UNIVLkSI1AS MUnAMMADIAn kLNDAkI 2011 Sejarah Singkat Imam Syafi`i
Nama dan Nasab Beliau bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin SyaIi bin as-Saib bin Ubayd bin Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdu ManaI bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri Abdu ManaI bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.
Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. SyaIi, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (SyaIii)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak SyaIi, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan Iisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.
Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam SyaIii berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan HanaIiyah yang menyatakan bahwa Imam SyaIii bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala` saja.
Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah Ummu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam SyaIii adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang Iaqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.
Waktu dan Tempat Kelahirannya Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu HaniIah waIat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu HaniIah dalam bidang yang ditekuninya. Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua Iarsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman. Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.
Keteguhannya Membela Sunnah Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, 'Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain. Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits. Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, 'Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka. Imam Ahmad berkata, 'Bagi SyaIii jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada Iiqih. Imam SyaIi i berkata, 'Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya Al-Mazani berkata, 'Merupakan madzhab Imam SyaIii membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.
Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi Iatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.
Wafatnya Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau waIat karenanya. Beliau waIat pada malam Jumat setelah shalat Isya` hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas. Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam SyaIii, sesudah waIatnya. Dia berkata kepada beliau, 'Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah ? Beliau menjawab, 'Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus
Karangan-Karangannya Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang taIsir, Iiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al- Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat. Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-SyaIi`i yang kemudian terkenal dengan nama Imam asy-SyaIi`i adalah pendiri dan pemimpin Mazhab SyaIi`i dan Imam ketiga dalam mazhab Ahlusunnah. Nasab beliau sampai kepada Hasyim bin Abdul Muthalib kemenakan dari Hasyim bin Abdu ManaI yang dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama SyaIi` bin Saib yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw.
Karya-karya Imam Syafi`i Imam SyaIi`i memiliki banyak sekali karya berharga, di antaranya adalah: 1. Al-Umm 2. Musnad as-Syafii 3. As-Sunnan 4. Kitab Thaharah 5. Kitab Istiqbal Qiblah 6. Kitab Ifab al-fumah 7. Sholatul Idain 8. Sholatul Khusuf 9. Manasik al Kabir 10. Kitab Risalah Jadid 11. Kitab Ikhtilaf Hadist 12. Kitab Syahadat 13. Kitab Dhahaya 14. Kitab Kasril Ard
Berhubung pusat pengajaran beliau berada di kota Bagdad dan Kairo, maka melalui dua kota tersebut secara perlahan Mazhab SyaIi`i disebarkan oleh murid-muridnya ke negeri-negeri Islam lainnya, seperti Syam, Khurasan dan Mawara`u Nahr. Tetapi pada abad ke-5 dan ke-6 terjadi konIlik keras antara para pengikut SyaIi`i dan pengikut HanaIi di Bagdad dan juga pengikut SyaIi`i dan HanaIi di IsIahan. Begitu juga para pengikut SyaIi`i sempat bentrok dengan dengan para pengikut Syiah dan HanaIi pada zaman Yaqut dimana setelah itu mereka menguasai kota Rei. Mazhab SyaIi`i lebih dikenal dengan perpanduan antara ahli qiyas dan ahli hadis. Mazhab SyaIi`i sekarang tersebar di Mesir, AIrika Timur, AIrika Selatan, Arab Saudi bagian Barat dan Selatan, Indonesia, sebagian dari Palestina dan sebagian dari Asia Tengah, khususnya kawasan Kurdistan. Di antara ulama-ulama pengikut Mazhab SyaIi`i yang terkenal adalah: Nasai`, Abu Hasan Asy`ari, Abu Ishaq Shirazi, Imamul Haramain, Abu Hamid Ghazali, dan Imam RaIi`i.
Kandungan Nilai Edukatif Moral dalam syi`ir Imam Syafi`i Akhlak yang baik
Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Dengan akalnya manusia berpikir untuk menjalani hidup. Dalam menjalani hidup manusia menggunakan nilai-nilai kemanusiaan (akhlak). Manusia mempunyai dua siIat yakni siIat baik dan buruk. SiIat-siIat yang baik antara lain sopan santun, mulia, baik hati, ketika berjanji dia menepati dan lain sebagainya. Syi`ir yang berkaitan dengan hal itu adalah yang terjemahannya: dan fadilah orang yang pemberani ketika menghadapi musibah. dan sifatmu hendaklah lapang dada (samahah) dan murah hati (wafa). Kata Al- Samahah berarti kemuliaan; yang mulia, loman (Jawa). SiIat tersebut termasuk dalam siIat yang baik. Sedangkan Al-Wafa berarti menepati janji. Orang yang baik adalah orang yang mempunyai siIat tersebut, walaupun dalam keadaan apapun, karena itu merupakan bagian dari moral seseorang. Termasuk siIat baik dari manusia adalah sakha (dermawan; murah hati). Orang yang dermawan selain dicintai oleh manusia, dicintai pula oleh Allah SWT. Orang yang dermawan itu akan terhindar dari musibah yang menimpanya. Imam SyaIi`i melukiskannya dengan syiir. Dengan sifat kedermawananmu, engkau akan terhindar dari musibah, karena banyak sekali musibah itu bisa tertutup dengan sifat dermawan (murah hati).
Akhlak yang baik yang lain adalah qonaah. Qona`ah yaitu menahan diri dari hidup berlebih-lebihan dan merasa puas dengan kehidupan yang sesuai dengan hasil usahanya. Seorang muslim harus punya siIat qona`ah. Syi`ir yang berkaitan dengan qona`ah adalah: Jika di dalam hatimu tidak qonaah, maka engkau sama dengan rafa dunia
Etika Profesi Orang bekerja harus sesuai dengan proIesinya (kompetensinya). Karena kalau tidak, yang akan dikerjakannya menjadi tidak baik. Tidak syak lagi bahwa Imam SyaIi`i adalah seorang faqih (ahli ilmu Iiqih) menekuni dibidangnya walaupun dibidang yang lain beliau juga menekuninya seperti syiir. Bahkan ketika beliau melantunkan syiir lebih indah dari para penyair terkenal di Arab, seperti Labid. Data yang menunjukkan hal itu adalah: Kalaulah tidak karena Syiir itu dapat merendahkan ulama Pastilah hari ini aku Lebih puitis dari mereka yang piawai Lebih berani dari segala harimau Lebih hebat daripada keluarga Mahlab, dan Bani Ya:id Kalaulah tidak Karena takut Ar-Rahman, Tuhanku. Maka manusia semua akan menfadi abdi bagiku... Sosok Imam SyaIi'i sebagai salah seorang Imam mazhab sudah tidak asing lagi bagi seorang muslim. Apalagi kaum muslimin Indonesia yang kebanyakan menganut mazhab Imam besar tersebut. Namun ternyata sosok Imam SyaIi'i tidak hanya seorang Imam mazhab saja tetapi dikenal sebagai seorang penyair. Jika saja Imam SyaIi`i menginginkan dirinya menjadi seorang penyair ternama di masanya, tentu hal itu akan teralisasi, tetapi beliau lebih cenderung untuk mempelajari hadits dan Iiqih, sehingga menjadikan beliau harus meninggalkan syair karena hal itu tidak sejalan dengan ilmu dan dapat meremehkan orang berilmu.
Etika Mencari Ilmu Etika orang yang mencari ilmu itu tidak melakukan maksiat karena maksiat akan menjauhkan seseorang kepada Allah SWT. Syi`ir yang menunjukkan hal tersebut adalah: Aku mengadu kepada Imam Waki tentang hapalanku yang lemah, lantas ia memberiku petunfuk agar meninggalkan kemaksiatan. Dia memberitahu kepadaku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah (hidayah) tidak diberikan kepada sang pendosa.
Maksiat yang dimaksud dalam syi`ir tersebut adalah maksiat lahir. Maksiat lahir adalah segala perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh atau jasad dengan melanggar hukum-hukum Allah SWT. Misalnya maksiat mata. Demikian beberapa contoh syi`ir Imam SyaIi`i yang berkaitan dengan moral atau etika. Mudah-mudahan tulisan ini bermanIaat tidak saja bagi para guru di kelas akan tetapi juga para orang tua yang hakekatnya adalah pendidik sepanjang masa bagi anak-anaknya. Wallahu Alam Bisshowab.