Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan pengenalan siIat material melalui karakterisasi material
telah lama dilakukan guna mendapatkan inIormasi mengenai material yang
bersangkutan. Pada dasarnya, kegiatan karakterisasi dalam prakteknya
seringkali digunakan dalam pengenalan siIat material padat semikonduktor
untuk keperluan penyediaan sumber energi dan pengembangan sistem
elektronika dari bahan semikonduktor yang bersangkutan. Terdapat
beberapa siIat yang biasanya dianalisis dalam kegiatan karakterisasi
material padat meliputi resistivitas, mobilitas dan konsentrasi partikel
bahan, dan sebagainya. Namun demikian, karakterisasi serupa untuk
material cair belum banyak dilakukan.
Pada umumnya, usaha pengenalan siIat dari material atau bahan cair
seringkali dilakukan dengan menggunakan metode uji secara kimia.
Metode yang umum digunakan antara lain dengan cara mereaksikan
sejumlah bahan kimia tertentu dalam jumlah tertentu dengan sampel bahan
cair yang akan diuji. Dengan cara demikian, suatu bahan cair dapat
langsung dikenali dengan melihat reaksi yang dihasilkannya. Metode
semacam ini banyak digunakan untuk mengenali jenis larutan dalam
laboratorium, mendeteksi bibit penyakit-penyakit tertentu yang telah
menjangkit seseorang melalui darah dan urine orang yang bersangkutan,
dan berbagai keperluan lainnya.
Metode pengenalan material/bahan cair secara kimia tidaklah eIektiI
ditinjau secara ekonomi, dan beresiko mengotori lingkungan dengan
adanya limbah bahan kimia yang telah digunakan. Dengan demikian,
diperlukan suatu metode tertentu dalam usaha pengenalan bahan cair, yang
dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penggunaan
bahan kimia secara umum. Oleh karena itu, Badan Riset Mahasiswa
2

MIPA UNTAD melakukan percobaan pengenalan bahan cair melalui
karakterisasi graIis ion yang terkandung dalam bahan cair yang
bersangkutan dengan cara membuat plot hubungan antara arus ion yang
ditarik dari larutan terhadap waktu. Hal ini dilatar-belakangi oleh pemikiran
adanya perbedaan komposisi dan jenis ion yang dimiliki oleh setiap bahan
cair yang merupakan salah satu siIat Iundamental yang dimiliki oleh setiap
bahan cair. Hasil karakterisasi ini diharapkan dapat bekerja dengan baik
dalam menjelaskan berbagai perbedaan yang dimiliki oleh setiap bahan
cair, sehingga terdapat kemungkinan untuk melakukan pengenalan bahan
cair secara Iisis menggunakan uji ion dari larutan yang bersangkutan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah
pengaruh jenis larutan terhadap graIik arus ion yang ditarik dari larutan
terhadap waktu tarik dan bagaimana pengaruhnya dalam model graIik
tersebut ?
1.3. %ujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik graIis
ion (graIik arus ion waktu) dari beberapa bahan cair/larutan serta urine
dari beberapa penderita penyakit meliputi DBD, Demam Thyphoid,
Diabetes Melitus, Hepatitis dan Malaria.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manIaat dari penelitian ini antara lain :
1. Memberikan metode baru dalam usaha pengenalan bahan cair, yang
dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
penggunaan bahan kimia secara umum.
2. Memberikan wawasan baru bagi pengembangan bidang keilmuan terkait
dengan pengenalan bahan cair.
3

1.5. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah melihat hasil
karakterisasi graIis ion dari larutan air sumur, NaCl 0,9 , KloroIil, serta
urine dari beberapa pasien yang mengidap penyakit DBD, Demam
Thyphoid, Diabetes Melitus, Hepatitis dan Malaria.

















4

BAB 2
%N1AUAN PUS%AKA
2.1. Proses Elektrolisis dan Reaksi Redoks dalam Larutan
$ecara umum, proses elektrolisis diartikan sebagai proses
pemecahan molekul molekul zat cair menjadi ion-ion melalui pengaliran
arus listrik pada zat cair yang akan diuji. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
reduksi-oksidasi (redoks). Pada reaksi oksidasi, terjadi pelepasan elektron
dari suatu spesies/komponen larutan. Pada reaksi reduksi, terjadi
penangkapan elektron.
Pada proses elektrolisis, baterai/sumber arus searah memberi
muatan yang berbeda pada kedua elektroda yang dicelupkan ke dalam
larutan. Elektroda yang bermuatan negatiI (yang terhubung dengan kutub
negatiI) disebut katoda, dan yang bermuatan positiI (terhubung dengan
kutub positiI) disebut anoda. Ion-ion positiI (kation) akan bergerak menuju
katoda dan mengambil elektron. Dalam waktu yang sama, ion-ion negatiI
(anion) bergerak menuju anoda dan melepas elektron. $elanjutnya, elektron
akan dialirkan ke katoda melalui baterai.
Dalam percobaan, elektron yang berasal dari ion-ion larutan ini ,
yang akan mengalir menuju kutub posotiI baterai setelah terlepas dari
anoda diarahkan seluruhnya menuju output sebelum elektron yang
bersangkutan sampai ke kutub positiI baterai. Arus ion ini kemudian
diperbesar oleh induktor hingga kemudian terukur pada multimeter yang
dihubungkan pada output. Karena tiap larutan memiliki rumus kimia yang
berbeda, maka arus ion yang ditarik melalui proses ini juga akan berbeda.
2.2. Proses Pembentukan Urine Dalam %ubuh
Pembentukan urine melibatkan tiga proses utama. Proses pertama
adalah Iiltrasi glomerulus, yang berlangsung dikorpuskulum renalis.
3

Proses kedua dan ketiga adalah reabsorpsi tubulus dan sekresi tubular yang
berlangsung ditubulus renalis.
1. iltrasi glomerulus
iltrasi adalah proses tekanan darah mendorong plasma
sehinggga zat-zat terlarut keluar dari kapiler. Dalam Iiltrasi gomerulus,
tekana darah mendorong plasma, zat-zat terlarut serta protein
berukuran kecil keluar dari glomeruli dan masuk kekapsula bowman.
Cairan ini tidak lagi seperti plasma dan disebut Iiltrat ginjal.
Tekanan darah didalam glomeruli relative lebih tinggi
disebanding tekanan darah didalam kapiler lain,yaitu sekitar 60
mmHg. Tekanan didalam kapsula bowman sangat rendah, dan lapisan
didalamnya sangat permeable, sehingga kira-kira 20 sampai 25
darah yang masuk keglomeruli menjadi Iiltrate ginjal dikapsula
bowman. $el-sel darah dan protein berukuran besar terlalu besar untuk
dikeluarkan dari glomeruli, sehingga tetap berada didalam darah. Zat-
zat sisa larut dalam plasma darah, sehingga dapat lolos masuk keIiltrat
ginjal. Zat-zat yang berguna seperti nutrient dan mineral, juga larut
dalam plasma dan juga terdapat dalam Iiltrate ginjal. Oleh karena itu,
Iiltrat ginjal sangat mirip dengan plasma darah, tetapi Iiltrat ginjal
mempunyai protein yang jauh lebih sedikit, dan tidak ada sel-sel darah
didalamnya.
Laju Iiltrasi ginjal (glomerular Iiltration rate,GR) adalah
jumlah Iiltrat ginjal yang dibentuk oleh ginjal dalam satu menit ; Rata-
rata 100-125 ml/menit. GR dapat berubah jika laju aliran darah
melalui ginjal berubah. Jika aliran darah meningkat, GR akan
meningkat dan akan lebih banyak Iiltrat dibentuk. Jika aliran darah
turun (seperti yang terjadi setelah pendarahan hebat), GR akan turun,
sehingga Iiltrat yang dibentuk sedikit dan haluaran urine turun.

6

2. Reabsorpsi tubulus
Reabsopsi tubulus berlangsung dari tubulus renalis kekapiler
peritubuler. Dalam waktu 24 jam, ginjal membentuk 150-180 L
Iiltrate, dan haluaran urine normal selama waktu itu adalah satu sampai
2 liter. Karena itu tampak bahwa sebagian besar Iiltrate ginjal tidak
menjadi urine. sekitar 99 Iiltrat direabsorpsi kembali kedalam darah
dalam kapiler peritubuler.hanya sekitar 1 Iiltrate akan masuk ke
pelvis ginjal sebagai urine. $ebagian besar reabsorpsi dan sekresi (
sekitar 65) terjadi di tubulus kontortus proksimal, yang sel-selnya
mempunyai mikroIili yang berIungsi memperluas permukaannya.
Tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus juga mempunyai
Iungsi penting dalam reabsorpsi air.
Mekanisme Reabsorpsi

1. Transpor aktiv sel-sel tubulus ginjal menggunakan ATP untuk
mentranspor sebagian besar zat yang bermanIaat dari Iiltrate kedalam
darah. Zat-zat tersebut antara lain glukosa, asam amino, vitamin dan
ion-ion positiI.
Tubulus ginjal mempunyai nilai ambang reabsorpsi bagi
beberapa diantara zat tersebut. Hal ini berarti bahwa ada batasan
tentang seberapa banyak tubulus ginjal dapat memindahkannya dari
Iiltrate. $rbagai contoh, jika kadar glukosa dalam Iiltrate normal
(menggambarkan kadar glukosa darah normal), tubulus akan
mereabsorpsi seluruh glukosa, sehingga glukosa tidak akan ditemukan
didalam urine. Namun, jika kadar gukosa darah diatas normal, jumlah
glukosa didalam Iiltrate juga diatas normal dan akan melewati nilai
ambang reabsorpsi. Oleh karena itu, dalam keadaan ini sejumlah
glukosa akan terdapat didalam urine.
Reabsorpsi ion Ca2 meningkat karena pengaruh hormone
paratiroid (parathyroid hormone,PTH). Glandula paratiroidea
menyekresi PTH bila kadar kalsium darah menurun. Reabsorpsi ion
7

Ca2 oleh ginjal merupakan salah satu mekanisme yang membuat
kadar kalssium darah meningkat kembali kekadar normal.
Hormone aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal
berIungsi meningkatkan reabsorpsi ion Na dan ekskresi ion K.
selain mengatur kadar natrium dan kalium darah,aldosteron juga
berpengaruh pada volume darah.
2. Transpor pasiI sejumlah ion negative yang dikembalikan ke dalam
darah direabsorpsi setelah reabsorpsi ion-ion positiI karena terjadi tarik
menarik antara muatan yang berbeda
3. Osmosis reabsorpsi air mengikuti reabsorpsi mineral, terutama ion
natrium.
4. Pinositosis protein berukuran kecil terlalu besar untuk direabsorpsi
dengan transport aktiI. Protein-protein itu di absorpsi ke membrane sel
tubulus kontortus proksimal. Membran sel kemudian melekuk kedalam
dan melingkupi protein untuk di bawa masuk. $ecara normal semua
protein akan di reabsorpsi, sehingga tidak akan dalam urine.
3. $ekresi tubular
Mekanisme ini juga mengubah komposisi urine. Dalam sekresi
tubular, zat-zat secara aktiI disekresikan dari darah dikapiler teritubular
kedalam Iiltrate ditubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti ammonia dan
sejumlah kreatinin, serta produk metabolic obat disekresikan ke dalam
Iiltrate untuk dikeluarkan kedalam urine. Ion-ion hydrogen (H)
disekresikan oleh sel-sel tubulus untuk mempertahankan PH darah
agar tetap normal.
4. Hormone yang memengaruhi reabsorpsi air
Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai respon
terhadap kadar kalium darah yang tinggi, terhadap kadar natrium darah
yang rendah, atau terhadap penurunan tekanan darah. Bila adesteron
merangsang reabsorpsi ion Na, air akan ikut tereabsorpsi dari Iiltrate
kembali kedalam darah. Hal ini membantu mempertahankan volume
dan tekanan darah tetap normal.
8

Antagonis aldosteron adalah atrial nattriuretic hormone (ANH),
yang disekresikan oleh atrium jantung saat dinding atrium teregang
oleh tekanan darah yang tinggi atau oleh volume darah yang besar.
ANH menurunkan reabsorpsi ion Na dan air oleh ginjal, sehingga
ditemukan dalam Iiltrate untuk diakskresikan. Dengan peningkatan
pembuangan natriumdan air, ANH membantu menurunkan volume dan
tekanan darah.
Hormon Antidiuretik (ADH) dilepaskan oleh kelenjar hipoIisis
posterior saat jumlah air didalam tubuh turun. Dibawah pengaruh
ADH, tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus mampu
mereabsorpsi lebih banyak air dari Iiltrate ginjal.hal ini membantu
mempertahankan volume dan tekanan darah tetap normal, dan juga
memungkinkan ginjal memproduksi urine yang lebih pekat daripada
cairan tubuh. Produksi urine yang pekat penting untuk
mencegahkehilangan air secara berlebihan, namun tetap
mengekskresikan semua zat yang harus dibuang.
Namun, jika jumlah air dalam tubuh meningkat, sekresi ADH
akan berhenti dan ginjal akan mereabsorpsi lebih sedikit air. Urine
menjadi lebih encer dan air akan dibuang sampai jumlahnya didalam
tubuh kembali normal. Hal ini dapat terjadi setelah mengkomsumsi air
secara berlebihan.
2.3. Penyakit DBD, Malaria, Hepatitis, Diabetes Melitus, dan Demam
%hyphoid
2.3.1. DBD
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic
ever (DH) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain
seperti Ilu atau tipus. Hal ini disebabkan karena inIeksi virus dengue
yang menyebabkan DBD bisa bersiIat asimtomatik atau tidak jelas
9

gejalanya. Data di bagian anak R$CM menunjukkan pasien
DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual,
maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat
masuk bersamaan dengan inIeksi penyakit lain seperti Ilu atau
tipus. Oleh karena itu diperlukan Kejelianemahamantentang
perjalanan penyakit inIeksi virus dengue, patoIisiologi, dan
ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik
dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang
memadai8.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah
membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah
lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia
dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang3.
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai
strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya
strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk
dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas
dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke
tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua
metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan.
2.3.2. Malaria
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan
penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia
bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat
campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis
10

dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria
masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB)
malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan
insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit
malaria dilakukan melalui, pemberantasan vektor
penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan
dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga
menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada
penderita malaria yang terbukti positiI secara laboratorium.
2.3.3. Hepatitis
Hepatitis B merupakan inIeksi hati yang disebabkan oleh
virus yang dikenal sebagai hepatitis B. Hepatitis` berarti radang
atau bengkak hati`. Hepatitis B merupakan inIeksi serius yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Imunisasi dianjurkan
untuk semua anak, serta orang dewasa yang Hepatitis B
menghadapi risiko penyakit ini. Hepatitis B ditularkan kepada
orang lain apabila darah atau cairan tubuh (misalnya air liur, air
mani dan lelehan vagina) yang berisi virus hepatitis B memasuki
tubuh seseorang melalui:
- Kulit pecah
- $elaput lendir
- Aliran darah dengan bersama-sama menggunakan alat suntik,
atau menggunakan jarum setelah seorang yang terinIeksi, luka
jarum, atau alat tercemar.
- Berhubungan kelamin dengan seorang yang terinIeksi tanpa
menggunakan kondom.
11

- Hepatitis B juga dapat ditularkan kepada bayi pada saat lahir
dari ibu yang terinIeksi.
Tes darah akan menunjukkan apakah seseorang telah
terinIeksi hepatitis B sebelumnya, dan apakah seseorang terinIeksi
secara kronis. Tes lain, seperti tes Iungsi hati, dapat menunjukkan
apakah telah terjadi kerusakan apapun pada hati.
2.3.4. Demam Thypoid
Demam TiIoid merupakan lnIeksi Lain dari Bakteri
$almonella. Bakteri-bakteri $almonella (gram negatiI bacillus dari
Iamili Enterobacteriaceae). Golongan primer adalah $. typhi, $.
choleraesuis, $. enteritidis (~2000 serotipe). Epidemiologi:
$almonella non-tiIoid:
- Hewan: Ayam, sapi, kerbo, binatang pemeliharaan (pets),
binatang melata, melalui daging yam/sapi, telor, susu. $ayur-
sayur, obat-obat, alat-alat medis yang terkontaminasi air dari
binatang.
- Manusia:eko-oral dan makanan/alat yang terkontaminasi.
2.3.5. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatiI. Tingkat kadar glukosa darah
menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak. Jenis
Diabetes Melitus dikelompokkan menurut siIatnya :
- Diabetes mellitus tergantung insulin
- Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita
gemuk dan kurus
12

- Diabetes mellitus terkait malnutrisi
Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu
seperti penyakit pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan / bahan
kimia, kelainan insulin / reseptornya, sindrom genetik dan lain-lain.



















13

BAB 3
ME%DL
4.1. Pembuatan Alat
4.1.1. Bahan/Komponen
- $akelar DPDT 1 buah
- Led 1 buah
- Induktor 42 lilitan 1 buah
- Elektroda Karbon 2 buah
- Baterai 2,4 V 2 buah
- Kabel Penghubung
Adapun skema rangkaian alat diberikan pada gambar 1












Cambar 1 Skema 8angkalan AlaL
14

4.1.2. Prinsip Kerja Alat
Gambar 2 menunjukkan sebuah rangkaian penarik ion dari
zat cair. Pada (a), arus listrik dialirkan menuju larutan Q yang
terhubung oleh elektroda e1 dan e2. $elanjutnya, arus listrik akan
diteruskan menuju kutub negatiI baterai melaui cabang-cabang led
D3 yang terhubung dengan sakelar bernomor pin 4-5 dan kawat
yang lain yang terhubung dengan bagian sakelar bernomor pin 1-3.
Dari sini, tampak jelas bahwa tidak ada arus yang mengalir melalui
amperemeter A.
Gambar 2 (b) menunjukkan kondisi setelah hubungan antara
rangkaian dengan baterai dilepas. Dari hasil pengamatan, nampak
bahwa terdapat arus yang mengalir melalui induktor L2 yang
ditandai dengan terbacanya arus pada amperemeter A. Adapun
peristiwa ini terjadi setelah keadaan pada gambar 2 (a) dibiarkan
selama lebih kurang 1 2 menit. Dari gambar, dapat dilihat bahwa
arus yang mengalir melalui induktor tentu saja tidak berasal dari
baterai. $atu-satunya sumber aliran muatan yang mungkin adalah
ion-ion larutan Q. Dalam hal ini, karena amperemeter A terhubung
pada kutub negatiI baterai, maka ion-dalam larutan Q berperan
sebagai kutub positiI menggantikan kutub positiI baterai yang telah
diputuskan dari rangkaian. Adanya hubungan baru ini menimbulkan
arus listrik selama beberapa menit, yang akhirnya berhenti setelah
larutan kembali setimbang (tidak lagi mengalami perpecahan
molekul menjadi ion-ion).
Pada dasarnya, arus yang berasal dari ion larutan begitu kecil
untuk dapat terbaca oleh amperemeter. Oleh karena itu, arus ini mesti
diperbesar dengan melewatkannya melalui induktor L2. Berdasarkan
hasil percobaan, nampak bahwa ketika induktor dihilangkan, maka
tidak ada arus listrik yang terbaca pada amperemeter A. Adanya
lilitan induktor memungkinkan pembacaan itu dengan memperbesar
arus listrik yang dihasilkan dari ion-ion larutan yang telah
13

+++
+++
terelektrolisis. $ebagaimana yang telah lazim diketahui, sebuah
induktor dapat memperbesar arus yang mengalir melaluinya,
tergantung jumlah lilitan induktor tersebut. Percobaan pada gambar
2 menggunakan kumparan induktor dengan 42 lilitan.


















(a) 8angkalan dalam keadaan
LerLuLup/Lerhubung
dengan baLeral
(b) 8angkalan dalam keadaan
Lerbuka/Lldak Lerhubung
dengan baLeral
Cambar 2 LerdapaL arus lon sebagal allran muaLan llsLrlk keLlka molekul
calran C dlpecah dengan elekLrollsls yang kemudlan dlperbesar oleh lndukLor
L2
16

3.2. Pengambilan Sampel
3.2.1. Pengambilan $ampel KloroIil
$ampel yang berupa daun jarak pagar dengan nama latin
Rhicchinus Communis dan daun jarak hutan yang nama latin
Jathropa sp yang masih muda diambil dari pohonnya dan
diidentiIikasi, setelah itu daun jarak tersebut dicacah, dan direndam
dengan larutan NaCl 0,3 M kemudian diekstrak. Hasil ekstraksi yang
didapatkan kemudian disentriIuge sehingga diperoleh kloroIil
murni.
3.2.2. Pengambilan $ampel Urine
Pada sampel urine yang berasal dari beberapa pasien R$U
Provinsi Undata dan R$U Anutapura Palu. Yang mengidap penyakit
Demam Berdarah, Demam Thyphoyd, Diabetes Melitus, Hepatitis B
dan Malaria. $ampel urine ini ditampung pada botol atau wadah
yang diguunakan, setelah itu mendiamkannya selama kurang lebih 1
hari.
3.3. Karakterisasi Sampel Secara rafis
KloroIil murni dan urine pasien yang didapatkan setelah itu
dilakukan analisis kadar ion dengan menggunakan alat sebagaimana yang
dijelaskan pada bagian 3.1. , yang mana molekul-molekul kloroIil atau urine
pertama-tama dipecah menjadi ion-ion melalui proses elektrolisis selama 1-2
menit. Ion-ion kloroIil atau urine dari pecahan mekulnya kemudian ditarik
dari kloroIil atau urine menggunakan sistem perangkap ion dengan
menggunakan sakelar DPDT dan dialirkan melalui sebuah sistem loop dan
pengukuran arus listrik dari ion dilakukan hingga larutan sampel titik
kesetimbangan yang ditandai dengan berhentinya arus ion yang mengalir
melalui loop. Karakterisasi ion larutan sampel dilakukan dengan membuat
17

plot hubungan antara arus ion yang terukur terhadap waktu selama arus ion
mengalir dengan menggunakan soItware apple 11.



















(b)
(c)
Cambar 3 keglaLan karakLerlsasl laruLan (a) urlne (b) klorofll (c) pembacaan arus
lon laruLan
(a) (c)
18

BAB 4
HASL DAN PEMBAHASAN
3.1. Proses Pada Alat Selama Penarikan Arus on
Pada dasarnya, alat karakterisasi melakukan pemecahan molekul
larutan, menarik ion hasil pecahan tersebut keluar larutan, dan mengukur
besar arus ion tersebut selama selang waktu tertentu hingga larutan
mencapai kesetimbangan ionik. $elang waktu penarikan arus merupakan
waktu yang dibutuhkan oleh larutan untuk mencapai kesetimbangan
tersebut. Adanya perbedaan komposisi ionik dalam larutan akan
memberikan perbedaan jumlah arus ion yang mengalir dalam loop
rangkaian setiap waktu.
Kecepatan arus ion yang ditarik dari larutan dapat diasumsikan
sama dengan kecepatan reaksi hingga larutan kembali kedalam keadaan
setimbang. Hal ini disebabkan karena arus ion ini mengalir melalui loop
yang melewati larutan setiap saat. Hal demikian digambarkan pada skema
di bawah.


Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa hasil karakterisasi
graIis menunjukkan secara tidak langsung adanya perbedaan siIat kimia
berupa pH larutan, serta siIat Iisis berupa mobilitas elektron pada larutan.
$iIat-siIat tersebut tentu saja berbeda antara larutan yang satu dengan
larutan yang lainnya. $iIat lain yang juga ditunjukkan secara tidak langsung
oleh hasil karakterisasi graIis adalah perbedaan resistivitas tiap larutan.
Namun demikian, hubungan antara kecepatan arus ion yang mengalir dalam
loop rangkaian setiap waktu dengan siIat-siIat tersebut belum dapat
diketahui secara pasti. Hal ini memerlukan adanya penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan siIat-siIat ini.
LaruLan
Arus lon
19

3.2. Hasil Karakterisasi rafis Larutan
Dari hasil pengamatan, nampak bahwa terdapat perbedaan hasil
karakterisasi cairan sebagai berikut :
1. Hasil Karakterisasi Air, NaCl 0,9 dan KloroIil Tumbuhan Jarak Pagar















Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat dengan jelas bahwa
terdapat perbedaan yang mencolok antara hasil karakterisasi air sumur dan
larutan NaCl 0,9 . Kedua gambar pada (b) menunjukkan hasil karakterisasi
Larutan NaCl 0,9 untuk 2 kali pengambilan data. Hal yang sama terdapat
juga pada kloroIil dengan berbagai konsentrasi berbeda. (Lampiran)






Cambar 4 Pasll karakLerlsasl (a) alrdan klorofll (daun lebar14) (b) naCl 09
(a)
(b)
20

2. Hasil Karakterisasi Urine




















Cambar 3 Pasll karakLerlsasl darl urlne 3 paslen u8u berbeda
(a)
(b)
(d)
Cambar 6 Pasll karakLerlsasl darl sampel urlne paslen (a) uemam 1hyphold (b) ulabeLes
MellLus(c) PepaLlLls 8 dan (d) Malarla
(c)
21

Berdasarkan gambar 5 dan 6, dapat diketahui bahwa hasil
karakterisasi graIis untuk urine dari tiap penyakit berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda pula. Hal ini dapat disebabkan karena
terdapat perbedaan komposisi ionik antara tiap jenis bibit penyakit yang
terdapat dalam urine yang bersangkutan.
Pada dasarnya, urine merupakan hasil pembuangan zat-zat sisa yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh. $ebagaimana yang telah diketahui bahwa
selama proses pembentukan urine, zat-zat yang masih dibutuhkan oleh
tubuh akan diedarkan kembali bersama darah ke seluruh tubuh. Tubuh
orang yang berpenyakit memiliki zat-zat asing yang menyebabkan
perubahan kondisi tubuhnya. Zat-zat asing tersebut akan diedarkan bersama
darah keseluruh tubuh, dan ikut mengalami proses Iiltrasi dan reabsorbsi
ketika proses pembentukan urine berlangsung. Tentu saja, zat asing ini akan
tertinggal di dalam urine dengan komposisi ionik yang khas, yang
menyebabkan adanya siIat-siIat khas berupa pH, mobilitas elektron dalam
larutan, resistivitas larutan, dan sebagainya. Dengan demikian, interpretasi
hubungan ion-waktu pada alat karakterisasi graIis akan memberikan hasil
yang khas pula. Hal yang serupa juga terjadi untuk penyakit yang lain
(Lampiran).
$ecara umum, dapat diketahui bahwa setiap larutan yang berbeda
akan memiliki hasil karakterisasi graIis yang berbeda. Hal yang demikian
disebabkan oleh perbedaan komposisi ionik yang terdapat dalam tiap
larutan. Dengan demikian, adanya perbedaan hasil ini dapat digunakan
untuk melakukan pengenalan jenis larutan tanpa mereaksikan larutan
tersebut dengan bahan kimia tertentu, serta kemungkinan untuk melakukan
diagnose terhadap penyakit tertentu melalui cairan tubuh pasien.



22

BAB 5
PENU%UP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil-hasil yang telah diperoleh, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. $etiap jenis larutan yang memiliki komposisi ionik yang berbeda
akan memiliki hasil karakterisasi yang berbeda;
2. Hasil karakterisasi graIis berhubungan dengan siIat atomik larutan
berupa pH, mobilitas elektron larutan, resistivitas larutan serta
berbagai siIat atomik lainnya.
3. Metoda karakterisasi larutan secara graIis dapat digunakan dalam
pengenalan larutan berdasarkan siIat atomik (siIat kimia maupun
siIat Iisis) dari larutan yang bersangkutan.
5.2. Saran
1. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang teliti, alat karakterisasi harus
dibuat dalam bentuk peralatan digital yang memungkinkan pembacaan
hasil langsung pada layar.
2. Mesti dilakukan kajian selanjutnya untuk mendapatkan hubungan antara
siIat-siIat Iisis dan kimia larutan dengan kecepatan arus ion larutan
dalam loop rangkaian pada alat.

Anda mungkin juga menyukai