saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan
pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan
kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. Oleh karena itu tetanus masih
program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan angka kematian
II.SEJARAH
Penyakit ini telah dikenal sejak zaman Hipocrates. Pada abad II Areanus
abad penyakit ini jarang disebutkan. Pada tahun 1884, Carle dan Rattone
pada serum binatang yang telah disuntikkan dengan toksin tetanus. Pada tahun
1926, mulai dikembangkan toksoid yang dapat merangsang pembentukan
imunitas.
III.ETIOLOGI
yang langsing dengan ukuran panjang 2–5 um dan lebar 0,3–0,5 um, termasuk
gram positif dan bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat dibedakan dari tipe
ujung yang butat, khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini tahan
dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf bila
dipanaskan selama 15–20 menit pada suhu 121°C. Bila tidak kena cahaya, maka
spora dapat hidup di tanah berbulan–bulan bahkan sampai tahunan. Juga dapat
merupakanflora usus normal dari kuda, sapi, babi, domba, anjing, kucing, tikus,
ayam dan manusia. Spora akan berubah menjadi bentuk vegetatif dalam anaerob
Kuman tetanus tumbuh subur pads suhu 17°C dalam media kaldu daging dan
media agar darah. Demikian pula dalam media bebas gula karena kuman tetanus
dengan berat molekul 150.000 Dalton, larut dalam air labil pada panas dan
cahaya, rusak dengan enzim proteolitik. tetapi stabil dalam bentuk murni dan
IV.EPIDEMIOLOGI
Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah sangat
berkembang termasuk Indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini
Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di Amerika Serikat pada tahun
1915 dilaporkan bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada umur 1:5 tahun, sesuai
dengan yang dilaporkan di Manado (1987) dan surabaya (1987) ternyata insiden
kelompok umur, peningkatan 7 kali lipat pada kelompok umur 5–19 tahun dan
20–29 tahun, sedangkan peningkatan 9 kali lipat pada kelompok umur 30–39
tahun dan umur lebih 60 tahun. Beberapa peneliti melaporkan bahwa angka
kejadian lebih banyak dijumpa pada anak laki–laki; dengan perbandingan 3:1.
V.PATOGENESIS
yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk. Cara masuknya
spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk (oleh besi:
kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis,
Pandi dkk (1965) melaporkan bahwa 70% pada telinga sebagai port
hipaerob sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, lekosit yang mati,
berkembang. Kuman ini tidak invasif. Bila dinding sel kuman lisis maka
mudah mudah diikat oleh saraf dan akan mencapai saraf melalui dua cara.
saraf perifer atau motorik melalui axis silindrik kecornu anterior susunan
asetilkolin, tetapi tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron sehingga
tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot. Tetanospamin
juga mempengaruhi sistem saraf simpatis pada kasus yang berat, sehingga terjadi
VI.MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat
hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa
inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin
panjang.
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
Tetanus umum:
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka
bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus
pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku). Lima puluh persen penderita
dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot
masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai
muka meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat
fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai
opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik
secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan
bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal
Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan
menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme
panas yang tinggi sehingga harus hati–hati terhadap komplikasi atau toksin
takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia
jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
1) Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum
walaupun dirangsang.
bila dirangsang.
yang spontan.
Grade 1: ringan
Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis
tidak ada.
- Disfagia berat.
Tetanus lokal
Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot–otot pada bagian proksimal
dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1%,
Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka
mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan
jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III,
IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan
VII.DIAGNOSIS
pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nilai–nilai yang spesifik; lekosit dapat
jaringan nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau kaldu daging.
Tetani.
VIII.DIAGNOSIS BANDING
1) Meningitis bakterial
Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya
2) Poliomielitis
3) Rabies
Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain. Trismus jarang
Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum.
5) Tetani
dan fosfat dalam serum rendah. Yang khas bentuk spasme otot adalah
trismus.
6) Retropharingeal abses
Trismus selalu ada pada penyakit ini, tetapi kejang umum tidak ada.
7) Tonsilitis berat
Penderita disertai panas tinggi, kejang tidak ada tetapi trismus ada.
9) Kuduk kaku juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas,
IX.KOMPLIKASI
Oleh karena spasme otot–otot pernapasan dan spasme otot laring dan
saliva serta sukarnya menelan air liur dan makanan atau minuman
dilakukannya trakeostomi.
2) Pada kardiovaskuler
dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktura columna vertebralis akibat
sirkumskripta.
- Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar
X.PROGNOSA
1) Masa inkubasi
makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila
makin jelek.
3) Period of onset
trismus sampai terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa jelek.
4) Panas
prognosanya jelek.
5) Pengobatan
7) Frekuensi kejang
XI.PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan Umum:
harus tenang.
- Jika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan saliva
2) Pengobatan Khusus:
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam
darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat
Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat
Tes mata
tetanus 1:10 dalam larutan garam faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi
garam faali. Positif bila dalam 20 menit, tampak kemerahan dan bengkak pada
konjungtiva.
Tes kulit
Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara
intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi
bertahap (Besredka).
Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan
diberikan selama 1–2 jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama
2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian.
jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam penanganan tetanus
ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa
- Diazepam
- Largactil
c) Antibiotik.
- Penisilin Prokain
e) Trakeostomi
- Koma.
f) Hiperbarik
1) Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora
tetanus.
2) hnunisasi pasif
- 1500–3000 u i.m
- 3000–5000 u i.m.
3) Imunisasi aktif
Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT; DT dan TT.
pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Sedangkan booster dilakukan pada usia 1,5–2 tahun
dan usia 5 tahun. Dosis yang diberikan adalah 0,5 cc tiap kali pemberian secara
intramuskuler.
DAFTAR PUSTAKA
Lancet 1966;1176–1180.
52.
40–43.