Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Natural Vol. 10, No.

2, 2010

ANTIFUNGAL A TIVITY OF ALKALOID ACTIVITY FROM BARK OF Cerbera odollam


Frida Oesman, Murniana, Muhammad Khairunnas dan Nurdin Saidi
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111, Indonesia
Abstract. An alkaloid compound fenilalanin derivate has been extracted from the bark of Cerbera odollam. The extraction of the compound was carried out by maceration and then isolation by column chromatography. Structural elucidation was established using GC-MS. Ion molecular peak at m/z 180 indicated that the formula molecular as

C10H16N2O. The compound showed no activity against Candida albicans at the concentration of 1 5% and 1%, 10%.
Kata Kunci: Cerbera odollam, alkaloid fenilalanin, Candida albicans

I.

PENDAHULUAN

Famili Apocynaceae adalah salah satu tumbuhan yang banyak mengandung metabolit sekunder jenis alkaloid [1]. Famili ini tersebar luas di negara negaranegara yang beriklim tropis dan sub tropis. Famili Apocynaceae yang diketahui saat ini memiliki sedikitnya 1500 spesies dan terbagi menjadi 424 pesies genus [2]. Secara etnobotanik banyak famili Apocynaceae yang telah digunakan masyarakat untuk berbagai macam obat. B Bagian kulit batang Cerbera manghas telah digunakan sebagai obat pencahar. Bagian kulit batang tumbuhan Alstonia scholaris digunakan sebagai obat penyakit kulit kulit. Getah tumbuhan Voacanga foetida digunakan sebagai obat penyakit keputihan [ [3]. Cerbera odollam merupakan salah satu spesies dari famili Apocynaceae. Speseies ini dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama bintan, bintaro atau pong-pong. Tumbuhan ini bersifat racun dan ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan. Biji dan daun C. Odollam diketahui mengandung sifat toksisitas yang tinggi iketahui terhadap tikus [4]. Antara tahun 1989 sampai 1999 terdapat 573 angka kematian yang disebabkan oleh keracunan cerberin hanya di daerah Kerala, India [5]. Penelitian tentang kandungan senyawa tumbuhan ini telah dilakukan. Kulit batang C. odollam mengandung sesqui-, sester- dan trilignan, dan kelompok senyawa ini diberi nama cerberalignan D-1 [6]. Bijinya banyak mengandung senyawa saponin steroid yaitu cerleasida A, 17 17--neriifolin,

17--neriifolin, cerberin, dan 2 2-O-asetil cerleasida A. Uji aktivitas antikanker senyawa tersebut menunjukkan aktivitas yang baik terhadap oral human epidermoid carcinoma (KB), sel kanker payudara (BC), dan sel kanker paru paru-paru (NCIH187) [7]. Pada tulisan ini dilaporkan tentang aktivitas antifungal senyawa alkaloid dari kulit tivitas batang C. odollam.

II. METODOLOGI
Umum Beberapa peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi; rotary evaporator, peralatan gelas, peralatan destilasi, kawat ose, autoklaf, dan inkubator. peralatan GC-MS (EIMS) Shimadzu GC-MS QP2000A spektrometer 70 eV. MS Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa pelarut organik, amonia, asam klorida, reagen untuk uji fitokimia, alkaloid dan untuk sprayer, silika gel G 60 F, plat KLT, plat KLT , preparative. Bahan yang digunakan untuk uji . antifungal adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan nistatin. Sampel Tumbuhan dan Bioindikator Sampel kulit batang tumbuhan C. odollam diambil di daerah Tungkop, STIK Pante Kulu dan diidentifikasi di Herbarium FMIPA FMIPA-Biologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jamur C. albicans diperoleh dari Laboratorium Kesehatan, Banda Aceh.

Antifungal Activity of Alkaloid fromBark of Pong Pong (Cerbera odollam) (Frida Oesman, et al.)
_____________________________________________________________________________________________________________

Uji Fitokimia 1. Uji alkaloid Sampel (4 g) dibasakan dengan amonia pekat, digerus dan ditambah dengan kloroform dan disaring. Filtrat ditambah dengan asam klorida 5% sebanyak 10 mL, dikocok dan didiamkan. Lapisan asam kloridadibagi tiga tabung. Tabung pertama ditambah dengan reagen Meyer dan jika terjadi endapan putih berarti positif alkaloid. Tabung kedua ditambah dengan reagen Wagner dan jika terjadi endapan coklat positif alkaloid. Tabung ketiga ditambah dengan reagen Dragendorff, jika terjadi endapan merah jingga, positif alkaloid. 2. Uji steroid, terpenoid dan saponin Sampel (10 g) dihaluskan dan diekstraksi dengan metanol panas, disarinng dan dipekatkan. Ekstrak metanol diekstraksi dengan dietil eter. Ekstrak yang larut diuji dengan reagen Libermann-Borchard. Warna biru atau hijau positif steroid dan merah positif triterpenoid. Ekstrak yang tidak larut dilarutkan dalam air dan dikocok. Busa stabil lebih kurang 30 menit, positif adanya saponin. Ekstrak tersebut selanjutnya ditambah dengan asam klorida 2 N (4 mL) dan disaring. Filtrat ditambahkan dengan reagen LibermannBourchard. Warna biru atau hijau positif saponin steroid dan merah positif saponin triterpenoid. 3. Uji flavonoid Sampel (10 g) diekstraksi dengan metanol, disaring dan filtrat dipekatkan. Ekstrak metanol di ekstraksi dengan n-heksana. Residu diekstrasi dengan tanol 80%, ditambahkan 0,5 g serbuk Mg dan 0,5 mL asam klorida pekat. Warna merah muda atau ungu menunjukkan adanya flavonoid. Ekstraksi, Isolasi, dan Purifikasi Alkaloid Kulit batang C. odollam (500 g) dikeringanginkan dan dihaluskan, direndam dengan pelarut nheksana dan diperoleh residu. Residu dibasahkan dengan amonia 10% dan dibiarkan selama satu malam. Residu direndam dalam etil asetat selama 3 x 24 jam sampai diperkirakan senyawa terekstrak sempurna dalam etil asetat. Filtrat disaring, dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan ditimbang. Ekstrak asetat dilarutkan dengan 50 ml etil asetat kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicampur dengan HCl 5% sebanyak 350 ml. Campuran dikocok hingga terekstraksi sempurna dan terbentuk 2 fraksi, fraksi air dan fraksi organik. Fraksi air dibasahkan dengan amonia pekat sampai pH 11, kemudian didiamkan selama 60 menit. Fraksi ini kemudian diekstraksi lagi dengan menggunakan etil asetat dan dihasilkan dua fraksi yaitu fraksi air dan fraksi

organik. Fraksi organik dipekatkan dan digunakan untuk keperluan isolasi dan uji hayati. antifungal. Senyawa dalam fraksi organik dipisahkan secara kromatografi kolom gravitasi menggunakan fase diam silika gel 60 F dan fase gerak n-heksanaetil asetat secara elusi gradien (6:4; 5:5 ; 3:7 ; 2:8 ; 1:9 dan 10:0). Eluat dikumpulkan setiap 10 ml dan setiap fraksi dilakukan kromatografi lapis tipis dengan eluen heksana-etil asetat (2:8). Noda alkaloid dilihat dibawah lampu UV (254 dan 366 nm) dan disemprot dengan reagen Dragendrof. Fraksi yang mempunyai pola noda yang sama digabung. Senyawa yang belum terpisah secara baik dilakukan re-kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel 60 dan eluen nheksana-etilasetat. Isolat yang relatif murni diukur menggunakan spektrofotometer KG-SM. Uji Hayati Pengujian antifungal dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram. Media yang digunakan adalah Sabouroud Dextrose Agar (SDA) sebanyak 65 g/L, disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit. Setiap cawan petri diisi dengan media sebanyak 20 mL, kemudian ketika suhu mencapai 45 0C (media belum mengeras) diinokulasi suspensi jamur C. albicans sebanyak 1 mata kawat ose. Cakram diisi dengan larutan uji yang telah disiapkan dengan konsentrasi 1%, 5% dan 10%, kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam. Setiap set percobaan diletakkan cakram berisi larutan uji sebagai kontrol positif (nistatin 50 ppm) dan kontrol negatif (pelarut etilasetst) pada daerah yang berbeda dalam media tumbuh jamur. Diamati pertumbuhan jamur untuk setiap area. Bila zona hambat belum tampak, dibiarkan selama 24 jam lagi. Daerah zona hambat diukur dengan penggaris dalam satuan milimeter.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji fitokimia Pengujian fitokimia kelompok metabolit sekunder terhadap sampel segar tumbuhan C. odollam diketahui bahwa tumbuhan tersebut mengandung metabolit sekunder alkaloid, terpenoid dan saponin. Famili Apocynaceae merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa golongan alkaloid [1]. Golongan senyawa terpenoid umumnya tersebar secara meluas pada semua tumbuhan, sehingga pada tumbuhan ini juga mengandung senyawa golongan tersebut. Pengujian reagen Libermann-Bourchard dapat mengetahui keberadaan golongan senyawa ini.

19

Antifungal Activity of Alkaloid fromBark of Pong Pong (Cerbera odollam) (Frida Oesman, et al.)
_____________________________________________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________________________________

Saponin adalah senyawa polar yang keberadaanya nin dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan pelarut semi polar dan polar. Pengujian terhadap golongan steroid dan flavonoid tidak menunjukkan keberadaan kedua kelompok senyawa tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena keberadaannya terlalu sedikit atau memang tidak ada sama sekali. Ekstraksi dan isolasi Ekstraksi 500 gram kulit batang C. odollam dilakukan secara dimaserasi dengan pelarut nheksana dan diperoleh berat ekstrak 15,12 g. Residu diperlakukan dengan prosedur isolasi alkaloid seperti yang tertera dalam metodologi ekstraksi, isolasi dan purifikasi alkaloid. Hasil pengerjaan ini diperoleh berat ekstrak alkaloid seberat 3,00 g. Ekstrak etil asetat (2 g) dipisahkan dengan kromatografi kolom gravitasi menggunakan fase matografi diam silika gel G 60 F (0,063-0,200 mm) dan n0,200 heksana:etil asetat dengan sistem gradien elusi (6:4; 5:5 ; 3:7 ; 2:8 ; 1:9 ; 10:0) Eluat ditampung ). setiap 10 ml, dan diperoleh 50 fraksi. Setiap fraksi dilakukan kromatografi lapis tipis dan disemprot matografi dengan reagen Dragendorff untuk mengelompokkan pola noda yang sama. Berdasarkan analisis KLT senyawa senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan menjadi 5 sub fraksi, yaitu 1-7 (A; 0,04 g), 8-17 (B; 0,10 g); 18 17 18-28 (C; 0,07 g), 29-41 (D; 0,16 g) dan 42-50 (E; 0,10 g). 50 Semua sub fraksi dilakukan kromatografi secara KLT dan sub fraksi E menunjukkan adanya alkaloid dan tingkat kemurnian yang paling tinggi (noda tunggal). Sub fraksi ini selanjutnya . dilakukan pengukuran dengan GC GC-MS untuk pendugaan struktur senyawanya dan uji antifungal. Analisis GC-MS Analisis data kromatogram gas kromatografi sub fraksi E menunjukkan ada 10 senyawa. Senyawa dengan waktu retensi 13,09 menit merupakan senyawa yang memiliki kelimpahan tertinggi elimpahan (32,36%) yang dapat dilihat dari spektrum GC GC. Identifikasi senyawa menggunakan data MS menunjukkan senyawa tersebut adalah alkaloid dari jenis turunan fenilalanin. Puncak ion molekular pada m/z 180 mempunyai kemungkinan rumus molekul senyawa ter tersebut adalah C10H16N2O.Pola fragmentasi senyawa tersebut adalah:
Skema 1. Pola fragmentasi ion molekul alkaloid turunan fenilalanin

Uji Antifungal Hasil uji antifungal subfraksi E dan ekstrak alklaoid dengan berbagai variasi konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Uji antifungal C. albicans terhadap . subfraksi E dan ekstrak alkaloid Rata-rata zona Bahan uji hambat (mm) Nistatin (kontrol positif) 20 100 ppm Pelarut (kontrol negatif) 0 1% 0 Subfraksi E 5% 0 10% 0 1% 0 Ekstrak 5% 0 alklaoid 10% 0 Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pengujian ekstrak alkaloid dan subfraksi E pada konsentrasi 1; 5 dan 10% tidak menunjukkan aktifitas. Nistatin (kontrol positif) merupakan satu satunya bahan uji yang aktif dengan rata-rata zona hambat 20 mm. rata Subfraksi E merupakan senyawa alkaloid turunan rupakan fenilalanin yang yang tidak memiliki aktivitas antifungal terhadap C albicans. Aktivitas suatu

20

Antifungal Activity of Alkaloid fromBark of Pong Pong (Cerbera odollam) (Frida Oesman, et al.)
_____________________________________________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________________________________

senyawa organik terhadap suatu bioindikator bekerja secara khas, sehingga kemungkinan alkaloid ini aktif terhadap bioindikator yang lain.

7.

KESIMPULAN Isolasi senyawa alkaloid dari kulit batang C. odollam diperoleh senyawa alkaloid turunan fenilalanin. Hasil uji antifungal ekstrak alkloid dan senyawa alkaloid sub fraksi E tidak menunjukkan aktivitas terhadap jamur C. albicans Perlu albicans. dilakukan uji hayati terhadap bioindikator lain. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini sesuai kontrak Nomor 805/H-11/LK-APBN/A.01/2009, APBN/A.01/2009, tahun 2009 melalui penelitian Fundamental. Terimakasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini.

S. Laphookhieoa, S. Cheenprachaa, C. Karalaia, S. Chantraprommaa, Y. Rat-a-paa, Kan Chantrapromma and C. Ponglimanonta, 2004, Cytotoxic cardenolide glycoside fr from the seeds ofCerberaodollam, Phytochemistry, Cerberaodollam, 65, 507510.

REFERENSI 1. G.A. Cordell, 1981, Introduction to Alkaloids: a Biogenetic Approach John Approach, Wiley & Sons Inc., New York, Chichester, Brisbane and Toronto, 1-21. 21. F.S.P. Ng, 1989, Tree Flora of Malaya; A Manual for Forester, Longman Malaysia, , Kuala Lumpur, 132-138. Y. Ogata, Y. Kashahara, Mulyadi, A. Rachmat, Jamaluddin, B. Royadi, N. Simanullang, and A. Fauzi, 1995, Medicinal Herb Index in Indonesia, 2nd Edition, PT , Eisai Indonesia, Jakarta. T.T.M. Hin, Ch. Navarro Navarro-Delmasure, and T. Vy Hien, , 1991, Toxicity and effects on the central nervous system of a Cerbera odollam leaf extract, Journal of Ethno Ethnopharmacology, 34, (2-3), 201 3), 201-206. Y. Gaillard, A. Krishnamoorthy and F. Bevalot, 2004, Cerbera odollam a suicide odollam: tree and cause of death in the state of Kerala, India, Journal of Ethnopharmacology 95, Ethnopharmacology, 123126. F. Abe, T. Yamauchi and A.S.C Wan, 2001, Sesqui-sester and trilignans from stems of Cerbera manghas and C. odollam, Phytochemistry, 27, (11), 3627 , 3627-3631.

2.

3.

4.

5.

6.

21

Anda mungkin juga menyukai