Anda di halaman 1dari 12

_S_W`S`

Posted by: kimiadotcom on: Agustus 22, 2008


1.1. Latar Belakang
Asam Asetat ( Acetic Acid, Ethanoic Acid, Methyl Carboxylic Acid ) adalah senyawa
kimia dengan rumus molekul CH
3
COOH, berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan
berasa asam. Bahan kimia ini memiliki titik didih sekitar 117,9H C pada tekanan 1 atm, dan pada
konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam.
Industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di Indonesia.
Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan oleh industri penggunanya. Meningkatnya kebutuhan asam asetat ini belum dapat
dipenuhi seluruhnya oleh satu-satunya produsen lokal, yaitu PT Indo Acidatama Chemical
Industry, sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun semakin naik.
Secara ringkas,perkembangan suplai asam asetat Indonesia sampai Tahun 2000 disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Perkembangan Suplai Asam Asetat Indonesia 1996 2000 ( dalam ton )
Tahun Produksi Ekspor Impor Suplai
Perkembangan (
)
1996 28.840 2.106 21.265 47.999 -
1997 23.540 0 49.264 72.804 51,68
1998 26.500 1.000 69.123 94.623 29,97
1999 29.680 136 100.123 129.667 37,03
2000 32.210 588 107.620 139.242 7,38
( Sumber . PT CIC, Indochemical 330, hal 12 )
Berdasarkan pada penggunaan asam asetat Indonesia sampai tahun 2000, industri PTA (
PuriIied Terepthalic Acid ) merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yaitu sekitar 59,1
dari 139.242 ton total asam asetat yang dikonsumsi ( PT CIC, Indochemical 330, hal 20 ).
Konsumsi industri PTA pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai kurang lebih 54,1 dari
194.025 ton total konsumsi asam asetat di Indonesia.
Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dalam bidang investasi melalui Keputusan
Presiden RI N0. 96 tahun 1998, tentang bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,atau
lebih dikenal dengan DaItar NegatiI Investasi. Asam asetat tidak termasuk di dalamnya sehingga
investasi di bidang industri ini masih terbuka dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (
PMDN ).
Kebijaksanaan tersebut diambil untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain
dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, yaitu dengan membangun industri-industri yang dapat
menggantikan peranan bahan impor. Pemerintah mengharapkan, pendirian pabrik asam asetat
dapat memacu dan mendukung pertumbuhan industri-industri lain seperti industri ethyl asetat,
industri PTA, industri tekstil, industri benang karet, dan industri asam cuka.
1.2. Kapasitas Rancangan
Penentuan kapasitas perancangan pabrik asam asetat mendasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
1. Proyeksi Kebutuhan Pasar
Konsumsi asam asetat menurut sektor industri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Total Konsumsi Asam Asetat di Indonesia 1996 2000
Konsumen
Konsumsi Asam Asetat ( ton )
1996 1997 1998 1999 2000
Industri PTA 240721 45.538 58.915 76.065 82.294
Industri Ethyl Acetat 4.950 4.172 4.402 5.125 23.912
Industri Benang Karet 2.276 1.558 1.457 2.133 2.286
Industri Asam Cuka 2.445 2.931 2.868 2.796 2.920
Industri Tekstil 9.780 11.274 18.925 23.988 24.367
Industri industri lain 3.827 7.331 8.056 19.560 3.463
Total 47.999 72.804 94.623 129.667 139.242
( Sumber . PT CIC, Indochemical 330, hal 20 )
Kebutuhan asam asetat dalam negeri tidak dapat sepenuhnya dipenuhi dari industri lokal
sehingga Indonesia mengimpor dari negara-negara lain. Berikut data impor asam asetat
Indonesia.
Tabel 1.3. Perkembangan Impor Asam Asetat Indonesia 1996 2000
Tahun Volume ( ton ) Perkembangan ( )
1996 21.265 -
1997 49.264 131,67
1998 69.123 40,31
1999 100.123 44,85
2000 107.620 7,49
( Sumber . BPS diolah oleh PT CIC, Indochemical 330, hal 11 )
Analisa secara graIis untuk memperkirakan kapasitas impor asam asetat pada tahun 2007
adalah sebagai berikut :
Catatan . Data diambil mulai tahun 1996 ( tahun ke 1 )
Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Impor Asam Asetat Indonesia 1996 2000
Dari graIik tersebut didapatkan persamaan : y 22,357 X 2,4083 sehingga diperkirakan
jumlah kebutuhan asam asetat pada tahun 2007 yang belum dapat dipenuhi oleh produksi
dalam negeri adalah sebesar 270.692,3 ton / tahun.
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku methanol dapat diperoleh dari PT Kaltim Methanol Industry, Bontang dengan
kapasitas produksi 660.000 ton/tahun atau dari Pertamina di Pulau Bunyu yang mempunyai
kapasitas produksi 300.000 ton/tahun. Sedangkan karbon monoksida diperoleh dari PT
Pupuk Kaltim di Bontang.
1. Kapasitas Ekonomi Minimal
Pabrik asam asetat yang sudah beroperasi di Indonesia yaitu PT Indo Acidatama Chemical
Industry ( PT IACI ), mempunyai kapasitas produksi 36.000 ton/tahun ( PT CIC,
Indochemical 330, hal 8 ). Sedangkan jumlah asam asetat yang masih perlu diimpor pada
tahun 2007 sesuai perkiraan diatas adalah 270.692,3 ton/tahun. Oleh karena itu, kapasitas
produksi dari pabrik yang direncanakan agar dapat beroperasi dan memberikan keuntungan
secara ekonomi diperkirakan dari data tersebut di atas.
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka dalam perancangan pabrik asam asetat ini
dipilih kapasitas 90.000 ton/tahun. Disamping itu, beberapa alasan menyangkut keuntungan dan
kelayakan pendirian pabrik adalah sebagai berikut :
1. Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
impor.
2. Dapat memacu dan mendukung perkembangan industri dengan bahan baku asam asetat di
Indonesia.
3. Dapat memberikan keuntungan secara ekonomis karena kapasitas produksi masih berada
dalam batas kapasitas yang menguntungkan.
4. Dapat memperluas lapangan kerja dan meratakan kesempatan kerja terutama di luar
Pulau Jawa, menyangkut pemilihan lokasi pabrik yang akan didirikan.
5. Dapat menghemat devisa karena bahan baku diperoleh dengan mudah dari industri lokal.
1.3. Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik secara geograIis dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap lancarnya kegiatan industri. Oleh karena itu harus dipertimbangkan agar dapat
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya pada perusahaan. Pabrik asam asetat ini
direncanakan akan didirikan di Bontang, Propinsi Kalimantan Timur.
Pemilihan lokasi di Bontang mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. etak Sumber Bahan Baku
Bahan baku utama yaitu methanol dan karbon monoksida masing-masing diperoleh dari PT
Kaltim Methanol Industry dan PT Pupuk Kaltim yang semuanya berlokasi di Bontang.
Pengadaan bahan baku harus benar-benar diperhatikan karena merupakan kebutuhan utama
bagi kelangsungan suatu produksi.
1. Utilitas
Sarana utilitas utama yaitu air dan listrik masing-masing dipenuhi dari pihak pengelola
kawasan industri, baik dari sumber air tanah maupun sungai serta jaringan PN setempat
(untuk kebutuhan listrik).
1. Fasilitas Transportasi
Sarana trasportasi sangat penting, berkaitan dengan kelancaran penyediaan bahan baku dan
pemasaran produk. Pemasaran produk terutama dilakukan lewat jalur laut dan udara yang
dominan. Sedangkan transport bahan baku tidak mengalami banyak permasalahan karena
berdekatan dengan pabrik penghasil bahan baku.
1. Tenaga Kerja
Penyediaan tenaga kerja mempertimbangkan beberapa hal, meliputi : jumlah, kualitas, besar
upah minimum, keahlian, dan produktiIitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja terlatih dan
berpendidikan di Kaltim meningkat seiring berkembangnya sekolah-sekolah kejuruan,
akademi, dan perguruan tinggi. Disamping itu terbukanya lapangan kerja baru akan menarik
minat tenaga kerja dari luar Kalimantan, khususnya Pulau Jawa juga.
1. Pemasaran
Daerah pemasaran sebagian besar berada di luar Kalimantan sehingga harus ditempuh
terutama lewat jalur laut. Hal ini tidak menjadi masalah karena asam asetat adalah bahan
baku yang sangat dibutuhkan bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini
penyediaannya sangat tergantung pada impor.
1. Kebijaksanaan Pemerintah
Pendirian pabrik asam asetat ini mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan
industri dalam kaitannya dengan pemerataan kesempatan kerja dan hasil pembangunan
khususnya di luar Pulau Jawa.
1. Perluasan ahan
Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Bontang merupakan
kawasan industri, sehingga lahan di daerah tersebut telah disiapkan untuk pendirian dan
pengembangan suatu pabrik.
1. Sarana dan Prasarana
Pemilihan lokasi di Bontang telah mempertimbangkan bahwa daerah tersebut telah memiliki
sarana dan prasarana yang meliputi jalan, bank, jaringan telekomunikasi, sarana pendidikan
dan hiburan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraI hidup.
1.4. Tinjauan Pustaka
Asam asetat telah lama dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani dengan proses
pembuatan yang masih sangat sederhana, yaitu melalui oksidasi alkohol yang terdapat dalam
anggur yang ditempatkan dalam tong atau dibiarkan pada udara terbuka. Produksi secara
komersial dimulai pada akhir abad ke-19 dengan proses oksidasi langsung hidrokarbon Iase cair.
Pada tahun 1911, produksi asam asetat melalui oksidasi asetaldehid mulai beroperasi di Jerman.
Proses karbonilasi methanol pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses BASF,
kemudian proses Monsanto mulai diperkenalkan pada tahun 1968.
1.4.1. Macam-macam Proses
Proses-proses pembuatan asam asetat yang banyak digunakan dalam industri dewasa ini
adalah sebagai berikut :
1. Karbonilasi Methanol
Reaksi utama yang terjadi pada karbonlasi methanol secara langsung yaitu :
CH
3
OH CO CH
3
COOH
Adapun reaksi samping yang terjadi adalah :
CO H
2
O CO
2
H
2

Reaksi berlangsung dalam reaktor sparger ( reaktor gelembung ) dengan katalisator Rhodium
Iodine atau Cobalt Iodine.
Proses karbonilasi methanol dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu proses BASF dan proses
Monsanto. Perbandingan kedua pross tersebut di atas di sajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.4. Perbandingan Proses BASF dan Proses Monsanto
No. Pertimbangan BASF Monsanto
1 Bahan baku Methanol dan CO Metanol dan CO
2 Yield 90 90 99
3 Kondisi operasi 500 bar, 455-515 K 30-60 bar, 425-475 K
4 Katalis Co / HI
tidak eIektiI
Rh / HI
eIektiI
5 Alat Pemurnian 3 kolom destilasi 4 kolom destilasi
6 Biaya investasi Tinggi tinggi
7 Biaya operasi Rendah rendah
1. Oksidasi Hidrokarbon ( n-Butana )
n-Butana (secara komersial terdiri dari 95 n-Butana, 2,5 isobutana, dan 2,5 Pentana)
dioksidasikan dengan bantuan katalis Cobalt atau Mangan Asetat. Reaksi utama yang terjadi
adalah :
C
4
H
10
/ O
2
CH
3
COOH H
2
O
Proses berlangsung pada kondisi suhu 395 475 K dan tekanan 45 55 bar, dengan yield 70
80 .
1. Oksidasi Asetaldehid Fase Cair ( Proses Hoechst AG )
Proses oksidasi asetaldehid berlangsung dengan bantuan katalis Co / Mn pada kondisi operasi
suhu 335 355 K dan tekanan 3 -10 bar. Yield yang dapat diperoleh sebesar 93 96.
Reaksi utama yang terjadi adalah :
CH
3
CHO O
2
CH
3
COOH
Perbandingan Proses Hoechst AG dengan Proses Oksidasi n-Butana disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 1.5. Perbandingan Proses Hoechst AG dengan Proses Oksidasi n-Butana
No. Pertimbangan Hoechst AG Oksidasi n-Butana
1 Bahan baku Asetaldehid n-Butana
2 Yield 93- 96 70 80
3 Kondisi operasi 3 10 bar, 335 355 K 45 55 bar, 395 475
K
4 Katalis Co / Mn Co / Mn
5 Alat Pemurnian 3 kolom destilasi 4 kolom destilasi
6 Biaya investasi Rendah Rendah
7 Biaya operasi Rendah Rendah
Dari beberapa proses pembuatan asan asetat tersebut di atas, maka dipilih pembuatan
asam asetat Proses Monsanto dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Yield reaksi yang tinggi ( 99 ) dan hasil samping yang rendah
2. Bahan baku yang mudah diperoleh dari dalam negeri dengan harga lebih murah.
3. Reaktor bekerja pada tekanan yang tidak terlalu tinggi ( 30 60 bar ) sehingga mudah
dicapai.
1.4.2. Kegunaan Produk
Pruduk asam asetat telah banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain :
1. Industri PTA merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yang digunakan sebagai
media pelarut katalis. Industri PTA cenderung memilih menggunakan asam asetat yang
berbahan baku methanol dengan tingkat kemurnian lebih tinggi yang hingga kini belum
diproduksi di dalam negeri.
2. Industri Ethyl Asetat sebagai bahan baku utama, dimana untuk memproduksi 1 ton ethyl
asetat diperlukan 680 kg asam asetat.
3. Industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat berIungsi sebagai
pengatur pH.
4. Industri asam cuka, asam asetat sebagai bahan baku utama.
5. Industri benang karet, sebagai bahan penggumpal ( co-agulant ) ketika latex dikeluarkan
dari extruder.
Disamping itu, asam asetat juga digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk membuat
bahan-bahan kimia seperti vinyl asetat, selulosa asetat, asam asetat anhydrid, maupun chloro
asetat.
1.4.3. Sifat-sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Pruduk
1. Bahan Baku
1. Methanol
Sifat-sifat Fisik Methanol
Tabel 1.6. Sifat Fisik Methanol
Rumus molekul CH
3
OH
Berat molekul 32,042 gr/gmol
Titik didih pada 1 atm 64,7 HC
Titik beku pada 1 atm -97,7H C
Temperatur kritis 239,43H C
Tekanan kritis 79,9 atm
Densitas (cair, 25H C) 0,7864 gr/cc
SpeciIic gravity 1,11 gr/cm
3

Tekanan uap(25H C) 127,2 mmHg
G
I
H (cair, 25H C) -39.869 kal/gmol
H
I
H (cair, 25H C) -57.130 kal/gmol
Viskositas ( cair, 25H C 0,541 cp ) ; ( uap, 25H C 0,00968 cp )
SpeciIic Heat ( cair, 25H C 0,6054 kal/hC ) ; ( uap, 25H C 0,3274
kal/hC )
Konduktivitas termal ( cair, 25H C 163,5 kal/hmC ) ; ( uap, 25H C 12,1
kal/hmC )
Tegangan muka ( dalam air, 20H C 22,6 dyne/cm )
Kelarutan dalam air arut sempurna
O Sifat-sifat Kimia Methanol
O Reaksi methanol dengan asam asetat menghasilkan ester
CH
3
OH CH
3
COOH CH
3
COOCH
3
H
2
O
O Bereaksi dengan karbon monoksida membentuk asam asetat
CH
3
OH CO CH
3
COOH H
2
O
O Reaksi esteriIikasi dengan katalis asam dari isobutylene dan methanol membentuk
Methyl Tertier Butyl Ether ( MTBE )
CH
3
OH H
2
C-C(CH
2
)
2
(CH
3
)
3
-C-O-CH
3

O Reaksi dehidrogenasi oksidatiI dari methanol dengan katalis Ag Molybdenum-Fe
2
O
3

akan menghasilkan Iormaldehyde
Mo-Fe
2
O
3

CH
3
OH CHO
2
H
2

O Reaksi dengan asam karboksilat katalisasi asam dapat membentuk metil ester, dengan
penghilangan air secara azeotropik
H


CH
3
OH C-CCOOH CH
3
-C-COOCH
3
H
2
O
CH
3
CH
3


1. Karbon Monoksida
O Sifat-sifat Fisik Karbon Monoksida
Tabel 1.7. Sifat Fisik Karbon Monoksida
Berat molekul 28,01 gr/gmol
Densitas pada STP 1,250 gr/cm
3

Temperatur kritis -140,23H C
Tekanan kritis 34,529 atm
Volume kritis 93,06 cm
3

SpeciIic Heat ( volume konstan, 1 atm ) (-100HC 5,03 kal/molHC); (0HC 4,97
kal/molHC); (100HC 5,01 kal/molHC)
SpeciIic Heat ( tekanan konstan, 1 atm ) (-100HC 7,05 kal/molHC); (0HC 6,97
kal/molHC); (100HC 7,01 kal/molHC)
Enthropy ( 1 atm )
(-100HC 43,457 kal/molHC); (0HC
46,656 kal/molHC); (100HC 48,831
kal/molHC)
Enthalpy ( 1 atm )
(-100HC 3130,6 kal/molHC); (0HC
3831,8 kal/molHC); (100HC 4529,8
kal/molHC)
O Sifat-sifat Kimia Karbon Monoksida
O Bereaksi dengan methanol membentuk asam asetat
CH
3
OH CO CH
3
COOH H
2
O
O Bereaksi dengan hidrogen membentuk methanol
CO H
2
CH
3
OH
O Bereaksi dengan dimetil amine membentuk dimetil nonamide
(CH
3
)
2
NH CO (CH
3
)
2
NHCO
1. Produk Asam Asetat
O Sifat-sifat Fisik Asam Asetat
Tabel 1.8. Sifat Fisik Asam Asetat
Rumus molekul
O
CH
3
C OH
Berat molekul 60,053 gr/gmol
Titik leleh pada 1 atm 16,6H C
Titik didih pada 1 atm 117,9H C
SpeciIic Gravity 1,051 gr/cm
3

KoeIisien ekspansi ( 20H C ) 1,07 x 10
-3

Temperatur kritis ( cair ) 594,45H K
Tekanan kritis ( cair ) 57,1 atm
Volume kritis ( cair ) 2,85 cc/ gr
SurIace Tension
(20HC, udara 27,6 dyne/cm); (75HC,
udara 22,2 dyne/cm)
Viskositas (20HC, udara 1,22 cp); (110HC 0,42
cp)
SpeciIic Heat 0,487 kal/grHC
Panas pelarutan dalam air ( 18H C ) 6,3 kal/gr
H
I
( 25H C ) -1.927,1 kal/gr
G
I
( 25H C ) -1.549,9 kal/gr
O Sifat-sifat Kimia Asam Asetat
O Reaksi dengan alkohol menghasilkan ester
CH
3
OH CH
3
COOH CH
3
COOCH
3
H
2
O
O Pembentukan garam keasaman
2CH
3
COOH Zn (CH
3
COO)
2
Zn
2
H
2

O Reaksi konversi menjadi ester
CH
3
COOH CH
2
OH CH
3
COOCH
2
-
Benzyl alcohol Benzyl asetat
O Konversi ke klorida-klorida asam
50H C
3CH
3
COOH PCl
3
3CH
3
COCl H
3
PO
3

O Substitusi dari alkyl/aryl group
Cl
2
P Cl
2
P Cl
2
P
CH
3
COOH ClCH
2
OH Cl
2
CHCOOH Cl
3
CCOOH
Chloroacetic Dichloroacetic Trichloroacetic
O Pembentukan ester
CH
3
COOH CH
3
CH
2
OH CH
3
COOC
2
H
5
H
2
O
O Reaksi dari halida dengan ammonia
Cl
2
NH
3

CH
3
COOH ClCH
2
COOH NH
2
CH
2
COONH
4

Chloroacetic acid H


NH
2
CH
2
COOH
Aminoacetic acid
1.4.4. Tinjauan Proses Karbonilasi Secara Umum
Reaksi karbonilasi adalah reaksi antara karbon monoksida dengan gugus Iungsional yang
mengandung oksigen secara katalitik menjadi senyawa organik. Senyawa organik tersebut dapat
berupa senyawa jenuh maupun senyawa tak jenuh dan harus mengandung suatu gugus Iungsional
seperti hidroksi, alkoksikarbonil, amino, atau halogen.
Reaksi kimia selalu terjadi pada pusat logam selama katalisasi berlangsung dengan tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Dengan senyawa jenuh, terjadi penambahan daya oksidasi pada logam yang secara teori
akan meningkatkan tahap oksidasinya menjadi 2 tahap; dengan senyawa tak jenuh,
karbonil hidrid ditambahkan ke dalam sistem elektron. Kedua reaksi menghasilkan
pembentukan ikatan karbon.
2. Tahap selanjutnya pembentukan intermediate acyl-logam dengan berpindahnya
penempatan CO.
3. Tahap terakhir adalah eliminasi reduktiI atau solvolisis dari organometalik kompleks
untuk menghasilkan produk.

Anda mungkin juga menyukai