Anda di halaman 1dari 6

BERITA HARI INI, Powered By METRO TV

Sep 07
Cardiothoracic Ratio (CTR)
Postingan kali ini sebenarnya karena semangat yang ditularkan oleh Sdr Adji dari Yogyakarta, yang dalam sebuah e-mailnya mengatakan bahwa supaya saya jangan pernah bosan untuk menularkan ilmu saya kepada teman-teman lain, karena kata-kata Sdr Adji itulah, saya bela tidur agak malam, dan tidak tidur setelah sahur dan Sholat Shubuh, padahal biasanya saya ngga tahan sama ngantuk kalo Bulan Puasa lho. Oke baiklah kita mulai. Pada pemeriksaan radiologi khususnya Thorax, kadang-kadang ditemukan dimana ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari biasanya, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa jantung tersebut mengalami pembesaran atau biasa disebut Cardiomegally. Untuk menentukan apakah jantung tersebut mengalami pembesaran, maka diperlukan sebuah perhitungan yang disebut dengan Cardiothoracic Ratio, mau tahu bagaimana pengukurannya....

Sebelum kita mulai dengan Cardiothoracic Ratio, mari kita mulai dari anatomi jantung terlebih dahulu. Anatomi dan Fisiologi Jantung Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara 2 paru. Jantung dilapisi oleh sebuah kantung disebut perikardium (kantong fibroserosa), fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung dan menyediakan pelumas. Perikardium terletak dalam mediastinum medius, posterior terhadap corpus sterni dan kartilago costae II sampai VI. Perikardium terdiri dari : 1. Perikardium fibrosum terletak di bagian luar dan terikat kuat 2. Perikardium serosum (bagian dalam ) terdiri dari : - lamina parietalis berdekatan dengan perikardium fibrosum

- Lamina visceralis berhubungan erat dengan jantung = epikardium Ruang diantara lamina parietalis dan visceralis disebut cavitas perikardiak, yang berisi cairan perikardial, berfungsi sebagai pelumas.

Batas jantung - Batas kanan oleh atrium kanan - Batas kiri oleh auricula sinistra - Bawah oleh ventrikel sinistra Ruang-ruang jantung dibagi oleh septum vertikal menjadi empat bagian atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra. Otot jantung terdiri dari tiga lapisan 1. Endokardium (bagian dalam) 2. Miokardium 3. Epikardium Otot atrium lebih tipis dibandingkan otot ventrikel. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis (terdiri dari tiga daun katup). Antara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup mitralis ( terdiri dari dua daun katup). Antara ventrikel kiri dan aorta dan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunaris ( terdiri dari tiga daun katup). Gerakan katup pada dasarnya adalah pasif, membuat aliran darah menuju kesatu arah. Otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yg mirip dengan otot rangka, hanya kontraksi otot jantung lebih lama. Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar 70 90 denyut/menit pada orang dewasa. Konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada nodus sinuatrialis, nodus atrioventrikularis, fasikulus atrioventrikularis (sinistra & dextra) dan sub-endokardial serabut purkinje Nodus sinoatrial terletak pada dinding atrium dextra dibagian atas tepat disebelah kanan muara vena cava superior. Nodus atrioventrikular terletak di bagian bawah tepat diatas tempat perlekatan septum trikuspidalis. Fasciculus atrioventrikular ( berkas his) merupakan jalur serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium atrium dan ventrikel terdiri dari cabang berkas kanan (right bundle branch) dan cabang berkas kiri ( left bundle branch) Teknik Radiografi Thorax Untuk mendapatkan gambaran dari bayangan jantung, kita membutuhkan sebuah foto thorax

dengan proyeksi Postero Anterior (PA). Untuk mendapatkan foto thorax yang baik, maka harus mengikuti Teknik Radiografi Thorax yang benar.

Posisi Pasien Pasien diupayakan untuk berdiri (erect) membelakangi tabung sinar-x. Hal ini dikarenakan, saat berdiri, maka semua bentuk anatomi dari Paru-Paru dan Jantung berada pada posisi yang normal. Jika foto thorax terutama untuk melihat bayangan jantung dilakukan supine (tidur terlentang), maka gambaran jantung akan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan berdiri. Jantung itu ibarat balon yang diisi dengan air, sehingga apabila diposisikan supine akan melebar ke samping. Lagipula dengan posisi pasien yang erect, foto thorax akan memberikan informasi tambahan yang sebenarnya, seandainya saja pada rongga thorax pasien terdapat cairan. Dengan berdiri, cairan akan berada di bawah (sesuai dengan sifat air yang selalu menempati tempat terbawah), sehingga mudah di diagnosa. Posisi Objek Kedua punggung tangan diletakkan di atas pinggang masing-masing. Kedua shoulder terletak pada bidang yang sama supaya thorax simetris antara kanan dan kiri. Kepala di ekstensikan dan dagu diletakkan di atas kaset atau bucky stand. Kedua siku di dorong kedepan supaya bagian anterior dada menempel sempurna di kaset.

Central Ray dan Central Point

Central Ray di arahkan tegak lurus horizontal terhadap kaset dan di pusatkan setinggi thorakal VI.

Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR) Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini. 1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah thorax. 2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik A. 3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B. 4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B 5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C. 6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum. 7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :

Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :

Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally) Contoh : Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut : Panjang garis A ke B = 10 cm Panjang garis C ke D = 15 cm Dari nilai-nilai di atas, apakah jantun pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak? Jawab : Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut di atas.

karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).

Anda mungkin juga menyukai