Penatalaksanaan Pneumotoraks
di Dalam Praktek
Dr. Amirullah R
aro Pulmonologi Rumkital dr
Mintohardfo, Jakarta
PENDAHULUAN
Pneumotoraks ialah suatu keadaan,
di mana terdapat udara
di dalam rongga pleura yang mengakibatkan
kolaps jaringan
paru.
Di dalam praktek sehari-hari, dokter sering
menerima
penderita dengan keluhan sakit
dada, sesak naIas, dan batuk-
batuk. Banyak penyakit
yang dapat menimbulkan keluhan di
atas, baik penyakit jantung maupun penyakit
paru. Penyakit
paru
yang mempunyai keluhan utama seperti itu
antara lain
pneumotoraks.
Pneumotoraks, terutama pneumotoraks
ventil dapat me-
nimbulkan darurat gawat, bahkan dapat
mengakibatkan pen-
derita meninggal dunia. Oleh karena itu,
bilamana
di dalam
praktek kita menerima penderita dengan
keluhan utama
sakit
dada, sesak naIas, dan batuk-batuk, kita
jangan lupa
memikirkan ke arah
diagnosis pneumotoraks ventil.
Dengan
diagnosis yang tepat dan dengan tindakan
yang
sederhana tapi cepat, kita akan dapat
menyelamatkan nyawa
penderita.
KEKERAPAN
Kekerapan pneumotoraks berkisar antara 2,4
- 17,8
per
100.000 penduduk per tahun. Menurut
Barrie dkk, seks ratio
laki-laki dibandingkan dengan perempuan
5:1. Ada pula pe-
neliti
yang mendapatkan 8:1.
Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada
hemitoraks kanan
daripada hemitoraks kiri.
Pneumotoraks
bilateral kira-kira 2 dari seluruh pneumo-
toraks spontan. Kekerapan pneumotoraks
ventil 3 -- 5 dari
pneumotoraks spontan. Kemungkinan
berulangnya pneumo-
toraks menurut
James dan Studdy 20 untuk kedua kali,
dan
50 untuk yang ketiga kali.
PEMBAGAN
Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas
beberapa hal,
yaitu :
1. Berdasarkan kejadian.
2. Berdasarkan lokalisasi.
22
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985
3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru.
4. Berdasarkan jenis Iistel.
Berdasarkan kejadian
a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks
yang ditemukan pada penderita yang
sebelum-
nya tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
-) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks
yang ditemukan pada penderita yang
sebelum-
nya telah menderita penyakit, mungkin
merupakan komplika-
si dari
pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru,
asma kis-
taIibrosis dan karsinoma bronkus.
.) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks
yang timbul disebabkan robeknya pleura
viseralis maupun
pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
d) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks
yang sengaja dibuat dengan memasukkan
udara
ke dalam rongga
pleura, dengan demikian jaringan paru men-
jadi kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada
zaman dulu pneu-
motoraks artiIisialis sering dikerjakan untuk
terapi tuberkulo-
sis paru.
Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis
(c) Pneumotoraks basalis
Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan
paru
(a) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh
jaringan paru dari
satu hemitoraks mengalami kolaps.
(b) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan
paru
yang kolaps
hanya sebagian.
Berdasarkan jenis fistel
(a) Pneumotoraks ventil
Di mana Iistelnya berIungsi sebagai ventil
sehingga udara dapat
masuk ke dalam rongga
pleura tetapi tidak dapat ke luar kem-
bali. Akibatnya tekanan udara di dalam
rongga pleura makin
lama makin tinggi dan dapat mendorong
mediastinum ke arah
kontra lateral.
(b) Pneumotoraks terbuka
Di mana Iistelnya terbuka sehingga rongga
pleura mempunyai
hubungan terbuka dengan bronkus atau
dengan dunia luar;
tekanan di dalam rongga pleura sama
dengan tekanan di
udara bebas.
(c) Pneumotoraks tertutup
Di mana Iistelnya tertutup udara di dalam
rongga pleura, ter-
kurung, dan biasanya akan diresobsi
spontan.
Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis
Iistelnya ini
sewaktu-waktu dapat berubah.
Pneumotoraks tertutup se-
waktu-waktu dapat berubah menjadi
pneumotoraks terbuka,
dan dapat pula berubah menjadi
pneumotoraks ventil. Hal
ini perlu mendapat perhatian.
ETLG DAN PATGENESS
Pneumotoraks spontan terjadi oleh karena
pecahnya bleb
atau kista kecil yang diameternya tidak lebih
dari
1 --2 cm
yang berada di bawah permukaan pleura
viseralis, dan sering
ditemukan di daerah apeks lobus superior
dan inIerior. Ter-
bentuknya bleb ini oleh karena adanya
perembesan udara
dari
alveoli yang dindingnya ruptur melalui
jaringan intersisial
ke lapisan jaringan ikat yang berada di
bawah pleura viseralis.
Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum
diketahui dengan
pasti, tetapi diduga ada dua Iaktor sebagai
penyebabnya.
1) Faktor inIeksi atau radang paru.
InIeksi atau radang paru walaupun minimal
akan membentuk
jaringan parut pada dinding alveoli yang
akan menjadi titik
lemah.
2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat
batuk atau me-
ngejan.
Mekanisme ini tidak dapat menerangkan
kenapa pneumotoraks
spontan sering terjadi pada waktu penderita
sedang istirahat.
Dengan pecahnya bleb yang terdapat di
bawah pleura
viseralis, maka udara akan masuk ke dalam
rongga pleura dan
terbentuklah Iistula bronkopleura. Fistula ini
dapat terbuka
terus, dapat tertutup, dan dapat berIungsi
sebagai ventil.
DAGNSS
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas,
yaitu rasa nyeri
pada dada seperti ditusuk, disertai sesak
naIas dan kadang-
kadang disertai dengan batuk
-
batuk. Rasa nyeri dan sesak
naIas ini makin lama dapat berkurang atau
bertambah hebat.
Berat ringannya perasaan sesak naIas ini
tergantung
dari
derajat penguncupan paru, dan apakah paru
dalam keadaan
sakit atau tidak. Pada penderita dengan
COPD, pneumotoraks
yang minimal sekali pun akan menimbulkan
sesak naIas yang
hebat.
Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti
ditusuk-tusuk
se tempat pada sisi paru yang terkena,
kadang-kadang menye-
bar ke arah bahu, hipokondrium dan
skapula. Rasa sakit ber-
tambah waktu bernaIas dan batuk. Sakit
dada biasanya akan
berangsur
-
angsur hilang dalam waktu satu sampai
empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan
yang jarang bila
tidak disertai penyakit paru lain; biasanya
tidak berlangsung
lama dan tidak produktiI.
Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat
terjadi bersama-
sama atau sendiri
-
sendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks
yang tidak mempunyai keluhan sama sekali.
Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa
nyeri dan sesak
naIas ini makin lama makin hebat, penderita
gelisah, sianosis,
akhirnya dapat mengalami syok karena
gangguan aliran darah
akibat penekanan udara pada pembuluh
darah dimediastinum.
PEMERKSAAN FSK
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak naIas,
pergerakan dada ber-
kurang, batuk-batuk, sianosis serta iktus
kordis tergeser ke
arah yang sehat.
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium
interkostalis yang me-
lebar StemIremitus melemah, trakea tergeser
ke arah yang
sehat dan iktus kordis tidak teraba atau
tergeser ke arah yang
sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor,
hipersonor sampai tim-
pani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara naIas
yang melemah,
sampai menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan Rontgen
Ioto toraks. Pada rontgen Ioto toraks P.A
akan terlihat garis
penguncupan paru yang halus seperti
rambut. Apabila pneu-
motoraks disertai dengan adanya cairan di
dalam rongga
pleura, akan tampak gambaran garis datar
yang merupakan
batas udara dan caItan.
Sebaiknya rontgen Ioto toraks dibuat dalam
keadaan ekspi-
rasi maksimal.
KMPLKAS
1. InIeksi sekunder sehingga dapat
menimbulkan pleuritis,
empiema , hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika.
Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan
jantung dapat tergeser ke arah yang sehat
dan mengakibat-
kan penurunan kardiak
"
output
"
, sehingga dengan de-
mikian dapat menimbulkan syok
kardiogenik.
3. EmIisema; dapat berupa emIisema kutis
atau emIisema
mediastinalis.
DAGNSS BANDNG
1. EmIisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. InIarkjantung
5. InIark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas
PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat
ditegakkan, langkah
selanjutnya yang terpenting adalah
melakukan observasi
yang
cermat. Oleh
karena
itu penderita sebaiknya dirawa di rumah-
sakit, mengingat siIat Iistula pneumotoraks
dapat berubah
sewaktu-waktu yaitu
dari
pneumotoraks terbuka menjadi
tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak
jarang penderita yang
tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi
gawat karena ter-
jadi pneumotoraks ventil atau perdarahan .
yang hebat. Kalau
kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan
mudah kita dapat
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985 23
menentukan jenis pneumotoraks apakah
terbuka, tertutup,
atau ventil.
Apabila penderita datang dengan sesak
naIas, apalagi kalau
sesak naIas makin
lama
makin bertambah kita harus segera
mengambil tindakan. Tindakan
yang
lazim dikerjakan ialah
pemasangan WSD
ater Seal Drainage).
Apabila penderita
sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang,
kita harus segera
menusukkan jarum ke dalam rongga
pleura
.
Tindakan seder-
hana ini akan dapat menolong dan
menyelamatkan jiwa
pen-
derita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat
kita gunakan inIus
set, di
mana jarumnya ditusukkan ke dalam rongga
pleura
di
tempat
yang paling
sonor waktu diperkusi. Sedangkan ujung
selang inIus
yang
lainnya dimasukkan ke dalam botol
yang
berisi
air.
Pneumotoraks tertutup
yang
tidak terlalu luas (Kurang
dari
20
paru
yang
kolaps) dapat dirawat secara konservatiI,
tetapi pada umumnya untuk mempercepat
pengembangan
paru lebih baik dipasang WSD.
Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara
konservatiI
dengan mengusahakan penutupan
Iistula
dengan cara mema-
sukkan darah atau glukosa hipertonis ke
dalam
rongga
pleura
sebagai pleurodesi.
Ada juga para ahli yang
mengobati pneu-
motoraks terbuka dengan memasang WSD
disertai penghisap
terus menerus
ontinuous Su.tion).
KAPAN WSD DABUT ?
WSD dicabut apabila paru telah
mengembang sempurna.
Untuk mengetahui paru sudah mengembang
ialah dengan jalan
penderita disuruh batuk-batuk, apabila
di
selang WSD tidak
tampak lagi Iluktuasi permukaan cairan,
kemungkinan besar
paru telah mengembang dan juga
disesuaikan dengan
hasil
pemeriksaan Iisik. Untuk mengetahui secara
pasti paru telah
mengembang dilakukan Rontgen Ioto
toraks.
Setelah dipastikan bahwa paru telah
mengembang sempur-
na, sebaiknya WSD jangan langsung dicabut
tapi diklem dulu
selama
3
hari. Setelah
3
hari klem dibuka. Apabila paru masih
tetap mengembang dengan baik baru selang
WSD dicabut.
Selang WSD dicabut pada waktu penderita
Ekspirasi mak-
simal.
TEKNK PEMASANGAN WSD
Tempat pemasangan
drain
sebaiknya ialah :
a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau
sela iga ke 7.
b. Linea media klavikularis pada sela iga ke
dua.
Setelah dilakukan desinIeksi kulit, maka
dilakukan anestesi
setempat dengan cara inIiltrasi pada daerah
kulit sampai
pleura.
Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang
2 cm
sampai
jaringan
di
bawah kulit.
Pleura
parietalis ditembus dengan
jarum pungsi
yang
pakai trokar dan mandrin. Setelah tertem-
bus, mandrin dicabut akan terasa keluar
udara. Kemudian
mandrin diganti dengan kateter
yang
terlebih dahulu telah di-
beri lobang secukupnya pada ujungnya.
Setelah kateter masuk
rongga
pleura
trokar dicabut dan pangkal kateter
disambung
dengan selang
yang
dihubungkan dengan botol
yang berisi
air, di
mana ujungnya terbenam
2 cm.
Kateter diikat dengan
benang
yang
dijahitkan kepada kulit sambil menutup
luka.
24
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985 25