Anda di halaman 1dari 5

Ll1L8A1u8L l

UISIUISI IMAM S1AII'I








C|eh

kLLCMCk lv
Awaluddln 20913041
nurmln




UNIVLkSI1AS MUnAMMADIAn
kLNDAkI
2011
Sejarah Singkat Imam Syafi`i

Nama dan Nasab
Beliau bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap
adalah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin SyaIi bin as-Saib bin Ubayd bin
Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdu ManaI bin Qushay. Nasab beliau
bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri Abdu ManaI bin Qushay. Dengan begitu, beliau
masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh
beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.

Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan
menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu
berpindah dan menetap di Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya
meninggal dalam keadaan masih muda di sana. SyaIi, kakek dari kakek beliau, -yang
namanya menjadi sumber penisbatan beliau (SyaIii)- menurut sebagian ulama adalah
seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak SyaIi, sendiri termasuk sahabat kibar
(senior) yang memiliki kemiripan Iisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan
tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri
dirinya dan menyatakan masuk Islam.

Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam SyaIii berasal
dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian
mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi,
kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah
dan HanaIiyah yang menyatakan bahwa Imam SyaIii bukanlah asli keturunan Quraysy
secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala` saja.

Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat
mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain
menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah Ummu Habibah.
Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam SyaIii adalah seorang wanita yang tekun
beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang Iaqih dalam urusan agama
dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.

Waktu dan Tempat Kelahirannya
Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu HaniIah waIat sehingga
dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu HaniIah
dalam bidang yang ditekuninya. Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang
menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati
oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam
ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar
dua Iarsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman. Ibnu Hajar
memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan
bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika
berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk
negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman).
Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya
yang mulia lenyap dan terlupakan.


Keteguhannya Membela Sunnah
Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu
masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai
landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan
menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam.
Beliau berkata, 'Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah
kalian berpaling mengambil pendapat yang lain. Karena komitmennya mengikuti sunnah
dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits. Terdapat banyak
atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj
beliau dengan mereka. Beliau berkata, 'Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan
bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain
keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka. Imam Ahmad berkata, 'Bagi SyaIii
jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan
prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih
tertarik kepada Iiqih. Imam SyaIi i berkata, 'Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu
kalam dan ahlinya Al-Mazani berkata, 'Merupakan madzhab Imam SyaIii membenci
kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.

Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi Iatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam
adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring
berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi
orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.

Wafatnya
Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang
selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya
beliau waIat karenanya. Beliau waIat pada malam Jumat setelah shalat Isya` hari terakhir
bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan
kepadanya rahmat-Nya yang luas. Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat
Imam SyaIii, sesudah waIatnya. Dia berkata kepada beliau, 'Apa yang telah diperbuat Allah
kepadamu, wahai Abu Abdillah ? Beliau menjawab, 'Allah mendudukkan aku di atas
sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus

Karangan-Karangannya
Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan
jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab.
Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy
mencapai 113 kitab tentang taIsir, Iiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan
jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-
Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4
jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran
dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-SyaIi`i yang kemudian terkenal dengan nama Imam
asy-SyaIi`i adalah pendiri dan pemimpin Mazhab SyaIi`i dan Imam ketiga dalam mazhab
Ahlusunnah. Nasab beliau sampai kepada Hasyim bin Abdul Muthalib kemenakan dari
Hasyim bin Abdu ManaI yang dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama SyaIi` bin Saib
yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw.



Karya-karya Imam Syafi`i
Imam SyaIi`i memiliki banyak sekali karya berharga, di antaranya adalah:
1. Al-Umm
2. Musnad as-Syafii
3. As-Sunnan
4. Kitab Thaharah
5. Kitab Istiqbal Qiblah
6. Kitab Ifab al-fumah
7. Sholatul Idain
8. Sholatul Khusuf
9. Manasik al Kabir
10. Kitab Risalah Jadid
11. Kitab Ikhtilaf Hadist
12. Kitab Syahadat
13. Kitab Dhahaya
14. Kitab Kasril Ard

Berhubung pusat pengajaran beliau berada di kota Bagdad dan Kairo, maka melalui dua kota
tersebut secara perlahan Mazhab SyaIi`i disebarkan oleh murid-muridnya ke negeri-negeri
Islam lainnya, seperti Syam, Khurasan dan Mawara`u Nahr. Tetapi pada abad ke-5 dan ke-6
terjadi konIlik keras antara para pengikut SyaIi`i dan pengikut HanaIi di Bagdad dan juga
pengikut SyaIi`i dan HanaIi di IsIahan. Begitu juga para pengikut SyaIi`i sempat bentrok
dengan dengan para pengikut Syiah dan HanaIi pada zaman Yaqut dimana setelah itu mereka
menguasai kota Rei.
Mazhab SyaIi`i lebih dikenal dengan perpanduan antara ahli qiyas dan ahli hadis. Mazhab
SyaIi`i sekarang tersebar di Mesir, AIrika Timur, AIrika Selatan, Arab Saudi bagian Barat
dan Selatan, Indonesia, sebagian dari Palestina dan sebagian dari Asia Tengah, khususnya
kawasan Kurdistan.
Di antara ulama-ulama pengikut Mazhab SyaIi`i yang terkenal adalah: Nasai`, Abu Hasan
Asy`ari, Abu Ishaq Shirazi, Imamul Haramain, Abu Hamid Ghazali, dan Imam RaIi`i.


Kandungan Nilai Edukatif Moral dalam syi`ir Imam Syafi`i
Akhlak yang baik

Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal.
Dengan akalnya manusia berpikir untuk menjalani hidup. Dalam menjalani hidup manusia
menggunakan nilai-nilai kemanusiaan (akhlak). Manusia mempunyai dua siIat yakni siIat
baik dan buruk. SiIat-siIat yang baik antara lain sopan santun, mulia, baik hati, ketika berjanji
dia menepati dan lain sebagainya. Syi`ir yang berkaitan dengan hal itu adalah yang
terjemahannya:
dan fadilah orang yang pemberani ketika menghadapi musibah.
dan sifatmu hendaklah lapang dada (samahah) dan murah hati (wafa).
Kata Al- Samahah berarti kemuliaan; yang mulia, loman (Jawa). SiIat tersebut termasuk
dalam siIat yang baik. Sedangkan Al-Wafa berarti menepati janji. Orang yang baik adalah
orang yang mempunyai siIat tersebut, walaupun dalam keadaan apapun, karena itu
merupakan bagian dari moral seseorang.
Termasuk siIat baik dari manusia adalah sakha (dermawan; murah hati). Orang yang
dermawan selain dicintai oleh manusia, dicintai pula oleh Allah SWT. Orang yang dermawan
itu akan terhindar dari musibah yang menimpanya. Imam SyaIi`i melukiskannya dengan
syiir.
Dengan sifat kedermawananmu, engkau akan terhindar dari musibah, karena banyak
sekali musibah itu bisa tertutup dengan sifat dermawan (murah hati).

Akhlak yang baik yang lain adalah qonaah. Qona`ah yaitu menahan diri dari hidup
berlebih-lebihan dan merasa puas dengan kehidupan yang sesuai dengan hasil usahanya.
Seorang muslim harus punya siIat qona`ah. Syi`ir yang berkaitan dengan qona`ah adalah:
Jika di dalam hatimu tidak qonaah, maka engkau sama dengan rafa dunia

Etika Profesi
Orang bekerja harus sesuai dengan proIesinya (kompetensinya). Karena kalau tidak,
yang akan dikerjakannya menjadi tidak baik. Tidak syak lagi bahwa Imam SyaIi`i adalah
seorang faqih (ahli ilmu Iiqih) menekuni dibidangnya walaupun dibidang yang lain beliau
juga menekuninya seperti syiir. Bahkan ketika beliau melantunkan syiir lebih indah dari
para penyair terkenal di Arab, seperti Labid. Data yang menunjukkan hal itu adalah:
Kalaulah tidak karena
Syiir itu dapat merendahkan ulama
Pastilah hari ini aku
Lebih puitis dari mereka yang piawai
Lebih berani dari segala harimau
Lebih hebat daripada keluarga Mahlab, dan Bani Ya:id
Kalaulah tidak
Karena takut Ar-Rahman, Tuhanku.
Maka manusia semua akan menfadi abdi bagiku...
Sosok Imam SyaIi'i sebagai salah seorang Imam mazhab sudah tidak asing lagi bagi
seorang muslim. Apalagi kaum muslimin Indonesia yang kebanyakan menganut mazhab
Imam besar tersebut. Namun ternyata sosok Imam SyaIi'i tidak hanya seorang Imam mazhab
saja tetapi dikenal sebagai seorang penyair.
Jika saja Imam SyaIi`i menginginkan dirinya menjadi seorang penyair ternama di
masanya, tentu hal itu akan teralisasi, tetapi beliau lebih cenderung untuk mempelajari hadits
dan Iiqih, sehingga menjadikan beliau harus meninggalkan syair karena hal itu tidak sejalan
dengan ilmu dan dapat meremehkan orang berilmu.

Etika Mencari Ilmu
Etika orang yang mencari ilmu itu tidak melakukan maksiat karena maksiat akan
menjauhkan seseorang kepada Allah SWT. Syi`ir yang menunjukkan hal tersebut adalah:
Aku mengadu kepada Imam Waki tentang hapalanku yang lemah, lantas ia
memberiku petunfuk agar meninggalkan kemaksiatan.
Dia memberitahu kepadaku bahwa ilmu itu cahaya
dan cahaya Allah (hidayah) tidak diberikan kepada sang pendosa.

Maksiat yang dimaksud dalam syi`ir tersebut adalah maksiat lahir. Maksiat lahir
adalah segala perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh atau jasad
dengan melanggar hukum-hukum Allah SWT. Misalnya maksiat mata.
Demikian beberapa contoh syi`ir Imam SyaIi`i yang berkaitan dengan moral atau
etika. Mudah-mudahan tulisan ini bermanIaat tidak saja bagi para guru di kelas akan tetapi
juga para orang tua yang hakekatnya adalah pendidik sepanjang masa bagi anak-anaknya.
Wallahu Alam Bisshowab.

Anda mungkin juga menyukai