Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya. Perkembangan neoplasma ganas di serviks tidak menghalangi untuk terjadinya kehamilan. Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang wanita penderita kanker serviks. Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat pendarahan dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat terjadi kematian janin. Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks karena jaringan kanker yang terbentuk, akan menghambat proses persalinan (khususnya Kala I). Bila tumor yang terbentuk lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan dapat menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering terjadi infeksi. Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain : hubungan seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual multi partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik (namun, persentasenya sangat kecil). Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu : usia, melahirkan lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus terutama virus HIV, dan kebiasaan merokok. Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria, anemia, kelemahan pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya vesikovaginal atau rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. 1

Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan angka kejadian kanker serviks dapat ditekan pada tahun - tahun berikutnya.

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT

1.

DEFINISI

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ).

Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagiansquamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC)

Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.

2.

EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2007, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita. Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat diturun. 3

Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah. (sumber :http://healthycaus.blogspot.com) 3. ETIOLOGI / FAKTOR PREDISPOSISI Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lainlain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah : Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. Berganti-ganti pasangan seksual Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping. Faktor genetik Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya. Kebiasaan merokok Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A). Multiparitas Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi menahun Gangguan sistem kekebalan Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS Status sosial ekonomi lemah Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan. 4. MANIFESTASI KLINIK Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis. Kelemahan pada ekstremitas bawah Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

5.

KLASIFIKASI Berdasarkan stadium (menurut FIGO 1978) STADIUM 0 I Ia KRITERIA Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel Proses terbatas pada serviks dan uterus Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak Ib II lebih dari 7 mm. Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan > 4 cm. Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai Iia Iib III IIIa IIIb ke dinding panggul. Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor. Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai ke dinding panggul. Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai dinding panggul. Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding panggul. Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul, atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau IV hidronefrosis. Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul atau ke tempat Iva Ivb yang jauh. Telah bermetastasis ke organ sekitar Telah bermetastasis jauh

6.

PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi o Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk o Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar

o Urine bercampur darah (hematuria) o Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis) o Raut wajah pucat o Kelemahan pada pasien o Keringat dingin

o Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen Palpasi o Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal o Tinggi fundus uteri o Keaktifan gerakan janin o Kelainan letak / posisi janin o Nyeri tekan abdominal o Perubahan denyut nadi o Perubahan tekanan darah o Peningkatan suhu tubuh Auskultasi o Pengukuran DJJ PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%. b. Kolposkopi Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut. c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal. d. Serviksografi

Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan danslide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atauflash). Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masingmasing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks. e. Gineskopi Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada. f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT) Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 L/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5g/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh. 8

7.

KRITERIA DIAGNOSIS Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks : Hasil pemeriksaan negatif Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi. Inkonklusif Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya. Displasia Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya. Hasil pemeriksaan positif Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.

8.

PENATALAKSANAAN MEDIS Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi. Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks : STADIUM PENATALAKSANAAN Biopsi kerucut 0 Ia Histerektomi transvaginal Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi

Ib,Iia

pasca pembedahan IIb, III, IV Histerektomi transvaginal Radioterapi IVa, IVb Radiasi paliatif Kemoterapi 9. KOMPLIKASI 9

Pendarahan Kematian janin Infertil Obstruksi ureter Hidronefrosis Gagal ginjal Pembentukan fistula Anemia Infeksi sistemik Trombositopenia

10. PENCEGAHAN Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan. Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi. Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya : 1. Skrining awal Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak

10

kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun. 2. Pemeriksaan DNA HPV Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Paps smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.

3. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun. 4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif. 11. PROGNOSIS Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi. Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks, antara lain : Usia penderita Keadaan umum Tingkat klinis keganasan Ciri - ciri histologik sel kanker Kemampuan tim kesehatan untuk menangani 11

Stadium 0 I II III

Sarana pengobatan yang tersedia Penyebaran kanker serviks Karsinoma insitu Terbatas pada uterus Menyerang luar uterus % Harapan Hidup 5 Tahun 100 85 tetapi60

meluas ke dinding pelvis Meluas ke dinding pelvis dan atau33 sepertiga bawah vagina atau hidronefrosis Menyerang mukosa kandung kemih7 atau rektum atau meluas keluar

IV

pelvis sebenarnya (sumber : Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2)

KAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa yang Mengkaji Program Strudi : Kelas III B : S1 Keperawatan NIM :

Unit

: Penyakit Dalam

Tgl Pengkajian Waktu Pengkajian Auto Anamnese Allo Anamnese

: 23-11-2010 : 17.40-18.00 WIB : :

Ruang Kamar : Pav. Assisi / K.3-1 Tgl. Masuk RS : 28-12-2010 A. IDENTIFIKASI I. KLIEN Nama Initial

: Ny E

Tempat/ Tgl Lahir (umur) : Semarang, 12 Januari 1972 12

Jenis Kelamin Status Perkawinan Jumlah Anak Agama/ Suku Warga Negara Bahasa yang Digunakan

: :3

laki-laki

Perempuan

: Kawin : Islam / Jawa : : Indonesia Indonesia Daerah Asing Asing

Pendidikan Pekerjaan Alamat Rumah II. AYAH DARI ANAK Nama initial Tempat/tgl lahir(umur) Agama/suku Warga Negara Bahasa yang digunakan

: SMA : Ibu Rumah Tangga : Perum mega Asri Km 15 : Tn. M : Yogyakarta, 1 Januari 1971 : Islam : : Indonesia Indonesia Daerah Asing
-

Asing

III.PENANGGUNG JAWAB Nama Alamat Hubungan dengan klien : Tn M : Perum mega Asri Km 15 : Suami ( 39thn)

B.

DATA MEDIK I. DIKIRIM OLEH II. DIAGNOSA MEDIK Saat Masuk Saat Pengkajian : : : CA serviks stadium III B : CA serviks stadium III B VK Dokter Praktek lain-lain

C.

KEADAAN UMUM I. KEADAAN SAKIT Alasan II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan utama: : Klien tampak sakit sedang : Baring lemah, terpasang infuse RL 20 tetes/menit ditangan sebelah kanan dengan set makro

13

Klien mengatakan terjadi perdarahan dan keputihan serta merasa mual dan tidak nafsu makan. Riwayat kesehatan sekarang: Klien datang dengan diagnosis medis ca serviks stadium III B. Dengan pengobatan terapi radiasi 25 kali dan kemoterapi 5 kali. Sampai pengkajian klien sudah mendapat kemoterapi ke 5 dan radiasi ke 22. Saat dikaji pasien mengatakan sudah tidak terjadi perdarahan dan tidak keputihan, pasien mengatakan masih mual Riwayat kesehatan masa lalu: Pasien mengatakan bulan oktpber 2007, mengalami pendarahan selama 7 hari, perdarahan terjadi setelah melakukan hubungan suami istri. Pasien juga mengatakan pernah keputihan satu minggu sebelum perdarahan oleh karena perdarahan tersebut pasien dibawa ke rumah sakit dan di dioagnosa medis CA serviks stadium IIIB. III.TANDA-TANDA VITAL : a. Kesadaran Kualitatif : Compos mentis Apatis Kuantitatif : > Respon motorik > Respon bicara > Respon Membuka Mata Kesimpulan : Kesadaran penuh Positif mmHg mmHG Negatif : 6 Jumlah :5 :4 1 5 Somnolens Soporomatous Coma

2.

3.

Skala Coma Glasgow :

Flapping tremor/ asterixis :

b. Tekanan darah MAP Kesimpulan c. Suhu d. Pernafasan Irama Jenis IV. PENGUKURAN a. Tinggi Badan b. Berat badan c. Penambahan BB : 49 Kg 2

: 100 / 80 : 100+ 80 = 90

: Tekanan darah hipertensi : 36 oC Oral : : Teratur Dada Axillar Kusmuali Perut Rectal Cheynes-Stokes

: Frekuensi 20 x/ mnt

: 155 cm : 10 Kg 14

Kesimpulan Catatan V. GENOGRAM

: Berat badan normal :

Keterangan : : Laki-laki normal : Perempuan normal : Orang yang tinggal satu rumah : Klien

D.

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN PERSEPSI KESEHATAN PEMELIHARAAN KESEHATAN Riwayat penyakit yang pernah dialami Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit a. Data Subjektif Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di RS karena pasien jarang sakit. Jika sakit tidak pernah berobat hanya dibawa istirahat atau membeli obat di warung. Pasien mengatakan tidak pernah

15

mengkonsumsi vitamin untuk menjaga kesehatannya dan biasa menggunakan antiseptik untuk membersihkan alat genital. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan 3 hari yang lalu merasa sangat pusing, terdapat keputihan dan berbau kemudian terjadi perdarahan. Kemudian pasien dibawa keluarganya ke RS untuk diperiksakan dan oleh dokter pasien dianjurkan untuk dirawat. b. Data Objektif 1. Observasi Kebersihan Rambut Kulit Kepala Kebersihan Kulit Higiene Rongga Mulut : Bersih : Tidak ada ketombe : Bersih, lembab : Tidak ada stomatitis

Kebersihan Genitalia : Bersih Kebersihan Anus : Bersih

KAJIAN NUTRISI METABOLIK a.Data Subjektif 1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan jarang makan, makan hanya 1-2 kali sehari dengan menu nasi, lauk dan sayur. Pasien lebih suka ngemil seperti roti dan makan jajanan seperti gorengan. Minum 4-6 gelas per hari, tidak suka minum susu dan kopi. 2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan sejak sakit malas untuk makan karena perutnya terasa mual. Pasien hanya Menghabiskan porsi makan dari RS, minum 5-6 gelas air putih dan ditambah 1 gelas teh manis sehari. BB sebelum sakit 55 kg. b. Data Objektif Pasien tampak mual dan hanya menghabiskan setengah 1. Observasi porsi makanan yang disediakan rumah sakit. 2. Pemeriksaan Fisik Keadaan rambut Hidrasi kulit detik Palpebrae Conjungtiva : Anedema : Ananemis :warna hitam Rambut bersih dan rontok : Lembab, turgor kulit baik , capillary refill time kurang 3

16

Sclera Hidung Rongga mulut Gusi Gigi geligi Gigi palsu

: Anikterik : Bersih, Tidak ada sekret : Bersih, mukosa mulut lembab, tidak ada sianosis : Berwarna merah muda : Utuh : Tidak ada

Kemampuan mengunyah keras : pasien mampu mengunyah keras seperti apel Lidah Tonsil Pharing : Bersih : Tidak ada pembengkakan : Tidak ada pembesaran

Kelenjar getah bening leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar parotis : Tidak ada pembesaran

Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran Abdomen Inspeksi : Bentuk Bayangan vena Benjolan vena : simetris : Tidak tampak : Tidak ditemukan

Auskultasi : Peristaltik 15 x/ mnt Palpasi : Tanda nyeri umum Massa Hidrasi kulit Nyeri tekan : : tidak ditemukan : tidak ditemukan : Lembab R.Epigastrica Titik Mc.Burney R.Suprapubica R.Iliaca Hepar Lien : Tidak ada pembesaran : Tidak ada pembesaran Negatif Positif, Lingkar perut : - cm

Perkusi Ascites

: Tidak ditemukan

Kelenjar limfe linguinal Kulit Spider naevi Uremic frost Edema Positif

: Tidak ada pembesaran : Negatif Negatif Negatif Postitif Positif

17

Icteric Positif

Negatif

Tanda-tanda radang Lesi

: Tidak ditemukan : Tidak ditemukan lesi

3. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium : 22-11-2010 Hasil 11,80 3,9x106 34,80 4,36 27,00 78,70 34,30 4,10 171,00 13,00 7,11 14 0,64 17 25 Nilai normal 12,00-15,00 4,3-5,9x106 35,0-47,0 3,90-5,60 27,00-32,00 27,00-96,00 29,00-36,00 4,00-11,00 150,00-400,00 11,60-14,80 4,00-11,00 15-39 0,60-1,30 15-37 30-65 Satuan gr% mcl % juta/mmk pg fl g/dl ribu/mmk ribu/mmk % fl mg/dl mg/dl u/l u/l

Pemeriksaan Hematologi 4. Terapi Hb RBC Ht Erytrosit MCH MCV MCHC Leukosit Trombosit RDW MPV Ureum Creatinin SGOT SGPT Lain-lain

Kimia klinik

KAJIAN POLA ELIMINASI a.Data Subjektif 1. Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya BAB 1-2 x / hari tetapi tidak menentu waktunya, bentuknya lembek dengan warna kuning kecoklatan. BAK 45 x / hari warnanya kuning bening.

18

2. Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan sudah 3 hari belum BAB berwarna hitam, BAK agak sakit dan kadang disertai darah. Data Objektif. 3. Observasi Pasien tampak tidak BAB, dan saat BAK tampak merintih 4. Pemeriksaan Fisik Peristaltik usus Palpasi suprapubika Nyeri ketuk ginjal Kiri Kanan a. b. c. d. e. Mulut urethra Anus Peradangan Fisura Hemoroid Prolapsus recti Fisura : 15 x / menit : Kandung kemih Penuh : : : X Negatif X Negatif Positif Positif Kosong

: Tidak ada peradangan : Tidak ada peradangan : : : : :


X

Negatif

Positif Positif Positif Positif Positif

X Negatif X Negatif X Negatif X Negatif

1. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium : dinding tidak menebal, tampak rata, tidak : bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal Tanggal 10 November Vesika urinaria Ginjal kanan tak melebar Ginjal kiri melebar Kesan: Hidronefrosis dan nefrolitiasis sinistra 2. Terapi KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN 19 Lain-lain : bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal normal, tak tampak penipisan korteks, tampak batu dan ureter tak tampak masa maupun batu normal, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu dan ureter

a.Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan kegiatan sehari-harinya hanya di rumah, sambil membereskan rumah. Aktifitas sehari-hari seperti makan, mandi, BAB, BAK dan berpakaian dilakukan sendiri. Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan cepat letih jika banyak bergerak. Aktifitas seperti mandi, BAK, BAB dibantu oleh perawat dan anaknya karena jika berdiri kepalanya terasa pusing, tetapi jika makan masih bisa dilakukan sendiri. b. Data Objektif Aktivitas harian Makan Mandi Berpakaian Kerapian Buang air besar Buang air kecil :0 1 :2 2 3 :2 4 :2 :2 :2 : mandiri : bantuan dengan alat : bantuan orang : bantuan orang dan alat : bantuan penuh

1. Observasi

Mobilisasi di tempat tidur : 2 Ambulansi :2 : Tegap : Tegap

Postur tubuh Gaya jalan

Anggota gerak yang cacat: Tidak ada Fiksasi Tracheostomie : Tidak ditemukan : Tidak ditemukan

2. Pemeriksaan Fisik JVP kurang dari 2 detik Thorax dan Pernafasan Inspeksi : Bentuk thorax : simetris Stridor Dyspnea dEffort Sianosis Negatif Negatif Negatif Positif Positif Positif : - cm H2O

Perfusi pembuluh perifer kuku : dapat kembali dalam waktu

20

Palpasi Perkusi

: Vocal Fremitus : X Sonor Batas paru hepar Kesimpulan Redup : ICS 4 : Tidak ada pembesaran : Teratur : Jelas : Tidak ada Pekak

Auskultasi

Suara Napas Suara Ucapan Suara Tambahan

Jantung Inspeksi : Ictus cordis : Tidak tampak

Klien menggunakan alat pacu jantung X Negatif Palpasi : Ictus cordis Thrill : Perkusi X Negatif Positif : ICS 5 linea media Positif

clavikularis sinistra

: Batas atas jantung : ICS 2 dekstra sinistra Batas kanan jantung : Linea sternalis dekstra Batas kiri jantung : Linea axilaris sinistra : Tunggal : Tunggal : Tunggal Positif

Auskultasi : Bunyi jantung IIA : Tunggal Bunyi jantung IIP Bunyi jantung IT Bunyi jantung IM X Negatif Murmur : X Negatif Positif : Tempat : Grade : HR : 80 x/mnt Bruit Aorta A. Renalis A. Femoralis Negatif Negatif Negatif X Positif Positif Positif

Bunyi jantung III Irama Gallop :

Lengan dan Tungkai Atrofi otot : Negatif : Bebas : Tidak ditemukan : Tidak ditemukan 21 X Positif, Tempat : -

Rentang gerak Mati sendi Kaku sendi

Uji kekuatan otot

: Kiri Kanan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

Reflex fisiologik Reflex patologik Babinski Clubbing jari-jari varices tungkai

: Positif : Kiri Kanan : : Negatif Negatif Negatif X Negatif Positif Positif Positif Positif

Columna Vertebralis Inspeksi N.III IV VI mata ke segaa arah N.VIII Romberg Test N. XI Kaku duduk : Negatif X Positif : Pasien mampu menggerakkan : Tidak ditemukan : Tidak kelainan bentuk Negatif Positif

Palpasi : Nyeri tekan :

: Pasien mampu menggerakkan bola

lehernya ke kanan dan ke kiri

3. Pemeriksaan Diagnostik 4. Terapi Laboratorium Lain-lain

KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT a.Data Subjektif Pasien mengatakan sejak sakit susah tidur malam karena memikirkan penyakitnya, sering terbangun jika tertidur karena bermimpi buruk. Tidur siang kurang lebih 1-2 jam sehari. b. Data Objektif 1. Observasi Ekspresi wajah mengantuk Banyak menguap Palpebrac inferior berwarna gelap 2. Terapi 22 X Negatif x Negatif Negatif - Positif - Positif X Positif

KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KOGNITIF a.Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan menggunakan alat bantu kacamata untuk membaca karena penglihatannya sudah berkurang. Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan sejak sakit tidak menggunakan alat bantu apapun. b. Data Objektif Pasien tampak tidak menggunakan alat bantu untuk membaca. 2. Pemeriksaan Fisik Penglihatan Cornea Visus Pupil Lensa mata : Jernih : Pasien mampu membaca name tage perawat : Isokhor, Kiri dan kanan sama 3 mm : Jernih

1. Observasi

dengan jarak 30 cm

Tekanan intra ocular (TIO) : Kiri dan kanan sama

Pendengaran Pina Canalis : Simetris : Tampak tidak ada serumen

Membran Tympani : Utuh Tes pendengaran jam : Pasien mampu mendengarkan detik

Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai : pasien mampu merasakan nyeri saat dicubit di daerah lengan dan tungkai sebelah kiri NI N II bahunya : Pasien mampu mencium bau minyak kayu putih : Pasien mampu mengenali jenis makanan : pasien mampu menggerrakkan : pasien mampu merasakan rasa manis : Pasien mampu mendengar detik jam

N V Sensorik N VII Sensorik pada teh manis N VIII Pendengaran tangan dengan jarak 5 cm 23

Tes romberg

3. Pemeriksaan Diagnostik 4. Terapi KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI a. Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan tahu akan perannya sebagai seorang ibu dari 3 anaknya. Pasien mengatakan sangat disayangi keluarga dan suaminya. Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan merasa malu akan persepsi orang karena sakitnya ini, pasien berharap ingin cepat sembuh dan cepat kembali ke rumah. b. Data Objektif 1. Observasi 2. Kontak mata Rentang perhatian Suara dan cara berbicara Postur tubuh : fokus : Penuh : Jelas : Tegap Laboratorium Lain-lain

Pemeriksaan Fisik Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ditemukan Abdomen Bentuk Bayangan vena Benjolan massa Kulit Lesi kulit Hidung Lengan : simetris : tidak tampak : tidak ditemukan : tidak ditemukan Payudara Tungkai

Penggunaan protesa :

KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN SESAMA a. Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan tinggal bersama suami dan 3 anaknya. Hubungan dengan keluarga dan tetangga sangat baik. Aktif mengikuti pengajian di lingkungan rumah. 24

Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan walaupun sakit hubungan dengan keluarga dan tetangga masih baik, banyak keluarga dan tetangga datang menjenguk. b. Data Objektif 1. Observasi

Pasien tampak ditunggui anaknya Pasien tampak di jenguk keluarga, suami dan tetangganya KAJIAN POLA REPRODUKSI SEKSUALITAS a. Data Subjektif Riwayat haid Menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari Lama 7 hari, disminore pada hari pertama dan kedua haid Menopaus - .tahun Riwayat sexual Pertama kali melakukan hubungan sexual 20 tahun Suami pada usia 21 tahun, istri pada usia 20 tahun, frekuensi 2-3x seminggu Respon pasca hubungan sexual: nyeri sedikit perdarahan b. Data Objektif 1. Observasi Pasien tampak berjenis kelamin perempuan dan tampak menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Diagnostik Papinicolau smear ( pap smear) Urinalisa 25 Berapa kali.. Hasil. Pituitary gonadotropin Hormone steroid Ter serologi VDRL TP Fluosence antibody abortion

Pemeriksaan darah

Ultrasonografi Endoscopy 4. Terapi Program terapi Radiasi Internal Eksternal Respon

Kemoterapi Kemoterapi ke 5 Tanggal 8 Februari 2010 Tanggal/jam 8 Februari 2010 07.00 08.00 13.30 14.00 Plastosin 60 mg infus Infus NS 0,9% Infus manitol 2% Infus DS Metoclororamid 1 amp Metoclororamid 1 amp

KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS a. Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan jika ada masalah pasien membicarakan dengan suami pasien untuk mengambil keputusan bersama. Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan takut dan sangat cemas dengan penyakitnya tumbuh lagi, tetapi semua keluarga selalu memberikan dukungan dan semangat agar cepat sembuh. b. Data Objektif Pasien tampak bercerita dengan anak dan suaminya. 2. Pemeriksaan Fisik Kulit : Keringat dingin 26 : Tidak ada 1. Observasi

Basah 3. Terapi -

: Tidak ada

KAJIAN SISTEM NILAI KEPERCAYAAN a. Data Subjektif Keadaan sebelum sakit Pasien mengatakan pasien beragama islam, setiap pengajian di lingkungan rumahnya. hari melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dan aktif mengikuti Keadaan sejak sakit Pasien mengatakan tidak bisa melakukan ibadah seperti biasa tetapi jika akan makan berdoa terlebih dahulu. b. Data Objektif 1. Observasi Pasien tampak berdoa sebelum makan

ANALISA DATA

Nama / Umur Ruang / kamar DP 1. DS : malas untuk

: Ny E / 38 thn : Pav.Yoseph / K 7-1 DATA Etiologi Efek samping dari karena 27 Masalah Perubahan nutrisi : kurang dari

Pasien mengatakan sejak sakit kemoradiasi makan

perutnya

terasa

mual,

hanya

kebutuhan tubuh

menghabiskan porsi makan dari RS, minum 5-6 gelas air putih dan ditambah 1 gelas teh manis sehari. DO : Pasien tampak mual dan hanya menghabiskan setengah porsi makanan . yang disediakan rumah sakit. BB sebelum sakit : 55 kg, selama sakit : 49 kg. DS: keletihan sekunder

Tidak toleran aktivitas

Pasien mengatakan cepat letih jika terhadap anemia yang terhadap banyak bergerak. Aktifitas seperti disebabkan oleh mandi, BAK, BAB dibantu oleh kemoterapi. perawat dan anaknya karena jika berdiri kepalanya terasa pusing, tetapi jika makan masih bisa dilakukan sendiri, RBC=3,9x106 mcl, Observasi aktivitas harian Makan Mandi Berpakaian Kerapian Buang air besar Buang air kecil Ambulansi :0 :2 :2 :2 :2 :2 :2

Mobilisasi di tempat tidur : 2 Nb: 0= mandiri 2= bantuan orang DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama / Umur Ruang / kamar No 1. : Ny E / 38 thn : Pav.Yoseph / K 7-1 Nama Jelas Kelompok

Diagnosa Keperawatan Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d efek samping dari kemoradiasi yang ditandai dengan pasien mengatakan sejak sakit malas untuk makan karena perutnya terasa mual, hanya menghabiskan porsi 28

makan dari RS, minum 5-6 gelas air putih dan ditambah 1 gelas teh manis sehari dan pasien tampak mual dan hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang disediakan rumah sakit, BB sebelum sakit : 55 kg, selama sakit : 49 kg. 2 Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia yang disebabkan oleh kemoterapi yang ditandai dengan pasien mengatakan cepat letih jika banyak bergerak. Aktifitas seperti mandi, BAK, BAB dibantu oleh perawat dan anaknya karena jika berdiri kepalanya terasa pusing, tetapi jika makan masih bisa dilakukan sendiri dan RBC=3,9x106 mcl aktivitas harian: Makan Mandi Berpakaian Kerapian Buang air besar Buang air kecil Ambulansi :0 :2 :2 :2 :2 :2 :2 Kelompok

Mobilisasi di tempat tidur : 2 Nb: 0= mandiri 2= bantuan orang

29

RENCANA KEPERAWATAN

Nama / Umur Ruang / kamar No I

: Ny E / 38 thn : Pav.Yoseph / K 7-1 Nama kelompok

Diagnosa Hasil yang Rencana Tindakan Rasionalisasi Perawatan diharapkan Perubahan Nutrisi kurang dari Setelah dilakuakn Pan Mengidentifikasi defisiensi kebutuhan tubuh b.d efek tindakan 3x24 jam, tau masukan makanan nutrisi samping dari kemoradiasi yang diharapkan pasien : setiap hari Membantu dalam identifikasi ditandai dengan pasien - nafsu makan Uku malnutrisi protein dan kalori mengatakan sejak sakit malas meningkat. r tinggi, berat badan. khususnya bila berat badan untuk makan karena perutnya - Porsi makan Pastikan jumlah penurunan dan pengukuran terasa mual, hanya habis berat badan saat ini. antropometrik kurang dari menghabiskan porsi makan - BBnormal Timbang berat badan setiap normal dari RS, minum 5-6 gelas air hari Kebutuhan jaringan putih dan ditambah 1 gelas teh metabolik ditingkatkan begitu manis sehari dan pasien tampak Dor juga cairan (untuk mual dan hanya menghabiskan ong pasien untuk makan menghilangkan produk sisa). setengah porsi makanan yang diet tinggi kalori dan Suplemen dapat membantu disediakan rumah sakit, BB nutrien dengan masukan untuk mempertahankan sebelum sakit : 55 kg, selama cairan yang adekuat. masukan kalori dan protein sakit : 49 kg. Dorong penggunaan yang adekuat untuk suplemen pertumbuhan ibu serta perkembangan janin Untuk menurunkan potensial terjadinya respon mual dan muntah

30

Kon trol faktor lingkungan (misalnya : bau makanan yang terlalu kuat, kebisingan lingkungan, makanan yang terlalu pedas, Kebersihan mulut yang terlalu manis, dan terjaga dapat meningkatkan berlemak) sensasi pengecapan dan nafsu makan Lak Membantu dalam ukan oral hygiene pada mengidentifikasi derajat pasien ketidakseimbangan biokimia dan malnutrisi yang terjadi Kolaborasi : akibat pertumbuhan sel-sel kanker, dapat mempengaruhi Tinjau ulang pemeriksaan dalam penentuan intervensi laboratorium sesuai diet selanjutnya. indikasi, misalnya transferin serum dan albumin Defisiensi vitamin A, C, D, E dapat menghambat proses absorbsi zat-zat nutrisi pada vili intestinum, menghambat proliferasi sel-sel epitel normal, dan menghambat Pemberian vitamin A, B6, pembentukan antioksidan C, D, E. tubuh. Defisiensi vitamin B6 dapat memperberat perasaan depresi yang dirasakan pasien Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang

31

Rujuk pada ahli gizi / tim pendukung nutrisi

dikandungnya, serta menurunkan potensial komplikasi yang terjadi berkenaan dengan malnutrisi protein / kalori dan defisiensi mikronutrien.

2 -

Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia yang disebabkan oleh kemoterapi yang ditandai dengan pasien mengatakan cepat letih jika banyak bergerak. Aktifitas seperti mandi, BAK, BAB dibantu oleh perawat dan anaknya karena jika berdiri

Kriteria Hasil:

Pasien mempertahankan tingkat aktivitas optimal. o Pasien akan memaksimalkan energi dengan beristirahat o Kaji pola istirahat adanya o keletihan pada pasien untuk meminimalkan efek keletihan pada o Anjurkan pasien untuk aktivitas sehari-hari. o mempertahankan pola

Kaji tanda dan gejala adanya ansietas Gunakan satu system pendekatan yang tenang dan meyakinkan Lakukan teknik mendengar aktif Instruksi teknik relaksasi , imajenasi, terapi music. Bantu pasien menjelkaskan pada anggota keluarga yang lainya.

Menentukan data dasar untuk membantu pasien dengan keletihan Meningkatkan control panel Meningkatkan aktivitas selama proses pencegahan keletihan Menghemat tenaga

32

kepalanya terasa pusing, tetapi jika makan masih bisa dilakukan sendiri dan RBC=3,9x106 mcl, aktivitas harian: Makan :0 Mandi :2 Berpakaian :2 Kerapian :2 Buang air besar :2 Buang air kecil :2 Mobilisasi di tempat tidur : 2 Ambulansi :2 Nb: 0= mandiri 2= bantuan orang

istirahan. o Bantu pasien merencanakan aktivitas yang berdasarkan pola istirahat. o Bantu pasien dalam memperioritas tugas hidup o dan mencari bantuan keluarga / teman dalam tugas-tugas yang tidak dapat o dilakukan o Bantu pasien dalam masukan makanan adekuat o o Tawarkan makanan yang lunak , mudah dikunyah. o Tekanan dalam energi pentingnya diet mempertahankan

Memperthankan cadangan protein yang diperlukan untuk mengahasilkan energi. Keletihan mungkin dapat merusak kemampuan menguyah. Protein diperlukan untuk keperluan energi dasar

33

DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

Nama / Umur Ruang / kamar


Klasifikasi obat Misalnya : Antibiotik Analgertik Antiemetik

: Ny E / 38 thn : Pav.Yoseph / K 7-1


Dosis Umum Dewasa: 3x1 Dosis pasien ybs 3x1 Cara pemberia n obat oral Mekanisme kerja dan fungsi obat
meningkatkan tonus dan amplitudo pada kontraksi lambung (terutama pada bagian antrum), merelaksasi sfingter pilorus dan bulbus duodenum, serta meningkatkan paristaltik dari duodenum dan jejunum sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung dan usus. Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik metoklopramida mempengaruhi secara langsung

Nama Obat Metoclorop ramide

Kontra indikasi
Penderita gastrointesti nal hemorrhage, obstruksi mekanik atau perforasi. Penderita pheochrom ocytoma. Penderita yang sensitif terhadap obat ini. Penderita epilepsi atau pasien yang menerima obat-obat yang dapat menyebabkan reaksi ekstrapiramidal.

Side effect obat


Efek SSP: kegelisahan, kantuk, kelelahan dan kelemahan. Reaksi ekstrapiramidal: reaksi distonik akut. Gangguan endokrin: galaktore, amenore, ginekomastia, impoten sekunder, hiperprolaktinemia. Efek pada kardiovaskular: hipotensi, hipertensi supraventrikular, takikardia dan bradikardia. Efek pada gastrointestinal: mual dan gangguan perut terutama diare. Efek pada hati: hepatotoksisitas.

34

CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ. Metoklopramida meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah pada formatio reticularis lateralis.

Efek pada ginjal: sering buang air, inkontinensi. Efek pada hematologik: neutropenia, leukopenia, agranulositosis. Reaksi alergi: gatal-gatal, urtikaria dan bronkospasme khususnya penderita asma. Efek lain: gangguan penglihatan, porfiria, Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS).

Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama, karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.

35

Antasid sirup

Antasida

Annak3x1 anak dan dewasa 1 sendok makan

Oral

Antasida bekerja menetralkan asam dalam lambung DMPS bekerja menurunkan tegangan permukaan gelembung gas dalam lambung sehingga mudah dikeluarkan.

Jangan diberikan pada penderita gangguan fumgsi ginjal yang berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah meningkat).Kombinas i aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida merupakan antasida yang bekerja menetralkan asamlambung dan menginaktifkan pepsin, sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Disamping iu efek laksatif dari magnesium hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari

36

aluminium hidroksida.

37

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Nama / Umur Ruang / kamar Tgl 23-112010 DP 1. : Ny E / 59 thn : Pav.Yoseph/ K 7-1 Waktu 06.30 Pelaksanaan Keperawatan Mengkaji keadaan pasien (pasien mengatakan kepalanya masih pusing jika berdiri terasa berputar-putar, perutnya mual dan ada rasa ingin muntah Mengobservasi TTV : TD : 100/80 mmHg T : 36 C RR : 23 x / menit N : 80 x / menit Nama Jelas kelompok

07.00 Memberikan sarapan pagi (pasien hanya


menghabiskan setengah porsi makan)

08.00 Memberikan obat pada pasien


Metocloropramid,Vitamin A, Antasid 10.00 sirup Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam pada pasien (pasien mengikuti) Mengevaluasi keadan umum pasien (pasien mengatakan kepalanya masih 15.0 0 17.00 nyeri tapi sudah berkurang), pasien tirah baring. Menganjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan Mengobservasi TTV TD : 150 / 80 mmHg T : 36, 2 C RR : 20 x / menit 21.00 N : 82 x / menit Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

12.00

38

Mengontrol keadaan pasien (pasien 22.00 tampak tidur)

EVALUASI KEPERAWATAN

39

Nama / Umur Ruang / kamar Tanggal 24-11-2010

: Ny Z / 59 thn : Pav.Asisi / K 3-1 Evaluasi ( S O A P) S: pasien mengatakan masih mual O: pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan yang disediakan RS TTV: TD N P S : 100/ 80 mmHg : 80 : 23 x/mnt x/mnt Nama Jelas kelompok

: 36 0 C

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1-6 diteruskan S: Pasien mengatakan badan masih lemas, belum kuat melakukan banyak aktifitas O: pasien tampak tirah baring A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan kelompok

DAFTAR PUSTAKA

40

(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 (sumber : Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2 dan Ilmu Kandungan, Hanifa Wiknjosastro) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo) Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2.Jakarta : FKUI sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/ (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo) http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistemreproduksi. html (http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistemreproduksi. html)

41

Anda mungkin juga menyukai