Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

KOMUNITAS MAKROFAUNA TANAH



Nama : Laili Fitriyah
NIM : 109095000031
Kelompok : 5
Asisten : Adeng Hudaya S.Si
Tanggal Praktikum : 5 April 2011
Tanggal Pengumpulan : 19 April 2011





PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
A I
PENDAHULUAN


1.1 Latar 0akang
MakroIauna tanah merupakan bioindikator kesuburan tanah. MakroIauna
tanah berperan dalam proses yang terjadi di dalam tanah, yaitu dekomposisi tanah,
siklus unsur hara dan agregasi tanah. Komunitas makroIauna tanah herbovora
meliputi : Annelida, Moluska, Crustacea, Chilopoda, Diplopoda, Insecta, dll.
Komunita makroIauna tanah karnivora meliputi : Arachnida, Insect, Ophidian,
Squamata.
Kelimpahan dan keanekaragaman spesies makroIauna tanah meliputi
kelimpahan relative (relative abundance yaitu jumlah individu suatu spesies per
jumlah individu total. Keanekaragaman spesies (spesies diversity yaitu kekayaan
spesies (spesies richness dan kelimpahan spesies (spesies abundance meliputi
indeks keanekaragaman (diversity index H`. Kemerataan spesies (spesies
evenness yaitu indeks kerataan (evenness index - E.
Teknik pencuplikan (sampling dilakukan berdasarkan pedoman
pencuplikan standar yang dikeluarkan oleh International Biodiversity Observation
Year (IBOY (Toda dan Kiching, 1999 dengan menggunakan perangkap jebak
sumur (pit fall trap.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengumpulkan dan
mengoleksi makroIauna tanah dengan menggunakan metode pit fall trap
(perangkap jebak sumur. Menghitung keanekaragaman dan kelimpahan relative
makroIauna tanah. Membandingkan keanekaragaman spesies makroIauna tanah
pada komunitas- komunitas yang berbeda.



A II
TIN1AUAN PUSTAKA


Tanah tersusun atas tiga kelompok material yaitu : makhluk hidup (biota,
bahan- bahan organik dan material anorganik seperti debu, liat dan pasir. Dalam
ekosistem tanah terdapat tiga kelompok biota terpenting yaitu :
1. Foto ototroI yang mencakup tumbuhan tingkat tinggi dan beberapa alga.
2. Khemo ototroI, yang meliputi bakteri nitriIikasi dan bakteri pengoksidasi
sulIur.
3. HeterotroI, yang terdiri atas hewan dan Iauna tanah, protozoa dan berbagai
bakteri.
Fauna pada ekosistem tanah terdiri atas makro Iauna dan makro Iauna.
Makro Iauna tanah meliputi : herbivora seperti Annelida (cacing tanah, Moluska
(bekicot, Crustacea (kepiting, Chilopoda (kelabang, Diplopoda (kaki seribu,
dan Insecta (serangga. Serta karnivora meliputi : Arachnida (laba- laba,
kalajengking, Insect (belalang sembah, ular tanah, dan tikus tanah. Sedangkan
mikro Iauna tanah meliputi protozoa dan rotiIera.
Odum (1971 mengelompokkan biota tanah berdasarkan ukurannya yaitu :
a. Mikrobiota. Meliputi : Alga tanah, bakteri, jamur dan protozoa.
Mikrobiota biasanya berhubungan langsung dengan resedu tumbuhan dan
hewan.
b. Mesobiota. Meliputi Nematoda, Oligochaeta, larva serangga dan
Collembola. Mesobiota terutama berperan dalam pakan detritus.
Mesobiota terdapat dalam jumlah terbesar diantara biota tanah lainnya.
c. Makrobiota. Makrobiota meliputi akar tanaman, jenis- jenis cacing,
vertebrata kecil seperti kadal dan ular. Makrobiota meliputi massa terbesar
diantara biota tanah lainnya.
Dalam ekosistem tanah keberadaan makroIauna tanah tidak saja
menyumbangkan bahan- bahan yang akan dirombak oleh jasad saproIop
(pengurai sehingga menambah kandungan zat organik tanah, tetapi juga
membentuk agregrasi tanah. Pada ekosistem tanah yang banyak dihuni oleh
makroIauna tanah, struktur tanah menjadi gembur dan mempunyai porositas yang
tinggi. Keadaan yang demikiaan menyebabkan mikroIlora dan mikroIauna
pendekomposer melimpah dan meningkat aktiIitasnya. Tentu saja hal ini akan
meningkatkan kesuburan tanah.
Penyebaran intern menunjukan pola distribusi seranga di suatu wilayah.
Pola distribusi tersebut disebabkan oleh adanya karakteristik sumber daya
lingkungan. Penyebaran individu di dalam populasi mengikuti pola tertentu sesuai
dengan jenis organisme, macam habita yng ditempati dan luas area yang
ditempati.
Odum (1998 menyatakan bahwa terdapat tiga pola penyebaran individu di
dalam populasi, yaitu acak, seragam, dan bergerombol.
a. Acak (Random
Pada pola acak setiap individu mempunyai pengaruh yang sama, sehingga
keberadaan satu individu tidak mempengaruhi yang lainnya. Peluang satu
individu untuk menempati suatu tempat tidak berbeda dengan menempati
tempat lain dan kehadiran satu individu di suatu tempat tidak akan
mempengaruhi kehadiran individu yang lain. Penyebaran acak jarang
ditemukan di alam karena habitat tidak homogeny dan terdapat
kecenderungan untuk berkumpul. Herbivora selalu berhubungan dengan
tanaman inang, sehingga pola acak mungkin dapat kita temukan pada
serangga di agroekosistem dan pemencaran dengan bantuan angin pada
batas-batas tertentu.
b. Seragam (Regular
Penyebaran seragam dapat terjadi jika kondisi lingkungan cukup seragam,
terdapat pengaturan jarak yang sama dan sistematis. Pada persaingan antar
individu yang sangat keras, terdapat antagonisme positiI yang mendorong
pembagian ruang yang sama.
c. Berkelompok (Clumped
Pola berkelompok sangat umum terjadi di alam. Peluang untuk
menemukan individu yang lain dari anggota populasi sangat besar jika
telah ditemukan satu individu. Pola ini dapat terjadi karena kondisi
lingkungan tidak seragam dan tiap individu memberikan respon yang sama
terhadap perubahan lingkungan, pola reproduksi yang memungkinkan
adanya pengasuhan induk ada keturunannya dan perilaku social yang
menghasilkan koloni atau himpunan organisasi lainnya. Pada pola
penyebaran ini, kelompok yang terbentuk dapat sama atau berubah-ubah
besarnya dan tersebar secara acak, seragam atau berkelompok, sehingga
diasumsikan ada lima tipe penyebaran, yaitu acak, seragam, berkelompok
acak, berkelompok seragam, dan berkelompok berkumpul.






















A III
METODE PENELITIAN



3.1 Lokasi dan Waktu P0n0itian
Lokasi yang dipilih untuk memasang pit Iall trap adalh di taman belakang
perpustakaan utama (tajuk pohon. Dilakukan pukul 09.00 12.00 WIB pada hari
Selasa tanggal 5 April 2011.

3.2 Aat dan ahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : golok, parang,
sekop, gelas plastic, pasak kayu, Iiber glass, botol kleksi, soil tester, thermometer,
lux meter, sling psycrhometer, gunting, label dan tali raIia. Bahan- bahan yang
digunakan adalah aquades, detergen, Iormalin dan alcohol 70.

3.3 Cara K0rja
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dipilih dua lokasi pencuplikan
yakni di bawah kanopi pohon (vegetasi dan di tempat terbuka (nonvegetasi.
Kemudian dipilih satu titik pada tiap lokasi. Lalu dilakukan teknik pencuplikan
(sampling berdasarkan standar IBOY, yaitu 5 buah pit Iall trap disusun silang
pada tiap titik dengan jarak masing- masing 1 m (gambar 1. Cara membuat
perangkap jebak sumur adalah dibuat lubang pada tanah dengan kedalaman dan
diameter sama dengan tinggi dan diameter gelas. Lalu dimasukkan gelas ke dalam
lubang dengan permukaan gelas sejajar dengan permukaan tanah. Dibuat empat
patok sebagai penyangga atap Iiber agar jebakan terhindar dari air hujan, jarak
antara permukaan tanah dengan atap 10 cm (gambar 2. Kemudian dicampurkan
larutan detergen dengan air lalu dimasukkan ke dalam gelas yang telah ditanam
sebanyak 1/3 dari volume total gelas.
Dilakukan pengoleksian setiap dua hari pada waktu yang sama, berturut-
turut selama satu minggu, diganti air sabunnya setiap 2 hari sekali. Dilakukan
pengukuran Iactor lingkungan abiotik tanah pada hari pertama dan terakhir, yaitu
kelembaban udara, suhu udara dan intensitas cahaya. DiidentiIikasi sampel hewan
di laboratorium dan di hitung jumlah individu untuk masing- masing kelompok
taksa.


Pit Iall trap

1m
1m 1m


1m



Gambar 1. Susunan pit fall trap pada setiap titik sesuai standar IBOY (1999

3.4 Anaisis Data
Kelimpahan relatiI
Kpoon o (K) =
n

%

Dimana : n
i
jumlah individu tiap spesies
N jumlah individu total
KR~5 spesies predominan
KR 2 5 spesies subdominant
KR 2 spesies tidak dominan
Indeks keanekaragaman (diversity index
E
i
= -_(p

ln p

) p

= n



Dimana : n
i
jumlah individu tiap spesies
N jumlah individu total
H` indeks keanekaragaman
Indeks kemerataan (evenness index
=
E
ln


Dimana : H` indeks keanekaragaman
S jumlah spesies
E indeks kesamaan
Indeks kesamaan komunitas

o + b +


Dimana : C
j
indeks kesamaan komunitas
a jumlah spesies pada komunitas A
b jumlah spesies pada komunitas B
j jumlah spesies pada komunitas A dan B

















A IV
HASIL DAN PEMAHASAN


Pengamatan yang dilakukan selama satu minggu, ditemukan banyak sekali
individu dan spesies, seperti yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 1. Data makroIauna tanah Tajuk pohon
No Taksa Nomor kotak Llnd Pi Ln Pi PilnPi KR(
1 S02ut 2 4 36 0,057 -2,86 -0,16 5,7
2 Sp 3 11 30 0,048 -3,07 -0,14 4,8
3 Arana0 3 17 5 0,008 -4,82 -0.03 0,8
4 Sp-6 22 4 0,006 -5,11 -0,03 0.6
5 Semut 3 6 4 0,006 -5,11 -0,03 0,6
6 Sp 1 1 2 0,003 -5,80 -0,01 0,3
7 Sp 2 2 3 0.004 -5,52 -0,02 0,4
8 S02ut 5 27 3 0,004 -5,52 -0,02 0,4
9 S02ut 1 3 46 0,073 -2,61 -0,19 7,3
10 Orthopt0ra 1 9 1 0,001 -6.90 -0,006 0,1
11 Arana0 2 12 4 0,006 -5,11 -0,03 0,6
12 Nya2uk 1 19 86 0,138 -1,98 -0,27 13,8
13 Lebah 1 8 1 0,001 -6,90 -0,006 0,1
14 Sp 4 15 23 0,036 -3,32 -0,11 3,6
15 Nyamuk 2 30 2 0,003 -5,80 -0,01 0,3
16 10ntik 29 333 0,534 -0,62 -0,13 53,4
17 Sp 10 28 24 0,038 -3,27 -0,12 3,8
18 Sp 5 18 16 0,025 -3,68 -0.09 2,5
Total 623
H` 1,402
Cj 0,3
E 0,485

Tabel 2. Data mikroklimat makroIauna tanah tajuk pohon
a. Awal
Kelompok Intensitas cahaya Suhu udara Kelembaban udara
4 1,57 kLux 29
0
C 87,3
5 1,5 kLux 29
0
C 73
6 3,04 kLux 29
0
C 72
7 1,35 kLux 29
0
C 67
Rata rata 1,86 kLux 29
0
C 74,8

b. Akhir
Kelompok Intensitas cahaya Suhu udara Kelembaban udara
4 1,62 kLux 31
0
C 85
5 6,95 kLux 29
0
C 72
6 4,24 kLux 29
0
C 73
7 1,66 kLux 29
0
C 85
Rata rata 3,61 kLux 29,5
0
C 78,75

Tabel 3. Data makroIauna tanah Tempat Terbuka
No taksa Nomor kotak L lnd Pi ln Pi Pi ln Pi KR (
1 S02ut 2 4 90 0,114 -2,168 -0,247 11,4
2 Chilopoda 1 13 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
3 Sp 7 24 4 0,005 -5,281 -0,026 0,5
4 Coeloptera 23 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
5 Isopteran 21 3 0,003 -5,569 -0,016 0,3
6 Arana0 2 12 17 0,021 -3,835 -0,080 2,1
7 Ortopt0ra 1 9 4 0,005 -5,281 -0,026 0,5
8 Ortoptera 2 14 3 0,003 -5,569 -0,016 0,3
9 S02ut 1 3 14 0,017 -4,029 -0,068 1,7
10 Semut 4 7 12 0,015 -4,183 -0,062 1,5
11 S02ut 5 27 200 0,254 -1,370 -0,348 25,4
12 10ntik 29 398 0,505 -0,683 -0,345 50,5
13 Mabouya sp. 10 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
14 Aranae 1 5 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
15 Lebah 2 16 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
16 Nya2uk 1 19 7 0,008 -4,828 -0,038 0,8
17 Arana0 3 17 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
18 Sp 8 27 3 0,003 -5,569 -0,016 0,3
19 Sp 9 26 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
20 Sp 10 28 1 0,001 -6,668 -0,006 0,1
21 Semut 6 20 27 0,034 -3,381 -0,114 3,4
Total 787
H` 1,45
E 0,47


Table 4. Data mikroklimat makroIauna tanah tempat terbuka
a. Awal
Kelompok Intensitas cahaya Suhu udara Kelembaban udara
1 25,2 kLux 32
0
C 57
2 40,9 kLux 31
0
C 73
3 15,33 kLux 29
0
C 68
Rata rata 27,14 kLux 30,67
0
C 66

b. Akhir
Kelompok Intensitas cahaya Suhu udara Kelembaban udara
1 27,5 kLux 31
0
C 73
2 35,5 kLux 24
0
C 74
3 23 kLux 29
0
C 67
Rata - rata 28,67 kLux 28
0
C 71,33

Kelimpahan relative dari spesies makroIauna tanah yang di dapat adalah
spesies predominan (lihat table 1 dan 3. Menurut Odum (1998, komunita alami
dikendalikan oleh kondisi Iisik atau abiotik yaitu kelembaban, temperatur dan
oleh beberapa mekanisme biologi. Komunitas yang terkendali secara biologi
sering dipengaruhi oleh satu spesies tunggal atau satu kelompok spesies yang
mendominasi lingkungan dan organisme ini biasanya disebut dominan.
Dominansi yang tingi menunjukkan keanekaragaman yang rendah.
Dalam kondisi yang beragam, suatu spesies tidak dapat menjadi dominan
daripada yang lain, sedangkan di dalam komunitas yang kurang beragam, maka
satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar daripada yang
lain (Price, 1997 dalam Suheriyanto, 2008
Keanekaragaman spesies serta kelimpahan relative makroIauna tanah
antara tempat terbuka dengan tajuk pohon, terlihat bahwa di tempat terbuka 1,45
(lebih besar dari tajuk pohon (1,402. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya
yang diterima pada tanah tempat terbuka lebih banyak sehingga energy yang
diperoleh dari matahari lebih banyak. Dan itu sangat mempengaruhi
keanekaragaman makroIauna tanah d dalamnya.
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Ukuran keanekaragaman dan penyebabnya mencakup sebagian besar
pemikiran tentang ekologi. Hai ini karena keanekaragaman dapat menghasilkan
kestabilan dan dengan demikian berhubungan dengan pemikiran sentral ekologi,
yaitu tentang keseimbangan suatu system.
Dari data tabel (1 dan 3 di atas setelah dibandingkan ternyata ada 9
spesies yang sama antara komunitas di tempat terbuka dengan di tajuk pohon.
Spesies itu antara lain adalah semut 2, Aranae 3, semut 5, semut 1, Orthoptera 1,
Aranae 2, nyamuk 1, jentik dan sp 10. Menurut Smith dan Smith (2006 dalam
Suheriyanto (2008 menyatakan bahwa jika terdapat perubahan struktur
komunitas dalam suatu wilayah, maka spesies yang ditemukan dari satu tempat ke
tempatyang lain akan berbeda. Dari dua tempat yang di tentukan untuk
pengambilan sampel ternyata masih terdapat banyak kesamaan jenis antar
komunitas. Dengan nilai indeks kesamaan komunitas 0,3.




A V
KESIMPULAN


Dari hasil pengamatan dan pembahasan, dapat di ambil kesimpulan :
1. Keanekaragaman makroIauna tanah ditempat terbuka lebih tinggi daripada
di tajuk pohon.
2. MakroIauna tanah yang terkumpul adalah semut, jentik, nyamuk, Arenae,
Orthoptera.
3. Kelimpahan relatiI makroIauna tanah semut, jentik, nyamuk adalah spesies
predominan




















A VI
DAFTAR PUSTAKA


Dwidjoseputro. 1990. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Erlangga:
Jakarta
Soemarwoto, O. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan: Jakarta
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta
Arsyad, S. 1989. Konservasi 1anah dan Air. IPB Press: Bogor
Setyo Laksono, A. 2007. Ekologi (Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif). Bayu
Media: Malang
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu 1anah. Akademika Presisindo : Jakarta
Ali HanaIiah,k, Iswandi Anas, Napoleon dan Nuni GhoIar. 2005. Biologi 1anah.
Raja GraIindo Persada : Jakarta
Suheriyanto, D.2008. Ekologi Serangga. UIN-Malang Press : Malang
Setiadi, D. 1989. Dasar - Dasar Ekologi. Depdikbud IPB : Bogor
Wirakusumah, S. 2003. Dasar - Dasar Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu -
Ilmu Lingkungan. UI-Press : Jakarta







DAFTAR ISI



DAFTAR ISI............... ............

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................
1.2 Tujuan.......................

BAB II Tinjauan Pustaka....................

BAB III Metode Penelitian
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...............
3.2 Alat dan Bahan...................
3.3 Cara Kerja.....................
3.4 Analisis Data....................
BAB IV Hasil dan Pembahasan..................

BAB V Kesimpulan......................

BAB VI DaItar Pustaka.....................

LAMPIRAN............................








LAMPIRAN



Pit Iall trap

1m
1m 1m


1m




Gambar 1. Susunan pit fall trap pada setiap titik sesuai standar IBOY (1999

Anda mungkin juga menyukai