Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kecambah kedelai tergolong kepada epigous, yang berarti keping biji muncul di atas tanah. Bagian batang berkecambah di bawah keping disebut hipokotil. Warna hipokotil ungu atau hijau, dan erat hubungannya dengan warna bunga. Kedelai yang hipokotilnya ungu warna bunganya ungu, yang hijau bunganya berwarna putih (Suprapto, 1995). Akar kedelai merupakan akar tunggang, pada tanah gembur akar kedelai dapat mencapai kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil akar, berupa koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan kedelai (Suprapto, 1995). Pertumbuhan batang kedelai dibedakan atas dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan tipe pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga di pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga sedangkan pertumbuhan batang tipe indeterminate ditunjukkan dengan pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Tipe semideterminate gabungan kedua tipe diatas (Adisarwanto, 2005). Terdapat empat tipe daun yang berbeda pada tanaman kedelai yaitu kotiledon atau daun biji, daun primer, daun trifoliate dan daun profila. Daun primer sederhana berbentuk oval berupa unifoliat (daun tunggal) yang terletak berseberangan pada buku pertama. Daun-daun berikutnya anak daunnya bentuk oval hingga lancip (Somaatmadja, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Perilaku pembungaan kedelai berbeda-beda, mulai dari sangat tidak terbatas hingga terbatas. Saat berbunga bergantung pada kultivar dan dapat beragam dari 80 hari hingga mencapai 150 hari setelah tanam (Rubatzky, 1998). Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dalam arti setiap bunga terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alami sangat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih (Suprapto, 1995). Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Menurut penelitian sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk polong (Suprapto, 1995). Buah kedelai berbentuk polong, berwarna hijau atau kuning dan berisi 1-4 biji setiap polong (Danarti dan Najiyati, 1992). Bijinya berbentuk bundar atau pipih,dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji berbeda-beda menurut kultivar (Rubatzky, 1998). Apabila sudah tua buah akan berubah warna menjadi kecoklatan atau keputihan (Danarti dan Najiyati, 1992).

Syarat Tumbuh Iklim Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar (100-400) mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara (100-200) mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara (21-34) C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai

Universitas Sumatera Utara

(23-27) C (www.warintek.ristek.go.id, 2009). Kedelai dapat tumbuh baik hingga ketinggian tempat sampai 400 m di atas permukaan laut (Sugeng, 1983). Pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh dengan menanam kedelai pada bulan-bulan kering, asal kelembaban tanah masih cukup terjamin. Selama periode pertumbuhan hingga pengisian polong, air sangat diperlukan. Misalnya untuk kebutuhan berkecambah kedelai paling tidak membutuhkan kadar air 50 % dari berat biji. Pada waktu pengisian polong jika persediaan air sangat terbatas, dapat berpengaruh pada besarnya biji dan jumlah biji tiap polong (Suprapto, 1995). Kedelai merupakan tanaman berhari pendek yakni tidak akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Dengan lama penyinaran 12 jam hampir semua varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umur berbunga yang beragam (20-60) hari setelah tanam (Danarti dan Najiyati, 1992).

Tanah Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5-7. pH optimal adalah 6,7. Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996). Dalam pembudidayaan kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya yang datar, sehingga tidak perlu dibuat teras dan tanggul. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber

Universitas Sumatera Utara

makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008). Penanaman kedelai pada tanah-tanah berat agak sukar, namun setelah berkecambah biasanya menunjukkan pertumbuhan yang baik. Tanah yang mempunyai tekstur sedang sangat baik bagi pertumbuhan kedelai. Kedelai juga dapat tumbuh baik pada tanah organik asal hara tanaman dapat dipenuhi. Jenis-jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah dapat diperbaiki dengan memberikan hara yang dianggap kurang berdasarkan analisa tanah dan jaringan (Somaatmadja, 1993). Tanah-tanah yang cocok untuk pembudidayaan kedelai yaitu: Alluvial, Regosol, Grumosol, Latosol dan Andosol. Pada tanah-tanah Podsolik Merah Kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup, pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (www.warintek.ristek.go.id, 2009).

Pupuk Anorganik Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali apikasi, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan (Novizan, 2002). Pupuk anorganik mempunyai kebaikan-kebaikan yaitu lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, pupuk dapat diberikan pada saat yang tepat, pupuk buatan mengandung unsur hara yang tinggi dan pengangkutan serta pemberiannya lebih murah, mudah dan ekonomis (Hasibuan, 2006). Pupuk anorganik mudah diperoleh, kandungan haranya tinggi, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman. Oleh karena itu pupuk ini banyak dipergunakan oleh para petani dibandingkan dengan pupuk alam atau pupuk organik. Pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro dan hanya unsur hara tertentu saja yang mempunyai konsentrasi hara yang tinggi seperti N, P, K dan Mg. Contohnya urea mengandung hara N sebanyak 45 % - 46 %, TSP : 48 % P2O5, SP-36 : 36 % P2O5, KCl 50 % - 60 % K2O (Hasibuan, 2006). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak. Di samping itu, senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase atau alang ke atmosfir, namun efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat. Bentuk urea (CO(NH2)2) dapat dimanfaatkan tanaman, karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun. Dengan demikian, dari banyak segi jelas bahwa unsur nitrogen ini merupakan unsur yang berdaya besar yang tidak saja harus diawetkan, tetapi juga harus dikendalikan pemakaiannya (Hakim, dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yaitu sebagai berikut : 1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya memiliki takaran hara yang tepat. 2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara yang tepat. 3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia di pasaran. 4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut menjadi lebih murah. Unsur N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, dan nucleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel, dan karenanya untuk pertumbuhan. Nitrogen dan air, khususnya

meningkatkan tinggi tanaman, tetapi pengaruh itu kompleks karena ukuran daun yang lebih besar akan mengakibatkan penaungan yang lebih banyak yang cenderung akan meningkatkan kandungan auksin yang dapat mempengaruhi panjang ruas. Pemupukan nitrogen juga akan menggiatkan perakaran tanaman yang lebih dalam dan lebih banyak hasil asimilasi untuk pertumbuhan akar. Nitrogen bergerak dalam tubuh tanaman, nitrogen berpindah ke jaringan muda sehingga defisiensi pertama kali tampak pada daun-daun yang lebih tua. Defisiensi nitrogen mengganggu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman terbantut (kerdil), menguning, dan berkurang hasil panen berat keringnya (Gardner, dkk, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Humphries

dan

Wheeler

(1963),

pemupukan

nitrogen

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun, walaupun jumlah dan ukuran daun dipengaruhi juga oleh genotip dan lingkungan. Namun pemberian nitrogen yang tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah karena sistem perakaran relatif menjadi lebih sempit

(Marhsner, 1986). Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bila pemberian nitrogen dinaikkan melampaui titik optimal, maka sebagian nitrogen yang yang diasimilasi memisahkan diri sebagai amida, sehingga pemberian nitrogen yang berlebihan hanya menaikkan kadar nitrogen pada tanaman tetapi mengurangi sintesis karbohidrat. Pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan kadar selulosa. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetative, pemupukan nitrogen harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain.

Pembentukan senyawa organik tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan nitrogen nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+ (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Fospor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatida, merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Secara umum, fungsi dari P (fospor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. dapat mempercepat pertumbuhan akar

Universitas Sumatera Utara

2. dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya 3. dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji 4. dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo, 2002). Fospor diserap terutama sebagai anion fosfat valensi satu H2PO4-dan diserap lebih lambat dalam bentuk anion valensi dua HPO42-. Tumbuhan yang kahat fospor menjadi kerdil dan menjadi hijau tua. Gejalanya terlihat mula-mula pada daun dewasa dimana daun tua berwarna cokelat gelap saat mati. Kematangan sering tertunda bila dibandingkan dengan tumbuhan yang cukup fosfat. Fosfat merupakan bagian esensial dari banyak gula fosfat yang berperan dalam nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari fosfolipid pada membran. Fosfor berperan penting pula dalam metabolism energi, karena keberadaannya dalam ATP, ADP, AMP dan pirofosfat (Ppi) (Salisbury dan Ross, 1995). Tanaman yang dipupuk fospor mengembangkan lebih banyak akar dibanding dengan tanaman yang tidak dipupuk, tetapi hal ini mungkin bukan pengaruh langsung, ketersediaan fospor mula-mula meningkatkan fotosintesis yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhan akar (Gardner, dkk, 1991). Pupuk P-anorganik lebih berperan dalam pengisian dan pengembangan biji dan metabolisme karbohidrat pada daun dan pemindahan sukrosa serta fospor ditemukan relatif dalam jumlah banyak dalam buah dan biji tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sabagai ion di dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai activator

Universitas Sumatera Utara

dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur tekanan turgor sel yang berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Gejala kekurangan kalium akan menyebabkan daun mengalami klorosis yang berukuran kecil dan terdapat pada bagian ujung, tepi dan jaringan antar tulang daun (Lakitan, 2007). Kalium memberikan pengaruh langsung terhadap perakaran dalam hal pemanjangan atau percabangan. Selaini itu, kalium penting untuk fungsi fisiologis tertentu pada akar, kalium yang tidak cukup mungkin menyebabkan sistem translokasi yang lemah, organisasi sel yang tidak baik dan hilangnya permeabilitas sel (Gardner, dkk, 1991). Besar kecilnya ketersediaan kalium tanah untuk tanaman juga dipengaruhi oleh besar kecilnya kalium yang hilang dari tanah. Kehilangan yang terbesar dari kalium tanah adalah disebabkan pencucian. Pengaruh pemberian kapur ke dalam tanah juga dapat menyebabkan kalium tanah menjadi tidak tersedia. Apalagi pada tanah-tanah ringan dan banyak mengandung pasir, kehilangan kalium akan lebih desar akibat drainase. Kehilangan kalium dapat diperbesar lagi oleh tanaman, karena kailum dalam tanaman dapat bersifat sebagai konsumsi berlebihan. Yang dimaksud dengan konsumsi berlebihan adalah naiknya serapan kalium tidak lagi diikuti oleh bertambahnya produksi (Hakim, dkk, 1986). Penyerapan kalium yang tinggi juga akan menyebabkan penyerapan unsur Ca dan Mg turun (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk Hayati Cair Pupuk hayati menurut SK Menteri Pertanian No. R.130.760.11.1998 digolongkan ke dalam kelompok pupuk alternatif. Secara umum istilah pupuk hayati diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung sel hidup atau dalam keadaan laten dari suatu strain penambat nitrogen, pelarut, atau mikroorganisme selulolitik yang diberikan ke biji, tanah, atau ke tempat pengomposan. Pupuk hayati banyak dimanfaatkan petani untuk meningkatkan hasil dan memperbaiki mutu (www.joudie.com, 2009). Pada mampu umumnya pupuk hayati menggunakan dengan mikroba yang

hidup

bersama

(simbiosis)

tanaman

inangnya

(www.nasih.staff.ugm.ac.id, 2009). Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman (www.joudie.com, 2009). Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikroba mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikroba penambat N dan mikroba untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah (www.nasih.staff.ugm.ac.id, 2009). Mikroba yang juga sering digunakan sebagai biofertilizer atau pupuk hayati adalah mikroba perangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba dari kelompok bakteri sering disebut dengan Plant Growt Promoting Rhizobacteria (PGPR),

Universitas Sumatera Utara

namun sekarang juga diketahui bahwa ada juga fungi yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Bakteri yang diketahui dapat merangsang pertumbuhan tanaman antara lain adalah Pseudomonas sp, Azosprillium sp, sedangkan fungi yang sudah diketahui adalah Trichoderma sp. Pseudomonas sp, salah satu bakteri PGPR yang menghasilkan hormon (www.joudie.com, 2009). Mikroba lain yang juga sering digunakan adalah Mikoriza, yang terdiri dari dua kelompok utama yaitu: endomikoriza dan ektomikoriza. Mikoriza bersimbiosis dengan tanaman. Secara mudahnya endomikoriza berarti mikoriza yang ada di dalam dan ektomikoriza adalah mikoriza yang ada di luar. Endomikoriza atau VAM umumnya adalah fungi tingkat rendah sedangkan ektomikoriza adalah jamur tingkat tinggi. Mikroriza memiliki peranan yang cukup komplek. Dia tidak hanya berperan membantu penyerapan hara P, tetapi juga melindungi tanaman dari serangan penyakit dan memberikan nutrisi lain bagi tanaman (www.joudie.com, 2009). Mikroba-mikroba bahan aktif pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa, bisa dalam bentuk cair atau padat. Pupuk hayati juga ada yang hanya terdiri dari satu atau beberapa mikroba saja, tetapi ada juga yang mengklaim terdiri dari bermacam-macam mikroba. Pupuk hayati ini yang kemudian diaplikasikan ke tanaman (www.joudie.com, 2009). Penggunaan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobologis untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk mikroba bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil-borne disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (www.joudie.com, 2009). Salah satu faktor yang menentukan mutu pupuk mikroba adalah jumlah mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Jumlah tersebut dapat berkurang karena suhu yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan pada suhu rendah umumnya lebih cocok untuk ketahanan hidup mikroorganisme daripada suhu tinggi. Peningkatan suhu menyebabkan kelembaban menurun. Dengan mempertahankan kelembaban, kematian mikroorganisme dapat dikurangi. Berdasarkan tingkat kelembabannya yang cukup tinggi, gambut cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, baik berupa bakteri maupun jamur. Selain peka terhadap suhu tinggi mikroba juga peka terhadap sinar matahari langsung. Pada penggunaan inokulan bakteri Rhizobium, inokulasi biji legum harus dilakukan pada tempat yang teduh, karena bakteri tersebut tidak tahan terhadap sinar matahari langsung (www.joudie.com, 2009). Salah satu kelemahan mikroba adalah sangat tergantung dengan banyak hal. Mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Jadi biofertilizer yang cocok di daerah sub tropis belum tentu efektif di daerah tropis. Demikian juga biofertilizer yang efektif di Indonesia bagian barat, belum tentu efektif juga di wilayah Indonesia bagian timur. Mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman lebih spesifik lagi. Misalnya Rhizobium sp yang bersimbiosis dengan kedelai varietas tertentu belum tentu cocok untuk tanaman kacang-kacangan yang lain. Umumnya mikroba yang bersimbiosis berspektrum sempit (www.joudie.com, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Kelompok mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak lama. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga yang bebas (tidak bersimbiosis). Contoh mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman antara lain adalah Rhizobium sp, sedangkan contoh mikroba penambat N yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillium sp dan Azotobacter sp. Mikroba pelarut P dilaporkan oleh orang Rusia bernama Pikovskaya pada tahun 1948 yaitu Bacillus megatherium var. phosphaticum, dan mulai digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an. Beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber yang sukar larut ditemukan baik dari kelompok kapang/fungi seperti Penicillium sp dan Aspergillus sp, atau dari kelompok bakteri seperti Bacillus sp dan Pseudomonas sp (www.joudie.com, 2009). MiG-6plus merupakan salah satu merek dagang dari pupuk hayati cair dengan kandungan mikroba : 1,9 x 106 sel/ ml Azotobacter sp; 0,16 x 106 sel/ ml Azospirilium sp; 2,48 x 106 sel/ ml Mikroba Pelarut Fosfat; 18,1 x 106 sel/ ml Pseudomonas sp; 13,7x 107 sel/ ml Lactobacillus sp; 2,3x 106 sel/ml mikroba selulolitik. MiG-6plus tidak mengandung mikroba pathogen seperti E.Coli dan Salmonella sp. Di samping itu MiG-6plus mengandung 5,54% C-Organik; 0,3% N; 4,84% P2O5; dan 4,95% K2O; serta kandungan unsur hara lainnya

(Mariam, dkk., 2008). Mariam, dkk (2008) melakukan penelitian penambahan MiG-6plus pada tanaman selada. Hasil panen selada tertinggi diperoleh pada penambahan MiG-6plus dengan dosis 10 ml/ l air yang berbeda tidak nyata dengan 15 ml/ l air.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai