Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KPTN

~PERMOHONONAN SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA


NEGARA






OLEH :

NAMA : BINA PUTRI AYU KUMALASARI
NPM : 0912011115
KELAS : B1
MATAKULIAH : KPTN






FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
Yang Terhormat,
Ketua Mahkamah Konstitusi RI
Di
Jakarta

I. PEMOHON

Saya bernama Kumala Sari, ahir di Jakarta pada 29 Juni 1964, Pekerjaan
Presiden Repubik Indonesia, agama Isam, kewarganegaraan Indonesia, saat ini
bertempat tingga di Jaan negara, Jakarta Pusat, yang seanjutnya sebagai
PEMOHON.

II. TERMOHON

Hendak mengajukan sengketa kewenangan dengan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sebagai embaga Negara yang mempunyai kewenangan
konstitusiona, yang seanjutnya sebagai TERMOHON


III. EWENANGAN MAHAMAH ONSTITUSI
1. Bahwa Pasa 24 ayat (2) Perubahan etiga UUD 1945 menyatakan :
'ekuasaan kehakiman diakukan oeh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradian yang di bawahnya dan oeh sebuah Mahkamah
onstitusi .

2. Bahwa seanjutnya Pasa 24 C ayat (1) Perubahan etiga UUD 1945
menyatakan : Mahkamah onstitusi berwenang mengadii pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersiIat Iina untuk
menguji undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa
kewenangan embaga Negara yang kewenangannya diberikan oeh
UUD, memutus pembubaran partai poitik dan memutus perseisihan
tentang hasi pemiu.

3. Bahwa berdasarkan ketentuan di atas, maka Mahkamah onstitusi
mempunyai hak atau kewenangannya untuk memutus sengketa
kewenangan embaga Negara yang kewenangannya diberikan oeh
UUD yang didasarkan pada pasa 10 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah onstitusi yng menyatakan : 'Mahkamah
onstitusi berwenang mengadii pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersiIat Iina untuk: (b) memutus sengketa
kewenangan embaga negara yang kewenangannya diberikan oeh
Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945.

IV. EDUDUAN PEMOHON (LEGAL STANDING)
1. Bahwa pengakuan hak setiap embaga negara Indonesia untuk
mengajukan permohonan sengketa kewenangan embaga negara yang
kewenangannya diberikan oeh Undang-Undang Dasar Negara
Repubik Indonesia Tahun 1945 merupakan satu indikator
perkembangan ketatanegaraan yang positiI, yang mereIeksikan
adanya kemajuan bagi penguatan prinsip-prinsip Negara Hukum.

2. Bahwa menurut Pasa 61 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah onstitusi, agar seseorang atau suatu pihak
dapat diterima sebagai pemohon daam permohonan sengketa embaga
Negara, maka orang atau pihak dimaksud harusah :

a. Menjeaskan kuaiIikasinya daam permohonannya, yaitu apakah
sebagai embaga Negara yang kewenangannya diberikan oeh UUD
Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 yang mempunyai
kepentingan angsung terhadap kewenangan yang
dipersengketakan.
b. Wajib menguraikan dengan jeas daam permohonannya tentang
kepentingan angsung pemohon dan menguraikan kewenangan
yang dipersengketakan serta menyebutkan dengan jeas embaga
Negara yang menjadi Termohon.

3. Atas dasar ketentuan diatas maka Pemohon terebih dahuu
menjeaskan kuaiIikasinya, hak konstitusi yang ada pada pemohon,
berserta kerugian spesiIik yang akan dideritanya secara sebagai
berikut:
Pemohon adaah Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
oeh UUD Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 yang mempunyai
kepentingan angsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan.
Pemohon seaku Presiden Repubik Indonesia yang terancam
pemberhentiannya hendak mengajukan sengketa kewenangan dengan
Majeis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai embaga Negara
yang mempunyai kewenangan konstitusiona

V. EWENANGAN YANG DIPERSENGETAAN

Termohon sebagai embaga Negara yang mempunyai kewenangan konstitusiona
daam memberhentikan Presiden dan/atau Waki Presiden daam masa jabatannya,
dari kewenangan tersebut Termohon teah mengeuarkan surat pemberhentian
presiden.
Padaha Pemohon sudah dinyatakan tidak terbukti kesaahannya teah meanggar
hokum dan/atau merugikan Negara.

VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON TERHADAP EWENANGAN YANG
DISENGETAAN
1. Pemohon mendaikan bahwa keberadaan surat pemberhentian
presiden yang dikeuarkan oeh Termohon teah mengabaikan
kewenangan kostitusiona Pemohon.
2. Pemohon mendaikan bahwa surat p|emberhentian tersebut tanpa hak
teah meanggar kewenangan konstitusiona saah satu embaga yaitu
DPR yang dimana embaga tersebut yang berhak mengusukan
pemberhentian Presiden dan/atau Waki Presiden ke M.

VII. PETITUM
Berdasarkan uraian-uraian di atas, Pemohon memohon kepada Majeis Hakim
Makhamah onstitusi Repubik Indonesia untuk memeriksa dan memutus
Permohonan Pemohon sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabukan seuruh Permohonan Pemohon;
2. Menyatakan Termohon teah meakukan meanggar, serta/atau setidak-
tidaknya mengambi dan/atau mengabaikan kewenangan konstitusiona
Pemohon sebagai Lembaga Negara ;
3. Menyatakan surat pemberhentian yang dikeuarkan oeh Termohon tidak sah ;
4. Memerintahkan amar putusan Majeis Hakim Mahkamah onstitusi Repubik
Indonesia yang mengabukan Permohonan Pemohon untuk dimuat daam
Berita Negara daam jangka waktu seambat-ambatnya tiga puuh (30) hari
kerja sejak putusan diucapkan.
Atau
Daam ha majeis Hakim onstitusi Repubik Indonesia berpendapat ain mohon
sekiranya untuk diputuskan seadi-adinya (ex aequo et bono).



Jakarta, 23 Oktober 2011
Pemohon

Anda mungkin juga menyukai