Anda di halaman 1dari 38

1

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP


FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI SUMATERA
BARAT



Proposal Skripsi

iajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Cuna
Mencapai Celar sarjana Ekonomi Islam
Pada Fakultas syari'ah







Oleh.

RENI SUMARNIS





JURU5AN EKONOMI I5LAM FAKULTA5 5YARI'AH
IN5TITUT AGAMA I5LAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1431 H/ 2010 M

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemilihan 1udul
Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang
dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat
Iertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertambahan penduduk yang besar akan
mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan (Ahmad, 1982:4)
Laju pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan penduduk itu sendiri. Fertilitas
yang tinggi terutama sering terlihat pada masyarakat lapisan kelas bawah,
sehingga korelasi yang negatiI antara Iertilitas dan kemiskinan dapat dianggap
sebagai suatu hukum sosio demograIi (Jaim : 1939). Memang jumlah
penduduk yang banyak merupakan sumber daya yang potensial dalam
pembangunan, tetapi perlu diingat pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat
sering kali tidak diimbangi oleh penyediaan sarana yang memadai. Akibatnya
pertambahan penduduk tidak potensial lagi bahkan menjadi beban bagi
pembangunan.
Salah satu kebijaksanaan yang penting dan relevan untuk
memperlambat atau menekan pertumbuhan penduduk adalah variabel
Iertilitas. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tantangan bagi para ahli
untuk memahami Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
dan mengkaji lebih lanjut sampai sejauh mana terjadinya suatu hubungan
antara Iertilitas dengan Iaktor-Iaktor sosial ekonomi.
3
Pada dasarnya Iaktor sosial ekonomi yang dianggap berperan dalam
usaha untuk menurunkan tingkat Iertilitas sangat banyak. Tetapi disisni
penulis hanya mengkaji dari empat Iaktor saja yaitu jumlah akseptor Keluarga
Berencana (KB), tingkat pendapatan, umur perkawinan pertama dan tingkat
pendidikan wanita.
Pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui upaya
pengendalikan tingkat kelahiran dan tingkat kematian bayi dan anak.
Penurunan tingkat kelahiran dapat dilakukan melalui gerakan keluarga
berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (GBHN,1988).
Secara resmi program nasional keluarga berencana mulai dilaksanakan pada
tahun 1970. Berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden No. 8 tahun 1970, gerakan keluarga berencana nasional
dilakukan melalui rumah sakit, puskesmas, posyandu dan klinik-klinik. Di
Sumatera Barat program keluarga berencana relatiI baru dimulai (awal periode
1980-an) namun program ini nampaknya mendapat sambutan dari masyarakat.
Ini terbukti dari semakin meningkatnya jumlah akseptor KB setiap tahunnya.
Tingkat pendapatan (tingkat pendapatan perkapita) suatu daerah
merupakan Iaktor penunjang yang utama di dalam pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencapai suatu kehidupan
yang lebih baik, terutama penyediaan sarana di bidang kesehatan, pendidikan,
perluasan kesempatan kerja dan lain-lain. Maka dengan adanya peningkatan
pendapatan diharapkan dapat menekan atau memperkecil tingkat Iertilitas.
4
Para peneliti mengungkapkan bahkan perkawinan muda atau
perkawinan remaja banyak memiliki sisi negatiI, seperti makin muda umur
perkawinan pertama, makin memungkinkan terjadi perceraian, sehingga akan
terjadi perkawinan ulang. Perceraian dan perkawinan ulang memiliki dampak
negatiI bagi kehidupan anak. Makin muda umur perkawinan maka makin
panjang pula masa reproduksinya, sekalipun terjadi perceraian (Supratilah dan
Suradji,1979).
Pertumbuhan penduduk Sumatera Barat tergolong rendah bila
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk di daerah-daerah Indonesia
lainnya secara keseluruhan. Rendahnya pertumbuhan penduduk bukan
disebabkan karena penurunan angka kelahiran dan kematian namun banyak
disebabkan oleh arus migrasi keluar Sumatara Barat.
Bila diamati berdasarkan angka kelahiran, maka transisi Iertilitas di
Sumatera Barat juga disebabkan oleh Iaktor budaya. Faktor budaya ini
dimaksudkan karena anak merupakan aset bagi keluarga, khususnya anak
perempuan pada sistem kemasyarakatan matriakat. Faktor budaya merantau
diperkirakan memberi dampak terhadap tingginya keinginan rumah tangga
untuk memiliki anak, yang tujuannya untuk berjaga-jaga. Karena di
Minangkabau anak laki-laki sebagian besar pada saat dewasa cenderung pergi
meninggalkan kampung halaman atau diistilahkan dengan merantau.
Masalah Iertilitas ini mempunyai hubungan langsung dengan jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Sumatera Barat yang berumur antara
15 sampai 49 tahun. Karena penurunan tingkat Iertilitas dilaksanakan
5
berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab mereka untuk mensukseskan
program keluarga berencana.
Berdasarkan uraikan di atas, penulis berminat untuk menyusun skripsi
yang berjudul 'PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP
FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI SUMATERA
BARAT.

B. Perumusan Masalah
Masalah penduduk yang paling utama dihadapi Sumatera Barat adalah
masih relatiI tingginya pertumbuhan penduduk. Fertilitas merupakan salah
satu Iaktor yang sangat penting dalam menentukan besar atau kecilnya laju
pertumbuhan penduduk.
Semakin banyaknya wanita memperoleh pendidikan yang lebih baik
pada gilirannya akan menyebabkan tertundanya umur perkawinan pertama.
Hal ini akhirnya dapat menurunkan tingkat Iertilitas karena terdapat pola
hubungan yang bersiIat negatiI antara umur perkawinan pertama terhadap
Iertilitas.
Dengan semakin luasnya kesempatan kerja bagi wanita sehingga
mereka bisa menambah pendapatan keluarganya. Hal ini juga mempengaruhi
pola Iertilitas dalam suatu keluarga, karena semakin sibuk wanita atau
semakin besar peranan wanita dalam masyarakat sekitar maka semakin kecil
tingkat Iersilitasnya.
6
Untuk itu penulis mengaggap perlu adanya suatu penelitian untuk
mengetahui analisa yang penulis kemukakan diatas, dengan mengemukakan
permasalahan :
1. Seberapa besarkah pengaruh tingkat pendapatan terhadap Iertilitas
di Sumatera Barat ?
2. Sejauh manakah pengaruh program keluarga berencana terhadap
Iertilitas di Sumatera Barat ?
3. Sejauh mana pula pengaruh umur perkawinan pertama terhadap
Iertilitas di Sumatera Barat ?
4. Usaha-usaha apa sajakah yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat ?

. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan dasar pemilihan judul dan perumusan masalah
maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat pendapatan, program KB
dan umur perkawinan pertama terhadap tingkat Iertilitas.
b. Untuk mengetahui perkembangan Total Fertility Rate (TFR) di Sumatera
Barat.
c. Mengemukakan beberapa kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang :
7
1. Pengaruh Iaktor sosial ekonomi terhadap tingkat Iertilitas di Sumatera
Barat dan hal-hal yang terkait di dalamnya.
2. Pola Iertilitas di Sumatera Barat dan menyusun rencana yang berkaitan
dengan masalah kependudukan.
D. Hipotesa
Berdasarkan kepada permasalahan dan tujuan penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
1. Tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang negatiI dengan
tingkat Iertilitas. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan
sebagian orang tua untuk mengganti kualitas dari pada kuantitas
dengan cara memperkecil jumlah anak.
2. Jumlah wanita akseptor KB diduga mempunyai hubungan yang
negatiI dengan tingkat Iertilitas. Semakin banyak wanita menjadi
akseptor KB maka angka Iertilitasnya akan turun.
3. Diduga umur perkawinan pertama juga mempunyai hubungan yang
positiI dengan tingkat Iertilitas. Semakin muda umur perkawinan
pertama seorang semakin panjang pula waktu orang tersebut untuk
melahirkan anak.
4. Tingkat pendidikan wanita, semakin banyak wanita memperoleh
pendidikan yang lebih baik pada gilirannya akan menyebabkan
tertundanya umur perkawinan pertama. Dan hal ini akhirnya dapat
menurunkan tingkat Iertilitas karena terdapat pola hubungan antara
umur perkawinan pertama terhadap Iertilitas.
8
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari penyimpangan dari tujuan yang dimaksud, perlu
ditegaskan batasan-batasan masalah yang akan dibahas, yaitu :
'Tingkat penelitian dibatasi pada beberapa variabel saja. Jadi dalam
hal ini yang menjadi variabel bebas adalah tingkat pendapatan
perkapita atas dasar harga konstan, jumlah wanita akseptor KB dan
umur perkawinan pertama, sedangkan variabel tidak bebasnya
adalah tingkat Iertilitas.

F. Tinjauan Judul
Pengaruh :Daya yang ada atau yang timbul dari variabel yang
membentuk watak, kepercayaan variabel lain.
Fakror :Hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan
(mempengaruhi) terjadinya sesuatu.
Sosial :Berkenaan dengan masyarakat perlu adanya
komunikasi, usaha menunjang pembangunan, atau suka
memperhatikan kepentingan umum.
Ekonomi :Kegiatan manusia dalam usaha memenuhi
kebutuhannya.
Fertilitas :Tingkat rata-rata jumlah bayi yang dilahirkan hidup oleh
seorang wanita selama usia suburnya atau dimasa-masa
reproduksinya (Sardjono, 1982).

9
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab satu berisikan dasar pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan
dan manIaat penelitian, hipotesa, ruang lingkup pembahasan dan
sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Disini dijelaskan tentang kerangka teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab tiga ini berisikan metodologi penelitian, yang membahas
tentang data dan sumber data, metode analisis data, serta Uji
Statistik.
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI SUMATERA BARAT
Pada bab ini dianalisa tentang perkembangan Iaktor sosial ekonomi
di Sumatera Barat, meliputi tingkat pendapatan, umur perkawinan
pertama dan perkembangan Total Fertility Rate (TFR) di Sumatera
Barat.
BAB V HASIL ESTIMASI, ANALASIS DAN AMPLIKASI
Pada bab ini akan dibahas hasil perhitungan regresi dan
kebijaksanaan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka
penurunan tingkat Iertilitas di Sumatera Barat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan bedasarkan hasil analisis
data dan pembahasan serta diakhiri dengan saran.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1.Angka Kelahiran
Angka kelahiran termasuk salah satu subjek penting bagi ilmu
DemograIi yang memberikan pengaruh langsung pada pertumbuhan penduduk
terutama yang menyangkut distribusi, stuktur dan perubahan jumlah
penduduk. Hal ini dilihat dari hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita.
Angka kelahiran adalah banyaknya bayi lahir hidup dan lahir mati yang
dilahirkan oleh seorang wanita dalam jangka waktu tertentu.
Tingkat Iertilitas adalah tingkat rata-rata jumlah bayi yang dilahirkan
hidup oleh seorang wanita selama usia suburnya atau dimasa-masa
reproduksinya (Sardjono, 1982). Fertilitas dapat pula diartikan sebagai hasil
reproduksinya yang nyata dari seorang wanita (LDUI), 1985). Dengan kata
lain Iertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Angka kelahiran ini berhubungan sekali dengan tingkat Iertilitas.
Fertilitas ini mengandung arti Menurut kamus bahasa Indonesia yang artinya
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Menurut asal katanya
Iertilitas berasal dari bahasa Inggris yaitu Iertility yang berarti kesuburan,
Sedangkan menurut Sembiring dalam proposal Andy Febrian (2009) Fertilitas
adalah taraI kelahiran yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang
telah terjadi (lahir hidup dan lahir mati). (Andy Febrian,2009).

11
Beberapa penulis kependudukan terdahulu cenderung percaya bahwa
yang menentukan Iertilitas adalah Iaktor-Iaktor non ekonomi (analisa Iertilitas
diluar analisa ekonomi). Namun seiring dengan terus berkembangnya ilmu
ekonomi, kepercayaan tentang hubungan Iertilitas dengan Iaktor ekonomi
semakin kuat, seperti dengan munculnya ide Neo Mathusian yang berpendapat
bahwa peningkatan pendapatan mempunyai pengaruh terhadap Iertilitas. Teori
ini menekankan pada pembatasan pertumbuhan penduduk dengan
menggunakan pembatasan kelahiran (Lucas, 1990:224).
Teori ekonomi kependudukan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
menjelaskan bahwa Iaktor-Iaktor yang menentukan jumlah kelahiran anak
yang diinginkan perkeluarga di antaranya adalah berapa banyak kelahiran
yang dapat dipertahankan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah cara
bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang
melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak
yang diinginkannya. Perhitungan-perhitungan demikian itu tergantung pada
keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari
biaya tambahan kelahiran seorang anak, baik berupa keuangan maupun psikis
(Calwell,1983).
Pandangan terhadap Iaktor-Iaktor ekonomi yang mempunyai pengaruh
kuat terhadap Iertilitas bukan hal yang baru. Dasar pemikiran yang utama dari
teori transisi demograIi yang sudah dikenal luas adalah sejalan dengan
diadakannya pembangunan sosial ekonomi.
12
Transisi demograIi adalah kondisi yang merupakan proses perubahan
dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi secara perlahan menuju
ketingkat menengah dan rendah. Dasar pemikiran yang utama dari teori
Transisi DemograIi adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembangunan
sosial ekonomi, maka keinginan mempunyai anak lebih merupakan suatu
proses ekonomis daripada proses biologis (Robinson dalam Buku David
Lucas dkk,1990).
Angka kelahiran mengasumsikan bahwa permintaan untuk
mendapatkan sejumlah anak ditentukan oleh preIerensi keluarga itu sendiri
atas jumlah anak yang dianggap ideal (biasanya yang lebih mereka inginkan
adalah anak laki-laki). Dari perspektiI demograIi, angka kelahiran merupakan
Iaktor penentu dinamika kependudukan.
Tinggi rendahnya angka kelahiran dapat menggambarkan kecepatan
pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara. Untuk dapat melihat ukuran
angka kelahiran yang sering digunakan antara lain :
1) Crude Bith Rate (CBR) atau angka kelahiran kasar.
Sering juga disebut sebagai kelahiran perseribu penduduk. Cara
perhitungannya dengan Rumus :
CBR
]umIuh kcIuhun duIum sutu tuhun
]umIuh pcnduduk duIum tuhun tcscbut
x 1000
Jumlah penduduk biasanya dihitung pertengahan tahun (tgl 1 Juli)
CBR ini disebut juga sebagai angka kelahiran kasar karena sebagai penyebut
atau pembaginya dipakai jumlah total penduduk yang termasuk laki-laki dan
13
anak-anak. Sedangkan penduduk yang melahirkan hanyalah wanita yang
dalam masa produksi dalam keadaan kawin.
General Fertility (GFR)
General Fertility Rate adalah penghalusan dari Crude Birth Rate
dimana pada GFR penyebut atau pembagi bukan lagi jumlah total penduduk
tetap adalah jumlah wanita usia subur (biasanya usia antara 15 hingga 45).
Rumusnya adalah sebagai berikut :
CFR
]umIuh kcIuhun duIum suutu tuhun
]umIuh wuntu usu 15-45 pudu tuhun tcscbut
x 1000
GFR ini biasanya jauh lebih tinggi GBR, tergantung dari jumlah
wanita usia subur pada penduduk tersebut.
2) Age SpesiIic Rate
Angka ini dipakai untuk mengetahui tingkat Iertilitas pada wanita usia
tertentu. Yaitu terdapat dari jumlah kelahiran pada wanita usia tertentu atau
golongan usia tersebut.
Rumus :
ASFR
]umIuh kcIuhun pudu wuntu uoIongun 0mu
]umIuh wuntu uoIongun 0mu tcscbut
x 1000
Golongan usia yang biasanya dipakai ialah 5 tahunan seperti misalnya
15-19 atau 20-24 hingga 45-49.

3) Total Fertility Rate (TFR)
Angka TFR ini didapat dengan menjumlahkan semua ASFR tiap umur
dari wanita pada usia subur. Total Fertility Rate adalah suatu ukuran yang
14
berguna untuk menggambarkan keadaan Iertilitas yang murni atau yang
sebenarnya pada waktu tertentu.
4) Gross Reprodusi Rate (GRR)
Gross Reproduksi Rate adalah angka yang menunjukkan rata-rata
jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita seumur
hidupnya.
5) Net Reproduction Rate (NRR)
NRR adalah angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak
perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita seumur hidupnya dan didapat
tetap hidupnya hingga mencapai umur ibunya ketika melahirkannya.
Dari kelima ukuran diatas yang dipergunakan di Indonesia adalah total
Iertilitas Rate (TFR). Total Iertility Rate inilah yang murni atau biasanya
dapat menggambar keadaan Iertilitas (kelahiran). (Mulyadi, S,2002)
Menurut teori Maltus bahwa makanan merupakan unsur penting bagi
kehidupan manusia, naIsu manusia tidak dapat dibendung dan ditahan,
akibatnya pertambahan penduduk jauh lebih pesat daripada pertumbuhan
makanan. Penduduk bertambah menurut deret ukur sedangkan makanan
bertambah menurut deret hitung.
Teori Neo Maltusian bahwa kelahiran seorang bayi kedunia sebagai
suatu tekanan terhadap lingkungan, setiap bayi yang lahir memerlukan ruang,
air, makanan, pakaian, trasportasi, pendidikan, perawatan kesehatan, dan
pekerjaan setelah ia dewasa. Semakin banyak bayi yang dilahirkan semakin
besar tekanan terhadap lingkungan dan pembangunan. Teori Nassau William
15
Senior bahwa cita-cita untuk memperbaiki keluarga sama kuatnya dengan
keinginan untuk menurunkan tingkat keturunan. Akibatnya dalam suasana
kehidupan yang normal, pertambahan penduduk tidak mungkin lebih tinggi
dari bahan kehidupan yang ada. (Makalah Andy Febrian,2009).
1. Pada tahap ini, harga seorang anak sangat rendah. Akibatnya jumlah anak
yang diinginkan sangat banyak. Namun umumnya keadaan sosial
ekonomi masih buruk, begitu pula kondisi keselamatan para ibu. Kondisi
gizi belum baik, sehingga kesuburan para ibu dan resiko keguguran sangat
tinggi. Fertilitas sangat rndah.
Dengan demikian tidak mengherankan jika penduduk mengalami 'deIisit
Iertilitas. Jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak
yang bisa dilahirkan. Angka Iertilitas tergantung pada Iertilitas alamiah
semata. Perbaikan pada kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi
kondisi kesehatan, sehingga menaikkan Iertilitas alamiah-langsung
meningkatkan angka Iertilitas penduduk. Karena jumlah anak yang bisa
mereka miliki, pada tahap ini pelayanan kontrasepsi tidak diperlukan.
2. Pada tahap ini, harga seorang anak sudah mulai meningkat, begitu pula
tingkat Iertilitas alamiah. Bahkan, Iertilitas alamiah sudah melampaui
jumlah anak yang diinginkan. Dengan demikian, penduduk mengalami
'surplus Iertilitas. Mereka mulai membutuhkan kontrasepsi.
Sayangnya, pada tahap ini harga pelayanan kontrasepsi masih sangat
mahal. Tidak saja harganya terlalu tinggi (aspek moneter), tetapi juga
nilai-nilai sosial belum bisa menerima penggunaan kontrasepsi (aspek non
16
moneter). Akibatnya dengan tingkat pendapatan saat itu, penduduk tidak
mampu menjangkauan pelayanan kontrasepsi, terdapat unmet need
terhadap kontrasepsi, sehingga angka Iertilitas masih dipengaruhi Iertilitas
alamiah semata. Meskipun penduduk sudah membutuhkan pelayanan
kontrasepsi, tetapi dampaknya belum terlihat pada angka Iertilitas. Sekali
lagi, perbaikan pada kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi kondisi
kesehatan, sehingga menaikkan Iertilitas alamiah-langsung meningkatkan
angka Iertilitas penduduk.
3. Pada tahap ini, harga anak sudah cukup tinggi dan harga kontrasepsi
sudah mulai terjangkau oleh sebagian penduduk. Sebagian penduduk itu,
sudah menginginkan dan menggunakan kontrasepsi. Namun, belum
semua penduduk dapat menjangkau pelayanan kontrasepsi. Sebagian
penduduk yang berpendapatan rendah, belum mampu menjangkau
pelayanan kontrasepsi. Dengan kata lain masih ada unmet need terhadap
kontrasepsi.
Pada tahap ini, perbaikan kondisi sosial ekonomi tidak selalu membawa
peningkatan angka Iertilitas perbaikan ekonomi sosial masih akan
meningkatkan tingkat Iertilitas alamiah, namun dengan peningkatan
semakin menurun. Sementara itu, kenaikan harga anak dan penurunan
harga kontrasepsi membuat semakin banyak orang yang memakai
kontrasepsi dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Dengan demikian,
angka Iertilitas tergantung pada kedua hal tersebut. Jika dampak
17
perbaikan sosial ekonomi pada Iertilitas alamiah lebih kecil daripada
dampak pemakaian kontrasepsi, maka Iertilitas akan menurun.
4. Pada tahap ini, harga anak sudah demikian tinggi, namun nilai harga
pelayanan kontrasepsi sudah semakin rendah. Sebagian besar penduduk
sudah dapat menjangkau pelayanan kontrasepsi dan memakai kontrasepsi.
Karena kondisi kesehatan penduduk sudah sedemikian baiknya, perbaikan
kondisi sosial ekonomi sudah tidak lagi membawa peningkatan Iertilitas
alamiah. Dengan demikian, angka Iertilitas semata-mata dipengaruhi oleh
jumlah anak yang dipengaruhi oleh jumlah anak yang diinginkan oleh
penduduk. Perbaikan kondisi sosial ekonomi mempengaruhi angka
Iertilitas melalui pemakaian kontrasepsi.
Pada tahap ini tercapai kondisi #eplecement Level Fertility, yang
ditandai dengan angka Net #eplecement #,te sama dengan satu (NRR).
(Mulyadi, S,2002).

. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Wanita Dengan Angka Kelahiran
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan
penduduk mengolah sumber daya alam dengan baik. Disamping itu
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan penduduk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga taraI hidupnya meningkat.
Sedang tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan lambannya taraI
hidup, dengan demikian kemajuan menjadi terhambat (Torop dalam proposal
18
Andy Febrian, 2009). Pendidikan merupakan kegiatan (usaha) yang dijalankan
dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah tingkah laku
yang diinginkan.
Dalam Undang-Undang no 2/1989) tentang sistim pendidikan nasional
pasal 4 berbunyi : Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan merupakan Iaktor penting dalam
pengembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan tidak saja menambah
pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja (Simanjuntak,
1988).
Pendidikan adalah 1) Proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuannya, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat
dimana dia berada, 2) Proses sosial dimana dia dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang dating dari wikolah),
sehingga dapat diperoleh atau menalami perkembangan kemampuan individu
yang optimum. (Andy Febrian, 2009).
Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signiIikan, dalam arti bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai
keputusan. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya
19
berkualitas. Untuk itu lebih mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik.
Apakah mungkin menciptakan anak yang berkualitas kondisi keuangan atau
pendapatan yang terbatas.
Pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap angka
kelahiran daripada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang
relative tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan
Iinansial yang diperoleh seorang anak dibandingkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk membesarkannya. Hubungan antara pendidikan dan nilai
anak juga terlihat pada diri wanita. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita,
bukan saja semakin rasional, akan tetapi semakin besar peluangnya untuk
memasuki pasar kerja. Sementara itu waktu bagi seorang wanita yang bekerja
sangat sedikit, dengan demikian untuk mengasuh dan membesarkan anak
semakin berkurang. Itulah sebabnya nilai anak baginya mungkin berbeda
dengan wanita kebanyakan, terutama yang tidak perpeluang untuk bekerja di
luar rumah (Peran Publik). (Bouge dalam David Lucas (1990).
Penduduk yang mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung
memilih atau merencanakan angka kelahiran atau jumlah anak yang
diinginkan rendah atau Iertilitas rendah akan menuju norma keluarga kecil
sejahtera (Andy Febrian, 2009).




20
. Hubungan Antara Pendapatan Perkapita Dengan Angka Kelahiran
Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang
atau rumah tangga selama jangka waktu satu tahun. Pendapatan terbagi dua
yaitu :
O Pendapatan pribadi merupakan semua jenis pendapatan termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun,
yang diterima oleh penduduk suatu negara.
O Pendapatan disposibel seluruh pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak
yang harus di bayar oleh para penerima pendapatan. (Sadono
Sukirno,1994:417).
Menurut kamus Bahasa Indonesia pendapatan itu adalah hasil usaha.
Pendapatan adalah gambaran yang paling tepat tentang posisi ekonomi
keluarga (termasuk semua barang dan hewan peliharaan).
Pendapatan perkapita salah satu komponen dan pendapatan nasional
yang selalu dilakukan perhitungannya. Pendapatan perkapita salah satu
komponen dan pendapatan nasional yang selalu dillakukan perhitungannya.
Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada
waktu tertentu nilainya diperoleh dari membagi nilai pendapatan nasional
bruto atau pendapatan domestik bruto pada satu tahun tertentu dengan jumlah
penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan perkapita dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu persamaan berikut. (Sadono
Sukirno, 1994:417).
O Perkapita PNB
Pcnduputun NusonuI Buto
]umIuh Pcnduduk

21
O Perkapita PDB
Pcnduputun omcstk Buto
]umIuh Pcnduduk

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang didapat oleh
sebuah rumah tangga/keluarga dalam suatu daerah atau negara, dimana
sebuah keluarga itu terlihat sejahtera atau tidak. Sebab itu pendapatan inilah
akan terlihat tentang pemenuhan kebutuhan keluarga. Tinggi pendapatan
keluarga dan rendahnya angka kelahiran maka semua kebutuhan akan
terpenuhi dan kesejahteraan akan tercapai, dan sebaliknya kalau tinggi angka
kelahiran tentu pembaginya juga tinggi maka pendapatan perkapita tentu akan
rendah.
Menurut Teori Neo Maltusian adalah kelahiran seorang bayi kedunia
sebagai suatu tekanan terhadap lingkungan, setiap bayi yang lahir memerlukan
ruang, air, makanan, pakaian,transportasi, pendidikan, perawatan kesehatan,
dan pekerjaan setelah ia dewasa. Semakin banyak bayi yang dilahirkan
semakin besar takanan terhadap lingkungan dan pembangunan. (Makalah
Andy Febrian : 2009)
Ahli kependudukan, Easterlin dan Chimmins mengemukakan bahwa
keputusan mengenai jumlah anak yang diinginkan dipengaruhi oleh harga
anak menurut si orang tua. Ini berarti keputusan jumlah anak tergantung dari
pendapatan/ kekayaan si orang tua. Dalam hal ini, harga anak dan pendapatan
dihitung dalam nilai sekarang (present value), dan keduanya tidak terbatas
pada aspek moneter. Dengan asumsi suatu tingkat pendapatan/ kekayaan
tertentu, makin tinggi harga anak makin sedikit jumlah anak yang diinginkan,
22
makin rendah harga anak, makin banyak jumlah anak yang diinginkan.
(Mulyadi. S, 2003: 18-20).

. Pandangan Islam Terhadap Angka Kelahiran
Allah SWT memuji siapa yang ingin mempunyai banyak keturunan
(keluarga besar). Untuk itu memperbanyak keturunan sangat dianjurkan,
sehingga perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang 'mandub
(dianjurkan) bukan hanya mubah (diperbolehkan) dan perbuatan ini bukanlah
suatu kewajiban, hal ini hanyalah suatu perbuatan mandub dalam arti bahwa
siapa yang mengerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dilakukan
tidak berdosa atau mendapat hukuman baik dari negara atau di hari akhir
kiamat nanti oleh Allh SWT.
Pada hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi, Rasulullah SAW
bersabda : 'Nikahilah wanita yang sayang dan subur, maka aku akan bangga
padamu. Mu`qil bil Yassar melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
'Nikahilah wanita yang penyayang dan subur keturunannya karena
sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan
para nabi yang lain pada hari kiamat nanti. At Tabrani dari bukunya yang
berjudul Al Mu`jam Al Kabeer, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
'Menikahlah agar kamu mempunyai banyak keturunan (keluarga besar).



23
Dalam Firman Allah SWT : Surat An Nisa Ayat 1
B)0 B1Bb Fb_fVBb
N,; CBb Nf1. . L
1), C1, B8
B 8, B,/8 1NC;
b1@dAH JB@, P Fb_fVBb, Bb
CBb _,B@V =
C;J.Bb, P f Bb CAH
N@1 BqP@C,;
'Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada tuhan-mu yang telah menciptakan
istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
Memperbanyak keturunan adalah perbuatan yang mandub oleh karena
itu tidak berdosa apabila tidak dilakukan, tetapi untuk menciptakan keturunan
yang berkualitas memerlukan banyak pengorbanan dan pertimbangan yang
dilakukan oleh siorang tua tentunya. Ini terlihat dari pendapatan yang
diperoleh suatu keluarga. Dalam hal ini orang tua berperan sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan sianak, tentunya bagi orang tua yang
berpendidikan yang mempertimbangkan segala aspek dimasa yang akan
datang.
Islam mengajarkan dan memerintahkan agar memperbanyak
keturunan dan menjadikan serta menjaga keturunan sebagai cita-cita yang
tinggi. Islam memberikan serangkaian aturan untuk mempertahankan
keturunan seperti pernikahan dan juga untuk memeliharanya.
24
Dalam Firman Allah SWT QS.Al Israa` ayat 31
N, Fb_1JfV H)0
,@ C1f F
C HBf, P f
1JC Cm B4
b1@PAH
'Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Pandangan DemograIi menurut Thomas Robert Maltus yaitu
pertumbuhan penduduk meningkat secara geometri sementara kebutuhan
meningkat secara aritmetika menyebabkan kemiskinan dan penderitaan tidak
dapat dihindari. Menurut kaum kapitalis disebabkan karena barang dan jasa
dikuasai oleh satu orang sedangkan kebutuhan manusia begitu banyak, dan
sejak saat itu barang dan jasa menjadi terbatas jumlahnya sehingga tidak bisa
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Bagaimanapun, Islam menyadari bahwa sebab dari permasalahan
ekonomi dunia sekarang adalah pendistribusian harta yang tidak merata dan
bukan minimnya produksi. Karena pada kenyataannya sumber daya alam di
bumi yang diambil melebihi/ melampai kebutuhan manusia.



25
Dalam Firman Allah SWT : Surat Huud Ayat 6
B, b@ [ ;J.Bb Nf
[V Bb BC; 1,
BfJ B@_J, P
VVH [ 61Jm 0 B,
b@ [ ;J.Bb Nf [V
Bb BC; 1,
BfJ B@_J, P
VVH [ 61Jm 0
' Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
mahIuzh).
Sebab dari pendistribusiannya yang tidak merata adalah aturan yang
tidak adil dari penguasa sehingga menyebabkan hanya beberapa orang saja
yang menjadi miskin sekali, lebih jauh lagi kekayaan akan diatur dan dikelola
oleh beberapa orang saja. Sesungguhnya Islam merupakan sistem yang sangat
adil dan dapat diandalkan dalam memecahkan masalah ekonomi di dunia
miskin sekali, lebih jauh lagi kekayaan akan diatur dan dikelola oleh beberapa
orang saja. Sesungguhnya Islam merupakan sistem yang sangat adil dan dapat
diandalkan dalam memecahkan masalah ekonomi di dunia saat ini. Tidak ada
satu sistem manapun yang lebih adil dan lebih dapat diandalkan daripada
sistem Islam. (Fadly, 2007).
26

B. Kerangka Konseptual
Kelahiran merupakan sangat penting yang mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk karena kelahiran yang selalu bertambah akan
mengakibatkan pertambahan kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan yang
lebih tinggi akan memerlihatkan kualitas penduduk yang lebih akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.
Tingkat pendidikan mempunyai dampak terhadap tingkat Iertilitas,
orang yang berpendidikan akan dapat menunda usia perkawinan, menambah
pengetahuan, bersikap dan bertingkah laku yang serta menatap masa depan
yang lebih optimis. Oleh karena itu mempunyai anak lebih sedikit, ini berarti
akan menentukan tingkat Iertilitas itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
Tingkat pendidikan merupakan Iaktor utama yang mendorong terjadinya
penurunan angka kelahiran, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan
seorang wanita maka akan semakin kecil tingkat kelahiran.
Andy Febrian, 2009, 'Dampak Fertilitas Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi Keluarga Di Kecamatan Kuranji Kota Padang dalam penelitiannya
dikemukakan adanya peningkatan yang cukup signiIikan hubungan antara
pendapatan terhadap Iertilitas.
Yulius Patubuan, 2008, Iaktor-Iaktor penyebab terjadinya kasus gizi
buruk pada balita di Kota Kendari. Dalam penelian ini dikemukakan
pendapatan mempunyai hubungan yang cukup signiIikan terhadap Iertilitas.
27
Setiap keluarga umumnya mendambakan seorang anak karena anak
merupakan cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa banyak yang diinginkan
tergantung dari keluarga itu sendiri dengan pertimbangan pendapatan yang
diterima oleh sebuah keluarga tersebut. Dengan pendekatan ini sulit
diterangkan mengapa pendapatan berpengaruh terhadap Iertilitas karena setiap
orang (dalam hal ini orang tua) menginginkan anaknya dapat tercukupi
dengan kebutuhan dengan maksimal yang mereka butuhkan, sehingga mereka
lebih memilih kualitas dari pada kuantitas anak.
Davis dan Blake (1981) mendekati masalah Iertilitas melalui Iaktor sosial
ekonomi yang mempunyai pengaruh langsung terhadap Iertilitas yang disebut
dengan Intermediate variables. Intermediate variables tersebut meliputi :
1. Tahap hubungan kelamin (the intercouse periode), yaitu Iaktor-
Iaktor yang mempengaruhi hubungan kelamin yang terdiri dari :
a. Umur memulai melakukan hubungan kelamin.
b. Selibat permanen : proporsi wanita yang tidak pernah
melakukan hubungan kelamin.
c. Lamanya berstatus kawin.
d. Abstinensi terpaksa (misal sakit, berpisah sementara)
e. Abstinensi sukarela.
I. Frekwensi bersenggama.

28
2. Tahap konsepsi (the conception periode), yaitu Iaktor yang
mempengaruhi kemungkinan terjadinya pembuahan yang terdiri
dari :
a. Kesuburan dan kemandulan brologis (Iekonditas dan
inIekunditas) yang tidak disengaja.
b. Fekunditas dan inIekunditas yang disengaja (misal sterilisasi)
c. Pemakaian alat kontrasepsi.
Pemakaian alat kontrasepsi pada perempuan kawin usia 15-49
tahun masih menunjukan perkembangan yang cukup lambat,
pelayanan KB oleh pemerintah memang perlu ditingkatkan,
tidak saja dalam upaya pengendalian pertumbuhan penduduk,
melainkan juga kerena KB merupakan bagian dari
kesehatanreproduksi yang dapat menurunkanangka kematian
ibu.
3. Tahap kehamilan (the gestatian periode), yaitu Iaktor yang
mempengaruhi kehamilan yang terdiri dari :
a. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja.
b. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja

Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa tingkat Iertilitas dipengaruhi
oleh Iaktor-Iaktor sosial ekonomi melalui variabel tertentu yang disebut
variabel antara. Variabel tersebut diantaranya adalah Iaktor pendidikan ibu,
29
usia pertama kali kawin, tingkat kesehatan keluarga, tingkat gizi keluarga,
tingkat kematian bayi serta pemakaian alat kontrasepsi.


Dilihat dari segi pendidikan, tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh
penduduk Indonesia (terutama wanita) masih rendah. Tingkat pendidikan
yang rendah ini banyak ditemui di kota-kota kecil atau pedesaan. Untuk itu
pemerintah berusaha melakukan berbagai pembangunan Iisik seperti sekolah,
balai-balai latihan kerja, rumah sakit, serta prasarana transportasi sampai ke
tingkat desa dengan tujuan supaya masyarakat yang tinggal di pedesaan dapat
mengecap pendidikan sampai tingkat tertinggi dan dapat menikmati berbagai
Iasilitas pembangunan seperti masyarakat yang tinggal di kota.
Selain hal di atas, pemerintah Indonesia juga mengkampanyekan
gerakan wajib belajar 9 tahun dengan tujuan untuk memberantas buta huruI
dan meningkatkan taraI pendidikan masyarakat. Dampak program pendidikan
wajib belajar 9 tahun ini juga menyangkut keikutsertaan wanita dalam
pendidikan Iormal adalah tertundanya umur perkawinan pertama.
Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya peraturan tidak tertulis di
hampir semua sekolah dasar atau menengah, bahwa murid-murid tidak
diperkenankan menikah selama dalam pendidikan. Data menunjukkan bahwa
pengaruh pendidikan yang negatiI terhadap Iertilitas wanita usia subur (15-49
tahun) disebabkan karena pengaruh nyata dari usia perkawinan pertama yang
tertunda.
30
Salah satu Iaktor penyumbang penurunan tingkat Iertilitas yang
dicapai Indonesia adalah semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap
pemakaian alat kontrasepsi. Keberhasilan Indonesia dalam pelaksanaan
program keluarga berencana banyak diikuti oleh beberapa negara berkembang
lainnya seperti Philipina, India, dan China. Tingginya kesadaran dan
partisipasi masyarakat terhadap program keluarga berencana karena adanya
perbaikan di bidang pendidikan, seperti yang telah dikemukakan di atas.
Karena perbaikan di bidang pendidikan secara langsung mengubah cara
berIikir ke arah yang lebih modern. Kondisi yang dialami oleh Indonesia juga
dialami oleh negara-negara berkembang lainnya seperti Philipina, Indonesia,
Bangladesh, dll.












31




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penulisan deskriptiI kuantitatiI, yang berusaha
untuk melihat pengaruh variabel bebas dengan variabel tidak bebas,
Selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik, sehingga dari pembuktian
hipotesa dapat dilihat tingkat keberartian (signiIikan) pengaruh antara variabel
tersebut di atas.
Alasan pemilihan bentuk penelitian ini didasari atas kebutuhan
pembuktian hipotesa, dimana untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut
di atas dibutuhkan metode analisa regresi.

B. Data dan Sumber Data
Studi ini menggunakan data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat, ditambah dengan data lain yang berasal
dari instansi-instansi terkait. Dalam penelitian ini menggunakan Series data.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data ini adalah Research Library
Observation.

32




C. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh variabel tingkat pendapatan perkapita,
pendidikan dan umur perkawinan pertama terhadap perkembangan TFR
selama kurun waktu yang ditentukan, dilakukan pendekatan dengan
pengukuran berdasarkan persamaan :

TFR I (X

), i 1,2,3..........................................................................(1)

Selanjutnya metode yang digunakan untuk menerangkan kerangka dasar
perhitungan hubungan antara jumlah variabel TFR dengan seluruh variabel
bebas yang mempengaruhinya dalam jangka waktu tertentu.
Untuk menyerhanakan perhitungan dengan metode ekonometrika,
maka variabel terikat yaitu TFR dengan notasi Y dan variabel bebasnya
tingkat pendapatan perkapita (X
1
), jumlah wanita akseptor KB (X
2
) dan umur
perkawinan pertama (X
3
).

Y bo b
1
X
1
b
2
X
2
b
3
X
3
U................................................................(2)

33
Fungsi tersebut diatas dapat juga dinyatakan dalam bentuk double
logaritma untuk memperkirakan elastisitas masing-masing variabel yang
mempengaruhi tingkat Iertilitas (TFR) yaitu :

Log Y bo b
1
LogX
1
b
2
LogX
2
b
3
LogX
3
Log U.................................(3)
Dimana :
Y Total Fertility Rate (TFR)
Bo Konstanta
X1 Tingkat Pendapatan Perkapita
X2 Jumlah Wanita Akseptor KB
X3 Umur Perkawinan Pertama
b1, b2, dan b3 Elastisitas masing-masing variabel bebas
U Disturbance

D. Uji Statistik
Pengujian statistik bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel
baik secara terpisah maupun secara bersamaan terhadap variabel tidak
bebas. Dengan cara melakukan analisa regresi berganda diperoleh besar
koeIisien masing-masing variabel ini sehingga dapat dilihat kuat tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, Menurut Gujarati
(1998) pengujian statistika ini dilakukan dengan tahap berikut :

a. Pengujian
2

34
Pengujian
2
atau koeIisien determinasi berguna untuk melihat seberapa
besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya
variabel tidak bebas. Nilai
2
didapat dengan menggunakan model
sebagai berikut :

R
2

Y +
2
_
2
Y +

Y
KoeIisien Determinan (
2
) nilainya adalah antara 0 dan 1 (0
2
1),
Seandainya
2
1 berarti persentase variabel tidak bebas yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas X
1
, X
2,
, X
3
adalah 100. Jika
2
0 berarti
variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas
adalah 0 (tidak ada).

b. Pengujian F (F-Test)
Yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai F-test
dengan nilai F-tabel. Nilai F-test dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

F-test
R
2 -
{-R
2
){-)


Dimana :
2
KoeIisien determinasi
K Jumlah variabel
N Jumlah tahun pengamatan
k-1 V1 (degree oI Ireedom numeration)
35
n-k V2 degree oI Ireedom denumeration)


Ho : b1 b2 b3 0, artinya tidak ada pengaruh yang signiIikan variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas.
Ha : paling tidak ada salah satu variabel b = 0, artinya pada pengaruh yang
signiIikan antara variabel bebas dengan variabel tidak
bebas.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh seluruh
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas atau untuk mengkaji hipotesa
sebagai berikut :
Jika F-test _ F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel bebas
secara bersama-sama tidak berpengaruh signiIikan terhadap variabel tidak
bebas.
Jika F- test ~ F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas
bersama-sama berpengaruh signiIikan terhadap variabel tidak bebas.

c. Pengujian t (t-test)
Untuk melihat nilai signiIikan masing-masing parameter yang
diestimasi maka digunakan t0test dengan rumus :

t
X
WX

Dimana :
36
T nilai mutlak pengujian
bi koeIisien regresi
Sbi Standar deviasi
Apabila nilai t-test diperoleh lebih besar dari t dalam tabel distribusi t,
maka parameter tersebut signiIikan. Sebaiknya apabila nilai t-test yang
diperoleh lebih kecil daripada nilai t yang terdapat dalam tabel distribusi t,
maka parameter tersebut tidak signiIikan.
Nilai t-test ini akan bernilai positiI bila koeIisien regresi variabel
bebas ditemukan positiI, demikian pula sebaliknya bila koeIisien regresi bebas
ditemukan negatiI berarti nilai t-test ini juga negatiI.













37









DAFTAR PUSTAKA
Ardy Feor|ar,2009, '0arpa| Ferl|||las Terradap Ke|ar|rar 3os|a| E|oror| Ke|uarga 0|
Kecaralar Kurarj| Kola Padarg. ur|vers|las Neger| Padarg

Ardy Feor|ar,2009 'Va|a|ar Ferl|||las, d|aro|| dar| Weo rllp://rarg|ula|,
Wordpress.cor/2009/01/05/ra|a|ar-lerl|||las), 12 deseroer 2009, 11.15 AV

Fad|y, 200Z, ru|ur ls|ar lerlarg |orlraseps|, arrarrar. Cor.
Ca|dWe||, Jorr C. 1983. 0|recl Ecoror|c Cosls ard 8erel|ls ol Cr||drer. Acader|c Press,
NeW Yor|/Lordor.

lalradj|, 3r| lar|jal|. 19Z1. Ferl|||las (Ke|ar|rar) da|ar Pergarlar 0erogral|. Leroaga
0erogral| FE ul, Ja|arla.

Karluro w|rasurarjo, 1989, 'Keo|ja|ar Keperdudu|ar 0ar Teraga Kerja 0| lrdores|a, FE-
ul: Ja|arla.

Lucas, 0., Vc0ora|d, P., Yourg, C. 1990. Pergarlar Keperdudu|ar (Terjerarar). 0adjar
Vada ur|vers|ly Press, Yogya|arla.
38

Vu|yad|, 3, 2002, E|oror| 3uroer 0aya Varus|a, PT. 0ral|rdo Ja|arla Persada.
NacrroW| 0ja|a| NacrroW| dar lard|us usrar, Pergguraar Te|rr|| E|ororelr|, (Ja|arla: PT
Rajagral|rdo Persada, 2008).
Roo|rsor, warrer C. 0ar 3arar F.l. 1983. Veruju Ferl|||las Terpadu (Terjerarar). Pusal
Pere||l|ar dar 3lud| Keperdudu|ar u0V, Yogya|arla.

3|rarjurla| Payarar J, 1988, Pergarlar E|oror| 3uroer 0aya Varus|a, LPEE ul, Ja|arla.

3u||rro, 3adoro. 1991. Pergarlar Teor| Va|ro E|oror|. Raja 0ral|rdo Persada, Ja|arla.

Acrrad, 3yars|ar. 1991. !eningk,t,n !er,n,n W,nit, d,l,m !emb,ngun,n. Karlor
Verler| uPwRl, Ja|arla.

A|l|ar. 198. !ersepsi M,sy,r,k,t tent,ng Kebud,y,,n. 0rared|a, Ja|arla.
Ararru||ar, 0arljarg d||. 1999. Indik,tor Kesef,hter,,n An,k. 8P3 3lal|sl|cs, lrdores|a.

Aror|r. 1990. Und,ng-Und,ng Nomor 1 T,hun 1974, Tent,ng !erk,in,n d,n
!er,tur,n !el,ks,n,,nny,. 8|ra 0rarra Peruda, lrdores|a.

8a||r, Za|rao dar Varr|rg, Crr|s. 1981. Angk,t,n Kerf, di Indonesi,.RajaWa||, Ja|arla.

Anda mungkin juga menyukai