mengidentiIikasikan waktu dan lingkungan
pada inIormasi yang dia berikan atau sebarkan pada orang lain
2. adanya kebebasan seseorang untuk menolak pemberian inIormasi yang tidak
dia inginkan

4

Para peneliti memunculkan privasi dari partisipan dengan cara


mengumpulkan inIormasi yang anonym dengan tetap terjaga. Anonimitas merupakan
jalan terbaik dalam menjaga privasi karena anonimitas adalah menjaga identitas
partisipan agar tidak diketahui orang lain. Anonimitas muncul jika peneliti tidak
menghubungkan data yang telah dikumpulkan dengan partisipan tertentu.
Kerahasiaan memiliki arti lain yakni, peneliti menggunaan penjagaan privasi
dari partisipan penelitian. Kerahasiaan, dalam konteks penelitian, menuju pada
kesetujuan dengan investigator penelitian mengenai pemrolehan inIormasi tentang
partisipan penelitian. Kerahasiaan yakni tidak mengungkapkan inIormasi yang
diperoleh dari partisipan kepada siapapun diluar kelompok penelitian. Janji untuk
menjaga kerahasiaan dari suatu penelitian terdapat pada in1ormed consent.

Ethical Issues in Electronic Research
Selama satu dekade terakhir, terjadi peningkatan penggunaan Internet sebagai
media untuk melakukan penelitian dalam isu-isu psikologi. Peningkatan ini terjadi
karena Internet dirasa memiliki beberapa keuntungan dalam hal penelitian psikologi.
Internet tidak ahanya dapat mengakses individu dalam jumlah besar dengan waktu
yang singkat, tapi juga dapat menjaring individu-individu dari berbagai latar
belakang.
Penggunaan dari Internet sebagai media penelitian juga ternyata menghadapi
berbagai macam permasalahan, terutama mengenai isu-isu tentang kode etik. Isu-isu
tersebut diantaranya adalah mengenai in1ormed consent, privacy, dan tanya jawab.
Sampai saat ini belum ada panduan untuk pengaturan hal tersebut, seperti yang
didiskusikan di American Association Ior the Advancement oI Science. Ketiadaan
eksperimenter dalam penelitian Internet menghilangkan kemungkinan dari paksaan
(Nosek, Banaji, & Greenwald, 2002) sebagai sebuah sumber paksaan ketika ada
manIaat.

n1ormed Consent and nternet Research
Memberikan in1ormed consent kepada partisipan dalam penelitian merupakan
bagian yang paling penting dalam melakukan penelitian berlandaskan kode etik
karena komponen inilah yang mengidentiIikasi kemandirian dari partisipan dalam
penelitian. Ketika kita melakukan penelitian di Interner, ada berbagai macam isu yang
harus dihadapi, seperti ketika in1ormed consent diperlukan, bagaimana in1ormed
3

consent diperoleh, dan bagaimana cara kita untuk meyakinkan partisipan mengenai
in1ormed consent yang diberikan.
Isu mengenai in1ormed consent yang diperoleh tersebut rumit, karena
mengandung sebuah penentuan dari apa itu bublik dan perilaku yang bersiIat pribadi.
Nosek er al (2002) mengatakan bahwa bentuk persetujuan haruslah berdasarkan FAQs
(Irequently asked question) yang dapat mengantisipasi potensi pertanyaan dan
kepentingan.

Privacy and nternet research
Ketika melakukan penelitian melalui internet, kita akan mengalami kesulitan
dalam mengatur con1identiality dan privacy dari inIormasi yang kita kumpulkan.
Con1identiality dan privacy dapat disepakati selama pentransmisian dan penyimpanan
data dalam berbagai cara. Nosek at al, 2002, mengatakan bahwa ada kemungkinan
pengumpulan data melalui internet dapat memiliki tingkat privacy yang lebih tinggi
dibandingkan penelitian penilitian standard yang lainnya. Transmisi data melalui
internet dapat dienkripsi dan jika tidak ada inIormasi data mengenai identitas
partisipan, satu satunya koneksi untuk mendapatkannya adalah melalui IP address
nya.
Sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian psikologis akan
mendapat sedikit perhatian dari hacker, maka akan sedikit beresiko dalam menjaga
privacy dan con1identiality nya. Oleh karena itu, peneliti yang melakukan penelitian
melalui internet harus mempertimbangkan hal ini, dan mengambil sebanyak tindakan
yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan seperti itu.

Debrie1ing and nternet Research
Untuk membuat penelitian yang sesuai dengan etik, penting sekali untuk
melakukan wawancara terhadap partisipan. Agar penelitian menjadi eIektiI,
wawancara harus harus interaktiI, di mana peneliti memberikan gambaran penelitian
yang dilakukan, termasuk tujuan dan cara cara yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan penelitian. Peneliti juga harus dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh partisipan, serta dapat membuat mereka nyaman dalam proses
penelitian berlangsung.
Internet dapat menimbulkan sedikit kesulitan dalam melakukan wawancara
dengan alasan alasan tertentu. Di mana, penelitia dapat berhenti sebelum waktunya
6

karena kerusakan server pada computer, putusnya koneksi internet, atau adanya
pemadaman listrik. Karena alasan alasan tersebutlah, partisipan dapat menjadi bosan
dan kesal, sehingga beresiko untuk meninggalkan penelitian di tengah tengah proses
berlangsungnya penelitian. Nosek at al, 2002, memiliki beberapa pilihan cara yang
dapat mengantisipasi masalah masalah tersebut, yaitu :
1. Mengharuskan peserta untuk memberikan alamat e-mail nya, agar
ringkasan pernyataan mengenai penelitian yang dilakukan dapat
dikirimkan kepada mereka;
2. Menyediakan tombol "meninggalkan studi" pada setiap halaman yang
akan mengarahkan dan menghubungkan mereka ke halaman
wawancara;
3. Menggabungkan halaman wawancara dengan suatu program yang
dapat mengarahkan partisipan ke halaman ini jika penelitian ini
dihentikan sebelum menyelesaikan halaman ringkasan.
Harus adanya pertimbangan mengenai hal hal yang bersiIat pribadi,
inIormed consent, dan pertanyaan yang paling baik untuk diajukan agar tujuan
penelitian tercapai. Harus dipikirkan dengan baik pula mengenai kode etik dan data
yang dikumpulkan melalui Internet. Jika data tidak dapat dikodekan atau disamarkan,
data data tersebut berpotensi untuk dikonsumsi oleh siapa pun.

Ethical Issues In Preparing the Research Report
Setelah kita menyelesaikan studi kita, Iase terakhir dari proses penelitian
adalah mengomunikasikan hasil studi itu ke khalayak luas. Mengomunikasikan kerap
terjadi melalui jurnal preoIesional dalam seuatu bidang . Ini berarti kita harus menulis
laporan yang menyebutkan bagaimana penelitian dilakukan dan apa yang ditemukan.
Dalam menulis laporan harus terlibat dua sila keadilan dan ketaatan dan intergritas
ilmiah . Keadilan melibatkan keputusan kepengarangan, atau yang menerima kredit
untuk penelitian. Ketaatan dan intergritas ilmiah dalam persiapan dari laporan
penelitian mengacu pada keakuratan dan kejujuran dalam melaporkan segala aspek
dari studi.
Authorship
Kepengarangan penting karena itu digunakan untuk mengidentiIikasi pihak
yang bertanggung jawab untuk studi tersebut. Itu penting karena menunjukan catatan
7

pekerjaan ilmiah seseorang dan untuk proIesionalitas, berhubungan langsung pada


keputusan penaikan gajih, perekrutan, promosi, dan masa jabatan.
Writing the Research Report
Pedoman keetisan pertama yang harus diikuti dalam menulis laporan
penelitian adalah kejujuran dan integritas. Kita tidak boleh memalsukan inIormasi
apapun yang ada dan kita haru melaporkan metodelogi yang digunakan dalam
mengambil dan mengalasis data seakurat mungkin dan dengan cara yang
memungkinkan untuk orang lain mereplikasi studi tersebut dan menggambarkan
kesimpulan yang masuk akal menganai validitas penelitian. Dalam menulis laporan
penlitian perlu untuk menggunakan karya orang lain baik di bagian pendahuluan di
mana Anda meletakkan alasan untuk studi dan di bagian diskusi di mana Anda
mendiskusikan temuan studi Anda dan menghubungkannya dengan temuan orang
lain.
Ketika menggunakan kontribus orang lain, menjadi esensial bahwa kita
memberikan kredit kepada mereka. Untuk menggunakan kontribusi orang lain tanpa
memberikan kredit merupakan plagiarisme. Plagiarisme muncul ketika memjiplak
pekerjaan orang lain namun tidak memberikan kredit.
Untuk secara tepat memberikan kredit kepada seseorang, kita bisa
memanIaatkan tanda peti atau kita bisa melekukan materi dan lalu memberikan
kutipan untuk materi yang telah kita kutip.






ETHICS OF ANIMAL RESEARCH
Seperti halnya pada penelitian terhadap manusia, penelitian pada hewan pun harus
memiliki etika-etika yang wajib dipatuhi.

Animal Rights
Pada tahun 1970-1980 banyak dibentuk sebuah grup atau himpunan yang
khusus membela hak hak binatang dalam penelitian seperti People Ior the Ethical
Treatment oI Animals (PETA), Animal Rights Coalition, Animal Liberation Form
8

(ALF). Diawali oleh seseorang yang bernama Henry Spira, beliau melakukan
kampanye-kampanye terkait pembelaannya terhadap hak binatang. Untuk menarik
perhatian publik dan media, beliau menginvestigasi salah satu museum yang terkenal
di Amerika, yaitu, American Museum oI Natural History`s Departement oI Animal
Behavior. Dalam investigasinya ia mnemukan bahwa telah dilakukan penelitian
terkait dasar biologis dari perilaku seksual. Penelitian ini melibatkan pengangkatan
bagian otak pada hewan dan merusak syaraI pada bagian kemaluannya. Penemuannya
ini tentunya akan menarik perhatian bukan saja hanya karena hak-hak binatang
diabaikan tetapi juga museum ini adalah salah satu museum yang cukup terkenal di
Amerika. Setelah menarik perhatian public lewat media, Spira melancarkan
kampanyenya di beberapa daerah, hingga pada akhirnya penelitian terkait dihentikan.
Kemudian semakin banyak organisasi yang bermunculan semenjak kasus
tersebut seperti In DeIense oI Animal (IDA) dan Legal DeIends Fund. Menurut Regan
(1983) manusia dan mamalia adalah serupa dimana mereka mempunyai kebebasan
akan penggunaannya untuk manusia. Para pemimpin perhimpunan pembela hak
hewan juga percaya bahwa hak hewan harusnya disamakan dengan hak yang dimiliki
manusia. Mereka menganggap tidaklah etis menggunakan hewan dengan alasan dan
keuntungan apapun, organisasi ini juga banyak aktiI di daerah penelitian tentang
hewan. Perkumpulan dan organisasi ini menggunakan berbagai cara lewat media
dengan menampilkan gambar hewan yang disiksa`. Mereka juga melakukan beberapa
kekerasan yang dianggap cukup parah hingga termasuk kedalam 10 organisasi yang
berbahaya (ALF).
Menurut Herzog (1995) perhatian pada hak-hak hewan ini banyak karena juga
banyak di ekspos oleh media. Bahkan aktiIitas organisasi pembela hak hewan ini juga
merambah kepada politik.

Alternatives to the use of animals
Dalam penelitian menggunakan hewan, terdapat berberapa etika yang harus
dipatuhi dan tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Oleh karena itu
diperlukan berbagai alternatiI lain sebagai pengganti penggunaan hewan, yakni
tanaman, jaringan kebudayaan, simulasi komputer, observasi naturalistik, dan embrio.
Namun, menurut Gallup dan suarez (1985), alternati-alternatiI pengganti penggunaan
hewan ini lebih bersiIat komplemen atau pelengkap bukan bersiIat substitutiI atau
pengganti. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah alternatiI dari penggunaan hewan ini
9

adalah tidak cukup atau tidak tersedia. Terutama pada penelitian psikologi yang
meneliti mengenai berbagai konstruk psikologis seperti depresi, alkoholisme,
penyalahgunaan, tindak kekerasan, dan penurunan kognisi. AlternatiI seperti tanaman
atau jaringan kebudayaan tidak menyediakan inIormasi dan data yang dibutuhkan
mengenai konstruk-konstruk psikologis tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan etika-
etika yang wajib dipatuhi pada penelitian yang menggunakan hewan, dan peneliti
harus meningkatkan kepedulian dan perlakuan terhadap hewan dan meminimalisasi
rasa sakit dan penderitaan pada hewan ketika dilakukan eksperimen.

Safeguards in the use of animals
Dalam penggunaan hewan untuk penelitian, terdapat banyak usaha
perlindungan yang telah diintitusikan untuk menjamin bahwa laboratorium hewan
mendapatkan perlakuan manusiawi dan beretika. %he A3imal Wal1are Act, yang
diselenggarakan oleh Departemen Pertanian, merupakan salah satu pelindung yang
memerintah perlindungan dan penggunaan dari berbagai penelitian hewan dan
mengadakan inspeksi-inspeksi terhadap Iasilitas-Iasilitas penelitian hewan baik yang
bersiIat privat maupun publik. Institusi-institusi yang mengadakan penelitian terhadap
hewan dan dilindungi oleh suatu gerakan (act) diminta untuk mempunyai sebuah
38titu8io3al A3imal Care a3d U8e Committee (IACUC) yang memeriksa setiap
protokol penelitian. Komite ini akan memeriksa tujuan rasional dari peneliti, kondisi
perlindungan hewan selama eksperimen, kerasionalan jumlah hewan yang digunakan,
penilaian terhadap rasa sakit dan penderitaan yang mungkin terjadi selama
eksperimen, dan pendekatan yang peneliti gunakan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan.
Lembaga proIesional yang akan mengadakan penelitian hewan juga
mempunyai sebuah set etika standar dan pedoman yang harus dipatuhi. Asosiasi
psikologi Amerika atau America3 P8choloical A88ociatio3 (APA) memiliki kode
etika yang meliputi prinsip-prinsip kemanusiaan dan etika-etika perlakuan yang harus
dipatuhi dalam penelitian hewan.

ANIMAL RESEARCH GUIDELINES
A3imal wel1are berkaitan dengan peningkatan pada kondisi laboratorium dan
pengurangan pada jumlah hewan yang dibutuhkan dalam penelitian (Baldwin,1993).
Sedangkan A3imal riht8 ialah hak yang dimiliki oleh hewan. Hal tersebut
30

memastikan bahwa hewan memiliki hak yang sama dengan manusia untuk tidak
digunakan dalam penelitian. Darimana dipatakannya hewan (acquisition), perhatian,
tempat tinggal, penggunaan, dan penempatan daripada binatang haruslah memenuhi
hukum dan regulasi institusional baik itu dalam wilayah, negara, maupun
pemerintahan juga dengan konvensi internasional.
Panduan yang terdapat dalam Animal Research oleh APA:
u8ti1icatio3 o1 %he Re8earch
Penelitian menggunakan binatang sebaiknya dilakukan hanya jika terdapat tujuan
ilmiah yang jelas serta adanya kemungkinan bahwa dengan dilakukannya
penelitian tersebut dapat menambah pengetahuan mengenai proses yang
mendasari perilaku, menambah pemahaman kita mengenai spesies dalam
penelitian, atau memiliki hasil yang bermanIaat bagi kesehatan dan kesejahterann
manusia dan hewan. Penelitian yang dibangun harus mengetahui pentingnya
keadilan pada penggunaan hewan dan juga prosedur-prosedur yang menghasilkan
rasa sakit pada manusia haruslah disumsikan bahwa akan menimbulkan rasa sakit
pada hewan. Spesies yang dipilih/digunakan dalam penelitian haruslah spesies
yang tepat untuk dapat menjawab pertanyaan yang ada pada penelitian.
Bagaianapun juga, sebelum penelitian dimulai, alternatiI atau posedur yang dapat
meminimalisir penggunaan hewan haruslah ditentukan.
Per8o33el
Semua personil yang terlibat dalam penelitian haruslah memahami panduan.
Prosedur yang digunakan oleh personil penelitian haruslah menyocokkan dengan
peraturan pemerintahan mengenai personil, supervisor, time-keeping, juga dokter
hewan. Baik psikolog dan asistennya harus diberitahukan tentang ciri-ciri
perilaku pada hewan penelitian sehingga jika terdapat perilaku yang menandakan
adanya masalah kesehatan dapat diidenteIikasi.
Care a3d ou8i3 A3imal8
Dalam penelitian dengan menggunakan hewan, kesejahteraan psikologis hewan
haruslah diperhatikan. Salah satu contoh yang baik ialah pada Yerkes Laboratory
and New york University`s LEMPSIP (Laboratory Ior Experimental Medicine
and Surgery in Primates) yang membangun lorong berkawat diantara kandang
hewan untuk menyelenggrakan interaksi sosial. Prosedur penelitian yang
menggunakan hewan dipantau oleh Institutional Animal Care and Use Committee
31

(IACUC) untuk memastikan bahwa hewan itu diperlakukan secara pntas dan
manusiawi.
J Aqui8itio3 o1 A3imal8
Binatang yang dipakai dalam penelitian harus didapat secara legal dari pemasok
yang berkualitas atau dibesarkan di Iasilitas psikologi, binatang harus dibawa
dengan cara yang menyediakan makanan yang memadai, minum, ventilasi, dan
ruangan dan tidak membuat stress binatang. Jika binatang diambil dari habitatnya
langsung, binatang ini harus ditangkap dengan cara yang manusiawi.
J Experime3tal Procedure8
Pola dan tingkah laku dalam penelitian harus memperhatikan kesejahteraan
hewan.
Peneliti harus mematuhi beberapa poin ini:
Penelitian, seperti observasi dan prosedur noninvasiI lain, melibatkan stimulus
yang tidak aversiI dan membuat tanda yang jelas dari kesulitan yang cocok.
Prosedur alternatiI yang mengurangi ketidaknyamanan pada binatang harus
digunakan bila tersedia.
Biasanya diperbolehkan untuk membius binatang sebelum kita melakukan
prosedur yang menyakitkan binatang.
Membuat hewan menjadi sakit dan rasa sakitnya tidak berkurang setelah diberi
obat atau prosedur lain maka hal ini harus dilakukan hanya apabila tujuan dari
penelitian tidak dapat dicapai dengan metode lain.
Prosedur percobaan membutuhkan penjelasan untuk kondisi aversiI yang
lama.
Prosedur dengan menggunakan pengendalian harus sesuai dengan pedoman
dan aturan.
Tidak diperbolehkan menggunakan obat yang melumpuhkan hewan atau
melemaskan otot selama pembedahan tanpa adanya pembiusan.
Prosedur pembedahan harus diawasi secara ketat oleh orang yang ahli dalam
prosedur pembedahan ini.
Cara lain dengan membunuh hewan untuk meringankan penderitaannya harus
dipertimbangkan ketika hewan tidak lagi diperlukan dalam penelitian.
Hewan yang dipelihari di laboratorium tidak harus dilepas karena banyak
kasus dimana hewan tidak dapat bertahan hidup atau mereka mengganggu
ekologi.
3

Euthanasia, ketika harus dilakukan, harus dilakukan dengan cara yang paling
manusiawi dan memastikan langsung kematiannya dan ada persetujuan dari
American Veterianry Medical Association.
J ield Re8earch
Berpotensi merusak ekosistem dan komunitas, harus ada persetujuan dari
IACUC, Psikolog yang melakukan Iield research ini mengganggu populasi
mereka sedikit mungkin dan berupaya untuk mengurangi potensi yang
menimbulkan eIek bahaya dalam populasi. Penelitian dilakukan ditempat tersebut
harus selesai jadi peneliti mengahargai rahasia dan alat dari penduduk setempat.
JEducatio3al U8e o1 A3imal8
Hewan mungkin dipakai untuk tujuan pendidikan setelah memeriksa rancangan
yang ditetapkan oleh komite lembaga yang tepat. Demostrasi di kelas dengan
menggunakan hewan hidup dapat menggunakan instruksi lain seperti video, Iilm,
dan cara lain.




















33





BAB III
PENUTUP

Research ethic merupakan seperangkat petunjuk untuk membantu sang
peneliti dalam menjalankan penelitian ethics dalam ilmu sosial dan perilaku. Kategori
dari etika penelitian yang pertama yaitu hubungan antara masyarakat dan sains. Nilai
dalam masyarakat dan budaya termasuk dalam pengetahuan, dan Ienomena yang
dipilih untuk diinvestigasi biasanya ditentukan dengan kultur yang dimiliki peneliti.
Kategori yang kedua, proIessional issues, meliputi masalah kelakuan tidak senonoh
dalam penelitian (masalah penyalahgunaan dalam penelitian). Kategori ketiga yaitu
perlakuan terhadap partisipan. Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan manusia
berpotensi untuk menciptakan masalah besar berkenaan dengan kekerasaan Iisik dan
Iisiologis. Sayangnya, beberapa penelitian tidak mungkin menghilangkan kekerasan
Iisik dan psikologis. Maka dari itu, peneliti seringkali menghadapi dilemma. thical
dilemma merupakan konIlik yang dialami seorang peneliti dalam mempertimbangkan
biaya potensial untuk partisipan terhadap potensi keuntungan yang akan diperoleh
dari proyek penelitian.
Ftbicol quiJelines mulai menjaui peihatian masyaiakat luas saat
memasuki peitengahan tahun 9-an. Bal teisebut teijaui kaiena banyaknya
penelitian teiuahulu yang tiuak memeihatikan hak-hak etis manusia. Peuoman
penelitian mulai banyak uikembangkan, sepeiti Belmont Report (0ffice for
Protection from Reseorcb Risks, 99) uan Americon Psycboloqicol Associotion
(APA, 98). Peuoman APA lebih uiaiahkan ke iiset psikologi uan isu-isu sepeiti
penipuan uan keiahasiaan penelitian. APA juga menentukan piinsip moial
uasai yang haius uipatuhi ketika melakukan penelitian. Piinsip moial uasai
teisebut antaia lain () respect for person onJ tbeir outonomy, () beneficence
onJ nonmoleficence, () justice, () trust, uan () fiJelity onJ scientific inteqrity.
APA memiliki piinsip yang uipublikasikan ualam bentuk uokumen, yaitu
Ftbicol Principles in tbe ConJuct of Reseorcb witb Eumon Porticipont {97).
34

InIormed consent mengacu sepenuhnya menginIormasikan peserta penelitian


mengenai semua aspek penelitian. Standarts 8.02-8.04 dari kode etik yang
menyatakan sepenuhnya menginIormasikan kepada para peserta penelitian berarti kita
memberitahu mereka semua aspek penelitian, dari tujuan dan prosedur untuk setiap
risiko dan manIaat, termasuk hal seperti insentiI untuk partisipasi. Kode etik saat ini
mengakui bahwa mungkin ada saat-saat yang tepat untuk membuang in1ormed
consent. InIormed consent meliputi Active consent dan passive consent
Penggunaan deception (penipuan) dalam penelitian psikologis bertentangan
dengan prinsip moral dasar kepercayaan bahwa psikolog harus mematuhi aturan
ketika melakukan penelitian terhadap manusia.
DebrieIing menjadi lebih eIektiI dalam eliminasi pengadaan stress dengan
treatmen kondisi eksperimental. Bagaimanapun, Holmes (1976a,1976b) telah
menyatakan bahwa terdapat dua hasil akhir dari debrieIing dan keduanya harus ada
dengan debrieIing untuk menjadi lebih eIektiI: dehoaxing dan desentizing. Dehoaxing
adalah Wawancara partisipan tentang semua deception yang digunakan pada
eksperimen. Desenstizing Mengeliminasi pengaruh yang tidak diinginkan yang
ekperimen mungkin dapatkan dari partisipan.
Dalam menjaga kerahasiaan dari penelitian privasi diperlukan dalam suatu
penelitian. Privasi dapat dibentuk oleh adanya anonimitas selama pengambilan data
pada partisipan. InIormasi yang didapti baik dari partisipan ataupun dari hasil
penelitian haruslah dijaga kerahasiaanya, perjanjian dalam menjaga kerahasiaan
selama penelitian tercantum dalam in1ormed consent.
Penggunaan Internet yang semakin marak, membuat pengingkatan pengunaan
Internet hingga pada sebagai media penelitian psikologi. Internet tidak hanya dapat
mengakses individu dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat, tapi juga dapat
menjaring individu-individu dari berbagai latar belakang.
Dalam melakukan penelitian eksperimental menggunakan hewan, terdapat
beberapa etika yang harus dipatuhi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia
dan mamalia adalah serupa dimana mereka mempunyai kebebasan akan
penggunaannya untuk manusia. Para pemimpin perhimpunan pembela hak hewan
juga percaya bahwa hak hewan harusnya disamakan dengan hak yang dimiliki
manusia. Mereka menganggap tidaklah etis menggunakan hewan dengan alasan dan
keuntungan apapun.
33

Tidak tersedianya alternatiI lain bagi penggunaan hewan dalam sebuah


penelitian eksperimental karena alternatiI yang tersedia hanya bersiIat pelengkap
bukan pengganti. Terdapat berbagai institusi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan peelitian hewan yakni The Animal WelIare Act dan Institusional Animal
Care and Use Committee (IACUC).
A3imal wel1are berkaitan dengan peningkatan pada kondisi laboratorium dan
pengurangan pada jumlah hewan yang dibutuhkan dalam penelitian (Baldwin,1993).
Sedangkan A3imal riht8 ialah hak yang dimiliki oleh hewan. Hal tersebut
memastikan bahwa hewan memiliki hak yang sama dengan manusia untuk tidak
digunakan dalam penelitian.
Terdapat 7 pedoman yang harus dipatuhi dalam penelitian hewan oleh APA
yakni: usti1ication o1 the research, personnel, care and housing o1 animals,
acquisition o1 animals, eperimental procedures, 1ield research, dan educational use
o1 animals.




















36


DAFTAR PUSTAKA

Christensen, Larry B. 2007. perimental Methodology 10
th
edition. Pearson
Education Inc. : New York.

Anda mungkin juga menyukai