Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yenny Rianto

NIM : G0108023
TEORI IDENTITAS SOSIAL
Penekanan pada belajar dan penguatan berdasarkan pendekatan terhadap dinamika kelompok
dalam psikologi sosial umumnya, dan dinamika kelompok dalam psikologi olahraga khususnya,
telah menghasilkan banyak penelitian yang berguna dan teori dalam bidang tersebut, misalnya,
kepaduan, kompetisi, dan kinerja. Telah ada satu eIek samping dari pendekatan ini, yang telah
sedikit menguntungkan kecenderungan untuk menggolongkan semua proses kelompok dalam
hal individu atau antar perseorangan (Carron, 1982, dan terutama Hogg, 1990, menyajikan
persoalan ini dengan meyakinkan dalam bidang kepaduan kelompok atau tim). Interaksi dalam
olahraga kompetisi pada dasarnya memiliki karakter antar kelompok, karena tujuan pokoknya
adalah kemenangan, meskipun juga ada sisi antar perseorangan.
Teori identitas sosial (TajIel, 1978, 1982; TajIel & Turner, 1979; Turner, 1987; lihat juga Abams
& Hogg, 1990) merupakan percobaan untuk menghadapi aspek-aspek proses kelompok
berdasarkan kelompok atau antar kelompok, tanpa kehilangan pandangan tentang orang individu
sebagai tempat sikap, norma, keputusan, dan sebagainya. Hogg dan Abrams (1988) memberikan
suatu tinjauan luas yang sangat berguna tentang teori ini dan aplikasinya untuk sejumlah bidang
dalam dinamika kelompok. TajIel dan rekan-rekannya menyatakan bahwa proses penggolongan
orang ke dalam kelompok-kelompok adalah dasar dan ada di mana-mana dalam kehidupan
sosial. Selain proses ini terjadi berkenaan dengan diri, agar kategori-kategori yang dihasilkan
memiliki kualitas orang-dalam (kategori atau kelompok ke mana saya termasuk) dan orang-luar
(kategori atau kelompok ke mana saya tidak termasuk, namun yang relevan dengan kelompok-
dalam saya untuk suatu alasan). Tentu saja, TajIel dkk (1973) menunjukkan bahwa
penggolongan ke dalam orang-dalam dan orang-luar dapat terjadi pada seluruh isyarat yang
berubah-ubah, namun yang bahkan ketika ini demikian, para anggota orang-dalam dinilai
sebagai karakteristik yang lebih diinginkan daripada para anggota orang-luar. TajIel
menunjukkan bahwa penggolongan sosial tak dapat dihindarkan, dan bahwa sekali telah terjadi,
perimbangan-pertimbangan orang-dalam dan orang-luar kemungkinan besar mempengaruhi
setiap aspek interaksi sosial.
Identitas Perseorangan dan Sosial
TajIel dan Turner (1979) dan Turner (1987) mengusulkan bahwa untuk tujuan menjelaskan
hubungan orang dalam dan orang luar, konsep diri dapat berguna dianggap sebagai termasuk dua
aspek. Pertama adalah /enttas perseorangan, tersusun dari pertimbangan-pertimbangan saya
tentang diri saya sendiri sebagai seorang individu dan persepsi saya tentang hubungan-hubungan
saya dengan para individu lain (misalnya, saya mungkin melihat diri sendiri sebagai seorang
pelari cepat atau sebagai lebih kompetitiI dari kebanyakan teman seregu saya). Pertimbangan-
pertimbangan ini dicapai dengan suatu proses perbandingan sosial (Festinger, 1954) dengan
orang lain yang serupa dengan cara-cara yang relevan jadi terutama dengan para anggota orang
dalam. Dalam membuat perbandingan-perbandingan ini, kita termotivasi untuk membuat diri kita
berbeda dari orang lain yang serupa dengan cara-cara yang dinilai secara positiI. Perbandingan-
perbandingan sosial yang terjadi secara paling alami adalah ke bawah, dengan para individu yang
tidak memiliki siIat-siIat yang dikehendaki tingkat kita sendiri (lihat Turner, 1987). Identitas
perseorangan mungkin penting ketika daya tarik antar perseorangan tinggi.
Aspek ke dua konsep diri dalam konseptualisasi meliputi /enttas sosal, tersusun dari
karakteristik individu sebagai anggota berbagai orang-dalam, dan bahwa persepsi individu
tentang hubungan kelompok-kelompok dengan orang-luar lain yang relevan. Misalnya, saya
mungkin memandang diri sendiri dan tim saya sebagai khususnya termotivasi dalam suatu krisis,
atau sebagai lebih agresiI daripada tim lain. Ketika identitas sosial penting, perbandingan sosial
adalah dengan kelompok lain, daripada dengan para individu lain. Di sini kita termotivasi untuk
memperkecil perbedaan antara para anggota orang dalam (dan antara para anggota orang luar
yang relevan), sebaik memperbesar perbedaan penampilan, kualitas, dan perilaku, antara orang
dalam dan orang luar (lihat Turner 1987). Diri dan para individu lain adalah terdepersonalisasi
dalam arti bahwa kualitas individu kurang penting dari kualitas yang mendeIinisikan kelompok.
Selain itu, bagi saya sebagai anggota kelompok norma, keterampilan, dan kualitas perseorangan
yang sangat dinilai, di samping yang paling pokok untuk sistem nilai saya sendiri, menjadi yang
terbaik mendeIinisikan dan menggolongkan orang dalam (yaitu, yang paling prototipikal atau
normatiI). Identitas sosial mungkin penting ketika lingkungan sosial mengancam atau ketika
kelompok-kelompok bersaing atau bermusuhan.
Penggolongan kelompok dalam individu ini (Hogg & Abrams, 1988) memiliki sejumlah akibat
penting untuk analisis proses kelompok, beberapa diantaranya adalah kepentingan khusus untuk
bab ini. Pertama teori ini mendalilkan bahwa sikap-sikap dan nilai-nilai, sebagai perilaku,
berubah dalam arah norma kelompok di bawah kondisi di mana identitas sosial penting. Carron
(1988) memberikan sejumlah contoh perubahan dalam nilai-nilai para anggota tim dalam
layanan kinerja tim. Ke dua, proses pembuatan keputusan sebagian ditentukan oleh karakteristik
orang luar yang relevan (ini memiliki relevansi khusus di bidang-bidang polarisasi kelompok dan
pemikiran kelompok). Motivasi berikutnya, pemudahan sosial, dan kemalasan sosial
berhubungan erat dengan situasi orang dalam/orang luar dan siIat normatiI tugas. Akhirnya daya
tarik dan kepaduan mengambil dimensi sosial, yang bisa atau tidak bisa berhubungan dengan
daya tarik perseorangan (seperti yang akan kita lihat).
Para psikolog olahraga mempelajari dinamika kelompok tim, interaksi pelatih-atlet, motivasi,
dan lain-lain belum memberikan banyak perhatian kepada konseptualisasi ini sekarang. Namun
mereka telah mencoba menganalisis proses ini lebih atau kurang menyeluruh dalam hal antar
perseorangan. SiIat kompetitiI olahraga, bagaimanapun juga, berarti bahwa proses tim (dan
individu) terutama merupakan situasi antar kelompok; dengan sungguh-sungguh pertemuan-
pertemuan antar perseorangan lebih merupakan pengecualian daripada aturan. Teori identitas
sosial, oleh karenanya, nampak memberikan struktur teoritis yang rapi untuk studi tim dan
dinamika antar perseorangan di lingkungan olahraga. Kita gunakan ini di sini sebagai suatu cara
yang ditambahkan untuk mengintegrasikan beberapa temuan yang kita tinjau.






Identitas Sosial dan Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial, seperti yang dikemukakan sebelumnya, menganalisis interaksi kelompok
dalam hal keputusan dan strategi biaya-manIaat yang digunakan oleh para individu. Jadi pada
dasarnya merupakan pendekatan antar perseorangan berdasarkan penguatan dan belajar sosial.
Konsep Thibaut dan Kelley (1959) tentang tingkat perbandingan dan tingkat perbandingan untuk
alternatiI-alternatiI, bagaimanapun juga, menyebabkan beberapa perluasan yang menarik ke
bidang antar kelompok. Pertama makin baik hubungan sekarang relatiI terhadap tingkat
perbandingan, makin puas orang dengan kelompok tersebut, dan makin banyak solidaritas yang
dirasakannya dengan kelompok tersebut. Para individu yang sangat puas dengan suatu kelompok
mungkin berpihak dengan lebih kuat kepadanya daripada yang tidak berpihak. Di sisi lain, makn
kurang baik tingkat perbandingan untuk alternatiI-alternatiI, makin banyak individu bergantung
pada kelompok sekarang untuk kepuasan. Para individu dengan beberapa alternatiI yang ada mau
tahan hubungan-hubungan yang agak tidak memuaskan sampai sesuai yang lebih baik berjalan.
Misalnya, dalam olahraga elit seorang atlet di sebuah tim nasional mungkin memiliki suatu
hubungan yang kurang dari memuaskan dengan para individu lain di tim tersebut, namun
keadaan tidak menyenangkan ini ditolerir saat hanya ada satu tim nasional.
Hubungan antara para individu telah dijelaskan oleh sejumlah peneliti sepanjang dua dimensi
yang berhubungan: antar kelompok dan antar perseorangan (misalnya, Gudykunst, 1986).
Interaksi antar kelompok tinggi adalah interaksi di mana identitas sosial sangatlah penting
(misalnya, interaksi antara para anggota dua tim dalam kompetisi). Interaksi antar perseorangan
yang tinggi adalah interaksi di mana identitas perseorangan penting (misalnya, interaksi antara
dua teman di luar lingkungan kompetisi). Beberapa interaksi sosial adalah rendah pada kedua
dimensi (misalnya, interaksi dengan pegawai yang tidak dikenal di sebuah meja kasir) atau tinggi
pada keduanya (misalnya, seorang pria dan wanita yang menikah), namun ini relatiI tidak
mungkin terjadi di lingkungan olahraga.
Para anggota kelompok yang lebih terikat berada di satu kelompok (yaitu, makin rendah tingkat
perbandingan mereka untuk alternatiI-alternatiI), makin mungkin mereka melihat interaksi
dengan para anggota orang luar dalam hal antar kelompok (lihat Gallois, Franklyn-Stokes, Giles,
& Coupland, 1988; Giles & Johnson, 1987). Dalam keadaan ini mereka lebih mungkin
bertingkah laku secara sempit dalam hal norma-norma yang mendeIinisikan perilaku prototip
untuk kelompok mereka dan untuk mencemarkan perilaku yang menyimpang dari norma-norma
ini. Di sisi lain para individu yang puas dengan kelompok mereka (tingkat perbandingan tinggi),
sedangkan mereka bisa melihat interaksi dengan para anggota orang luar dalam hal antar
kelompok, lebih mungkin menekankan karakteristik positiI kelompok mereka tanpa perlu
mencemarkan perilaku orang luar.
Dari perbandingan ini orang dapat membuat beberapa prediksi tentang para anggota tim
olahraga. Pertama, para pemain yang lebih puas harus melakukan secara lebih Ileksibel dan
berinteraksi secara lebih positiI dengan para anggota tim, sementara para individu yang puas
rendah harus berinteraksi secara lebih negatiI dan lebih mungkin keluar. Volp dan Keil (1987)
memberikan suatu dukungan untuk prediksi ini. Ke dua, para anggota tim yang sangat terikat
akan berinteraksi secara lebih kompetitiI dengan para anggota tim lain daripada para individu
yang kurang terikat. Ke tiga, para anggota tim yang rendah dalam kepuasan maupun
ketergantungan akan bertingkah laku secara kompetitiI terhadap para anggota tim lain.
Dukungan untuk prediksi ini dan prediksi yang berhubungan dan dampak variabel-variabel ini
pada kepaduan dan kinerja menunggu penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai