Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

PEMERIKSAAN DAN IDENTIFIKASI ION




Titi Histiyanto (093020052)
Kimia analisa adalah ilmu yang
mempelajari cara cara penganalisaan zat kimia
yang terdapat didalam suatu senyawa atau
larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun
kadarnya :
1. Analisa KualitatiI Adalah penyelidikan kimia
mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat
dalam suatu zat tunggal atau campuran.
2. Analisa KuantitatiI Adalah penyelidikan
kimia mengenai kadar unsur atau ion yang
terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara
meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi,
dalam penetapan gravimetri, dan dalam
memisahkan suatu sampel menjadi komponen-
komponennya (Underwood, 1986). Analisa
kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan
untuk mencari susunanpersenyawaan atau
campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion
dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan
untuk menganalisa adanya ion dalam sample.
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang
lebih mudah dibanding analisa terhadap kation
dan berlangsungnya juga sangat singkat
sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan
hasil percobaan.
Analisa anion-kation dapat juga digunakan
dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.
Tujuan percobaan pemeriksaan dan
identiIikasi ion adalah untuk mengidentiIikasi
anion anion sulIat, phospat, khromat, dan
halida dengan pereaksi spesiIik membentuk
endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb2,
Hg, Ag, Cd2 dan Cu2, berdasarkan
kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S
(jenuh). Dan selanjutnya diidentiIikasi dengan
reaksi spesiIik.
Analisa kualitatiI atau disebut juga
analisa jenis adalah untuk menentukan macam
atau jenis zat atau komponen-komponen bahan
yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita
mempergunanakan siIat-siIat zat atau bahan,
baik siIat-siIat Iisis maupun siIat-siIat kimianya.
Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas
kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu
maka kita lakukan analisa kualitatiI terhadap
sampel cairan itu. Caranya ialah kita tentukan
siIat-siIat Iisis sampel tersebut. Misalnya
bagaimanakah warna, bau, indeks bias, titik
didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula
bila sampel berupa padatan, kita tentukan
bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik
leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Harus
disadari bahwa untuk melakukan analisa
kualitatiI yang cepat dan tepat diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai siIat Iisis
bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik
kesimpulan yang tepat. Data tentang siIat-siIat
Iisis ini dapat ditemukan dalam suatu Hand
Book, misalnya dalam Physical and Chemical
Data Hand Book. Berdasarkan metodenya,
analisa kualitatiI dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok. Pertama, analisis bahan
berdasarkan karakterisasi Iisis, yaitu penentuan
siIat Iisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan
berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation
dan analisis anion. Pada bab ini akan diuraikan
bagaimana cara melakukan analisa kualitatiI
tersebut.
Sebelum kita melakukan penentuan siIat
Iisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk
kristal untuk sampel padat dan penentuan titik
didih dan indeks bias untuk sampel cair,
lakukanlah terlebih dahulu analisis pendahuluan.
Untuk sampel padat analisis pendahuluan
meliputi: warna, bau, bentuk, kelarutan,
pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala.
Sedangkan untuk sampel cair analisis
penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta
keasaman.
Kation dalam suatu cuplikan dapat
diketahui dengan melakukan uji menggunakan
pereaksi-pereaksi yang spesiIik, meskipun agak
sulit mendapatkan pereaksi yang spesiIik untuk
setiap kation. Oleh karena itu umumnya
dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation.
Sebelum dilakukan pengendapan golongan dan
reaksi identiIikasi kation dengan cara basah
cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Supaya
mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat
yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu
sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba
dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl
encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air
raja (HCl : HNO3 3 : 1). Mula-mula dicoba
dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas.
Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus
diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis.
Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua
asam harus dihilangkan dengan cara
menguapkan larutan sampai hampir kering,
kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan
lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan
dengan air.
Analisa kualitatiI merupakan analisa yang
mendasarkan pada adanya hubungan semantis
antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya
ialah agar peneliti mendapatkan makna
hubungan variabel-variabel sehingga dapat
digunakan untuk menjawab masalah yang
dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar
semantis sangat penting karena dalam analisa
kualitatiI, peneliti tidak menggunakan angka-
angka seperti pada analisa kuantitatiI.
Prinsip pokok teknik analisa kualitatiI ialah
mengolah dan menganalisa data-data yang
terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,
terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur
analisa data kualitatiI dibagi dalam lima langkah
yaitu:
1.Mengorganisasi data: Cara ini dilakukan
dengan membaca berulang kali data yang ada
sehingga peneliti dapat menemukan data yang
sesuai dengan penelitiannya dan membuang data
yang tidak sesuai
2.Membuat kategori, menentukan tema, dan
pola: langkah kedua ialah menentukan kategori
yang merupakan proses yang cukup rumit karena
peneliti harus mampu menglompokkan data
yang ada kedalam suatu kategori dengan tema
masing-masing sehingga pola keteraturan data
menjadi terlihat secara jelas
3.Menguji hipotesa yang muncul dengan
menggunakan data yang ada: setelah proses
pembuatan kategori maka peneliti melakukan
pengujian kemungkinan berkembangnya suatu
hipotesa dan mengujinya dengan menggunakan
data yang tersedia
4.Mencari eksplanasi alternatiI data: proses
berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan
yang masuk akal data yang ada dan peneliti
harus mampu menerangkan data tersebut
didasarkan pada hubungan logika makna yang
terkandung dalam data tersebut; dan
5.Menulis laporan: penulisan laporan merupakan
bagian analisa kualitatiI yang tidak terpisahkan.
Dalam laporan ini peneliti harus mampu
menuliskan kata, Irasa dan kalimat serta
pengertian secara tepat yang dapat digunakan
untuk mendeskripsikan data dan hasil
analisanya.
Analisa anion adalah analisa yang
bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam
sampel. Sedangkan analisa kualitatiI dilakukan
untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang
terdapat dalam suatu sampel. Jadi, analisa anion
secara kualitatiI merupakan analisa yang
dilakukan untuk mengetahui adanya anion serta
jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu
sampel.
Cara identiIikasi anion tidak begitu sistematik
seperti pada identiIikasi kation. Salah satu cara
penggolongan anion adalah pemisahan anion
berdasarkan kelarutan garam-garam perak,
garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain
itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari siIat
kelarutan garam perak dan garam bariumnya,
warna, kalarutan garam alkali dan kemudahan
menguapnya. Gilreath menggolongkan anion
berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca,
Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel
menggolongkan anion berdasarkan pada proses
yang digunakan dalam identiIikasi anion yang
menguap bila diolah dengan asam dan
identiIikasi anion berdasarkan reaksinya dalam
larutan. IdentiIikasi anion yang menguap bila
diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion
membentuk gas bila diolah dengan HCl encer
atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk
gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Demikian pula identiIikasi anion berdasarkan
reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diidentiIikasi dengan reaksi pengendapan dan
dengan reaksi redoks.
IdentiIikasi anion meliputi analisis pendahuluan,
analisis anion dari zat asal dan analisis anion
dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari
hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan
pengetahuan tentang kation yang ada, dapat
memberikan petunjuk tentang anion yang
mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel.
Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas,
kation yang ditemukan Pb2, anion yang
mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut
dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena
timbal nitrat mudah larut dalam air dingin.
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa
kelas diantaranya :
Analisis kualitatiI menggunakan dua macam uji,
yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat digunakan pada zat padat dan
reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan
digunakan untuk analisis semimikro dengan
hanya modiIikasi kecil.
Metode untuk mendeteksi anion
memang tidak sesistematik seperti yang
digunakan untuk kation. Namun skema
klasiIikasi pada anion bukanlah skema yang
kaku karena beberapa anion termaksud dalam
lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau
Iospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan
kompleks anion yang mengandung anion
berbasa banyak seperti oksalat
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari
secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari
asam-asam organik tertentu dikelompokkan
bersama-sama, ini meliputi asetat, Iormat,
oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan
kation-kation logam berat (kation golongan I, II,
III, IV dan Mg2 pada golongan skema H2S)
maka pemeriksaan anion menggunakan larutan
ekstrak soda. Larutan ekstrak soda dibuat 10
menit,Idengan memasak cuplikan dalam larutan
jenuh natrium karbonat selama lalu disaring.
Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak soda (ES).
Karena ES suasana basa maka larutan ES ini
tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana
yang tepat. Biasanya sebelum digunakan
ditabahkan dulu asam.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk
mengendapkan kation logam berat dan untuk
mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan
dengan penambahan Na2CO3 ion-ion logam
diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida,
karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang
ditambahkan banyak maka CrO4 2- yang dapat
larut makin banyak. Dari hasil identiIikasi
sebelumnya dapat ditehui adanya beberapa anion
seperti CO32- dan CH3COO-. Berikut ini akan
dibahas beberapa reaksi identiIikasi anion yang
lain.
SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang
diasamkan dengan asam sulIat encer akan terjadi
penghilangan warna ungu KMnO4 karena
MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2.
S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi
penghilangan warna iod karena terbentuk larutan
tetrationat yang tak berwarna.
SO42- : Dengan larutan barium klorida
membentuk endapan putih BaSO4 yang tak larut
dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi larut
dalam HCl pekat panas.
NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan
dengan asetat atau sulIat encer akan dibebaskan
iodium yang dapat diidentiIikasi dari timbulnya
warna biru dalam pasta kanji.
CN- : Denga larutan AgNO3 terbentuk endapan
putih AgCN yang mudah larut dalam larutan
sianida berlebih karena membentuk ion
komplkes |Ag(CN)2|
SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna
merah darah.
|Fe(CN)6|4- : Dengan larutan FeCl3 akan
terbentuk endapan biru prusia dalam larutan
netral atau asam. Endapan diuraikan oleh larutan
hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH)3
yang berwarna coklat.
|Fe(CN)6|3- : Dengan larutan AgNO3
membentuk endapan merah jingga, Ag3|Fe(CN)
6| yang larut dalam amonia tetapi tidak larut
dalam asam nitrat.
Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk
endapan putih AgCl yang tidak larut dalam air
dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam amonia
encer.
Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk
endapan kuning AgBr yang sukar larut dalam
amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN
dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama
nitrat encer.
I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan
kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang
banyak membentuk larutan tidak berwarna,
ketika didinginkan terbentuk keping-keping
kuning keemasan.
NO3 - : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3
ml larutan FeSO4 yang segar ke dalam 2 ml
larutan NO3-. Tuangkan 3-5 ml asam sulIat
pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya
cicncin coklat menunjukkan adanya NO3.
3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3)
Senyawa Barium Karbonat mungkin berada
dalam bentuk bahan tambang yang lain.
Karbonat dan Barium Karbonat yang
diendapkan. Barium karbonat merupakan
persenyawaan antara Barium dan Karbonat.
3.2.1.1 SiIat SiIat Barium Karbonat (BaCO3)
A. SiIat Fisika :
1.Berat molekul : 197,37 gr/mol
2.Warna : putih
3.SpesiIik gravity : 4,29
4.Titik lebur : 17400 C
5.Titik didih : 14500 C
6.Sering bergabung dengan galena
7.Tersedia dalam jumlah yang sedikit di alam
B. SiIat Kimia :
1.Mempunyai kelarutan yang normal
2.Larut dalam air
3.Terbentuk karena reaksi oleh asam karbonat
yang berlebihan
4.Barium Karbonat dapat dilarutkan dalam asam
nitrat
5.Terurai pada saat pendidihan larutan
6.Barium Karbonat digunakan untuk racun tikus
3.2.1.2 Pembuatan Karbonat (BaCO3)
A.Skala Laboratorium
Dalam skala laboratorium Barium Karbonat
dapat dibuat dengan mengalirkan gas CO2
kepada larutan Ba(OH)2 sehingga terjadi
endapan Barium Karbonat (BaCO3) reaksinya
adalah :
Ba(OH)2 CO2 BaCO3 H2O
B.Skala Industri
Proses pembuatan BaCO3 dapat dilakukan
dengan menggunakan proses Ieedstock BaCO3
dengan kemurnian tinggi yang digunakan oleh
OSRAM Sylvania Product Inc.. Prosesnya
sebagai berikut:
Garam BaCl2 dengan kemurnian tinggi terlarut
dalam air deionisir. Solution diIiltrasi untuk
menghilangkan residu padatan tersuspensi dan
hasil Iiltrasi dibuang. Solution NH4HCO3
kemudian dipompa ke BaCl2 untuk
mengendapkan BaCO3.
Penguapan NH3 dari penambahan NH4HCO3
ke BaCl2 dilepaskan ke scrubber. Scrubber air
limbah disalurkan secara langsung ke Iasilitas
pengolahan air limbah OSRAM on-site.
Presipitat BaCO3 yang masih mengandung
NH4 dipisahkan dengan pengurai amonia.
Presipitat BaCO3 dicuci dengan air deionisir dan
hasil air cucinya dikirim langsung ke bagian
pengolahan air limbah. Produk BaCO3
dibersihkan, dikeringkan, dan sized. Uap air
dilepaskan ke atmosIer dari unit pengering dan
pengukur. Debu yang dihasilkan selama tahap
sizing ditangkap oleh pengumpul debu dan
akhirnya dibuang. Produk akhir BaCO3
digunakan sebagian secara internal dalam
Iasilitas OSRAM sebagai bahan baku untuk
menghasilkan produk OSRAM.

3.2.1.3 Kegunaan Karbonat (BaCO3)
Digunakan sebagai bahan Pembuat Racun Tikus
Sebagai bahan untuk Gelas Optik
Bahan Pembuat Keramik, Cat, dan Enamel.

3.2.2Na2CrO4 (Natrium kromat)
Natrium kromat bersiIat murni dan kemurnian
yang tinggi. Senyawa ini biasanya digunakan
sebagai reagensia. Namun, senyawa natrium
kromat merupakan senyawa beracun.
3.2.2.1SiIat SiIat Na2CrO4 (Natrium kromat)
SiIat Fisika :
1.Berbentuk kristal berwarna kuning.
2.Juga berada dalam bentuk larutan.
3.Berwarna kuning.
4.Berat molekul : 342,16
5.Titik lebur : 19,9oC
6.Densitas : 1,483 gr/ml
SiIat Kimia :
1.Sedikit larut dalam alkohol.
2.Merupakan zat yang beracun.
3.AIinitas elektron kuat.
4.BersiIat reduktor.
5.KeelektronegatiIan kecil
6.Beracun.
7.BersiIat reduktor.
3.2.2.2Pembuatan Na2CrO4 (Natrium kromat)
A. Skala laboratorium
Pembuatan asam kromat bisa dilakukan dengan
mereaksikan kalium kromat dengan timbal
asetat. Kemudian menghasilkan endapan yang
larut dalam larutan natrium hidroksida.
Kelarutan dalam larutan natrium hidroksida
disebabkan karena terbentuknya senyawa garam
kompleks dan natrium plumbit yang mereduksi
konsentrasi ion Pb2 sehingga timbal kromat
larut dalam larutan.
K2CrO4 Pb(C2H3O2)2 PbCrO4
2KC2H3O2
(kalium kromat) (timbal asetat) (timbal kromat)
(kalium asetat)
PbCrO4 4NaOH Na2(PbO2) Na2CrO4
2H2O
(timbal kromat) (natrium hidroksida) (natrium
plumbit) (natrium kromat) (air)
B. Skala industri
Dalam skala industri, pembuatan natrium kromat
dilakukan dengan melelehkan bijih krom dalam
tungku dengan asam dan soda dengan aliran
udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan
sedikit natrium karbonat ditambahkan. Larutan
tersebut didinginkan dan diasamkan dengan
asam asetat pada konsentrasi tertentu dan
dibentuk menjadi kristal.

Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4

3.2.2.3Kegunaan CrO4 (Anion kromat)
1.PbCrO4 digunakan sebagai pigmen dalam
industri cat, karet, plastik, pelapisan keramik,
dan analisis organik.
2.Cr(C2H3O2).3H2O digunakan dalam industri
tekstil, katalis polimerisasi dan oksidasi, dan
pengemulsi.
3.ZnCrO4.7H2O digunakan sebagai zat warna.
4.ZnCr2O7 digunakan sebagai zat warna.
5.K2Cr2O7 digunakan sebagai agen
pengoksidasi, reagensia analitis, komposisi
kuningan, bahan peledak, korek api, tekstil,
percetakan, perekat, pewangi sintetis, zat warna.
6.Na2Cr2O7 digunakan dalam kolorimetri, agen
pengompleks, oksidator inhibitor dalam etil eter.


3.2.3NaCl (Natrium Klorida)
Natrium Klorida biasanya disebut Garam, adalah
senyawa yang hamper setiap hari digunakan.
Senyawa ini adalah komponen utma dalam
bahan masakan, pembutan yang mudah dan
harga yang relative terjangkau.
3.2.3.1SiIat siIat NaCl(Natrium Klorida)
SiIat Fisika :
1.Rumus Kimia ( NaCl )
2.Tampilan Padatan
3.Titik Lebur 140C
4.Titik didih 430C
5.Densitas pada suhu 20C 1.9 kg/L
SiIat Kimia :
1.Di alam terdapat sebagai Karnalit
2.Mudah Larut dalam Air
3.Dapat ditemukan di air laut
4.Tidak hogroskopis
5.Dapat digunakan sebagai katalis
3.2.3.2Pembuatan NaCl(Natrium Klorida)
A. Skala laboratorium
Natrium klorida terbentuk dari campuran unsur
alam Natrium dan Chlor. Zat ini sangat banyak
dijumpai di alam dengan reaksi :
Na Cl- NaCl
B. Skala Industri
Ada bermacam-macam cara pembuatan garam
yang telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan
ini hanya akan diuraikan secara singkat cara
pembuatan garam yang proses penguapannya
menggunakan tenaga matahari (solar
evaporation), mengingat cara ini dinilai masih
tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi
dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang.
Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut
terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan
(dengan menguapkan airnya) dan pemisahan
garamnya (dengan kristalisasi).
Bila seluruh zat yang terkandung
diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari
campuran bermacam-macam zat yang
terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang
terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak
diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses
kristalisasi yang demikian disebut 'kristalisasi
total. Bila terjadi kristalisasi komponen garam
tersebut diatur pada tempat-tempat yang
berlainan secara berturut-turut maka dapatlah
diusahakan terpisahnya komponen garam yang
relatiI lebih murni. Proses kristalisasi demikian
disebut kristalisasi bertingkat. Untuk
mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang
kemurniannya tinggi harus ditempuh cara
kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan
air laut, tempat kristalisasi garam (disebut meja
garam) harus mengkristalkan air pekat dari
25Be sehingga menjadi 29Be, sehingga
pengotoran oleh gips dan garam-garam
magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat
dihindari/dikurangi.

3.2.3.3Kegunaan NaCl(Natrium Klorida)
1.Digunakan sebagai bahan penting untuk
makanan
2.Dapat digunakan sebagai bahan pengawet
3.Bahan baku pembuatan logam Na dan Larutan
NaOH
4.Dan bahan untuk pembuat keramik, kaca dan
5.Sebagi bahan pembuat Pupuk

3.2.4AgBr (Perak Bromida)
Perak bromida adalah persenyawaan antara Ag
dan Br-. Senyawa sangat sering digunakan
delam FotograIi karma depat menghitamkan
berkas Film dari kamera.
3.2.4.1SiIat siIat AgBr (Perak Bromida)
SiIat Fisika :
1.Rumus Kimia ( AgBr)
2.Tampilan Padatan,
3.Berwarna Kuning Muda
4.Titik Lebur 423C
5.Densitas pada suhu 20C 6,5 kg/L
SiIat Kimia :
1.Sukar larut dalam ammonia
2.Mudah larut dalam senyawa kompleks
3.Ksp sebesar 3,3 x 10-13
4.Menghitam jika dikenai cahaya
5.Senyawa anorganik
3.2.4.2Pembuatan AgBr (Perak Bromida)
A. Skala laboratorium
Pembuatan perak bromida secara laboratorium
secara reaksi substitusi Br2 dengan senyawa atau
garam yang mengandung perak misalnya perak
iodida dengan reaksi :
Br2 2 AgI 2 AgBr I2
Dapat juga dibuat dengan mereaksikan garam
perak dengan asam bromida untuk menghasilkan
perak bromida dengan reaksi :
AgNO3 HBr AgBr HNO3
B. Skala industri
Pembuatan brom ini memakai 'proses
pendorongan uap dari air garam. Untuk air laut,
dimana konsentrasi bom relatiI encer, udara
merupakan bahan peniup yang paling ekonomis.
Tetapi untuk pengolahan sumber-sumber yang
mempunyai kandungan brom relatiI tinngi
seperti air garam (brom cara peniupan uap
(vapor) brom yang lebih baik ialah dengan uap
(steam). Dalam proses ini air garam dipanaskan
di dalam penukar kalor sampai suhu 90oC,
kemudian dilewatkan menuju menara klorinator.
Setelah mengalami klorinasi sebagian, air garam
itu dialirkan ke dalam menara tiupan uap,
dimana uap diinjeksikan dari bawah sambil
menambahkan klor dan yang mengandung
halogen dikondensasikan dan dipisahkan melalui
gravitasi. Lapisan yang terdiri dari campuran air
halogen dikembalikan ke menara uap, dan
halogen yang sebagian besar terdiri dari brom,
pada lapisan bawah dipisahkan dan dimurnikan.
Brom mentah dari proses yang terdahulu dapat
dimurnikan dengan melewatkan uap melalui
isian yang terbuat dari besi yang dapat
menangkap klor yang menyebabkan
ketidakmurnian. Sebagian besar brom yang
dihasilkan dijadikan alkali bromida dan senyawa
lain misal Perak bromida.
AgNO3 HBr AgBr HNO3

3.2.4.3Kegunaan AgBr (Perak Bromida)
1.Sebagai pereaksi (reagensia) di laboratorium.
2.Pembuatan etilena dibromida.
3.Digunakan dalam penghambat nyala (bahan
anti nyala).
4.Digunakan dalam pembuatan senyawa racun
api.
5.Sebagai obat penenang yang aman.
6.Pembuatan rol Iilm IotograIi dan kertas Ioto.
7.Pembuatan desinIektan, anti hama (Iumigan).
3.2.5Hidrogen Iodida (HI)
Hidrogen Iodida adalah senyawa organik dengan
rumus HI, merupakan gas tidak berwarna yang
dibuat dengan persenyawaan H2 dengan uap I2.
bnyak penelitian menemukan bahwa senyawa ini
tidak stabil.
3.2.5.1SiIat siIat Hidrogen iodida (HI)
SiIat Iisikanya :
1.Rumus Kimia ( HI)
2.Tampilan Gas putih
3.Titik Lebur 50.8C
4.Titik didih 35.4C
5.Densitas pada suhu 20C 2.85 kg/L (cair)
6.Densitas pada suhu 20C 4.4 kg/L (gas)
SiIat Kimianya :
1.Reduktor pada katalis Pt
2.Asam Kuat
3.Larut baik dalam air
4.Merupakan Reduktor
5.Senyawa anorganik
3.2.5.2Pembuatan Hidrogen iodida (HI)
A. Skala laboratorium
Asam iodida (HI) terbentuk dari pemanasan
iodida dengan asam posIat yang dibentuk dari
posIor merah, memakai bantuan asam sulIur
sebagai pendingin dengan reaksi :
I- H3PO4 HI H2PO4-
B. Skala industri
Pembuatan iodin dapat dilakukan dengan tiga
tahap yang paling mungkin dari brines. Langkah
pertama adalah klariIikasi terhadap brines untuk
memisahkan minyaknya dan materi yang lain.
Kemudian pada tahap selanjutnya, dilakukan
penambahan larutan perak nitrat ke dalam
presipitat atau endapan dari perak iodida yang
terkandung dalam brines, dimana akan terjadi
penyaringan dan perlakuan untuk membentuk
logam perak dan larutan Ierro iodida. Perak ini
pada akhirnya akan dilarutkan kembali oleh
asam nitrat pada siklus yang lain dan direaksikan
dengan klorin untuk membebaskan iodin. Pada
langkah terakhir, setealh pembebasan iodin itu
telah terjadi, itu berarti anion iodida telah berada
dalam keadaan bebas pada larutannya. Larutan
tersebut akan dilewatkan pada kabel-kabel
tembaga, sehingga iodida dalam larutan akan
bereaksi menjadi cupro iodida yang tidak larut
pada scrap reactor yang akhirnya akan disaring
lagi, dikeringkan untuk memisahkan senyawa
tersebut menjadi iodium dengan residu senyawa
besi II klorida. Lalu ditambah H3PO4
menghasilkan HI.

3.2.5.3Kegunaan Hidrogen iodida (HI)
1.Untuk membuat asam hidrida.
2.Sebagai katalis untuk klorinasi senyawa
organik.
3.Dalam kimia analitik untuk penentuan angka
iodium.
4.Untuk pengobatan (Iarmasi) dan IotograIi.
5.Sebagai zat warna pada germisida (pembasuh
kuman).

3.2.6 Regensia
3.2.6.1. Anion Karbonat :
1.Na2CO3
A. SiIat Fisika :
1.Padatan Kristal Berwarna putih
2.Titik Lebur 851C
3.Densitas (anhydrous) : pada 20C 2.5 Kg/L
4.Densitas (Dekahidrat) : pada 20C 1.4 Kg/L
5.Nama Dagang : Soda Hablur / Soda Cuci
B. SiIat Kimia :
1.Mudah Melapuk oleh udara
2.Beracun
3.Dapat digunakan sebagai pembersih
4.Pelunak Air sadah
5.Pereksi dalam pembuatan Kaca
2.Ba(OH)2
A. SiIat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Berwarna Putih
3. Titik Lebur : 78C
4. Densitas : pada suhu 20C 2,13 kg/L
5. Tidak Berbau
B. SiIat Kimia :
1. Merupakan larutan Basa
2. Larutan Anorganik
3. Pereaksi Analitik
4. Pereaksi dalam pemurnian Gula
5. Tidak beracun
3. HCl
A. SiIat Fisika
1. Massa atom : 36,45
2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3. Titik leleh : -1010C
4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak
berwarna
7. Berbau tajam.
B. SiIat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan
berbau merangsang.
3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroIorm,
dan eter.
4.Merupakan oksidator kuat.
5.BeraIinitas besar sekali terhadap unsur-unsur
lainnya, sehingga dapat
6. Racun bagi pernapasan.
3.2.6.2 Anion Khromat :
1.NH4OH
A. SiIat Fisika :
1.Berbentuk Cair
2.berbau tidak sedap
3.Tidak Berwarna
4.Titik Lebur : -78 C
5.Titik Didih : - 33,5C
B. SiIat Kimia :
1.Tidak dapat diisolasi
2.Tidak Stabil
3.Merupakan larutan basa
4.Mudah larut dalam Air
5.Autoniosasi
2.Hac
A. SiIat Fisika :
1. Tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Berbentuk cair
4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak
berwarna
5. Titik lelehnya Rendah
B. SiIat Kimia ;
1. Merupakan Asam
2. Mudah larut dalam Air
3. Merupakan oksidator kuat.
4. Larutanya Stabil
5. Beracun

3. BaCl2
A. SiIat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Tidak Berwarna
3. Titik Lebur : 960C
4. Densitas : pada suhu 20C 3,10 kg/L
5. Tidak Berbau
B. SiIat Kimia
1. Merupakan Garam Organik
2. Mudah Larut dalam Air
3. Digunakan sebagai zat AditiI untuk pelumas
4. Beracun
5. Tidak bereaksi dengan Udara
3.2.6.3Anion Clorida, Bromida, Iodida :
1.HNO3
A. SiIat Iisika :
1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3
2. Titik didih : 86C
3. Titik lebur : -42C
4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
5. Berat molekul : 63,02 gram/mol
6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
7. Tidak berwarna

B. SiIat kimia :
1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium
nitrat, menurut reaksi:
HNO3 NH3 NH4NO3
3.Reaksi dengan nikel sulIida menghasilkan
garam nikel nitrat, nitrogen monoksida,
belerang, dan air.
3 NiS 8 HNO3 3 Ni(NO3)2 2 NO 3 S
4 H2O
4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam
klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
3 NiS 2 HNO3 6 HCl 3 NiCl2 2 NO
3 S 4 H2O
5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk
perak nitrat dan nitrogen dioksida.
Ag 2 HNO3 AgNO3 NO2 H2O
2. AgNO3
A. SiIat Fisika :
1.Padatan Kristal
2.Tidak Berwarna
3.Tidak Berbau
4.Tidak Aromatis
5.Rumus Kimianya AgNO3
B. SiIat Kimia :
1.Larut dalam air
2.Merupakan Garam
3.Oksidator Kuat
4.Dapat diisolasi
5.Beracun
3. CCl4
A. SiIat Fisika :
1. Berbentuk Cair
2. Densitas : pada suhu 20C 2,238 kg/L
3. Tidak Berwarna
4. AHI : -135.44 kJ/mol
5. Memiliki bau Khas
B. SiIat Kimia :
1.Sangat reaktiI terhadap zat lain
2.Dapat diisolasi
3.Beracun
4.Tidak larut dalam Air
5.Tidak stabil
4. NH4OH
Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2.2.3

3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 IdentiIiksi Anion Karbonat (CO32-)
a.Ambil 2 sendok spatula Natrium Karbonat
(Na2CO3), masukan dalam tabung reaksi
Kemudian tambahkan 5 ml HCl 3N
b.Sedikan Tabung Reaksi dengan penutup Gabus
dan pipa kapiler Bengkok.
c.Alirkan gas yang keluar dari tabung reaksi
pertama ketabung reaksi kedua yang berisi
larutan Ba(OH)2. Amati apa yang terjadi

3.3.2 IdentiIikasi Anion Khromat (CrO42-)
a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan NH4OH
encer sampai basa
b.Lalu ditambahkan Hac sampai larutan menjadi
asam
c.Ditambahkan 2 tetes BaCl2 10 presipitat
kuning menujukan adanya anion khromat

3.3.3 IdentiIikasi Anion Klorida, Bromida,
Iodida
a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan 10 tetes
HNO3 encer. Kemudian panaskan sampai tidak
mengeluarkan gas lgi ( jika terdapat suIit maka
harus dihalau terlebih dahulu) lalu tambahkan 1
tetes larutan AgNO3. Presipitatnya putih yang
larut dalam NH4OH menunujukan adanya
Anion klorida
b.Kepada 5 tetes larutan E.S ditambahkan 10
tetes HNO3 encer lalu dipanaskan di dalam
pengans air kemudian ditambahkan 4 tetes
larutan AgNO3. bila terbentuk endapan kuning
pucat (endapan AgBr), maka tambahkan 1 tetes
NH4OH dan 6 tetes air klor. Lalu ditambahkan
10 tetes larutan CCl4 dan tabung dikocok baik
baik. Lapisan ungu yang terbentuk menunjukan
adnya anion iodida (I-).

3.5 Reaksi SpesiIikasi
Dari hasil pengamatan teramati bahwa :
1.IdentiIikasi Anion Karbonat
NaCO3 HCl Ba(OH)2 BaCO3

2.. IdentiIikasi Anion Khromat
E.S NH4OH Hac BaCl2 BaCrO4

3. IdentiIikasi Anion Klorida, Bromida, dan
Iodida
a. E.S HNO3 (dipanaskan) AgNO3 AgCl
NH4OH
(larut)

b. E.S HNO3 (dipanaskan) AgNO3 AgBr

AgBr NH4OH CCl4 NH4I

IDENTIFIKASI KATION
BERDASARKAN KELARUTAN

4.1 Ringakasan percobaan
Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
Pukul : 13.30 17.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Analisa,
Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Warna : Hitam
Hasil : Kation Pb2
Kation Hg2

4.2 Tinjauan Pustaka
Golongan Kation
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khasnya
adalah sebagai berikut :
Golongan I : Kation-kation golongan ini
membentuk endapan putih dengan asam klorida
(HCl) encer. Kation-kation golongan ini adalah
timbal (Pb), merkurium I (Hg), dan perak
(Ag).
Golongan II : Kation-kation golongan ini tidak
bereaksi dengan asam klorida (HCl), tetapi
membentuk endapan sulIida dengan hidrogen
sulIida (H2S) dalam suasana asam mineral
encer. Kation-kation golongan ini dibagi ke
dalam 2 sub golongan yaitu :
II A (Golongan Tembaga) 1) Merkurium II
(Hg2)
2) Tembaga II (Cu2)
3) Bismut (Bi)
4) Kadmium (Cd2)
II B (Golongan Arsen) 1) Arsenik III (As3)
2) Arsenik V (As5)
3) Stibium V (Sb5)
4) Timah II (Sn2)
5) Timah V (Sn5)
Apabila telah mengendap dapat dibedakan
dengan reaksi amonium polisulIida di mana
golongan II A melarut dan golongan II B
mengendap.
Golongan III : Kation-kation golongan ini tidak
bereaksi dengan asam klorida (HCl) encer
ataupun dengan hidrogen sulIida (H2S) dalam
suasana asam mineral encer, melainkan
membentuk endapan dengan amonium sulIida
dalam suasana netral atau sedikit basah. Kation-
kation golongan ini adalah kobalt II (Co2),
nikel II (Ni2), besi II (Fe2), besi III (Fe3),
aluminium (Al), seng II (Zn2), dan mangan II
(Mn2).
Golongan IV : Kation-kation golongan ini tidak
bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III.
Kation-kation ini membentuk endapan karbonat
dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 dengan
adanya amonium klorida (NH4Cl) dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah kalsium II (Ca2), strontium
II (Sr2) dan barium II (Ba2).
Golongan V : Kation-kation golongan ini
disebut sebagai kation golongan sisa karena
tidak membentuk endapan dengan reagensia
sebelumnya seperti halnya reagensia-reagensia
yang digunakan untuk memisahkan kation-
kation golongan I sampai IV. Kation-kation
golongan ini adalah magnesium (Mg), natrium
(Na), kalium (Ka), litium (Li), dan hidrogen (H).
(Vogel,1990).

IdentiIikasi Reaksi
Timbal II (Pb2)
Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu
kebiruan. Timbal (Pb) dapat diidentiIikasi
dengan menggunakan K2CrO4 dan KI. Jika
Pb2 diidentiIikasi dengan larutan kalium
kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan
kuning cerah :
Pb2 CrO42- PbCrO4
Jika Pb diidentiIikasi dengan larutan KI akan
menghasilkan endapan kuning :
Pb2 2I- PbI2
Timbal juga dapat diidentiIikasi dengan asam
klorida (HCl) encer yang akan menghasilkan
endapan putih :
Pb2 2Cl- PbCl2
Sedangkan jika diidentiIikasi dengan hidrogen
sulIida (H2S) dalam suasana asam encer atau
netral, akan menghasilkan endapan hitam :
Pb2 H2S PbS 2H
Merkurium II (Hg2)
Merkurium adalah logam cair yang berwarna
putih keperakan pada suhu biasa dan memiliki
massa jenis 13,534 gr/ml pada suhu 25C.
Merkurium tidak bereaksi dengan asam klorida
(HCl) atau asam sulIat (H2SO4)-2 encer, tapi
merkurium dapat bereaksi dengan asam nitrat
(HNO3) yang dingin :
6Hg 8HNO3 3Hg22 2NO 6NO3-
4H2O
Merkurium juga dapat bereaksi dengan amonia
(NH3) yang akan menghasilkan endapan hitam :
NH2
2Hg22 NO3- 4NH3 H2O HgO.Hg
2Hg 3NH4
NO3
Perak (Ag)
Perak adalah logam putih yang dapat ditempa
dan liat. Perak tidak larut dalam asam klorida,
asam sulIat encer (1M), atau asam nitrat encer
(2M). Perak membentuk ion monovalen dalam
laruta tidak berwarna. Ag dapat diidentiIikasi
dengan larutan NH3 akan menghasilkan endapan
coklat perak oksida :
2Ag 2NH3 H2O Ag2O 2NH4
Sedangkan jika diidentiIikasi dengan asam nitrat
akan menghasilkan endapan putih :
3Ag2S 2HNO3 S 2NO 3Ag2O
H2O
Kadmium II (Cd2)
Kadmium adalah logam putih keperakan yang
dapat ditempa dan liat. Jika kadmium II
direaksikan dengan KCN akan terbentuk
endapan putih kadmium sianida (Cd(CN)2) :
Cd2 2CN- Cd(CN)2
Bila kadmium dialirkan dengan gas hidrogen
sulIida, maka kadmium sulIida akan mengendap
dan menghasilkan endapan kuning :
(Cd(CN)4)-2 H2S CdS 2H 4CN-
Tembaga II (Cu2)
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak,
dapat ditempa dan liat. Jika tembaga II
direaksikan dengan K4Fe(CN)6 akan
menghasilkan endapan coklat kemerahan :
2Cu2 (Fe(CN)6)-4 Cu(Fe(CN)6)
Sampel HCl 0,1 M

Endapan (Gol IA) Filtrat H2O3 3 HCl 6
N
1. AgCl Panaskan dialirkan H2S NH4OH
2. Hg2Cl2
3. PbCl2

Endapan (Gol IIA) Filtrat panaskan HNO3
NH4Cl 10
1. HgS panaskan NH4OH encer , panaskan
2. PbS
3. CuS
4. CdS
Endapan (Gol IIIA) Filtrat NH4OH, alirkan
H2S
1. Fe(OH)3
2. Cr(OH)3
3. Ad(OH)2
4. Mn2O2H2O Endapan Filtrat dilarutkan dalam
cairan HNO3,
(Gol IIIB) panaskan 10 ml air NH4Cl 10

(NH4)2CO3, panaskan

Endapan (Gol IV) Filtrat uapkan sampai pekat
1. CaCO3 3 ml HNO4, panaskan
2. BaCO3
3. SrCO3
Residu (Gol V)
1. Mg
2. K
3. Na
4. Ki

Kelarutan
Kelarutan adalah siIat Iisik yang merujuk pada
kemampuan suatu substansi untuk larut dalam
suatu larutan. Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit
larutseperti perak klorida (AgCl2) dalam air.

Faktor-Iaktor yang mempengaruhi kelarutan :
1). Temperatur
Untuk pelarutan zat padat, kelarutannya
meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan
untuk gas perilakunya lebih unik.
2). Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut
dalam air daripada dalam pelarut organik. Ion-
ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang
besar terhadap molekul pelarut organik. Oleh
karena itu, biasanya kelarutannya lebih rendah
dibandingkan kelarutan dalam air.
3). EIek Ion Sekutu
Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dala
air murni daripada suatu larutan yang
mengandung salah satu ion endapan.
4). Pengaruh AktiIitas
Ternyata banyak endapan menunjukkan
kelarutan yang meningkat dalam larutan yang
mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara
kimia dengan ion-ion endapan.
5). Pengaruh pH
Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion
suatu garam untuk membentuk asam lemah,
dengan demikian meningkatkan kelarutan garam
itu. Pada larutan yang keasamannya cukup
tinggi, anion asam lemah tidak mengubah pH
secara berarti.
6). EIek Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut
juga tergantung pada konsentrasi zat-zat yang
membentuk kompleks dengan kation garam itu.

Aplikasi Pemisahan Kation-kation
Salah satu aplikasi dari pemisahan kation-kation
dalam mengidentiIikasi logam-logam yang
terkandung dalam sediaan kosmetik yang
berIungsi sebagai zat pemutiara. Zat pemutiara
adalah suatu zat yang digunakan dalam kosmetik
untuk memberikan eIek mengkilat seperti
mutiara sehingga bagian wajah akan terlihat
makin segar, dan logam-logam yang terdapat
dalam kosmetik dapat menyebabkan iritasi.
Dari hasil pemeriksaan golongan ternyata pada
pemeriksaan golongan III A memberikan reaksi
positiI terhadap logam aluminium (Al). Serbuk
logam aluminium sering digunakan dalam
Iormula bedak sebagai zat yang memberikan
daya kilat. Garam-garam aluminium dapat
merupakan astringen pada kosmetik tertentu,
tapi dapat mengiritasi kulit. (Mutiatikum, 2003).

Fungsi dan ManIaat Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa
ionik yang sukar larut dapat memberikan
inIormasi tentang kelarutan suatu senyawa
tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp
suatu zat, semakin mudah larutsenyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk
meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat
jikadua larutan yang mengandung ion-ion dari
senyawa sukar larut dicampurkan. Untuk
meramalkan terjadi tidaknya suatu endapan
AmBn jika larutan yang mengandung ion An
dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil
kali ion (Qsp) berikut ini:
Jika Qsp ~ Ksp maka akan terjadi endapan
AmBn.
Jika Qsp Ksp maka akan terjadi larutan jenuh
AmBn.
Jika Qap

Penerapan Hubungan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nlai
yang besar dalam analisis kualitatiI, karena
dapat meramalkan reaksi-reaksi pengendapan.
Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya
merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil
kali ion ketika kesetimbangan tercapai. Jika
kondisinya adalah demikian, sehingga hasil kai
ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, sistem
itu akan berusaha menyesuaikan dirinya sendiri,
sehingga hasilkali ion mencapai hasil kali
kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion sengaja dibuat
lebih besar dari hasil kali kelarutan
mengakibatkan mengendapnya garam padat.
Dan sebaliknya, jika hasil kali ion lebih kecil
dari hasilkali kelarutan, kesetimbangan dalam
sistem dicapai kembali dengan melarutnya
sebagian garam padat ke dalamlarutan.
Perlu diperhatikan, bahwa pengendapan
sempurna suatu elektrolit yang sangat
sedikitlarut adalah tak mungkin, karena seberapa
besarnya konsentrasi salah satu ion dinaikkan
dengan sengaja, konsentrasiion lainnya
tidakdikurangkam sampai nol, karena hasil kali
kelarutan merupakan nilai yang konstan (Svehla,
1990).
Analisis kualitatiI berdasarkan siIat Iisis bahan
Sebelum kita melakukan penentuan siIat Iisis
berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal
untuk sampel padat dan penentuan titik didih
dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah
terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk
sampel padat analisis pendahuluan meliputi:
warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan
dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan
untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi:
warna, bau, kelarutan serta keasaman.

IdetiIikasi kation berdasarkan H2S
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui
dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-
pereaksi yang spesiIik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesiIik untuk setiap
kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan
terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum
dilakukan pengendapan golongan dan reaksi
identiIikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya
mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat
yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu
sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba
dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl
encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air
raja (HCl:HNO3 3:1). Mula-mula dicoba
dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas.
Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus
diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis.
Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua
asam harus dihilangkan dengan cara
menguapkan larutan sampai hampir kering,
kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan
lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan
dengan air.

4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) SulIat)
Senyawa timbal (II) sulIat ini memiliki rumus
molekul PbSO4. Kebanyakan timbal ini tersedia
dalam bentuk senyawa atau mineral galena yaitu
PbS, seperti yang terdapat dalam elektoda pada
baterai basah/aki. Senyawa ini memiliki warna
putih berupa endapan kristal dengan struktur
bangun yang berbentuk rhombik.
4.2.1.1 SiIat-siIat PbSO4 (Timbal (II) SulIat)
A. SiIat Iisika :
1.Berat molekul : 303,27 gram/mol
2.Massa jenis : 6,2 gr/cm3
3.Titik lebur : 1170oC
4.Kelarutan pada 0oC : 0,0028 dari 100 bagian
5.Kelarutan pada 40oC : 0,0056 dari 100 bagian
6.Nilai indeks bias : 1,8823
7.Endapan kristal berwarna putih.
8.Memiliki bentuk struktur bangun rhombik atau
monoklinik.
9.Larut dalam larutan asam pekat dan garam-
garam dari NH4.
10.Tidak melarut dalam larutan etanol 95 .
B. SiIat Kimia :
1.Reaksi dengan amonium asetat akan
membentuk timbal (II) asetat dengan amonium
sulIat.
PbSO4 2 CH3COONH4 Pb(CH3COO)2
(NH4)2SO4
2.Dapat diperoleh dari reaksi dengan asam sulIat
dengan timbal (II) nitrat.
Pb(NO3)2 H2SO4 PbSO4 2 HNO3
3.Dapat diperoleh juga bila Pb(NO3)2
direaksikan dengan Na2SO4.
Pb(NO3)2 Na2SO4 PbSO4 2 NaNO3
4.Reaki antara PbS dengan H2O2 dapat
menghasilkan juga senyawa PbSO4.
PbS 4 H2O2 PbSO4 4 H2O
5.Reaksi yang terjadi dari senyawa ini pada
katoda aki pada reaksi pengisiannya adalah :
PbSO4 H 2e- Pb HSO4-

4.2.1.2 Pembuatan PbSO4 (Timbal (II) SulIat)
A. Skala laboratorium
Secara laboratorium, PbSO4 dapat dibuat dari
reaksi garam timbal (II) dengan garam sulIat
seperti natrium sulIat dan lain-lain untuk
membentuk endapan PbSO4 yang tidak larut
dalam reagensia yang berlebihan. Senyawa yang
biasa dipakai dalam membuat PbSO4 adalah
Pb(NO3)2 dengan Na2SO4, menurut reaksi
Pb(NO3)2 Na2SO4 PbSO4
B. Skala industri
Untuk skala industri, timbal oksida berdasarkan
teknik pembakaran. Dalam proses ini, ada empat
prinsip dasar yang digunakan yaitu:
1.Logam timbal dioksidasi sebagian dan digiling
menjadi berbentuk serbuk (disebut juga sebagai
oksida hitam dalam perdagangan). Kemudian
dipanaskan pada suhu 600C untuk
menyelesaikan proses oksidasi.
2.Logam timbal tersebut dioksidasi menjadi
timbal oksida (PbO).
2Pb O2 2 PbO
3.Timbal yang mencair akan masuk ke dalam
pembakaran pada suhu sekitar 1000C. Timbal
tersebut akan berubah menjadi timbal oksida
cair.
PbO(S) PbO(L)
4.Timbal cair pada suhu sekitar 500C akan
dibakar dan menghasilkan
5.Timbal oksida yang tersublimasi menjadi
timbal II sulIat.

4.2.1.3 Kegunaan PbSO4 (Timbal (II) SulIat)
1.Sebagai bahan penyimpan energi dalam baterai
basah/aki.
2.Sebagai zat warna pada seni lukis.
3.Untuk pembuatan keramik.
4.Sebagai komponen listrik dan senyawa vinil
lainnya yang membutuhkan stabilitas pemanasan
yang tinggi.

4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida)
HgCl2 merupakanpersenyawaan merkuri dengan
gas klor dan terbentuk kalomel. HgCl2
merupakan kristal putih atau tepung, yang larut
dalam alkohol,eter, dan metil asetat. HgCl2
merupakan zat yang sangat beracun.
4.2.2.1 SiIat-siIat HgCl2 (Merkuri Klorida)
A. SiIat Fisika
1.Berat molekul : 271,52 sma.
2.Berwarna : bening.
3.Struktur kristalnya berbentuk belah ketupat.
4.Indeks bias : 1,859.
5.Densitas : 5,44 gr/ml.
6.Titik leleh : 2770C.
7.Titik didih : 3040C.
B. SiIat Kimia
1.Tidak dapat larut dalam HCl encer.
2.Mempunyai dua ikatan kovalen.
3.Dalam air dan zat organik digunakan sebagai
pelarut.
4.Membentuk endapan bila direaksikan dengan
HCl asetaldehid.
5.Bila direaksikan dengam asitelina untuk
membentuk trikloromercuric asetaldehid
C(HgCl).CHO.
6.Memiliki aIinitas elektron rendah dan BersiIat
reduktor.
4.2.2.2 Pembuatan HgCl2 (Merkuri Klorida)
A. Skala Laboratorium
Dalam skala laboratorium, HgCl2 dapat dibuat
dengan mereaksikan raksa (Hg) dengan asam
klorida (HCl).
Reaksi :
Hg2 HgCl2 H2F2HCl
B. Skala Industri
Dalam skala industri, pembuatan merkuri klorida
dilakukan dengan melelehkan bijih raksa dalam
tungku dengan asam dan soda dengan aliran
udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan
sedikit merkuri klorida ditambahkan. Larutan
tersebut didinginkan dan diasamkan dengan
asam asetat pada konsentrasi tertentu dan
dibentuk menjadi kristal.

4.2.2.3 Kegunaan HgCl2 (Merkuri Klorida)
1.Digunakan secara luas di laboratorium
penelitian,kedokteran,penerangan, pabrik kulit
dan kertas.
2.Digunakan dalam pembuatan cermin yaitu
untuk mempermudah mereduksi suatu bahan.
3.Dipergunakan dalam pengolahan biji emas,
perak dan baja dalam proses pemurnian.
4.Untuk biologis unsur dan sebagian besar
senyawa raksa sangat beracun, dapat merusak
sistem sentral saraI.

4.2.3 Regensia
4.2.2.1. Kation Pb2 :
1.HCl
A. SiIat Fisika
1.Massa atom : 36,45
2.Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3.Titik leleh : -1010C
4.Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5.Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6.Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak
berwarna
7.Berbau tajam.
B. SiIat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
2.Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau
merangsang.
3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroIorm,
dan eter.
4.Merupakan oksidator kuat.
5.BeraIinitas besar sekali terhadap unsur-unsur
lainnya, sehingga dapat
6.Racun bagi pernapasan.
2.K2CrO4
A. SiIat Fisika :
1.Rumus Kimia (K2CrO4 )
2.Titik lebur 917C
3.Padatan
4.Berwarna Kuning
5.Densitas pada suhu 20C 1.9 kg/L
B. SiIat Kimia :
1.Pereaksi Analis dan untuk Pigmen
2.Mudah bereaksi dengan Air
3.Larutan Basa
4.Beracun
5.Dapat diisolasi

4.2.2.2. Kation Hg :
1. NH4OH
A. SiIat Fisika :
1.Berbentuk Cair
2.berbau tidak sedap
3.Tidak Berwarna
4.Titik Lebur : -78 C
5.Titik Didih : - 33,5C
B. SiIat Kimia :
1.Tidak dapat diisolasi
2.Tidak Stabil
3.Merupakan larutan basa
4.Mudah larut dalam Air
5.Autoniosasi
2. HNO3
A. SiIat Iisika :
1.Massa jenis : 1,502 gr/cm3
2.Titik didih : 86C
3.Titik lebur : -42C
4.Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
5.Berat molekul : 63,02 gram/mol
6.Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
7.Tidak berwarna
B. SiIat kimia :
1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium
nitrat, menurut reaksi:
HNO3 NH3 NH4NO3
3.Reaksi dengan nikel sulIida menghasilkan
garam nikel nitrat, nitrogen monoksida,
belerang, dan air.
3 NiS 8 HNO3 3 Ni(NO3)2 2 NO 3 S
4 H2O
4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam
klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
3 NiS 2 HNO3 6 HCl 3 NiCl2 2 NO
3 S 4 H2O
5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk
perak nitrat dan nitrogen dioksida.
Ag 2 HNO3 AgNO3 NO2 H2O

4.3 Prosedur Praktikum
4.3.1 IdentiIikasi Kation Pb2
1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan
Iiltratnya disimpan dan beri nama.
3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml,
lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada
Pb2 larut,
4.Diambil larutannya dan identiIikasi dengan
K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning
PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation
Pb2.
4.3.2 IdentiIikasi Kation Hg
1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan
Iiltratnya disimpan dan beri nama.
3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml,
lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada
Pb2 larut,
4.Diambil larutannya dan identiIikasi dengan
K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning
PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation
Pb2.
5.Presipitat (endapan) AgCl dan HgCl (warna
putih) ditambah 2 ml NH4OH 0,1 M, adanya
endapan hitam adalah HgNH3Cl.
4.5 Rekasi SpesiIikasi
1. Sampel HCl 0,1 M PbCl2 H2O
2. IdentiIikasi Pb2
Sampel HCl K2CrO4 PbCrO4 2 KCl
3. IdentiIikasi Hg
HgCl 2 NH4OH HgNH3Cl H2O

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1) Di dalam sampel minuman bersoda ' Fanta
apel ' mengandung anion anion karbonat,
khromat, klorida, bromida, dan iodida
2) CO32- dapat diidentiIikasi dengan
menggunakan Na2CO3 yang membentuk
endapan berwarna kuning.
3) CrO42- dapat diidentiIikasi dengan NH4OH,
Hac dan BaCl2 dengan membentuk endapan
putih
4) Cl- dapat diidentiIikasi dengan NH4OH, dan
HNO3, dengan membentuk endapan putih
5) Br- dapat diidentiIikasi dengan HNO3,
AgNO3, dan NH4OH dengan membentuk
endapan kuning
6) I- dapat diidentiIikasi dengan HNO3, AgNO3,
NH4OH, dan CCl4 dengan membentuk endapan
putih
7) Didalam sampel minuman You C1000
Mengandung Kation kation Timbal, dan Perak
8) Pb2 dapat diidentiIikasi dengan HCl dan
K2CrO4 yang membentuk endapan endapan
kuning.
9) Hg dapat diidentiIikasi dengan AgCl yang
akan membentuk endapan berwarna hitam
Saran
1) Diharapkan kepada praktikan agar benar-
benar memperhatikan apakah sudah terbentuk
endapan dengan warna yang sesuai dengan
prosedur.
2) Pada saat pengunaan NH4OH hendaklah tidak
mencium baunya, dan agar cepat menutup botol
nya agar tidak menyebar dalam ruangan
3) Diharapkan kepada praktikan agar mencuci
setiap peralatan yang akan digunakan seperti
pipet tetes, agar tidak terkontaminasi dengan zat-
zat atau larutan yang telah digunakan
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009a. Air. http//-www.wikipedia.org.
9 September 2009
Anonim. 2009b. Asam Klorida http//-
www.wikipedia.org. 9 September 2009
Anonim. 2009c. Natrium Clorida http//-
www.wikipedia.org. 9 September 2009
Anonim. 2009d. Anion-Kation. http//-
Bloggersejati.com. 9 September 2009
Anonim. 2009e. Kation-anion http//-
www.medicaIarma.com 9 September 2009
Anonim. 2009I. Analisa KualitatiI http//-
www.bolgkita.inIo.Iv 11 September 2009
Anonim. 2009g. Anion-kation http//-www.che-
mistry.wordpress.org
11 September 2009
Anonim. 2009h. Laporan praktikum http//-
sulae.blogspot.com
14 September 2009
Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa
Kimia KuantitatiI. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.
Dini, P. 2002 Proses Pembentukan Kristalisasi
garam. Jakarta. Deparetemen Kelautan dan
Perikanan
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta : Gramedia.
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan
ke-3 Jakarta : Bumi aksara

Anda mungkin juga menyukai