Apa yang nampaknya membuat pemimpin negeri ini bangga dan percaya diri saaat ini, karena mereka merasa memiliki pencapaian pembangunan yang mengesankan, 6,1 persen secara ekonomi tahun ini. Tapi ada beberapa alasan yang sebenarnya membuat rasa bangga itu menjadi terasa banal juga artiIisial.
Sebagai negara keempat terbesar, dari jumlah penduduk, Indonesia sebenarnya berposisi paling lemah atau pariah, dari sudut yang paling diandalkannya secara ekonomi, dibanding tiga negara lainnya: China, India, Amerika Serikat. Bahkan, jika dibanding dengan negara- negara besar di bawahnya, seperti Rusia, Brasil, AIrika Selatan, atau Argentina. Bahkan, lebih jauh lagi, dari beberapa negara Asia Tenggara yang ternyata mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, seperti Singapura (10 persen), Vietnam (9 persen), Malaysia, Thailand bahkan Filipina yang bisa mencapai (8 persen).
Begitupun dalam derajat politiknya. Kita tahu negara-negara besar seperti China, India dan AS, saat ini memiliki posisi politik yang sangat dan kuat strategis, dalam kapasitasnya mendesakkan pengaruh atau kepentingan nasionalnya di hadapan dunia. Berbagai kebijakan mereka, dalam soal kurs hingga pengembangan nuklir seperti membuat negeri lain tak berdaya, karena kekuatan politik dan diplomasinya. Begitupun negara-negara lain yang di bawah Indonesia, seperti Rusia, Brasil dan AIrika Selatan, yang kian hari kian menjadi penentu solusi-solusi setidaknya pada tingkatan regional. Sementara Indonesia, Nampak begitu gamang dengan posisinya sebagai "traditional leader" di kawasan, misalnya dengan ketidaktegasan menghadapi sengketa dengan Malaysia atau Singapura, dan melempemnya diplomasi yang hanya bisa bermain akomodatiI.
Akhirnya, dalam soal "dignity", martabat dan harkat sebagai sebuah bangsa, kekuatan karakter dari pemimpin serta rakyatnya, kini mengalami degradasi habis-habisan dengan kultur elit dan pemimpin yang kian peduli hanya pada kepentingan diri sendiri, mengalienasi publik, dan pada akhirnya dialienasi oleh publik dengan menyatakan ketidakpercayaannya pada negara. Publik sendiri, hampir tanpa pemimpin (negara), saat mereka melakukan berbagai tindak menyimpang, bahkan kriminal, atas orang atau kelompok lain. Kekerasan serta perilaku tanpa adab (sopan santun) di jalan raya, misalnya, sudah menjadi makanan batin kita sehari-hari.
Dua Argumen
Banyak penyebab yang dapat diidentiIikasi untuk menjelaskan latar belakang dari beberapa konstatasi di atas. Setidaknya ada dua argumen yang secara umum dapat menjelaskan hal itu. Menjelaskan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang pada akhirnya menciptakan keprihatinan dalam hati kita, yang mungkin kian bimbang: 'Apa sesungguhnya memang demikian diriku (kita) ini? Satu persoalan yang harus segera mendapatkan jawaban, sebelum semuanya menjadi keterlanjuran, dan kita mengalami kegagalan bukan hanya sebagai sebuah negara, tapi juga sebagai sebuah bangsa, sebagai sebuah peradaban yang sejak ribuan tahun lalu diakui dunia.
Kedua argumen penyebab terkuat itu adalah: Pilihan atas cara kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebuah pilihan yang akhirnya memberi konsekuensi pada kita untuk menggunakan sebuah mekanisme atau sistem, untuk mengatur cara kita hidup, menciptakan masa depan dan menetapkan cara bagaimana mencapainya. Sebuah pilihan, yang ternyata dan amat disayangkan, ternyata hanya menjadi bagian dari konspirasi elit (mereka yang memegang tampuk kekuasan dan mendominasi proses-proses pengambilan kebijakan), yang kemudian ditetapkan sebagai "Iait accompli" bagi konstituennya, alias rakyat pada umumnya.
Maka hiduplah kita sekarang, misalnya, dalam sistem politik, sistem hukum, atau sistem ekonomi tertentu, yang sangat kita ketahui, dalam praktiknya ternyata hanya menjadi "cover" atau pelindung, benteng kokoh pertahanan, dari kepentingan para elit saja. Rakyat secara sistematis dan struktural akhirnyahanya menjadi konsumen, tepatnya korban, dari penerapan sistem-sistem itu. Rakyat memang dinaIikan, dialienasikan, lebih jauh lagi dihumiliasi, dihinakan.
Hal berikut, yang mungkin lebih utama dari atas, adalah pengingkaran kita bersama, sebagai juga hasil konspirasi dari kepentingan elitnya, pada realitas (jati) diri kita sesungguhnya, baik sebagai individu, komunitas atau sebagai sebuah bangsa. Sebuah realitas (jati) diri yang sebenarnya terbangun sejak jauh hari di belakang, sebelum katakanlahsistem kapitalistik mengendap di negeri ini sejak masa VOC didirikan atau setidaknya sejak Gubernur Jenderal Daendels berkuasa. Kita pun hidup kemudian dalam realitas yang tidak "real", palsu, artiIisial, atau hanya bayang-bayang (wayang) dari reIleksi diri yang diciptakan oleh para orientalis, Indonesianis, atau kapitalis yang mencengkeram kuat tubuh dan pikiran bangsa ini, sekurangnya dalam satu abad belakangan.
Untuk itu tidak lain, secara imperatiI kita diminta untuk menemukan kembali (reinventing) apa dan siapa diri kita sebenarnya. Sebuah penemuan kembali yang akan memperjelas keberadaan (existence) kita saat ini di atas bola dunia ini, dari mana sebenarnya kita berasal, hendak ke mana kita pergi, dan bagaimana caranya kita bisa sampai di tempat tujuan. Tanpa mengidentiIikasi hal-hal dasar yang "ontologism" itu, tentu saja kita tak berhasil menemukan epistemologi yang adekuat untuk merumuskan tujuan dan cara, paradigma yang tangguh untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan-kenyataan baru, hal-hal yang mungkin menjadi rintangan kita untuk maju.
Tentu saja untuk usaha penemuan kembali itu diperlukan sebuah kerja yang keras, dan yang mesti mampu mengonvergensi semua upaya yang ada, dari semua disiplin yang tersedia, baik yang kita sebut dengan banyak praasumsisebagai modern dan tidak modern (tradisional).
Muasal Peradaban Negeri
Dan ternyata untuk menemukan kembali diri sendiri, penelusuran diri ke belakang adalah satu hal yang tak terelakkan. Sayangnya, berbagai buku-buku panduan yang tersedia untuk itu, termasuk yang disediakan oleh negara, bukan hanya tidak mencukupi, tapi hari dikaji ulang jika tidak harus dimusnahkan. Berbagai penemuan mutakhir memperlihatkan bagaimana buku-buku sejarah yang sudah sekian dekade menjadi pengisi memori bangsa ini, ternyata memuat data yang tidak akurat, bahkan keliru, terutama dalam kesimpulan- kesimpulan yang diambilnya.
Sejarah bangsa ini misalnya, selalu diyakini dimulai dari abad ke-5 Masehi, saat ditemukannya beberapa prasasti (di Kutai dan Bogor) yang bertarikh di masa itu. Sebuah identiIikasi yang mengabarkan seakansudah pada galib dan kodratnya kita adalah pewaris sah dari kerajaan-kerajaan konsentris (pedalaman) berbasis agama Hindu dan Buddha. Sehingga kita kemudian menerima secara "taken Ior granted" dan melegitimasi realitas kekinian kita yang hanya merupakan kelanjutan dengan pembaruan seadanya di tingkat superIisialdari adab dan budaya kerajaan pedalaman itu. Bahkan, orang Jawa, lewat Mangkunegara IV, hingga kini meyakini hampir dengan taqlid bahwa nenek moyang mereka adalah seorang pangeran bernama Ajisaka, yang datang ke Jawa pada 78 M, tarikh di mana hitungan atau kalender Jawa bermuasal.
Tapi siapakah Ajisaka itu? Apa sesungguhnya makna dari produk kultural utama yang dia hasilkan, sehingga semua orang Jawa menautkan eksistensi diri padanya, sebuah runtutan alphabet ha-na-ca-ra-ka da-ta-sa-wa-la pa-da-ja-ya-nya ma-ga-ba-ta-nga? Siapakah dia, Dewata Cengkar, raksasa pemakan manusia, durjana yang konon dikalahkan oleh pangeran? Kerajaan macam apa, sistem seperti apa, kedurjanaan yang bagaimana yang sebenarnya dikuasai dan dimiliki oleh Dewata Cengkar? Adakah sesuatu atau hal lain yang berada di balik Dewata Cengkar, sebuah tradisi, adab, atau kebudayaan yang mungkin jauh hari sudah ada sebelum raja Jawa kuno itu?
Mungkin belum ada penjelasan yang adekuat atau katakanlahilmiah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Namun, setidaknya kita dapat mengidentiIikasi beberapa konsekuensi logis dari kisah di atas. Pertama, sebelum Ajisaka sebenarnya telah berdiri sebuah kerajaan lain, yang lebih asli, yang bukan India, Hindu atau Buddha. Kedua, kerajaan lain atau asal itu tentu memiliki sistem, adat, kepercayaan ketuhanannya sendiri. Ketiga, ia berlangsung sudah cukup lama, sehingga ia cukup kuat sehingga harus ditaklukan oleh pendatang. Keempat, logika ini sudah menjelaskan bahwa sebenaranya sang pendatang (Ajisaka) melakukan sebuah oIensi, perebutan kekuasaan, pengalihan adab dan kebudayaan, yang dalam terminologi modern disebut sebagai kolonialisme atau imperialisme. Dan kelima, dari mana sebenarnya adab dan budaya kerajaan kuno Jawa itu berasal, apa yang ada dan berkembang dalam adab dan budaya kuno itu?
Penjelasan awal yang paling sederhana dari beberapa pertanyaan logis di atas bisa diambil dari pendekatan yang sangat dasar, yang berlaku untuk segala zaman, entah itu modern, tradisional atau primitiI, yakni: geograIi.
Pendekatan ini dengan segera akan memberitahu kita tentang realitas atau kondisi alam yang melekat di kawasan ini. Pertama, negeri ini sekurangnya sejak masa pencairan akhir (Pleistocen akhir) adalah sebuah negeri yang terdiri dari ribuan pulau, sebuah kepulauan. Kedua, posisinya yang tepat di lintasan khatulistiwa membuatnya mendapat iklim yang tropis, dengan konsekuensi adaptasi-adaptasinya, konsekuensi yang melahirkan adab hidupnya. Ketiga, letak masyarakatnya yang mau tak mau tersegregrasi oleh pulau-pulau membuat mereka menghimpun kesatuan-kesatuan etnik atau sub-etnik yang sangat beragam. Keempat, teknologi, cara pikir, pola perilaku, hingga sistem-sistem kepercayaan dan bermasyarakat yang diterapkannya (hukum, ekonomi, politik dan diplomasi), mau tidak mau disesuaikan dengan realitas geograIisnya itu: tropis dan kepulauan (maritim). Kelima, berdasar temuan-temuan di bidang arkeologi, paleontologi, dan geograIi, kurun yang dilalui oleh masyarakat kuno (pra Hindu/India, mungkin juga pra-Jawa) itu adalah kurun yang sangat panjang (beberapa bahkan puluhan millenia), jika setidaknya dihitung dari ditemukannya tulang-tulang sisa dari manusia purba di seantero negeri ini. ualam perkembangannya dl masa klnl semua konsLaLasl dl aLas mulal mendapaLkan bukLlbukLl flslk/maLl (arLefak) dan nonflslk/hldup (ecofak) yang membuaL maLa klLa leblh Lerang dalam mellhaL dlrl sendlrl !auh leblh Lerang keLlmbang bacaandlrl yang dlreflekslkan oleh kacamaLa para penellLl aLau pengamaL aslng 8ukLlbukLl lLu secara konsLlLuLlf ada dalam beberapa hal berlkuL
a Arkeologl marlLlm menemukan banyak bangkal kapal dl bawah lauL negerl lnl dengan Lahun pembuaLan mulal darl abad 7 SM dengan Leknologl pembuaLan yang belum ada duanya dunla b CaLaLancaLaLan darl para pen[ela[ah geographer aLau se[arawan berbagal bangsa dunla (Meslr ?unanl Chlna) mengabarkan LenLang pen[ela[ahan pelauLpelauL nusanLara dengan kapal hasll buml dan hasll budaya Llnggl ke berbagal suduL dunla c enemuan arLefakarLefak dl berbagal belahan dunla Lermasuk dl beberapa LempaL dl negerl lnl (mlsalnya dl gua asemah SumaLera SelaLan gua Made dl !ombang !awa 1lmur lembah Mada dl Sulawesl SelaLan 8aLu[aya dl 8ekasl aLau banyak lokasl laln seperLl 1lmor kuLal Maluku Palmahera dll) menglndlkaslkan bukan hanya Ler[adl perllnLasan anLar bangsa yang luar blasa Lapl [uga kebudayaan advance yang Lelah dlcapalnya d enyebaran bahasa yang mencakup seLengah dunla dan menglkuLserLakan leblh darl 400 [uLa penuLur membukLlkan keberadaan bangsabangsa dl nusanLara lnl dl wllayahwllayah laln dl aLas buml lnl e 1umbuhan dan blnaLang persen[aLaan alaL muslk hlngga llmu perblnLangan darl berbagal kawasan se[ak darl Afrlka 1lmur 1engah lndla hlngga olynesla memperllhaLkan bagalmana pengaruh kulLural sudah [auh leblh dulu Ler[adl sebelum kaLakanlahbangsa lndla/Arya daLang ke negerl lnl
8eberapa fakLa dan bukLl lLu memberl klLa banyak dasar aLau alasan argumenLaLlf unLuk mengaLakan beberapa Lesls/hlpoLesls dl bawah lnl
a 8eallLas geografls klLa yang dlsesakl pulaupulau dan dlallrl selaLselaL serLa beberapa lauL yang dangkal maupun dalam menclpLakan sebuah Leknologl pelayaran yang LernyaLa [auh mendahulul Leknologl pelayaran aLau perkapalan darl negerl laln (vlklng Meslr MedlLerranla Chlna!epang dsb) Sebuah kenyaLaan yang sangaL logls karena sebagal negerl marlLlm negerl lnl merupakan kepulauan Lerbesar dl dunla kemampuan lnl membawa penduduk dl kawasan dapaL melakukan per[alanan [uga mlgrasl ke berbagal LempaL yang dalam caLaLan mencakup seLengah dunla mulal darl Afrlka/1lmur uekaL dl 8araL hlngga kepulauan dl olynesla/Amerlka dl 1lmur darl Szechuan/Chlna dl uLara hlngga Selandla 8aru dl SelaLan 8ahkan se[ak 300 8CL para pelauL negerl lnl mera[al semua ekspedlsl lauL seluruh dunla dlmana banyak negara dan bangsa besar LerganLung padanya b 8erdasar reallLas lLu [uga se[ak masa 10000 8CL sudah berkembang kesaLuankesaLuan masyarakaL (yang kemudlan mengalaml soflsLlkasl men[adl eLnlk dengan kebudayaan dan slsLem pollLlk LerLenLu) dl berbagal wllayah peslslr dlmana masyarakaLnya cukup lnLens dalam melakukan per[alanan lauL mengalaml perLemuan dengan berbagal budaya lalnnya c 8andarbandar bermunculan selrlng dengan LaLanan hldupnya dengan kebudayaan dan produk produk budayanya maslngmaslng Mulal darl slsLem kemasyarakaLan splrlLuallsme (agama) kesenlan alaLalaL produksl slsLem ekonoml llmullmu darl perblnLangan navlgasl pembuaLan kapal hubungan mancanegara (anLar 8andar) hlngga pollLlk (kekuasaan) Semua dldasarkan pada kenyaLaan geografls dl aLas dan poslslonal sebagal lokasl yang llnLasan uLama darl pergaulan lnLernaslonal (anLar bangsa) d 1erbenLuknya sebuah alaL komunlkasl bahasa dalam hal lnl yang mampu menclpLakan hubungan fungslonal dl anLara kesaLuankesaLuan eLnlk yang Lerplsah lLu Sebuah alaL yang pada akhlrnya LuruL berfungsl ampuh dalam menclpLakan keeraLan hubungan kesallngLerganLungan kesaLuan dl anLara para penghunl dl kepulauan lnl
LewaL penalaran dan penulusuran wakLu dl mana dan kapan semua hal dl aLas Ler[adl serLa bermakna mungkln dapaL secara LenLaLlf klLa mengldenLlflkasl beberapa clrl khas aLau karakLerlsLlk darl kebudayaan masyarakaL kepulauan/marlLlm yang se[ak belasan rlbu Lahun lalu berkembang dl kepulauan nusanLara lnl
a MasyarakaL kepulauan lnl dlbangun melalul 8andarbandar yang berdlrl secara lndependen (oLonom) balk dalam penclpLaan dan pembangunan masyarakaL kebudayaan slsLem bernegara dan lalnnya b MasyarakaL yang dlbangun dl Llap 8andar lLu memlllkl clrlclrl yang khas kepulauan seperLl Lerbuka kosmopollL egallLerdemokraLls calr dalam kodlflkaslnya (Lldak membeku seperLl masyarakaL/koLa pedalaman) yang arLlnya sangaL plural dan berkesadaran mulLlkulLural yang Llnggl c kebudayaan maslngmaslng 8andar Lerbangun melalul hubungan dan perLukaran yang lnLenslf dl anLara mereka maupun dengan kaum pendaLang [uga anaslranaslr baru yang dlbawa pulang oleh para delegasl kelauLan mereka lnl Lermasuk dalam slsLem pemerlnLahan ekonoml dan hukumnya d Muncul slkap budaya yang sallng menghargal memberl respek sebagal aklbaL logls yang per[umpaan berlnLenslLas Llnggl konfllk dapaL Ler[adl namun dl dalam budaya Llap eLnlk maupun dalam pola hubungan (pergaulan) dl anLara mereka LerdapaL slsLem unLuk meleral aLau meredam konfllkkonfllk lLu dalam skema wlnwln soluLlon ArLlnya Lldak amblsl aLau gerak yang penuh nafsu unLuk mendomlnasl aLau mengkolonlallsasl 8andarbandar aLau wllayan laln sehlngga LerclpLa pergaulan yang konsLrukLlf dalam membangun ke[ayaan (kebudayaan)nya maslngmaslng e 8erdasar pada keyaklnan splrlLualnya anlmlsLlk seLlap 8andar aLau kesaLuan eLnlk dl kepulauan lnl membangun slsLem kepercayaannya sendlrl dengan rlLual bahkan dewa/Luhannya sendlrl sendlrl olyLhelsme berkembang [uga sebagal aklbaL pergaulan Lerbuka anLar bangsa yang Ler[adl dl anLara mereka f keprlbadlan pun LerbenLuk [uga hlngga dl LlngkaL personal yang sesual dengan kenyaLaan kolekLlf lLu Manuslamanusla berkembang men[adl pen[ela[ah peranLau/pengembara kaum mlgran yang Lldak pernah mengalaml kesullLan dalam mengadapLasl dlrl dengan llngkungan barunya 8eberapa suku 8a[o mlsalnya bahkan berslfaL nomaden dalam arLl marlLlm rumah Llnggalnya bukan lagl bangunan yang Lerpancang permanen dl aLas Lanah Lapl perahu yang Lerus bergoyang dl aLas gelombang lauL
8eallLas ekslsLenslal semacam lLulah dl anLaranyayang membuaL (sukusuku) bangsa dl kepulauan lnl sangaL dlkenal se[ak sekurangnya10001300 8CL sebagal kaum pen[ela[ah yang menclpLakan dlaspora perLama dl aLas muka buml lnl !auh sebelum mlsalnya bangsa ?ahudl Arya Armenla 8oma Arab lndla aLau Chlna melakukannya dl lepas abad Masehl uengan kaLa laln menuruL uaud Arls 1anudlr[o arkeolog senlor darl unlverslLas lndonesla pada masa lLu sebenarnya Lelah Ler[adl globallsasl perLama kall dl sepan[ang se[arah manusla yang dllakukan oleh penduduk nusanLara lnl Sebuah gerak menyeluruh yang Lldak hanya membawa hasllhasll flslk alam dan budayanya (ga[ah plsang palawl[a perkakas Leknologl dll) Lapl [uga slsLem berplklr bahasa kepercayaan hlngga llmu llmu ma[u yang ada dl kala lLu namun sekall lagl globallsasl lnl dllakukan dengan rendah haLl Lanpa paksaan dan secara sofL aLau kulLural 1ak ada amblsl aLau nafsu unLuk mendomlnasl menguasal apalagl mengkolonlallsasl sebagalmana memang sudah men[adl adab dl lokalnya
namun LernyaLa semua kekuaLan alam dan kekayaan budaya yang Lerbangun selama sepuluh mllenla lLu klnl seperLl Llada bekasnya karena kemudlan daLang manuslamanusla darl (dunla/peradaban) daraLan/konLlnenLal yang dlbawa aLau numpang pelauLpelauL lnLernaslonal klLa dengan nafsu dan amblsl unLuk mendomlnasl wllayah yang berllmpah kekayaannya Lden dl 1lmur Maka [adllah kemudlan seorang pangeran darl lndla SelaLan darl rumpun allawa menabalkan dlrlnya sebagal pahlawan lewaL mlLologl hanacaraka mengangkaL dlrl sebagal penguasa baru bahkan sumber ldenLlLas baru acuan baru genesls baru yang berLahan hlngga klnl ulalah A[lsaka kolonlalls konLlnenLal perLama dl negerl lnl
Se[ak lLu se[ak dua rlbu Lahun lalu lLu perlahan klLa menuLupl bahkan membunuh perlahanlahan semua sumber ldenLlLas klLa membunuh dlrl klLa sendlrl membunuh masa klnl dan masa depannya sendlrl Apa kemudlan yang dapaL klLa lakukan Anda lakukan unLuk lLu semua? !awabannya LenLu ada dl dalam dlrl Anda sendlrl hLLp//meLroLvnewscom/read/anallsdeLall/2010/10/30/100/AdabMarlLlmdllndonesla