d. Dismissing attachment style, ditandai dengan individu yang memiliki harga diri yang tinggi namun kepercayaan
interpersonal yang rendah. Individu ini merasa bahwa dirinya berhak berada dalam hubungan yang dekat namun
sering merasa Irustasi karena ketidakpercayaan pada pasangan potensial. Hasilnya adalah kecenderungan untuk
menolak orang lain pada beberapa hal dalam hubungan untuk menghindari menjadi orang yang ditolak.
Interactions with Other Family Members (Interaksi dengan Anggota Keluarga Lain)
Selain dengan sang ibu, anggota keluarga yang lain juga berinteraksi dengan bayi atau anak kecil. Penelitian
menunjukkan kepentingan interaksi dengan ayah sama dengan kepentingan interaksi dengan kakek atau anggota lain.
Karena pengaruh dari mereka berbeda tergantung pada kepribadian masing-masing dan bayi dapat dipengaruhi
dengan berbagai cara positiI dan negatiI. Sebagai contoh, eIek negatiI dari memiliki ibu yang cuek dan tidak bisa
dipercaya dapat dikurangi dengan kehadiran kakek yang peduli, ceria, dan handal.
Setiap interaksi itu penting ketika individu sedang mengembangkan sikap mengenai makna dan nilai dari
kepercayaan, kasih sayang, diri, kompetisi, dan humor (O`Leary, 1995). Meskipun remaja terkadang digambarkan
dengan masa pemberontakan dan gejolak emosional, banyak remaja menunjukkan perasaan positiI tentang orang tua
mereka, walaupun mereka kurang dekat dan tergantung pada orang tua dibanding saat kecil.
Ketika di masa remaja, tercipta hubungan memuaskan antara remaja dan orang tua maka remaja akan tumbuh
menjadi individu yang mengenal empati, memiliki harga diri tinggi, dan menunjukkan kepercayaan interpersonal
yang tinggi di masa depan.
Perbedaan budaya memiliki peran dalam interaksi keluarga. Jika dibandingkan dengan tipe keluarga
individualistis, keluarga kolektiI sangat berbeda dalam berbagai hal.
Relationships between and among Siblings (Hubungan antar Saudara Kandung)
Interaksi dengan saudara juga penting untuk mempelajari perilaku interpersonal. Selama masa sekolah dasar,
anak yang tidak memiliki saudara ditemukan sedikit disukai oleh teman sekelasnya dan lebih agresiI daripada anak
yang memiliki saudara. Perbedaan ini diasumsikan dikarenakan memiliki saudara dapat memberikan pengalaman
mengenai hubungan interpersonal.
Hubungan saudara, tidak seperti hubungan orang tua-anak, biasanya mengandung perasaan kasih sayang,
permusuhan, dan persaingan. Orang tua terkadang tidak mau mengakui kalau mereka memiliki 'anak emas. Hal ini
menjadi gambaran bagaimana anak tumbuh secara berbeda sesuai dengan perlakuan sang ibu.
Hubungan dekat antar saudara biasanya dikarenakan mereka memiliki hubungan yang hangat dengan orang
tua, dan jika ibu dan ayah merasa puas dengan pernikahan mereka. Saudara yang merasa dekat satu sama lain mampu
berbagi sikap dan ingatan, melindungi satu sama lain, merasa nyaman bersama, dan saling mendukung jika ada
masalah. Saudara cenderung tumbuh terpisah ketika remaja dan dewasa awal, meskipun mereka sangat dekat ketika
kecil.
Terkadang hubungan saudara melibatkan seseorang mengambil peran sebagai orang tua dan yang lain
menjadi anak, mereka mungkin menjadi sahabat dekat, atau mereka berinteraksi karena mereka merasa hal itu harus
dilakukan sebagai anggota keluarga.
Beyond the Family : Friendships
Berawal dari masa kanak-kanak awal, persahabatan dapat terjalin dengan teman-teman sebaya, yang diawali
dengan adanya sikap saling berbagi. Hubungan persahabatan bisa saja dimulai karena dekat atau karena orang tua dari
masing-masing anak yang saling mengenal.
Close Friendships
Teman dekat (lose Friendships) adalah sebuah hubungan dimana dua orang menghabisan waktu bersama,
berinteraksi diberbagai situasi, dan memberikan dukungan dalam interaksi emosional.
Persahabatan yang terjalin pada masa kanak-kanak, biasanya tidak akan bertahan lama (sampai dewasa) pada
orang yang sama, namun hal ini justru akan memberi pengalaman kepada seseorang dalam menjalin persahabatan
dengan orang lain.
Jika sebuah persahabatan sudah terjalin, maka akan muncul rasa kebersamaan dan saling mendukung yang
hampir dalam segala hal. Seorang sahabat rela berbohong hanya untuk menolong temannya yang sedang kesulitan.
Perasaan individual dan ego pun akan semakin memudar dalam pribadi seorang sahabat, kata-kata aku` dan dia`
akan berganti menjadi kami` dan kita`. Sebuah persahabatan menghasilkan dua individu atau lebih yang berinteraksi
dalam berbagai situasi, saling terbuka, dan memberikan dukungan
Budaya juga mempengaruhi pengertian dari persahabatan. Murid-murid di Jepang mengatakan seorang
sahabat yang baik itu sebagai seorang yang memberi dan menerima hubungan, seorang yang tidak sombong, dan
penuh perhatian. Murid-murid di Amerika mengatakan sahabat sebagai teman yang memiliki banyak kesamaan,
seorang yang spontan dan aktiI.
Gender and Friendships
Wanita menunjukkan bahwa mereka lebih banyak mempunyai teman dekat daripada pria. Wanita
mengganggap bahwa kedekatan dengan orang lain sebagai suatu hal yang penting, jika dibandingkan dengan pria.
Hubungan teman dekat mempunyai banyak manIaat tetapi ada juga kepedihan saat kita dipaksa untuk
berpisah dengan teman dekat kita. Misalnya, saat lulus di Perguruan Tinggi dan kita tidak bisa bersama-sama lagi
dengan teman dekat kita, terpisah jarak (berlainan kota, provinsi, negara).
Apakah percakapan antara dua laki-laki berbeda dengan dua perempuan? Dua laki-laki sering berbicara
tentang wanita dan sex, olahraga dan alkohol. Dua perempuan cenderung berbicara tentang hubungannya dengan laki-
laki, pakaian dan masalah dengan teman sekamar.
Dapatkah seorang pria dan wanita menjadi teman tanpa memiliki hubungan romantis atau seksual? Pria dan
wanita mempunyai harapan yang berbeda tentang lawan jenis (Bleske-Rechek & Buss, 2001). Pria memulai
persahabatan ketika wanita kelihatan menarik dan jika pada akhirnya hubungan seksual berkembang, mereka biasanya
memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Wanita biasanya memulai hubungan seperti persahabatan karena
mereka menginginkan pria yang bisa melindungi mereka dan wanita cenderung mengakhiri hubungannya jika pria
tersebut tidak dapat melindunginya.
Loneliness: Life without Close Relationships
Meskipun kebutuhan biologi dapat mengembangkan suatu hubungan dan meskipun ada hal-hal yang
bermanIaat yang dapat diperoleh dalam hubungan tersebut tetapi banyak juga yang tidak mampu menjalin hubungan
dengan orang lain. Hasilnya adalah orang yang tidak mampu untuk menjalin hubungan yang dekat maka ia akan
kesepian.
Kesepian adalah kondisi emosional dan kognitiI yang tidak menyenangkan dimana hubungan dekat yang
diinginkan tidak mampu dicapai.
The Consequences of Being Lonely
Orang yang kesepian akan merasa ditinggalkan dan mereka percaya bahwa mereka memiliki sedikit kesamaan dengan
orang yang mereka temui. Seseorang yang hanya memiliki satu teman, itu sudah cukup untuk mengurangi perasaan
kesepiannya. Dengan tidak adanya teman dekat, orang-orang yang merasa kesepian cenderung menghabisakan waktu
luang mereka dalam kegiatan soliter. Mereka memiliki sedikit teman dan hanya memiliki teman atau kenalan.
Kesepian tentunya tidak menyenangkan, berdampak negatiI yang mencakup perasaan depresi, kecemasan,
kesedihan, ketidakpuasan, pesimis akan masa depan, menyalahkan diri sendiri, dan pemalu. Dari perspektiI orang
lain, orang kesepian dapat menyesuaikan diri. Lebih buruknya lagi, kesepian selalu dikaitkan dengan kesehatan yang
buruk dan kurangnya harapan hidup. Alasan yang memungkinkan yang disediakan oleh Cacioppo dan rekannya
adalah orang yang kesepian menunjukkan masalah tidur. Orang-orang biasanya membutuhkan jumlah tidur yang
tepat.
Why Are Some People Lonely?
Alasan yang mendasari mengapa seseorang merasakan kesepian antara lain adalah adanya Iaktor genetik,
gaya dalam menjalin hubungan, dan pengalaman sosial awal (interaksi sosialnya yang pertama) dengan teman
sebayanya.
McGuire and CliIIord (2000) memimpin suatu penelitian dalam hal perilaku yang disebabkan oleh Iaktor
keturunan terhadap anak-anak umur 9-14 tahun. Pesertanya terdiri dari pasangan saudara kandung, pasangan saudara
tidak kandung (adopsi), pasangan saudara kembar identik dan pasangan saudara kembar yang tidak identik. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rasa kesepian dapat didasari oleh Iaktor hereditas. Sebagai contoh, pasangan
kembar identik lebih memiliki banyak kesamaan dalam hal rasa kesepian daripada pasangan kembar tidak identik, hal
ini menunjukkan semakin banyak kesamaan Iaktor genetik maka semakin besar persamaan cara menanggapi rasa
kesepian. Walaupun demikian, rasa kesepian juga dipengaruhi oleh Iaktor lingkungan. Hal ini terlihat dari Iakta
bahwa lebih banyak persamaan cara dalam menanggapi rasa kesepian diantara pasangan yang bukan saudara kandung
(saudara adopsi) daripada diantara pasangan anak yang diambil secara acak (random participants)
Ada dua hal yang membuat individu takut untuk dekat dan menghindari suatu hubungan, yaitu penolakan dan
rasa takut. Kesepian juga sering diasosiasikan dengan kegagalan membuka diri karena takut orang lain akan bereaksi
negatiI dengan keterbukaannya.
Hal yang ketiga yang menyebabkan kesepian adalah kegagalan untuk mengembangkan kemampuan
bersosialisasi. Anak dapat belajar keterampilan sosial dari teman sebayanya karena mereka memiliki banyak
kesempatan untuk mengembangkannya. Anak yang masuk dalam kegiatan prasekolah memiliki kemampuan sosial
yang lebih baik saat memasuki sekolah daripada yang tidak masuk pendidikan prasekolah. Kesepian yang terjadi
karena tidak ada hubungan yang dekat antara saudara kandung, terlebih lagi jika ada konIlik (Ponzetti & James,
1997). Tanpa adanya keharusan untuk bersosialisasi, seorang anak bisa menghasilkan perilaku diri yang gagal (selI-
deIeating), seperti menghindari orang lain dan melakukan tindakan-tindakan agresiI.
Reducing Loneliness
Mereka yang buruk dalam interaksi sosial biasanya menyadari hal ini sebagai masalah. Mereka menyadari
bahwa meraka tidak bahagia, tidak puas, dan tidak populer. Orang orang yang kesepian mungkin merasa putus asa
dan bahkan bunuh diri. Apakah ada cara yang memuaskan untuk menghadapi kesepian?
Setelah kesepian berkembang, tidak mungkin kita megubah sejarah individu dengan mengubah interaksi awal
antara ibu dengan anak. Hal ini memungkinkan namun kita mememerlukan keterampilan sosial yang baru dan lebih
tepat intervensi seperti konsentrasi pada perilaku yang cukup spesiIik. Prosedur utama intervensi adalah terapi
kognitiI dan pelatihan keterampilan sosial, keduannya dapat digunakan dalam waktu yang bersamaan. Tujuan dari
terapi kognitiI adalah untuk mengganggu pola negatiI dan untuk mendorong kognisi yang baru, persepsi, dan harapan
tentang interaksi sosial. Dalam pelatihan keterampilan sosial, orang kesepian disediakan contoh-contoh perilaku sosial
yang tepat pada rekaman video dan kemudian diberi kesempatan untuk berlatih perilaku yang sesuai dengan peran
yang diamati.
Loneliness as a Response to External Factors
Pengucilan sosial muncul ketika orang lain tidak memiliki kepentingan dalam membangun hubungan dengan
kita. Penolakan tidak didasarkan pada sesuatu yang kita lakukan, tetapi pada prasangka, stereotype, dan sikap yang
dipegang oleh individu yang menolak. Pengucilan sosial terjadi ketika penolakan yang datang tidak hanya dari satu
individu tetapi dari seluruh kelompok. Taktik penolakan melibatkan tiga strategi dasar untuk mencegah hubungan
yang pribadi : penghindaran (gagal untuk berinteraksi, mengabaikan orang lain, memotong interaksi yang singkat),
pelepasan (tidak mengungkapkan inIormasi tentang dirinya, tidak perhatian, berinteraksi dalam cara yang
impersonal), dan disosiasi kognitiI (merendahkan orang lain). Masing-masing perilaku mengkonsumsikan kurangnya
minat dalam membangun hubungan.
Romantic Relationship and Falling in Love
Romance: Moving Beyond Friendship
#omantic relationship atau berpacaran merupakan hubungan antara kedua individu yang menjadi semakin
dekat. Biasanya dialami ketika seseorang menjalani masa remaja, karena pada masa ini, sedang berkembang
aIIiliation need dan naluri seksual. Berpacaran tidak hanya terjadi pada pasangan yang berbeda jenis atau
heteroseksual, namun juga terjadi pada pasangan yang homoseksual. Terlepas dari cara mereka berhubungan seksual,
hubungan kedekatan lainnya pada pasangan homoseksual sama saja dengan pasangan heteroseksual, seperti
menghabiskan waktu bersama, dan berbagi hal spesial antara satu dan lainnya.
Persamaan dan Perbedaan antara Friendship dan Romance
Berbeda dengan persahabatan, berpacaran lebih menggambarkan keintiman secara Iisik. Keintiman secara
Iisik ini berkisar antara berpegangan tangan, berpelukan, berciuman hingga melakukan hubungan seks tergantung
norma lingkungan dan individual diIIerences. Pada akhirnya pasangan yang saling menyukai percaya bahwa sang pria
ataupun wanita yang ia cintai akan menjalin hubungan dengannya sampai ke jenjang pernikahan.
Dua individu memutuskan untuk berpacaran biasanya karena saling tertarik satu sama lain, memiliki
persamaan antara keduanya dan karena kedekatan, sehingga tidak jarang bila persahabatan berakhir menjadi satu
pasangan. Kebanyakan pelajar akan memilih seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengannnya dan gaya yang
menarik untuk dijadikan pasangan ideal. Lelaki biasanya akan memilih wanita yang muda, cantik dan reproduktiI
sedangkan wanita akan memilih lelaki yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melindungi dirinya dan
keturunannya. Hubungan romantis juga terkadang didapat di tempat bekerja, karena di tempat kerja orang akan
menemukan orang lain yang memiliki banyak kesamaan dengannya.
Selain mengenai hubungan seksual, beberapa aspek dari romantic relationship berbeda dengan persahabatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Swann, De La Ronde, dan Hixon (1994) membuat laporan yang meliputi, teman,
teman sekamar asrama, dan pasangan yang menikah, kebanyakan orang memilih seorang pasangan yang dapat
memberikan Ieedback padanya. Kita menikmati berhubungan dengan seseorang yang cukup baik mengenal kita dari
sisi baik maupun sisi buruk kita. Hal yang kontras, sedikitnya saat memulai hubungan romantis, dua individu tidak
melihat ketepatan dan kebenaran sebanyak mereka melihat persetujuan dan penerimaan. Dalam hubungan romantis,
kita ingin mencintai dan dicintai secara unconditional, dan kita butuh mengembalikan keyakinan kita dengan
compliment, praise, dan Irekuensi peragaan dari aIeksi.
Sebuah hubungan romantis membutuhkan tiga skema yang saling berhubungan yaitu, untuk self, untuk
pasangan, dan untuk hubungan (gambar 8.12)
Selecting Potential Mate : Perbedaan Kriteria untuk Pria dan Wanita
Impian dalam romance mungkin tidak berisi keinginan untuk menjadi orang tua, tetapi beberapa psikolog
evolusioner mengusulkan bahwa genetik historis kita adalah sebuah aspek yang sangat penting dari romantic
attraction.
Men Seek Female Attractiveness: Muda, Cantik, dan Reproduktif
PerspektiI dari penentu evolusioner, wanita cantik dipercaya bisa menarik secara seksual bagi pria karena
kecantikan diasosiasikan dengan muda, sehat, dan subur. Prinsip dasarnya bahwa reproduktiI yang sukses dari nenek
moyang lelaki kita ditingkatkan oleh pemilihan pasangan wanita yang didasarkan pada petunjuk tersebut. Walaupun
lelaki pada hubungan kencan tidak tertarik untuk melakukan hubungan seks tetapi mereka cenderung akan merespon
positiI pada kecantikan.
Pria tidak hanya tertarik pada kecantikan tetapi juga pada karakteristik khusus yang menunjukkan kemudaan
dan kesehatan. Contohnya wanita yang berambut panjang sering dianggap sehat, rambut yang berkilau sebagai tanda
dari muda dan sehat.
Women Seek Men with Resources: Memiliki Kekuatan dan Kemampuan untuk Melindunginya serta
Keturunannya
Wanita juga merespon positiI pada penampilan Iisik, meskipun tidak sekuat ketertarikan pria. Dalam
pencarian pasangan romantis, wanita lebih memperhatikan sumber daya lelaki. Alasan bahwa wanita realtiI tidak
peduli terhadap pria yang muda dan menarik, dijelaskan oleh teori evolusiner dengan Iakta bahwa tidak seperti
wanita, pria biasanya mampu bereproduksi dari pubertas sampai lanjut usia. Wanita pada zaman dahulu, kesuksesan
reproduksi ditingkatkan oleh kemudaan dan kesehatan dengan memilih pasangan yang memiliki kemampuan untuk
melindungi dan peduli padanya dan keturunannya.
Menemukan Seorang Pasangan
Bagaimanapun dasar pada pemilihan pasangan, orang pada umumnya menghadapi rintangan pada romance.
Bagaimana seseorang bertemu dengan pasangan yang sesuai? Secara historis (bahakan dalam beberapa budaya sampai
saat ini) , jawabannya masih secara sederhana untuk memasuki jenjang pernikahan yang dibangun oleh dua orang
yang biasanya dimotivasi oleh tujuan Iinansial dan politik.
Love : Siapa yang dapat Menjelaskannya? Siapa yang dapat menceritakan padamu mengapa? Mungkin
Hanya, Psikolog Sosial
Cinta adalah reaksi emosional yang pada dasarnya sama seperti kemarahan, kesedihan, kebahagiaan dan rasa
takut. Bagi setiap orang cinta memiliki pengertian yang bervariasi, tetapi bagi anak kecil dan pelajar, keduanya
berIikir bahwa cinta adalah hal yang diawali dengan hal positiI dan akan berakhir negatiI, cinta dapat membuat buta,
cinta saling berbagi, memaaIkan, dan ingin berkorban, serta termasuk seksualitas.
Jatuh cinta adalah pengalaman Iamiliar yaitu reaksi emosional terhadap orang lain yang berlabel cinta dan
gairah, terjadi secara tiba tiba yang melibatkan semua gelombang emosinal dan keastikan terhadap seseorang.
!,8843,904;0
!assionate love adalah sebuah respon emosional yang kuat dan terkadang tidak realistik kepada seseorang. Ketika
dialami, biasanya dilihat sebagai suatu indikasi 'cinta sejati, bagi orang lain terlihat seperti 'tergila-gila. !assionate
love biasanya terjadi dalam waktu singkat, sangat besar, bergelora, bereaksi positiI terhadap orang lainreaksi yang
menunjukkan perasaan yang di luar kontrol kita, seperti kebetulan yang tidak bisa diprediksi. Seseorang yang sedang
jatuh cinta pikirannya dipenuhi dengan orang yang dicintainya dan berpikir sedikit tentang hal lain.
Ketertarikan seksual adalah sesuatu yang penting, tapi tidak cukup untuk bisa mencintai orang lain. Kamu bisa
tertarik secara seksual tanpa merasakan cinta, tetapi kamu tidak bisa jatuh cinta kepada seseorang tanpa merasakan
ketertarikan seksual. Bagi banyak orang, cinta membuat sex lebih diterima, dan aktivitas seksual bisa diromantiskan.
!assionate love meliputi rangsangan emosi yang kuat, hasrat untuk dekat secara Iisik, keinginan yang kuat
untuk dicintai seseorang seperti kita mencintainya. Mencintai dan dicintai adalah pengalaman yang positiI, tapi hal ini
diiringi dengan munculnya ketakutan akan berakhirnya suatu hubungan. HatIield dan Sprecher mengembangkan skala
cinta membara untuk mengukur elemen positiI dan negatiI dan itu terdiri dari item seperti 'untuk ku,adalah
pasangan romantis yang sempurna, dan 'saya akan merasa putus asa jika meningglkan saya.
Meskipun itu kedangaran hanya seperti kejadian di Iilm-Iilm, kebanyakan orang, ketika ditanya melaporkan
bahwa pernah jatuh cinta secara tiba-tiba pada orang asing/cinta pada pandangan pertama. Bahkan dalam laboratorium
eksperimen, sesuatu seperti ini bisa terjadi. Ketika dua orang asing berlainan jenis diminta untuk saling menatap
selama dua menit, atau untuk berdekatan, maka akan menghasilkan perasaan yang timbal balik, dan hal ini benar-
benar terjadi pada orang yang mempercayai kekuatan cinta. Ada kemungkinan untuk jatuh cinta, meskipun perasaan
itu tidak terbalaskan ataau unrequited love.
Ada tiga Iaktor penting untuk keberagaman passionate love yang terjadi. Pertama, kamu telah mempelajari
mengenai cinta, dan kebanyakan dari kita ditunjukkan dari masa kanak-kanak sesuatu gambaran mengenai cinta, lagu
cinta dan Iillm romantic. Gambaran tersebut memotivasi kita untuk mencari pengalaman mengenai jatuh cinta dan
memberikan suatu script yang menunjukkan kita bagaimana kita bertindak ketika sesuatu itu terjadi. Kedua, objek
cinta yang sesuai itu harus ada. Kesesuaian ini bisa berarti lawan jenis yang menarik secara Iisik yang belum menikah,
contohnya. Ketiga, menurut Schachter ada two factor theory mengenai emosi, seseorang harus berada pada dasar
terangsang secara Iisiologis (rangsangan seksual, ketakutan, kecemasan, dll) dan hal inilah yang diterjemahkan
sebagai emosi dari cinta.
membedakan keberhasilan dan kegagalan pernikahan. Meskipun pentingnya komitmen dalam sebuah hubungan sering
menjadi tekanan, diketahui bahwa komitmen yang didasarkan pada ketakutan akan perpisahan adalah tidak eIektiI
sebagaimana komitmen yang didasarkan atas penghargaan positiI dalam hubungan yang berkelanjutan. Dalam
hubungan jangka panjang, banyak masalah dapat muncul dari waktu ke waktu. Faktor prediktiI lain yang hadir bahkan
sebelum pernikahan, dan itu dapat digunakan sebagai indikasi probabilitas bahwa pernikahan tersebut akan berhasil
atau gagal.
Kemiripan dan Kemiripan yang Diasumsikan
Lebih dari satu abad penelitian telah secara konsisten menunjukkan bahwa pasangan memiliki kemiripan dalam sikap
mereka, keyakinan, nilai, ketertarikan, usia, daya tarik, dan atribut lainnya (Galton, 1870/1952; Pearson & Lee, 1903;
Terman & Buttenwieser, 1953a, 1935b) . Selain itu, sebuah studi longitudinal pasangan dari saat pertama kali mereka
terikat dalam dua puluh tahun pernikahan menunjukkan perubahan yang sangat kecil dalam tingkat kemiripan dari
waktu ke waktu (Caspi, Herbener, & Ozer, 1992). Dengan kata lain, orang yang menikah dan memiliki kemiripan ,
kemiripan tersebut tidak meningkat atau menurun seperti tahun-tahun lalu. Hal yang lebih besar dari kesempatan
kemiripan juga ditemukan untuk teman-teman dan pasangan kencan, tapi suami dan istri lebih mengalami kemiripan
(Watson, Hubbard & Wiese, 2000). Ada hubungan positiI antara tingkat kesamaan dan keberhasilan hubungan,
beberapa pasangan merenungkan pernikahan yang baik dan lebih memberikan perhatian yang besar terhadap
persamaan dan perbedaan, serta kurang memperhatikan daya tarik dan seksualitas.
Pernikahan Gay, Serikat Sipil , dan Nilai Keluarga
Figure 8.18 -- Pernikahan Gay : Sebuah Ancaman atau Hak Sipil ?
Ketika larangan pernikahan gay dinyatakan inkonstitusional oleh pengadilan Massachusetts, resmi di berbagai bagian
Amerika Serikat mulai menerbitkan surat nikah untuk pasangan nonheterosexual. Hasilnya adalah pencurahan
pasangan gay dan lesbian yang ingin menikah dan protes dipanaskan oleh mereka yang memandang perubahan itu
sebagai ancaman bagi institusi pernikahan. Ditampilkan di sini adalah salah satu konIrontasi yang dihasilkan
berlangsung di San Francisco Court House. (Sumber: The New Republic, 3 Mei 2004, hal 18)
Figure 8.19 -- Sikap tentang Pernikahan Gay : Sebuah Perbedaan Usia
Persetujuan dibandingkan ketidaksetujuan dari legalisasi pernikahan gay adalah sangat terkait dengan usia. Orang
Amerika yang lebih muda sangat mendukung pernikahan seperti itu, sedangkan yang lebih tua sangat menentang
pernikahan tersebut. Dengan berjalannya waktu, tampaknya tak terelakkan bahwa sikap yang menguntungkan akan
menang. (Sumber: Berdasarkan data di Hertzberg, 2004).
Dengan menilai pendapat tersebut dalam sampel populasi, kita mengetahui bagaimana sikap dapat berbeda. Sebagai
contoh, ketika warga Amerika dipertanyakan tentang apakah hubungan gay harus dihukum, mereka yang berkata 'ya,
dan mereka yang mengatakan ' tidak ' cukup merata, namun ketika kesepakatan pertanyaan dengan pernikahan gay, 30
persen mengatakan mereka mendukung , sementara 64 persen menentang. Persentase ini berlaku untuk masyarakat
umum, tetapi sub kelompok penduduk tertentu menghasilkan hasil yang sangat berbeda.
Satu perbedaan subkelompok memiliki implikasi yang lebih luas. Sementara pemilih yang lebih tua (usia 65 ke atas)
sangat menentang pernikahan gay, pemilih muda (di bawah usia tiga puluh) sangat mendukung pernikahan gay (lihat
gambar 8.19). Kecuali para pemilih muda secara drastis mengubah pikiran mereka ketika mereka tumbuh dewasa, tren
tersebut jelas. Jika prediksi ini didasarkan pada perbedaan sikap antara kelompok usia yang berbeda, adalah akurat,
masalah akan diselesaikan secara damai dari waktu ke waktu.
Tidak hanya orang yang memiliki kemiripan menikah, tetapi pasangan bahagia yang menikah percaya bahwa mereka
bahkan lebih mirip dari diri mereka sebenarnya - sebuah Ienomena yang dikenal sebagai kemiripan yang
diasumsikan, yang akan meningkatkan kepuasan pernikahan . Menariknya, pasangan yang berkencan diasumsikan
memiliki kesamaan bahkan lebih tinggi daripada pasangan yang sudah menikah, mungkin mencerminkan ilusi
romantis.
Faktor Disposisional
Selain kemiripan, pernikahan yang bahagia juga dipengaruhi oleh beberapa disposisi kepribadian tertentu.
Dengan kata lain, beberapa individu lebih mampu menjaga hubungan yang positiI daripada orang lain dan mereka
berani bertaruh sebagai pasangan menikah yang lebih baik daripada orang lain. Contohnya, narsisme mengacu pada
seorang individu yang merasa lebih unggul dari kebanyakan orang lain, seseorang yang mencari kekaguman dan tidak
memiliki empati. Narsisis diketahui merasa kurang untuk berkomitmen dalam sebuah hubungan. Sebagai salah satu
pengecualian untuk aturan kesamaan, dua narsisis tidak mungkin memiliki hubungan yang menyenangkan. Disposisi
kepribadian lain yang penting adalah bahwa yang mempengaruhi keberhasilan suatu hubungan adalah mereka yang
terkait dengan perilaku interpersonal dan attachment styles. Dengan demikian, individu dengan gaya sibuk atau takut-
menghindar memiliki hubungan yang kurang memuaskan dibandingkan dengan secure maupun gaya cuek
(mengabaikan). Secara umum, secure attachment dikaitkan dengan kepuasan pernikahan. Karakteristik personality
yang lain, seperti anxiety, negativity, dan neuroticism (dinilai ketika pasangan masih pengantin baru) berhubungan
dengan masalah-masalah hubungan kemudian. Harus diketahui bahwa karakteristik negative tersebut akan hadir saat
menjelang pernikahan adalah prediksi masalah hubungan selama tiga belas tahun pernikahan berikutnya.
Marital Sex
Survei dari pasangan yang menikah mengungkapkan bahwa interaksi seksual menjadi kurang sering dengan
berjalannya waktu, dan bahwa penurunan paling cepat terjadi selama empat tahun pertama pernikahan. Terlepas dari
Irekuensi seksual, tingkat kemiripan sikap seksual dan preIerensi memprediksi kompatibilitas pernikahan. Pria lebih
mungkin dibandingkan perempuan untuk menyamakan kepuasan seksual dengan kesetaraan hubungan.
Cinta dan Pernikahan : Karir, Pengasuhan, dan Komposisi Keluarga
Is it Better to Be Married or to be Unmarried ?
Dibandingkan dengan individu tunggal, pria yang sudah menikah secara konsisten dikabarkan telah lebih bahagia dan
sehat, tetapi untuk perempuan hanya pernikahan yang memuaskan yang memberikan manIaat kesehatan.
Cinta dan Pernikahan
Biasanya, cinta yang penuh gairah menurun dari waktu ke waktu, meskipun perempuan yang terus merasakan cinta
yang intens terhadap suami mereka lebih puas dengan hubungan mereka daripada mereka yang tidak. Kepuasan laki-
laki dengan pernikahan, tidak berhubungan dengan perasaan cinta yang penuh gairah. Cinta yang kuat penting bagi
pria dan wanita - kegiatan berbagi, bertukar ide, tertawa bersama, dan bekerja sama pada proyek-proyek.
Bekerja Didalam dan Diluar Rumah
Pria melakukan sebagian besar pekerjaan berat dan wanita sebagian besar memasak dan membersihkan, bahkan jika
mereka berdua memiliki karir aktiI (Yu, 1996). KonIlik pernikahan dan ketidakpuasan sering melibatkan
ketidakadilan yang dirasakan dalam cara tugas tersebut dibagi. Masalah yang sama muncul dalam rumah tangga
pasangan gay, tetapi tidak seperti gay dan heteroseksual lainnya, pasangan lesbian diketahui dapat berbagi tugas kerja
dalam rumah tangga secara adil dan merata (Kurdek, 1993). Sehubungan dengan bekerja di luar rumah, selalu ada
potensi konIlik antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan pernikahan. KonIlik ini dengan mudah menyebabkan
keterasingan dan akhirnya kelelahan emosional. ketika kedua pasangan bekerja di luar rumah, potensi konIlik bahkan
lebih besar, dan tak seorang pun menemukan cara yang memuaskan untuk menyelesaikan semua masalah yang
diciptakan oleh keluarga karir dua-(Gilbert, 1993). Pasangan dengan gaya lampiran aman kesepakatan yang paling
eIektiI dengan tuntutan bersaing, sementara takut-penghindar individu memiliki kesulitan yang paling. Individu
dengan gaya sibuk mengabaikan atau gagal dalam antara kedua ekstrem.
Pengasuhan
Bell (2001) menyarankan bahwa sebuah perubahan telah menghasilkan dasar neurobiologis untuk ikatan emosional
antara orang tua dan anak-anak mereka yang melampaui logika atau kognitiI lainnya. Meskipun tekanan biologis ini
mendukung pola pengasuhan, seiring dengan penolakan sosial dari masa kanak-kanak, menjadi orang tua bisa
menciptakan masalah tak terduga. Pola pengasuhan sering terkait dengan penurunan kepuasan pernikahan, namun
penurunan berkurang jika pasangan memiliki hubungan yang kuat dan penuh kasih sayang dan jika orang tua
memiliki gaya kasih sayang yang nyaman. Dalam keluarga besar, laki-laki dan perempuan agak berbeda dalam hal
emosi. Semakin banyak anak yang mereka miliki, semakin banyak wanita merasakan ketidakpuasan dalam
pernikahan, sedangkan laki-laki lebih mudah mengekspresikan kepuasan. Kemungkinan, perbedaan tersebut muncul
karena perempuan meluangkan waktu yang lebih daripada laki-laki dalam mengurus anak-anak mereka.
Perubahan dalam Komposisi Keluarga
Di samping kehidupan rumah tanggal single-parent, telah ada peningkatan jumlah pernikahan kembali di mana istri,
suami, atau keduanya memiliki keturunan dari pernikahan sebelumnya, jumlah pasangan cohabiting couples
(pasangan yang tinggal serumah tapi tidak memiliki ikatan pernikahan) yang menjadi orang tua, dan jumlah gay dan
pasangan lesbian dengan anak-anak (baik diadopsi atau keturunan dari salah satu partners). Kita belum tahu
konsekuensi yang mungkin timbul dari pengaturan keluarga yang relatiI baru tersebut berpengaruh baik atau buruk
untuk orang dewasa atau untuk anak-anak mereka.
Permasalahan dalam Hubungan, Reaksi terhadap Permasalahan, dan Efek dari Kegagalan dalam Hubungan
Orang-orang biasanya memasuki pernikahan dengan harapan yang tinggi, dan mereka cenderung cukup
optimis mengenai kemungkinan akan keberhasilan pernikahan tersebut. Optimisme yang sebagian besar dirasakan
pasangan menikah dapat dijelaskan dari pembahasan awal tentang cinta dan percintaan bahwa khayalan dan ilusi
positiI secara kuat mempengaruhi ide-ide kita. Namun yang membingungkan adalah mengapa sebagian besar
pasangan yang gagal untuk sukses dalam pernikahan, tanpa memikirkan betapa optimisnya mereka.
Permasalahan Antara Pasangan
Salah satu masalah yang muncul dan dapat mengakibatkan perubahan suatu hubungan romantis yang penuh
cinta menjadi suatu hubungan yang memiliki karakteristik ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, dan rasa benci adalah
perlunya memahami kenyataan dari suatu hubungan. Maksudnya, tidak ada pasangan hidup yang sempurna.
Beberapa permasalahan dalam pernikahan adalah universal, karena terlibat dalam hubungan akrab apapun
memerlukan derajat tertentu dari kompromi. Ketika dua orang hidup bersama, mereka harus bersama-sama
memutuskan apa yang akan dilakukan. Pentingnya mempertimbangkan kebutuhan kedua pasangan berarti ada konIlik
yang pasti akan dialami antara keinginan untuk bebas dan kebutuhan akan kedekatan.
Diasumsikan, semakin besar jumlah keuntungannya relatiI terhadap jumlah kerugiannya, semakin tinggi
kualitas hubungannya. Clark and Grote (1998) mengidentiIikasikan beberapa tipe keuntungan dan kerugian, beberapa
diantaranya positiI atau negatiI dengan disengaja, dan beberapa lainnya tidak disengaja. Beberapa kerugian
melibatkan keputusan yang sukarela untuk terlibat dalam perilaku yang sulit atau tidak diinginkan agar memenuhi
kebutuhan pasangan. Tindakan yang terakhir membentuk tingkah laku komunal (communal behavior) yaitu suatu
kerugian bagi satu individu yang sebenarnya menguntungkan pasangan dan juga menguntungkan hubungannya.
Kunci keberhasilan dan kegagalan pernikahan bukanlah kemampuan untuk menghindari kesulitan tapi kemampuan
untuk menghadapi masalah dan menghadapi satu sama lain dengan cara yang memuaskan.
Bereaksi terhadap Permasalahan Pernikahan
Ketika terdapat argumen yang berbeda, tidaklah membantu jika memIokuskan pada benar atau salah dan
menang atau kalah. Laki-laki lebih cenderung daripada perempuan untuk menghindari berbicara mengenai konIlik
namun hal ini juga bukan solusi yang baik. Orang-orang perlu berhenti sejenak dan mempertimbangkan konsekuensi
jangka panjang dari tindakan terhadap hubungan, karena pertimbangan semacam ini kemungkinan dapat mendorong
respon yang konstruktiI (Yovetich&Rusbult, 1994).
Cara yang lebih komprehensiI untuk mengkarakterisasikan beragam cara dalam berinteraksi dengan pasangan
yaitu salah satunya adalah perkataan atau perbuatan apapun yang menimbulkan aIek negatiI akan buruk bagi
hubungan, dan perkataan atau perbuatan apapun yang menimbulkan aIek positiI akan baik bagi hubungan. Pernikahan
yang berhasil tampaknya menekankan pada pertemanan, komitmen, kepercayaan, dukungan sosial, kesamaan, dan
kebulatan tekad yang konsisten untuk menciptakan aIek yang positiI.
Ahli terapi pernikahan dan keluarga, JeII Herring, memberikan sepuluh tips untuk memperkuat suatu
pernikahan yang bahagia, yaitu :
1. Anda dapat menjadi benar atau menjadi bahagia tapi tidak dua-duanya. Pilihlah dengan bijak.
2. Pelajarilah seni yang lembut dari kerja sama.
3. Bicarakanlah hal-hal yang penting.
4. Beri maaI sebanyak atau lebih banyak dari jumlah maaI yang anda inginkan.
5. Rayakanlah apa yang ingin anda lihat lebih banyak.
6. Lebih dengarkan hati daripada mendengarkan kata-kata.
7. Doronglah pasangan anda untuk menggunakan talentanya.
8. Waspadai komunikasi anda.
9. Bertanggungjawablah terhadap kontribusi anda pada permasalahan.
10. Jangan berasumsi hanya karena anda sudah menikah, anda tahu cara menikah.
Kegagalan Hubungan: Efek dari Putusnya Hubungan
Pasangan dalam satu hubungan yang seintim pernikahan jauh lebih mungkin untuk merasakan tekanan dan
rasa marah yang intens ketika hubungan mereka gagal. Dalam hal-hal tertentu, pasangan hidup yang bercerai sama
halnya dengan pasangan hidup yang meninggal. Pada kasus kematian, pasangan yang masih hiduo bisa jadi marah
pada pasangan yang meninggal atau justru bangga. Pada kasus perceraian rasa marah lebih mungkin muncul dari rasa
bangga, dan kondisi ini berbahaya bagi perbaikan Iungsi.
Meskipun sangat sulit untuk memutar balik hubungan yang memburuk, tetap saja mungkin untuk
memperbaiki hubungan jika kondisinya tepat. Pasangan dapat melakukan rekonsiliasi jika :
1. Menjadi pasangan memuaskan kebutuhan masing-masing individu.
2. Masih memiliki komitmen untuk tinggal bersama.
3. Tidak ada kekasih alternatiI.
Korban yang benar-benar tidak bersalah dari kegagalan pernikahan adalah anak. Konsekuensi negatiI dari
perceraian pada anak-anak meliputi eIek jangka panjang dari kesehatan dan kesejahteraan mereka, tingkah laku
bermasalah di sekolah, risiko kematian yang lebih tinggi sepanjang hidup mereka, dan kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami perceraian.
Love Relationship
~liking dan ~loving apakah mereka berbeda?
Cinta adalah kombinasi dari emosi, kognisi dan perilaku yang mungkin terlibat dalam hubungan intim.
Bisakah kita memperluas prinsip ini dengan topik penting dari orang-orang spesial yang kita cintai? Setelah topik ini
diabaikan dalam psikologi, sekarang cinta adalah Iokus populer untuk penelitian.
Secara bertahap kita mulai untuk mendapatkan pemahaman ilmiah tentang cinta. Dalam bahasa umum kita
cenderung menggunakan istilah-istilah seperti kegilaan gairah, asmara dan ketertarikan seksual, namun apa perbedaan
keadaan tersebut?
Rubin (1973) mengatakan 'liking berbeda dengan 'loving dan skala dikembangkan untuk mengukur secara
terpisah. Regan and Berscheid (1999) membedakan antara 'love dan 'being in love, pertama tidak mengandung
hasrat seksual dan kedua kesenangan yang merupakan bagian penting.
Kinds of love
Dalam analisis cluster prototipe cinta, seperti cinta romantis (romantic love), cinta orangtua (parental love)
dan kegilaan (inatuation), Fehr (1994) mengkonIirmasi temuan sebelumnya oleh HatIield dan Walster (1981), yang
membedakan antara
Passionate love (romantic love)
Keadaan dimana perhatian penuh dalam orang lain yang melibatkan gairah Iisiologis
Companionate love
Perhatian dan kasih sayang untuk orang lain yang biasanya muncul dari waktu berbagi bersama
Arglye and Henderson (1985) telah memperluas kelas untuk pasangan yang sudah menikah untuk sesuatu, mencatat
bahwa orang melaporkan bahwa gairah mereka berevolusi menjadi sebuah hubungan yang ditandai lebih oleh kasih
sayang dan keterikatan dan mengurangi gairah seksual.
Six of Love Styles
O Eros (passionate love) - cinta secara Iisik dan emosional dengan gairah berdasarkan kenikmatan estetika
O Storge (Iriendship or companionate love) - Sebuah cinta kasih sayang yang perlahan-lahan berkembang dari
persahabatan, berdasarkan kesamaan
O Ludus (game-playing love) - cinta yang ditaIsirkan sebagai sebuah permainan atau olahraga; penaklukan
mungkin memiliki keduanya
O Mania (possessive love) - ObsesiI cinta, pengalaman emosional yang tinggi besar dan terendah; pecinta yang
sangat posesiI dan sering cemburu
O Pragma (logical love) - Cinta yang didorong oleh pemikiran, bukan hati; atau memendam rasa
O Agape (selIless(altruistic) love) Cinta adalah pengorbanan, meliputi cinta. Pecinta agape sering spiritual
atau orang yang religius. Pecinta Agape melihat pasangannya sebagai berkah, dan ingin mengurus mereka.
Love and marriage
Apakah cinta akan berujung dengan pernikahan? dalam budaya barat tampaknya ada perubahan sikap dari waktu ke
waktu, bahkan dalam satu generasi. Simpson et al (1986) membandingkan tanggapan dalam tiga waktu berbeda, dari
tahun 1960-an sampai 1980-an. Setiap responden diberi pertanyaan yang sama 'Jika ada pria/wanita yang memiliki
semua kriteria yang anda inginkan apakah anda akan menikah dengannya walaupun anda tidak mencintainya?.
Kebanyakan dari responden terutama perempuan menjawab tidak, dan jumlahnya meningkat setiap tahun. Meskipun
persentase hubungan diluar nikah lebih besar didunia barat, namun mencintai masih merupakan prediksi yang akurat
tentang apakah pasangan akan menikah atau tidak, meskipun tidak cukup untuk menjamin hubungan akan
menyenangkan dan stabil
Romantic Love
Psikolog sosial cenderung lebih Iokus pada deskripsi dari tendecies perilaku dan kognitiI yang adalah indikasi
dari kata "in love". Hal itu dapat mencakup memikirkan kekasihnya terus-menerus; ingin menghabiskan waktu
sebanyak mungkin dengannya, dan sering tidak realistis dalam penilaian sang kekasih. Hal ini biasanya menghasilkan
kekasih menjadi Iokus dari hidupnya, dengan mengesampingkan teman-teman lain.Namun, kita hanya berbicara
tentang cinta seolah-olah itu adalah semacam kecelakaan, padahal itu adalah sesuatu yang terjadi kepada kita dari
beberapa proses di mana kita berpartisipasi secara aktiI.
Is love just a label?
Beberapa psikolog sosial berpendapat bahwa romantic love hanyalah label dan kita memberlakukannya untuk produk
dari interaksi variabel
Pada Three Iactor theory oI love HatIield and Walster(1981) membedakan tiga komponen dari 'love
A cultural concept oI love - penentu budaya yang mengakui cinta sebagai keadaan
An appropriate person to love - suatu objek cinta yang tepat hadir dalam kebanyakan budaya, norma
adalah anggota lawan jenis dan usia yang sama
Emotional arousal - berlabel cinta-diri yang dirasakan saat berinteraksi dengan atau bahkan berpikir
tentang objek yang tepat dari cinta
'love merupakan label atau bukan, tetap saja kebanyakan orang merasakan eIek yang sangat kuat karena 'love
Arranged Marriages
Perjodohan adalah pernikahan yang diperdagangkan terutama oleh orang tua pasangan, daripada pasangan
sendiri. Selama berabad-abad, pernikahan yang diatur satu-satunya cara untuk menikah dalam kebanyakan budaya,
dan itu diyakini bisa memberikan lebih kuat, pernikahan bahagia juga mengambil bentuk aliansi, ekonomi, sosial dan
politik. Meskipun negara-negara barat sebagian besar kerutan pada perjodohan karena mereka percaya bahwa
perkawinan membatasi kebebasan pribadi, perjodohan masih terjadi di bagian Timur Tengah, Asia dan AIrika.
Tiga studi tentang perjodohan terjadi di India. Gupta dan Singh (1982) dibandingkan dengan arranged
marriages dan love` marriages dan menemukan bahwa, pada prinsipnya, arranged couples` kedudukan cinta mereka
lebih rendah daripada love couples`. Cinta memang bisa dipelajari, terutama jika kita merasa bahwa kita 'harus
membuatnya bekerja' dan ada kemungkinan bahwa orang lain dapat berhasil mencocokkan pasangan yang sesuai.
Maintaining Relationship ( Memelihara Hubungan )
Literatur relevan kebanyakan memiliki hubungan dengan menikah, yang diduga menjadi hubungan yang paling
nyata dan penting untuk dijaga. Namun, dari apa yang kita diskusikan diatas, menikah adalah satu-satunya pilihan dari
hubungan cinta. Pernikahan melibatkan Iaktor-Iaktor lain yang membuatnya tidak seperti kebanyakan orang lain: ini
adalah pengaturan kontraktual, yang merupakan kemitraan keuangan dengan pengumpulan aset, itu biasanya
melibatkan orangtua, dan daya tarik awal berubah selama periode waktu yang panjang. Dan, karena undang-undang,
perkawinan sebagian besar masih pada Ienomena heteroseksual dan dengan demikian tidak termasuk cinta dan
hubungan seksual antara anggota dengan jenis kelamin yang sama.
Pengaruh eksternal, seperti tekanan dari hukum yang mengikat adalah Iaktor-Iaktor lain di luar cinta yang bisa
melanggengkan hubungan pernikahan; alternatiI, progresiI melemahnya hambatan eksternal seperti disebutkan
sebelumnya dapat dihubungkan dengan tingkat perceraian yang meningkat (Attridge dan Berscheid, 1994). Karney
dan Breadbury (1995) memandang hampir 200 variabel dalam kepuasan perkawinan dan stabilitas longitudinal dan
menemukan bahwa variabel bernilai positiI seperti pendidikan, pekerjaan dan perilaku positiI memperkirakan hasil
yang positiI, sedangkan variabel bernilai negatiI seperti neurotisisme, masa kanak-kanak tidak bahagia dan perilaku
negatiI memprediksi hasil perkawinan yang negatiI. Namun, tidak ada Iaktor tunggal tampaknya menjadi prediktor
yang dapat diandalkan sebagai kepuasan.
Cotton et al (1993) meneliti hubungan antara kepuasan perkawinan suami isteri dan pasangan sosial dan jaringan
pendukung. Istri melaporkan lebih mendapatkan kepuasan pernikahan ketika anggota jaringan mereka terkait satu
sama lain, ketika jaringan suami mereka sudah termasuk beberapa kerabat, dan ketika mereka adalah teman dari
beberapa anggota jaringan suami mereka. Suami melaporkan lebih mendapatkan kepuasan dalam perkawinan ketika
mereka adalah teman dari beberapa anggota jaringan istri mereka, dan ketika beberapa anggota jaringan mereka yang
terkait dengan orang-orang dalam jaringan istri mereka. Pernikahan lebih dari kesatuan dua individu: termasuk di
dalamnya interaksi dari pasangan, dan tumpang tindih antara dua jaringan yang lebih besar dari orang. Kepuasan
adalah lebih tinggi ketika orang-orang yang mungkin awalnya berada pada 'dunia yang berbeda' menjadi 'dunia
bersama-sama'.
Namun demikian, ini adalah pertanyaan yang menarik ketika hubungan cinta yang pernah dipelihara. Beberapa
karya sastra membawa kita untuk percaya bahwa 'cinta itu bertahan', sedangkan opera TV sering Iokus pada hubungan
perceraian. Alasan untuk mengajukan banding yang terakhir adalah menarik dalam masyarakat di mana pernikahan
'sampai maut memisahkan kita` masih ideal. Pada generasi sebelumnya, cinta adalah prasyarat untuk pernikahan di
masyarakat Barat. Dalam sebuah studi oleh Burgess dan Wallin (1953), 1000 orang muda yang bertunangan dan akan
menikah ditanya, "Apakah Anda berpikir bahwa seseorang harus menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai ?"
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82 persen pria dan 80 persen wanita mengatakan 'Tidak', hanya 12 persen pria
dan 15 persen wanita mengatakan 'Ya'.
Meskipun prasyarat yang diletakkan pada cinta, ada kesepakatan umum bahwa sebuah hubungan yang bertahan
dalam waktu adalah satu di mana pasangan beradaptasi dan perubahan yang berkenaan dengan apa yang mereka
harapkan satu sama lain. Yang penting dalam menjaga hubungan adalah rasa cinta yang dalam, yang telah kita catat
sebelumnya. Cinta seperti melibatkan persahabatan yang mendalam dan penuh perhatian, dan itu muncul dari berbagi
kehidupan dan segudang pengalaman yang hanya diberikan oleh waktu. Dari titik awal, kita bisa mendapatkan kilauan
tentang bagaimana perkawinan 'cinta' Barat dan Timur dengan perjodohan masing-masing bisa menghasilkan persepsi
yang sama ikatan yang kuat antara pasangan.
Dalam cinta yang dalam, ambivalensi perasaan bahwa "aku tidak bisa hidup dengan dia dan aku tidak bisa hidup
tanpa dia surut. Namun, bahkan cinta yang dalam tidak dapat menjamin hubungan yang abadi. Keamanan adalah
variabel penting yang dapat menggunakan pengaruh dalam beberapa cara berbeda. Ketika salah satu pasangan merasa
tidak aman, emosi dari rasa cemburu dapat mengikuti, situasi diekspresikan oleh rasa posesiI yang ekstrim dan
kecurigaan, yang mempercepat kerusakan hubungan. Kecemburuan sebagai konsekuensi dari ketidakamanan telah
dikaitkan dengan persepsi yang tidak memadai dalam hubungan atau jatuh dari harapan sendiri (Attridge et al, 1998).
Di sisi lain, merasa aman dalam suatu hubungan dapat membawa masalah sendiri. Companionate cinta dapat
menyiratkan bahwa 'sihir' dari cinta romantis telah menghilang. Dalam hal ini, keamanan dapat menyebabkan
kebosanan dan pencarian akibatnya untuk stimulasi baru, seringkali jauh dari pasangan. Meskipun beresiko,
keamanan dapat meningkatkan hubungan jika mencari stimulasi baru dilakukan bersama-sama.
Komitmen adalah hasrat atau tujuan untuk melanjutkan hubungan interpersonal. Komitmen adalah sebuah
variabel penting dalam mempertahankan suatu hubungan adalah komitmen-keinginan atau niat untuk melanjutkan.
Pasangan sangat berkomitmen memiliki kesempatan lebih besar untuk tinggal bersama-sama (Adams dan Jones,
1997). Gagasan sangat subyektiI diri sendiri untuk melakukan hubungan bisa lebih penting dari kondisi yang
menyebabkan komitmen (Berscheid dan Reis, 1998). Komitmen subjektiI mungkin berkaitan dengan diri seseorang,
cara orang berpikir tentang diri mereka sendiri. Dalam sebuah studi oleh Cross et al (2000) orang-orang yang
ditaIsirkan oleh diri mereka sebagai hubungan interdependen lebih berkomitmen untuk hubungan penting daripada
individu yang tidak. Komitmen juga telah dikaitkan dengan tingkat kepuasan perkawinan, pro-hubungan perilaku dan
kepercayaan. Dua penelitian longitudinal oleh Wieselquist et al (1999) mengungkapkan bahwa komitmen-terinspirasi
tindakan, seperti akomodasi dan kesediaan untuk berkorban, merupakan indikator yang baik dari motiI hubungan
seseorang. Ini adalah model siklus: tindakan-tindakan tersebut pada gilirannya menimbulkan kepercayaan pasangan
dan komitmen timbal balik dan ketergantungan selanjutnya pada hubungan.
Johnson (1991a) mengusulkan bahwa pemeliharaan hubungan tergantung pada perasaan orang bahwa (1) mereka
ingin melanjutkan hubungan tersebut; (2) mereka sebaiknya melanjutkannya; atau (3) mereka harus melanjutkannya.
Semua tiga bentuk komitmen dapat memiliki konsekuensi perilaku yang berbeda. Kesamaan, Adams dan Jones (1997)
menunjuk tiga Iaktor yang berkontribusi terhadap hubungan yang berkelanjutan:
1. Dedikasi Personal daya tarik positiI untuk pasangan tertentu dan hubungan
2. Komitmen Moral - rasa kewajiban, kewajiban agama atau tanggung jawab sosial, seperti dikendalikan oleh
nilai-nilai seseorang dan prinsip moral
3. Membatasi komitmen - Iaktor yang membuat mahal untuk meninggalkan hubungan, seperti kurangnya
alternatiI yang menarik dan berbagai investasi keuangan atau hukum sosial dalam hubungan
Role complementarity adalah hubungan yang sukses yang mewajibkan peran negosiasi, beberapa sikap Memberi
dan menerima`. Peran saling melengkapi merupakan Iaktor utama dalam menjaga beberapa hubungan. Setiap
perubahan dalam sebuah hubungan membutuhkan negosiasi ulang dari peran. Misalnya, jika pasangan perempuan
telah sakit untuk waktu yang lama dan kemudian pulih, pasangannya mungkin merasa sedih bahkan meskipun ia
percaya ia harus senang tentang itu. Hal ini dapat karena perannya dalam karir sekarang mungkin berlebihan,
sehingga menjadi sulit baginya untuk melihat di mana ia cocok masuk.
Sebuah perubahan sosial paruh kedua abad kedua puluh telah menjadi perubahan peran perempuan. DeIinisi
perempuan sebagai kelompok dengan ekonomi yang setara dengan laki-laki telah menyebabkan kedua jenis kelamin
untuk mempertimbangkan kembali status mereka (lihat Kotak 13.8). Bagi banyak pasangan, hasilnya adalah
pengalaman peran untuk masing-masing pasangan dan kemungkinan hubungan yang rusak.
Ending a Relationship ( Berakhirnya suatu Hubungan )
Memburuknya hubungan meliputi persepsi yang tidak diinginkan oleh satu atau kedua pasangan pada suatu
waktu. Levinger membedakan menjadi 4 Iaktor yang menandai berakhirnya suatu hubungan :
1. Kehidupan baru tampaknya menjadi satu-satunya solusi
2. Tersedianya pasangan alternative
3. Adanya pengharapan bahwa hubungan akan gagal
4. Kurang komitmen untuk melanjutkan hubungan
Sebagian besar penelitian di bidang ini berkaitan dengan hubungan heteroseksual, namun sebuah studi oleh Schullo
dan Alperson (1984) telah menunjukkan Iaktor-Iaktor ini akan berlaku untuk hubungan homoseksual juga.
Rusbult dan Zembrodt (1983) percaya bahwa kemerosotan telah diidentiIikasi, dapat menanggapi dalam salah
satu dari empat cara. Seorang pasangan dapat mengambil sikap pasiI dan menunjukkan:
1. Kesetiaan dengan menunggu perbaikan terjadi
2. Mengabaikan dengan membiarkan kerusakan untuk melanjutkan
Dan seorang pasangan dapat mengambil sikap aktiI dan memperlihatkan :
1. Perilaku bersuara, dengan bekerja untuk meningkatkan hubungan
2. Perilaku keluar, dengan memilih untuk mengakhiri hubungan
Ini tidak mudah untuk menentukan apakah pendekatan pasiI atau aktiI menyebabkan rasa sakit yang lebih pada akhir
dari perpisahan, sebagai Iaktor lainnya yang terlibat, seperti tingkat daya tarik sebelumnya, jumlah waktu dan eiIort
diinvestasikan dan ketersediaan pasangan baru . Hal ini juga dapat tergantung pada orang masing-masing, seperti
dukungan dari keluarga dan teman-teman. Hal ini sering kesepian yang menambah rasa sakit dan membuat hidup
tampaknya tak tertahankan, jika hal ini diminimalkan, pemulihan dari akhir hubungan bisa lebih cepat.
Duck (1988, 1992) telah menawarkan model hubungan pembubaran dari empat Iase yang pasangannya
melewati saat perceraian terjadi. Setiap Iase memuncak dalam ambang batas, yang, ketika telah dicapai, mengarah ke
perilaku yang ditunjukkan pada Gambar 13.15.
1. Fase intrapsychic dimulai sebagai periode dari brooding dengan pertunjukan luar sedikit, mungkin dengan harapan
menempatkan hal yang benar. Hal ini dapat memberikan cara untuk kebutuhan pasangan dan mencari pihak ketiga
untuk dapat mengekspresikan satu keprihatinan.
2. Fase dyadic mengambil orang ke titik memutuskan bahwa sesuatu perlu dilakukan, singkat meninggalkan
pasangan, suatu tindakan yang biasanya lebih mudah mengatakan daripada selesai. Argument akan menunjukkan juga
perbedaan antara pasangan dalam menghubungkan tanggung jawab atas apa yang salah . Dengan sedikit
keberuntungan, mereka mungkin berbicara masalah mereka.
3. Fase social melibatkan unsur baru: dengan mengatakan bahwa hubungan adalah dekat dan akhir, pasangan dapat
bernegosiasi dengan teman-teman, baik sebagai sarana dukungan sosial untuk masa depan yang tidak pasti dan untuk
meyakinkan menjadi benar. Jaringan sosial mungkin akan berpihak, ucapkan pada rasa bersalah dan menyalahkan
dan, seperti sanksi, pengadilan pembubaran.
4. Fase grave-dressing akhir dapat melibatkan lebih dari meninggalkan pasangan, untuk memasukkan pembagian
harta dan akses kepada anak-anak, dan bekerja lebih jauh menuju suatu jaminan untuk satu reputasi. Dalam komunitas
individu, mungkin akan sangat penting untuk muncul dengan citra-diri reliabilitas hubungan untuk masa depan.
Pasangan tahu bahwa hubungan itu sudah mati. Penguburan adalah ditandai oleh mendirikan sebuah tablet. AktiIitas
grave-dressing` melihat secara sosial dari kehidupan dan kematian hubungan.
Dalam kasus lembaga perkawinan, perceraian sekarang begitu umum bahwa hubungan pasca-perkawinan dapat
diantisipasi. Hal ini terjadi begitu sering yang telah dibesar-besarkan oleh orang yang diminta untuk membayangkan
keluarga normal` dengan dua anak (Noller dan Callan, 1990). Perceraian tidak bisa lagi dianggap menyimpang atau
patologis, melainkan suatu institusi dalam dirinya sendiri (Ahrons dan Rodgers, 1987).
Loneliness ( Kesendirian )
Salah satu cara untuk mendeIinisikan kesepian adalah sebagai ketidakpuasan dengan satu hubungan. Hal ini dapat
terjadi ketika tingkat yang diinginkan interaksi yang kita miliki dengan orang lain adalah tidak puas dengan tingkat
aktual yang kita alami (lihat Altman, AOS regulasi privasi model dalam bab ini). Kesepian adalah pengalaman
normal-menurut Peplau dan Perlman (1998), 25 persen orang Amerika melaporkan bahwa mereka telah merasa
kesepian atau terpencil dari orang lain dalam dua minggu terakhir. Perlman dan Peplau membedakan antara kesepian,
yang merupakan perasaan dalam diri orang, dan kesendirian yang seseorang diamati secara Iisik terpisah dari orang
lain. Sepanjang garis yang sama, Williams dan Solano (1983) berpendapat bahwa kualitas hubungan, yang
dideIinisikan sebagai kurangnya kedekatan, memberikan kontribusi untuk merasa kesepian. Dalam sebuah studi
mahasiswa tahun pertama, mereka menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang kesepian dan non-
kesepian dalam hal jumlah teman terbaik mereka atau jumlah orang yang secara timbal-balik memilih teman terbaik.
Sebaliknya, siswa kesepian dirasakan kurangnya keintiman dengan teman-teman mereka. Maxwell dan Coebergh
(1986) mengisolasi empat prediktor kesepian: bagaimana orang-orang dekat adalah untuk orang terdekat dalam hidup
mereka; berapa banyak teman-teman dekat mereka, bagaimana mereka puas dengan hubungan mereka, dan apakah
mereka memiliki kontak setiap hari dengan orang lain. Buunk dan Prins (1998) menemukan bahwa mahasiswa
Belanda berhubungan timbal balik terhadap kesepian ketika menilai hubungan mereka dengan sahabat mereka.
Mereka yang merasa mereka tidak menerima bagian yang adil dari manIaat dari mereka yang paling kesepian.
Dalam kajian mereka, Berscheid dan Reis (1998) mengidentiIikasi tiga variabel yang terkait dengan kesepian:
1. Faktor Dispositional seperti pemalu, depresi, introvert, kurang percaya diri, selI esteem yang rendah
2. Keadaan Sosial seperti mengurangi menghabiskan waktu dengan wanita/pria
3. Kecenderungan Social KognitiI yaitu kekerasan dalam menilai orang lain dan atribusi yang mengalahkan diri
sendiri.
Ada kasus khusus dari kesepian yang mengikuti hilangnya satu pasangan yang dapat memiliki eIek sangat
mengganggu, bahkan ketika orang tersebut memiliki akses ke jaringan sosial yang cukup aktiI (lihat juga peran
jaringan pada bagian sebelumnya pada menjaga hubungan ) . Media sering melaporkan kasus pasangan tua yang
meninggal dalam waktu singkat satu sama lain, dan sementara itu mungkin bahwa peristiwa ini dapat terjadi secara
kebetulan, ada bukti kuat menunjukkan hubungan kausal. Kematian orang yang dicintai dapat menyebabkan
kesedihan berkepanjangan, mengabaikan tubuh dan kesehatan bahkan kekurangan kekebalan tubuh-semua
keunggulan dari eIek patah hati. Merawat untuk berduka adalah kegiatan sekunder, tetapi utama, bagi gerakan rumah
sakit. Walaupun common stereotype menggambarkan usia tua sebagai waktu untuk merasa kesepian, Perlman (1988)
telah menemukan bahwa kesepian adalah Iakta yang tinggi di antara remaja belasan tahun dan orang yang masih
muda. Ini mungkin merupakan hak dari transisi social bahwa orang muda menjalani suatu ketika meninggalkan rumah
untuk tinggal sendiri, ketika ia mendapatkan pekerjaan atau pergi keuniversitas. Sbagai manusia yang terus tumbuh,
situasi ini terus menjadi stabil dan memperbaiki kemampuan social orang-orang, membuat itu mudah untuk
membangun jaringan social dan commit untuk hubungan yang tertutup.