Anda di halaman 1dari 10

Pengantar Diantara proses-proses morfemis yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks.

Afiks ada empat macam : a. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi. b. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi c. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya infiksasi d. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya dalam proses yang dinamai konfiksasi,atau simulfiksasi,atauambifiksasi,atausirkumfiksasi. Fungsi utama yang dimiliki oleh proses afiksasi yaitu : Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsure leksikal, yang sama dan Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsure leksikal yang lain dari kata atau unsure leksikal tertentu. 2. Sekedar contoh afiksasi Diantara prefiks Indonesia ada ( men-) seperti dalam : mendapat, mencuri, menyalak, melintang, merintis, mengubah, menantang dan lain sebagainya. Ada pula prefiks ( pen-) seperti dalam : pengurus, pemarah, penterjemah, pencipta dan penyatu. Prefiks ( ke-) ada dalam : kedua, ketiga, ; prefiks ( se-) sepereti dalam : setinggi, sesuai; Prefiks ( ber-) seperti dalam berjuang, belajar, Prefiks ( memper-) seperti dalam memperbanyak, memperkuat dan masih banyak lagi. Sebagai Infiks untuk bahasa Indonesia dapat disebutkan hanya (-in-) dalam kesinambungan. Akhirnya konfiks adalah (menkan),(memperkan), (men-i), (memperi) seperti dalam : menyembelihkan,mempermainkan,menduduki dan memperingati; (kean)1 seperti dalam keindahan, ketinggian dan ( kean )2 seperti dalam kelupaan, atau kelewatan. Dalam bahasa Inggris misal prefiks (un-) dalam uneasy, (dis-) dalam disable ( re-) dalam redo, (be-) dalam befriend. Ada sufiks (-able) dalam comfortable dan semua sufiks verba seperti (-ing),(-s), (-d) dalam fleying, plays, played. Dan masih banyak lagi contohnya dalam bahasa lain. 3. Konfiks atau prefiks plus sufiks ?

Dalam bahasa Belanda gebeente, bukan * (ge-) berupa prefiks atau *(-te) berupa sufiks, melainkan (gete)lah yang berstatus konfiks atau ambifiks. Amati Struktur morfemis kata-kata Indonesia seperti kelupaan, kejatuhan dan sebagainya. Apakah prefiks ? (ke-) ditambah sufiks ? (-an), ataukah ambifiks ( kean ) ? Tentunya bahasa ini memiliki prefiks (ke-) seperti dalam ketujuh dan sufiks (-an) dalam bangunan, tetapi kata-kata tersebut tidak dalam kelas kata dengan anggota seperti kelupaan dan kejatuhan. Apabila ta ada kata kelupa atau ketujuh. Tidak ada pula kata *lupaan atau jatuhan. Jadi terbuktilah bahwa kelupaan terdiri atas (lupa) + (kean) .Dapat disimpulkan bahwa verba tadi struktur morfologisnya adalah dasar + ( kean).

4. Tipologi prefiksasi dan sufiksasi Istilah tipologi dalam ilmu linguistik berartijenisbahasa atau penelitian tentang jenisbahasa. Amati tipologi dengan morfologi yang rumit bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia !

.Hibrani (a) ka:tab se:per ia (dulu) menulis buku(verba) + (perfektif) (b) yikto:b se:per ia akan menulis buku(verba) + (imperfektif) (c) hikti :b ia membuat ( orang lain ) menulis(kausatif) + (verba) (d) haka:tab se:per apakah ia (dulu) menulis buku ?(Tanya) + (verba) (e) lo: ka :tab ia (dulu) tidak menulisIndonesia

2. (a) ia turun hanya(verba) monomorfemis (b) ia tidak turun (ingkar) + (verba) (c )ia me-nurun (durative) + ( verba) (d) ia tidak me-nurun (ingkar) _ (duratife) + (verba) (e) apakah ia tidak me-nurun

(Tanya) + (ingkar) _ (duratife) + (verba) (f) apakah ia tidak me-nurun-kan bendera ( Tanya) + (ingkar) + ( duratif = kausatif ) + (verba).

Kita melihat beberapa morfem yang baru bagi kita dalam contoh-contoh ini. Morfem (perfektif), (imperfektif) dan (durative) adalah fonem yang menyatakan aspek verba, dan (permisif) dan (desideratif) adalah morfem yang modal. Ada pula morfem ( kausatif) yang menyebabkan terjadinya hal yang diartikan oleh bentuk dasar; dan (kala) sudah kita ketahui. Akhirnya ada morfem (Tanya) atau (introgatif) serta morfem (ingkar) atau (negatif). Dalam bahasa Hibrani dan Indonesia morfem (Tanya),(ingkar), (kausatif) dan (modal) mendahului morfem dasar verba ( dalam urutan tertentu ), sedangkan dalam bahasa Turki dan Jepang morfem tersebut menyusul morfem dasar dalam urutan yang sebaliknya, Hanya moprfem (kala) tidak konsisten dalam hal ini. Bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia secara umum bahasa pemrefiks, sedangkan bahasa Turki dan Jepang adalah bahasa penyufiks. 5. Komplikasi diakronik dalam penelitian morfologis. Untuk bahasa tertentu deskripsi morfologi menghadapi komplikasi yang sumbernya bersifat diakronik; perkembangan bahasa di masa lalu. Komplikasi morfologis tampak jelas dalam bahasa Ingris. Hal ini merupakan akibat dari banyaknya pemungutan kata dari bahasa Prancis dulu, dan juga akibat pembentukan dari kata-kata baru atas dasar bahasa Latin dan Yunani. Amatilah prefiks (per-) ( yang kita dapati juga dalam bentuk berprefiks yang sama seperti persuade meyakinkan,permutationperubahan,permeatememasuki perfectionkesempurnaan,dan sebagainya. Morfem (per-) itu jelas berstatus prefiks, dengan beban fungsional yang cukup tinggi.

6. Teknik deskripsi morfologis. Para ahli liguistik menganalisis data-datanya secara morfemis, juga dalam deskripsi sintaktis, karena pengertian sintaksis menuntut aadanya pengertian morfologis. Teknik deskripsi morfologis ini dipergunakan untuk analisis teks, yang memang selalu terdiri dari kalimat-kalimat. Dengan cara ini para ahli mempergunakan tiga baris; baris pertama memuat teks itu sendiri, yang tidak lain adalah data dan

dinamai baris dasar, baris kedua memuat analisis morfem demi morfem , baris ini lazim disebut glos ( terjemahan ) antar baris atau interlinear, dan baris ketiga memuat terjemahan bebasatau disebut juga glos bebas. Contoh Indonesia:Mari-lah kita ber- sama- sama memper-siap-kan pel- ajar-an EXH EMPH 1: INCL VPR together RED CAUS ready FOBJ NOMN learnNOMN Let us prepare the course material together.Dalam interliner huruf besar dipakai untuk glos-glos gramatikal ( artinya, yang tidak leksikal). Pengarang selalu harus menjelaskan singkatan yang dipakai untuk glos gramatikal itu. Disini EXH=exhortative; EMPH=emphatic; 1:INCL=first person inclusive; VPR=verbal prefix;RED=reduplication;CAUS=causative;OF=objectivefocus;NOMN=nominalizin g affix. Glos bebas seperti semua glos, diapit antara tanda petik tunggal.Perhatikan konvensi linguistik yang lain : contoh seperti selau dinomori ( dengan angka diantara kurung) dan selau menjorok ke dalam ( lazimnya tiga sampai lima spasi ). Morfemmorfem dalam baris dasar dipisahkan oleh garis penghubung ( tetapi glosnya interlinear tidak ), dan setiap glos morfemis interlinear disejajarkan dengan morfem asli pada baris dasar, di sebelah kiri.

7. Paradigma, fleksi dan derivasi. Para ahli linguistik memakai istilah paradigma untuk golongan konstruksi morfemis dengan dasar yang sama. Anggota-anggota daftar paradigma itu juga disebut alternan-alternan dari paradigma (alternan berarti dapat bentukalternan,atau bentuk lain) Para ahli linguistik berkonsesus bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah golongan fleksi dan golongan yang berdasarkan derivasi.Golongan fleksi atau infleksional adalah daftar paradigma yang terdiri atas bentuk-bentuk dari kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang terdiri atas bentuk-bentuk kata-kata yang tidak sama.Misalnya bentuk mengajar dan diajar adalah dua bentuk ( aktif dan pasif) dari kata yang sama, yaitu mengajar, sedangkan mengajar dan pengajar merupakan dua kata yang berbeda ( verba dan nomina). Kata yang sama dan yang tidak sama adalah istilah atau identitas kata atau identitas leksikal.Pendek kata : pengajar dan pengajaran tidak sama identitas leksikalnya dan hubungan diantaranya adalah derivasional bukan infleksional. 8. Klitika Klitika biasanya adalah morfem yang pendek paling-paling dua silabe, biasanya satu, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frase yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal.

Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat. Amati klitika pun dalam klausa seperti : Dalam hal ini pun dia berbakat klitika pun tidak dapat dipisahkan dari hal ini. Bandingkan juga konjungsi sekalipun, dalam arti meskipun, dengan pemakaian pun sebagai berikut : Malah sekali pun ia tidak mampir, dengan sekali dalam arti satu kali dan arti pun dengan konotasi konsesif. Maka secara ortografis pun dapat saja diberi tekanan. Akhirnya pun tidak terikat pada kelas kata tertentu dan dapat menyusul verba atau nomina ajektiva dalam konteks yang sesuai. Klitika dibedakan menjadi proklitika dan enklitika, menurut posisinya.Disebelah kiri atau di sebelah kanan dari kata yang menjadi tuhan rumahnya, dalam bahasa Indonesia, pun dan -lah berupa enklitika.

PEMBAHASAN 2.1MORFEM Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah morfem sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis. Konsep morfem baru diperkenalkan oleh kaum struktural pada awal abad kedua puluh ini 2.1.1Identitas Morfem Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau

bentuk tersebut ternyata bisa hadir berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Dalam studi morfologi suatu satuan bentuk yang berstatus sebagai morfem biasanya dilambangkan dengan mengapitnya di antara kurung kurawal. Misalnya, kata mesjid dilambangkan sebagai {mesjid}, kata kedua dilambangkan menjadi {ke}+{dua}. 2.1.2Morf dan Alomorf Sudah disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu di sebut alomorf. Dengan perkataan lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertukaran) dari sebuah morfem. Jadi, setiap morfem itu mempumyai alomorf, entah satu, dua, atau juga enam buah. Selain itu bisa juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya 2.1.2.1Morfem Bebas dan Morfem terikat Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertukaran. Yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertukaran. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. 2.1.2.2Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan pada 5.1.3.1 adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja, {kursi},{kecil},{laut},dan {pensil} begitu juga dengan swebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, {henti}, dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu: semua afiks yang di sebut konfiks seperti {ke-/-an},{ber-/-an}, {per-/an}dan {pe-/-an}adalah termasuk morfem terbagi. 2.1.2.3Morfem Segmental dan Suprasegmental Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fomem segmental seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan{ber}, jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem yang segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi. Dalam bahasa indonesia tampaknya tidak ada morfem suprasegmental ini. 2.1.2.4Morfem Beralomorf Zero Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol yaitu morfem salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental) melainkan berupa kekosongan. 2.1.2.5Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal

Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa indonesia, morfem-morfem seperti {kuda},{pergi},{lari},dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal oleh karena itu, morfem-morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertukaan. Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-},{me-},dan {ter}. Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikatonomi dengan morfem afiks, sebuh morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses reduplikasi,atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau dalam proses pembubuhan afiks inflektif. Dalam bahasa Indonesia menangisi bentuk pangkalnya adalah tangisi, dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun afiks derivasional. 2.2Kata Apakah kata itu, bagaimana kaitannya dengan morfem, bagaimana klasifikasinya, serta bagaimana pembentukannya, akan dibicarakan berikut ini. 2.2.1Hakikat Kata Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, diajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan. 2.2.2Klasifikasi Kata Klasifikasi kata ini dalam sebuah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang tidak pernah terlewatkan, sejak zaman aristoteles hingga kini,termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia, persoalannya tidak pernah tertuntaskan. Hal ini terjadi, karena, pertama setiap bahasa mempunyai cirinya masing-masing, dan kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam. Klasifikasi atau penggolongan kata itu memang perlu. Besar manfaatnya bak secara teoretis dalam studi semantik, maupun secara praktis dalam berlatih keterampilan berbahasa. Dari pembicaraan kelas kata ini, bisa dikatakan penentuan kata-kata berdasarkan kelas atau galongan memang perlu dilakukan. Namun, kalau sampai kini banyak menimbulkan persoalan, terutama dalam bahasa indonesia, kiranya patokan atau kriterianya itu yang perlu dipikirkan kembali, dicari yang betul-betul memang bisa mengungkapkan ciri yang paling hakiki dari setiap kelas kata itu.

2.2.3Pembentukan Kata Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini. 2.2.3.1Inflektif Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus di sesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu. 2.2.3.2Derifatif Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina. 2.3Proses Morfemis Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, ruduplikasi, komposisi dan juga tentang konversi dan modifikasi intem, kiranya perlu jua dibicarakan produktifitas proses-proses morfemis itu. 2.3.1Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur, (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks. 1. Bentuk dasar atau dasar adalah bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi. 2. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. 2.3.2Reduplikasi Reduplikasi dalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. 2.3.3Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dangan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. 2.3.4Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi

Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Modifikasi internal (sering di sebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan). Suplesi, dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi. Boleh dikatakan bentuk dasar itu. 2.3.5Pemendekan Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat produktif adalah karena bahasa indonesia sering kali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang agak pelik atau sangat pelik. 2.3.6Produktivitas Proses Morfemis Produktifitas proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi,reduplikasi,dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas, artinya,ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. Proses infektif atau paradigmatis, karena tidak membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya, tidak dapat dikatakan proses yang produktif. Lain halnya dengan derivasi. Proses derivasi besifat terbuka. Artinya, penutur suatu bahasa dapat membuat kata-kata baru dengan proses tersebut. Tidak adanya sebuah bentuk yang seharusnya ada di sebut Bloking. Dalam bahasa Indonesia kasus bloking tampaknya tidak sejalan dengan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia yang ada tanpaknya bukan kasus bloking, melainkan persaingan antara kata derivatif dengan bentuk atau kontruksi frase yang menyatakan bentuk dasar dengan maknanya. 2.4Morfofonemik Morfofonemik, di sebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubanya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Bidang kajian morfonologi atau morfofonemik ini, meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Kajian ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, masalah morfofomemik ini tedapat hampir pada semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis. 3Proses Pengulangan Pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak ( Ramlan,1965:57). Menentukan bentuk dasar kata ulang 1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata.

2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Macam-macam pengulangan 1) Pengulangan seluruh, pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. 2) Pengulangan sebagian, pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. 3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. 4) Pengulangan dengan perudahan fonem, kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit yaitu terdapat perubahan vokal dan perubahan konsonan pada bentuk dasarnya. Berulang-ulang (iteratif) Contoh : Mengapa kamu menggeleng-gelengkan kepala? - Kasiyani yang sakit-sakitan mendapatkan pengobatan gratis dari Puskesmas setempat.

Anda mungkin juga menyukai