Anda di halaman 1dari 57

I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam tubuh manusia terdapat 70 % bagian yang mengandung air atau cairan. Jumlah ini menandakan kebutuhan air atau cairan bagi tubuh manusia. Kekurangan air atau dehidrasi dapat mengakibatkan gejala buruk pada tubuh manusia. Apabila cairan dalam tubuh berkurang akan berpengaruh terhadap daya konsentrasi seseorang. Kebutuhan air dalam tubuh manusia akan berpengaruh terhadap fungsi peredaran darah, pencernaan, suhu tubuh, pembuangan, metabolisme, pelicin, pergerakan, penyaringan, dan sebagainya.(1) Untuk mendapatkan air yang bersih dan berkualitas dewasa ini sukar diperoleh, khususnya untuk air minum dimana banyak dimanfaatkan orang yang berasal dari air sungai, sumur, PDAM, dan pergunungan. Air tersebut ada yang diolah terlebih dahulu tetapi ada juga yang tanpa diolah yakni langsung dimasak. Namun dewasa ini sudah banyak berkembang depot-depot air minum isi ulang disamping ada air minum yang dijual dipasaran yang dikemas dalam kemasan gallon, botol dan gelas. Khususnya untuk air minum isi ulang sangat banyak diminati karena harganya yang murah yaitu sepertiga dari air kemasan. Hal inilah yang memicu banyak muncul depot-depot air minum isi ulang. Namun tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Dalam pendirian depot air minum isi ulang harus ada syarat pendiriannya yakni ada izin usaha dan izin LABKES. Namun masih ada beberapa depot isi ulang yang ada di Padang hanya memiliki izin usaha. Untuk mengetahui apakah air minum isi ulang tersebut layak minum atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian di Labaoratorium.

1.2 Perumusan Masalah Air minum isi ulang yang sangat luas penggunaannya, dikhawatirkan belum memenuhi standar kesehatan dan sangat berpengaruh apabila disimpan terlalu lama, khususnya terhadap pH, TDS, TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.coli dan Coliform. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap pH, TDS, TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.coli dan Coliform yang terkandung dalam air minum isi ulang dari depot-depot di kota Padang khususnya di daerah Pasar Baru. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada konsumen air minum isi ulang dalam pengupayaan perlindungan kesehatan masyarakat. Namun secara rinci manfaat penelitian ini adalah : 1. Agar dapat mengetahui apakah air yang kita konsumsi memiliki kualitas yang sesuai dengan standar kesehatan berdasarkan parameter pH, TDS, TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E. coli dan Coliform. 2. Agar dapat diketahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas air minum isi ulang terhadap parameter pH, TDS, TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.coli dan Coliform. 3. Agar dapat mengetahui kualitas sumber air baku yang digunakan pada depot-depot yang ada di daerah Pasar Baru di kota Padang. 4. Sebagai informasi bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi ulang.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber sumber Air Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia seperti hal nya dengan makhluk hidup lainnya, dimana sebagian besar dari tubuh kita tersusun dari molekul air. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.(2) Berdasarkan tempat mendapatkannya air dibagi menjadi dua kelas yaitu :(2) Air permukaan Air tanah

2.1.1 Air Permukaan Yang termasuk air permukaan adalah air sungai, air kolam, air rawa, air laut dan sebagainya. Pada umumnya air permukaan bewarna keruh, mengandung zat-zat organik, kadang-kadang juga terkena pencemaran yang berasal dari buangan sisasisa industri maupun oleh kegiatan masyarakat. 2.1.2 Air Tanah Air tanah berasal dari sumber air yang terdapat dilapisan tanah bagian dalam. Air tanah terbagi atas :(2) a. Air tanah dangkal Air tanah dangkal didapat pada kedalaman 15 m, untuk sumber air minum air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik.

b. Air tanah dalam

Untuk air tanah dalam harus digunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman 100 300 m akan didapat suatu lapisan air.

c. Mata air Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan) terbagi atas : 1. Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng 2. Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu daratan.

2.2 Syarat-syarat Kualitas Air Minum Air yang diperlukan untuk keperluan air minum harus memenuhi beberapa faktorfaktor yaitu :(3) a. Syarat fisik Tidak berbau Tidak berasa Tidak bewarna Tidak keruh

b. Syarat kimia Tidak boleh mengandung racun Tidak boleh mengandung zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan c. Syarat bakteriologik

Tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit Tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan

2.3 Sistem Pengolahan Air Minum Isi Ulang

Gambar 1.Depot air minum isi ulang

Pada dasarnya proses pengolahan air minum isi ulang sama dengan air minum dalam kemasan yang diproses melalui tiga tahapan yaitu :(4) a. Penyaringan Untuk menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air. Penyaringan terdiri dari : Saringan berasal dari pasir, yang berfungsi menyaring partikel-partikel yang kasar.
Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa,

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor, dan bahan organik. Saringan atau filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 mikron. b. Desinfeksi Untuk menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri patogen dalam air, dengan menggunakan ozon dan penyinaran Ultra Violet (UV). c. Pengisian Merupakan tahap akhir berupa pengemasan air yang telah diproses.

Air Baku

Aerasi

Filtrasi pasir

Filter karbon aktif

Filter membran

Filter membran

Ozonisasi / radiasi UV

Ke konsumen

Kemasan

Pengisian

Pelabelan

Skema 1. Proses Pengolahan Air Minum 2.4 Parameter Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang 2.4.1 Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter kimia yang digunakan untuk menyatakan jumlah ion hidrogen di dalam suatu larutan. Ion hidrogen merupakan faktor utama terjadinya suatu reaksi kimiawi. Hal ini disebabkan karena :(8, 22) ion hidrogen selalu ada dalam kesetimbangan dinamik dengan air yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan pencemaran air. ion hidrogen bukan hanya merupakan molekul air, tetapi juga merupakan unsur dari senyawa lain sehingga jumlah reaksi tanpa ion hidrogen boleh dikatakan sangat sedikit. Kegunaan pH untuk menentukan tingkat keasaman atau tingkat kebasaan suatu larutan, menentukan perairan. 2.4.2 Total Dissolved Solid (TDS) modus operandi/ respon perairan penerima unsur dan senyawa kimiawi terhadap kehidupan biota air untuk menentukan kualitas

Dalam air alami konstributor utama pada TDS adalah karbonat, klorida, sulfat dan garam nitrat. Masalah rasa dalam air sering timbul karena kandungan TDS yang tinggi. Prinsip dari analisis zat padat terlarut ini adalah zat padat terlarut yaitu zat padat yang lolos filter pada analisis zat tersuspensi sehingga analisis zat padat terlarut dapat merupakan kelanjutan analisis zat padat tersuspensi. Larutan yang mengandung zat terlarut, yang lolos filter tersebut, kemudian diuapkan dan dikeringkan pada suhu 150oC. Setelah itu dimasukkan dalam desikator serta ditimbang beratnya sampai konstan. Dengan mengetahui volume contoh air yang diuapkan dan berat residu, konsentrasi zat padat terlarut dapat dicari dengan rumus :(5, 6) Zat padat terlarut (ppm) = gram residu x 106 mL contoh 2.4.3 TOC (Total Organic Carbon) Karbon organik dalam air disusun oleh berbagai macam senyawa organik dalam beberapa tingkat oksidasi. Beberapa dari senyawa organik ini dapat dioksidasi melalui proses biologi dan kimia. Sesuai dengan kemasan dari lingkungan dan temperatur maka proses oksidasi dapat berlangsung lambat/cepat. Metoda oksidasi dapat digunakan untuk menentukan keberadaan bahan-bahan lain yang bersifat reduktif.(7, 8) Penentuan TOC melalui oksidasi dengan KMnO4 dengan metoda dingin dimana sampel dibiarkan berkontak dengan sejumlah volume tertentu dari KMnO4 yang konsentrasinya diketahui. Kelebihan KMnO4 ditentukan setelah 4 jam kemudian. 2.4.4 Kesadahan Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam dengan valensi dua, seperti Ca+2, Mn2, Sr+2, Fe+2, dan Mg+2. Secara umum, kation yang sering menyebabkan kesadahan adalah kation Ca+2 dan Mg+2. Kation ini dapat membentuk kerak apabila bereaksi dengan air.(12, 23) 2.4.4.1 Kalsium (Ca)

Kalsium adalah logam bewarna putih keperakan dengan titik leleh 851oC dan titik didihnya 1440oC. Kalsium banyak dijumpai di alam terutama dalam tanah yaitu kira-kira 3,64 % dan dalam air laut kira-kira 400 g/ton. Kalsium di alam berada dalam bentuk gabungan dengan asam-asam mineral dan akhirnya membentuk garam seperti batu kapur (CaCO3), gypsum (CaSO4.2H2O), fluorit (CaF2) dan lainlain.(8, 24) Logam kalsium akan membentuk senyawa yang stabil dengan asam-asam mineral. Selain itu kalsium relatif inert terhadap udara kering dan nitrogen pada suhu kamar akan tetapi di atas 300oC bereaksi dengan oksigen membentuk kalsium oksida (CaO) dan pada suhu 900oC bereaksi dengan nitrogen membentuk nitride (Ca3N2). Logam kalsium bila dipanaskan bereaksi dengan hidrogen membentuk CaH2 yang sangat reaktif dan dapat digunakan sebagai pereduksi yang kuat. Begitu pula dalam amoniak cair akan membentuk larutan bewarna biru.(24) Kalsium merupakan unsur essensial bagi makhluk hidup terutama manusia dan hewan. Pada manusia hampir 99 % kalsium tubuh terdapat dalam rangka dan gigi, dimana sebagian besar kalsium ini diendapkan dalam bentuk hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dan kalsium pospat (Ca3(PO4)2. Kalsium sangat penting peranannya dalam pembekuan darah, mempertahankan kepekaan normal jantung, otot syaraf. 2.4.4.2 Magnesium (Mg) Magnesium merupakan logam bewarna putih keperakan dengan titik leleh 637oC dan titik didihnya 760oC. Di alam umumnya magnesium ditemukan pada kulit bumi jumlahnya kira-kira 2,09 % yang terdapat dalam bentuk berikatan dengan senyawa-senyawa lain seperti magnesit (MgCO3), dolomite (CaMg(CO3)2, olevin (MgFe2SiO4), kieserite (MgSO4.H2O). Dari segi kimia unsur magnesium ini sangat reaktif apabila basah akan berkarat membentuknya MgO. Pada suhu 500oC magnesium akan bereaksi dengan uap air membentuk gas hydrogen dengan reaksi sebagai berikut : Mg + H2O MgO + H2

Pada tekanan 1 atm unsur ini tidak bereaksi dengan hidrogen akan tetapi pada tekanan yang lebih tinggi akan membentuk Magnesium dihidrida (MgH2). Magnesium dihidrida ini bereaksi dengan air membentuk Mg(OH)2 dan H2.(8, 24)

2.4.5 Besi (Fe) Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada dalam air dapat bersifat: (18, 25)
Terlarut sebagai Fe+2 (fero) atau Fe+3 (feri) Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 m atau lebih besar,

seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti tanah liat). Dalam kadar kecil unsur besi bermanfaat sebagai unsur pembentuk sel-sel darah merah, tetapi dalam kadar yang besar unsur besi dapat merugikan karena akan mengakibatkan rusaknya gigi, menimbulkan bau, rasa yang tidak enak, dan warna kemerah-merahan pada air minum. Dan bila digunakan untuk mencuci akan menimbulkan warna terutama pada kain putih.(13, 15, 16) Analisis cemaran logam besi dengan penambahan asam nitrat yang bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkanzat-zat pengganggu yang terdapat dalam sampel dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur dengan SSA menggunakan gas asetilen C2H2, lampu katoda Fe berdasarkan penyerapan energi radiasi oleh atom-atom Fe pada tingkat energi dasar dengan atomisasi tungku karbon.(14, 24)

2.4.6 E. Coli dan Coliform

10

Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, usus dan produk-produk susu.(18) Coliform sebagai suatu kelompok cirikan sebagai :

Berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora Aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37oC.

Adanya bakteri coliform dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua grup yaitu :(16)
1. Coliform fekal adalah kelompok bagian dari total coliform. Kelompok

bakteri ini merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa pada inkubasi 44oC selama 48 jam dengan menghasilkan gas. Spesies utama kelompok bakteri ini adalah Escherichia coli yang merupakan jenis bakterin yang mengindikasikan pencemaran oleh kotoran hewan atau manusia dan pencemaran oleh bakteri patogen.
2. Coliform nonfekal misalnya enterobacter aerogenes, yang bisanya

ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Adanya E.coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan E.coli harus tidak terdeteksi dalam 100 mL air minum.(14, 17) Penyakit yang disebabkan oleh E.coli adalah penyakit menginitis, penyakit diarrhea hebat pada anak yang baru lahir, dan penyakit diarrhea ringan pada anak-anak umur 2-3 tahun. Untuk mengetahui jumlah colform dan E.coli di dalam sampel digunakan metoda Most Probable Number (MPN). Pemeriksaan kehadiran E.coli dari air

11

dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam atau gas).(14, 15) 2.5 Metoda Analisis 2.5.1 Volumetri Analisis volumetri adalah suatu analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran volume suatu larutan dimana salah satu konsentrasi zatnya diketahui dengan pasti. Larutan yang kadarnya diketahui dengan pasti itu dinamakan larutan standar, cara kerjanya dinamakan titrasi.(8) Dalam analisis volumetri ini syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu reaksi harus berlangsung dengan cepat, reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksireaksi sampai salah satu sifat dari sistem yang bereaksi harus mengalami perubahan yang besar pada penambahan sejumlah ekivalen zat pentitrasi, maka harus ada indikator yang dipakai untuk menunjukkan perubahan tersebut.(8) Metoda volumetri ini digunakan untuk analisis TOC dan kesadahan. 2.5.1.1 Titrasi Permanganometri Titrasi permanganometri merupakan suatu analisis volumetri yang berdasarkan pada reaksi oksidasi reduksi dengan menggunakan larutan standar KMnO4. Dalam titrasi ini KMnO4 sebagai larutan standard dan dapat juga digunakan sebagai indicator sehingga dapat disebut autoindikator. Dalam larutan encer, satu tetes KMnO4 akan memberikan warna merah jambu, sehingga satu tetes KMnO4 terhadap larutan yang akan dititer akan memberikan warna merah jambu.(8) Larutan KMnO4 merupakan larutan standar sekunder yang mempunyai sifat sebagai berikut : Merupakan suatu oksidator Berfungsi juga sebagai katalisator Merupakan auto indikator Pereaksi dapat diperoleh dengan mudah dan tidak mahal

12

Larutan standar primer yang dapat digunakan untuk standarisasi KMnO4 salah satunya yaitu natrium oksalat (Na2C2O4). Senyawa ini baik untuk standar primer KMnO4 dalam larutan asam. Sifat dari senyawa ini adalah mudah didapat, kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan. Reaksinya lambat pada suhu kamar, karena itu harus dipanaskan sekitar suhu 70oC. Bahkan pada suhu yang tinggi reaksi mulai dengan perlahan, namun laju bertambah dengan terbentuknya ion Mn+2. Mangan (II) bertindak sebagai katalis atau autokatalitik karena katalis direaksikan dengan reaksi itu sendiri.

2.5.1.2 Titrasi Kompeksometri Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri yang berdasarkan reaksi pembentukan kompleks. Berbagai zat pengompleks telah dipakai dalam titrasi ini salah satunya asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). EDTA adalah zat pengompleks yang sangat kuat dan dapat membentuk kompleks yang sangat stabil hamper dengan semua ion logam kecuali logam alkali. EDTA mempunyai empat gugus karbonil dan dua gugus amina yang dapat menduduki sampai enam kedudukan koordinasi di sekeliling ion logam dan biasa ditulis Y-4. EDTA adalah reagen yang paling banyak dipakai dalam kompleksometri karena ;(8) Ekonomis, relative lebih murah daripada kompleks yang lain Dapat bereaksi dengan hamper seluruh ion logam pada system periodik Stabilitas kompleksnya paling besar

2.5.2 Gravimetri Penentuan zat padat tersuspensi dilakukan secara gravimetri berdasarkan pengukuran bobot yaitu dengan cara penyaringan diikuti dengan isolasi dan penimbangan endapan.(11)

13

Sampel disaring dengan corong Buchner yang mempunyai ukuran tertentu, kemudian dikeringkan, dan zat yang tertinggal pada corong tersebut ditimbang. Pertambahan berat corong setelah penyaringan dihitung sebagai zat padat tersuspensi.(8) 2.5.3 Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Spektroskopi Serapan Atom (SSA) adalah suatu metoda analisis yang didasarkan pada penyerapan energi sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom bebas dalam keadaan gas. Sinar yang diserap akan digunakan oleh elektron valensi unsur-unsur untuk tereksitasi tergantung pada susunan elektron dan besarnya energi yang diterima.(21) Proses dimulai dengan menghisap larutan cuplikan oleh pipa kapiler dan menyemprotkannya ke dalam nyala api yang memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai kabut halus. Dengan demikian nyala api gas yang mengandung atomatom netral unsur yang dianalisis dan yang berada pada keadaan dasar , disinari dengan sinar yang memancarkan spektrum garis. Sebagaian dari intensitas sinar itu diserap oleh atom-atom unsur di dalam nyala yang sebelumnya masih berada pada keadaan dasar. Sebagian lagi intensitas sinar diteruskan atau ditransmisikan.
(21)

Sinar yang diteruskan itu dibiaskan melalui monokromator ke detektor, amplifier, dan rekorder sehingga didapat nilai %T atau absorban. SSA merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menentukan kadar logam dalam campuran yang sangat kompleks dalam suatu sampel pada gelombang yang spesifik dan karakteristik dari masing-masing unsur. Dalam pengukuran serapan sinar berlaku hukum Lamber Beer, dimana secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut: Rumus : Log lo = a.b.c = A lt Dimana : lo= cahaya yang masuk lt = cahaya yang dipancarkan c = konsentrasi

14

a = absorbtivitas molar b = panjang medium penyerapan A = absorban

Komponen peralatan SSA : 1. Sumber cahaya, berfungsi untuk menghasilkan sinar yang diperlukan. Lampu harus menghasilkan sinar dengan pita sempit serta intensitas

tinggi, sekaligus mempunyai panjang gelombang yang persis sesuai dengan yang akan diserap analit. 2. Peralatan atomisasi/ pengatom, berfungsi untuk menghasilkan atom-atom bebas dan menyediakan media absorbsi. 3. Monokromator/ sistem seleksi berfungsi untuk menyeleksi atau

memisahkan spektra sinar yang dikehendaki. 4. Detektor befungsi untuk mengubah energi sinar menjadi energi listrik, untuk mengukur intensitas sinar sebelum dan sesudah diserap oleh atomatom netral. 5. Rekorder berfungsi untuk mengubah isyarat elektronik yang diterima detektor, yang diubah ke dalam bentuk yang dapat dibaca atau direkam secara langsung.

15

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Gambar 2. Susunan peralatan SSA

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei-Juli 2009. 3.2 Pengambilan Sampel Sampel yang dianalisa diambil dari air minum isi ulang pada depot-depot sebagai berikut : Sampel 1 : depot A Sampel 2 : depot B Sampel 3 : depot C

16

3.3 Alat 3.3.1 Alat Alat yang digunakan adalah pH meter, Spektroskopi Serapan Atom (SSA), neraca analitik, pemanas listrik, incubator, autoclave (alat sterilisasi) dan peralatan gelas. 3.3.2 Bahan Bahan bahan yang digunakan adalah akuades, buffer pH 10, Na2C2O4, EDTA, K4Fe(CN)6, NH2OH.HCl, KMnO4, KCN, ZnSO4. 7H2O, indicator EBT, FeNH2(SO4)2.12H2O, asam sulfat, Brilliant Green Lactose Bile Broth 2 % (BGLB 2 %), Lactose Broth 1, dan Lactose broth 2.

3.4 Pembuatan Reagen


Larutan NH2OH. HCl 10 %

Timbang 5,00 gram NH2OH. HCl, dimasukkan dalam beker gelas 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai 50 mL.
Larutan NH2OH. HCl 5 %

Larutkan 12,50 mL NH2OH. HCl 10 % dalam beker gelas 25 mL dengan akuades sampai 25 mL.
Larutan KCN 1 %

Timbang 1,00 gram KCN, dimasukkan dalam beker gelas 100 mL, diencerkan sampai 100 mL.
Larutan K4Fe(CN)6 1 %

17

Timbang 1,00 gram K4Fe(CN)6, dimasukkan dalam beker gelas 100 mL, diencerkan sampai 100 mL. Larutan EDTA 0,01 M Timbang 3,7241 gram, dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.
Larutan ZnSO4.7 H2O 0,01 M

Timbang 0,1548 gram ZnSO4.7 H2O, dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan sampai tanda batas. Larutan buffer pH 10 Timbang 1,68 gram NH4Cl, 5 mL akuades, 14,25 mL NH4OH, encerkan semua dalam beker gelas 25 mL.

Larutan KMnO4 0,0025 M Timbang 0,3950 gram KMnO4, dilarutkan dengan akuades sampai 1000 mL, panaskan sampai mendidih, didinginkan selama 8 jam, disaring, dan disimpan dalam botol coklat.

Larutan Na2C2O4 0,0062 M Timbang 0,5357 gram Na2C2O4, dilarutkan dalam labu ukur 500 mL sampai tanda batas.

Larutan H2SO4 4 N Pipet H2SO4 98 % 26,65 mL diencerkan dalam labu ukur 250 mL.

Indikator EBT Timbang 0,05 gram EBT, pipet 3,75 mL NH2OH.HCl 10 %, pipet 1,25 mL etanol, encerkan semuanya dalam beker gelas 25 mL.

18

Larutan standar Fe 500 ppm Timbang 4,3065 gram FeNH2(SO4)2.12H2O, diencerkan dalam labu ukur 500 mL

Larutan standar Fe 50 ppm Pipet 1 mL larutan standar Fe 500 ppm, diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.

Brilliant Green Laktosa Bile Broth 2 % (BGLB 2 %) Ditimbang 60 g BGLB, kemudian dilarutkan dalam 1 L akuades, masukkan dalam autoclave, disterilkan.

Laktosa Broth (LB) Media LB I Dilarutkan 20 g LB alam 1 L akuades, masukkan dalam autoclave, disterilkan Media LB 2 Dilarutkan 40 g LB alam 1 L akuades, masukkan dalam autoclave, disterilkan.

19

3.5

Cara Kerja

3.5.1 Penentuan pH Disiapkan alat pH meter dan hidupkan. Alat distabilkan selama beberapa menit, lalu dilakukan kalibrasi alat dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam buffer pH 7. Jika pH yang terbaca tidak tepat 7, alat diset sehingga angka yang terbaca pada alat tepat 7, dilakukan pula standarisasi dengan buffer pH 4. Dipipet sampel secara triplo kemudian dimasukkan ke dalam beker gelas. Elektroda dibilas dengan akuades. Celupkan ke dalam sampel, ukur pH sampel. Catat nilai pH yang terbaca pada alat. Setiap pengukuran pH, bilas elektroda dengan akuades.. 3.5.2 Penentuan TDS Ambil kertas saring pori 0,45 m, diletakkan di atas corong. Pipet sampel bagian atas sebanyak 25 mL dan disaring hingga kering. Sampel yang lulus kertas saring ditampung dalam cawan penguap yang sebelumnya telah ditimbang beratnya. Cawan yang berisi sampel diuapkan di oven pasa suhu 105 oC sampai semua air telah menguap. Ditimbang cawan yang berisi sampel tadi sampai didapatkan berat konstan atau berkurang beratnya. TDS = (B A) x 1000 mLsampel Keterangan : A : berat cawan kosong (gram) B : berat cawan dan residu (gram) mL : volume sampel

20

3.5.3 Penentuan TOC Sebanyak 25 mL sampel dimasukkan dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL H2SO4 (1:1) dan 25 mL KMnO4 lalu dipanaskan. Lalu ditambahkan 25 mL Na2C2O4 0,0062 M. Titrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda. Hal yang sama dilakukan untuk larutan blangko. Kadar Total Organik Karbon dihitung dengan rumus : Kadar Total Organik Karbon (ppm) = ( A B) x 0,1 mg O2 x 1000 mL sampel A = mL KMnO4 untuk titrasi sampel B = mL KMnO4 untuk titrasi blangko 3.5.4 Penentuan Kesadahan Dipipet 25 mL sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. tambahkan beberapa mL larutan KCN, NH2OH.HCl, K4Fe(CN)6 dan trietanolamin. Diatur pHnya sampai 10 dengan menggunakan buffer. Ditambahkan indikator EBT sehingga terbentuk warna merah anggur. Dititrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna menjadi biru. Catat jumlah volume EDTA yang terpakai. Kesadahan dapat dihitung dengan rumus : Kesadahantotal VEDTA x MEDTA x 1000 x Mr CaCO3
mLsampel

3.5.5

Penentuan Kandungan Besi Dibuat larutan standar besi dengan konsentrasi 0 , 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm, 0,8 ppm dan 1 ppm dari larutan standar besi 50 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Ukur absorban pada panjang gelombang 248,3 nm dengan SSA. Lakukan hal yang sama terhadap sampel air. Buat kurva kalibrasi larutan standar besi, dan dengan kurva kalibrasi tersebut konsentrasi besi dapat ditentukan.

21

3.5.6

Uji E.Coli dan Coliform

Uji E.Coli dan coliform yang dirujuk kepada MPN (Angka Paling mungkin) dengan 7 tabung seri 5-1-1. Pengujian E. Coli dan Coliform dari 2 tahap pengujian, yaitu uji penduga dan uji penegasan. 3.5.6.1 Uji Penduga (presumptive test) Dipipet 10 mL sampel masing-masing dimasukkan ke dalam 10 mL medium Laktosa broth 2 yang di dalamnya terdapat tabung durham terbalik, 1 mL sampel masing-masing dimasukkan ke dalam 10 mL medium Laktosa Broth 1 yang didalamnya terdapat tabung durham terbalik. Dimasukkan sampel masing-masing 0,1 mL ke dalam 10 mL medium Laktosa Broth 1 yang didalamnya terdapat tabung durham terbalik. Simpan semua tabung dalam lemari pengeram pada suhu 36oC selama 24 jam sampai 48 jam. Kemudian catat jumlah tabung yang membentuk gas, diberi tanda (+). 3.5.5.2 Uji Penegasan (confirmed test) Pindahkan 1 mL masing-masing tabung yang membentuk gas pada media Laktosa Broth ke dalam tabung yang berisi 10 mL media Brilliant Green Lactosa Bile Broth 2% (BGLB 2 %), masukkan semua tabung dalam lemari pengeram (incubator) pada suhu 37oC untuk Coliform dan suhu 44oC untuk E.Coli. Hasil yang positif disamakan dengan tabel 10.

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang beredar di daerah Pasar Baru kota Padang dilakukan berdasarkan pH, TDS, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.Coli dan Coliform. Setelah dilakukan penelitian selama empat minggu terhadap tiga depot AMIU didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1 pH (Derajat Keasaman) Hasil pengujian pH Air Minum Isi Ulang pada tiga depot di daerah Pasar Baru di kota Padang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 . Hasil pengukuran pH Kode Sampel 1 2 3 Waktu (minggu) 0 6,87 7,07 7,16 1 7,21 7,10 7,39 2 7,26 7,54 7,39 3 6,97 7,42 7,09 4 7,30 7,92 7,60

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai pH dari ketiga depot AMIU masih berada dalam ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII?2002 dan memenuhi syarat mutu air

23

minum isi ulang yaitu SNI 01-3553-1996 yang direvisi menjadi SNI 01-35532006 yaitu dengan rentang pH 6,5 8,5. Rentang pH dari ketiga sampel adalah 6,87 - 7,92, dimana ketiga sampel umumnya mengalami kenaikan pH di setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap nilai pH karena semakin lama AMIU disimpan maka senyawa-senyawa organik yang bersifat asam akan mengendap kebawah sehingga air menjadi basa.

Nilai pH yang tertinggi terdapat pada sampel 2 pada minggu ke-4 yaitu 6,87, sedangkan nilai pH yang terendah terdapat pada sampel 1 pada minggu ke-0 yaitu 7,92. Dari penelitian yang dilakukan tidak terdapat pH yang melebihi ambang batas yang telah ditetapkan Menkes. Jika pH kecil dari 6,5 maka air akan terasa asam, dan jika pH besar dari 8,5 maka akan berasa pahit. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 7,00 dengan nilai Ftabel 3,84 ( = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 5,50 dengan nilai Ftabel 4,46 ( = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4. Sedangkan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antar sampel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang signifikan pada minggu ke-4 terhadap minggu ke-0, ke-1, dan ke-3, dan pada minggu ke-2 terhadap minggu ke-0. sedangkan minggu yang lainnya tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing minggu. Perbedaan hasil yang signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh masih tercemarnya sumber air yang digunakan sebagai bahan baku air minum isi ulang contohnya dengan keberadaan senyawa-senyawa yang bersifat racun seperti pestisida di dalam air baku (15). Dari ketiga depot air minum isi ulang yang diteliti memiliki kesamaan sumber bahan baku air minum yaitu berasal dari mata air pegunungan. Kemungkinan lainnya bisa juga disebabkan air tercemar pada saat

24

dialirkan melalui pipa dari mobil tangki air sebelum akhirnya disaring menggunakan alat filter.(11,12)

4.2 TDS (Total Dissolved Solid) Hasil analisis jumlah zat padat terlarut (TDS) dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil analisis TDS Kode Sampel 1 2 3 0 588 mg/L 1060 mg/L 1100 mg/L 1 140 mg/L 196 mg/L 164 mg/L Waktu (minggu) 2 132 mg/L 136 mg/L 144 mg/L 3 96 mg/L 124 mg/L 84 mg/L 4 96 mg/L 60 mg/L 32 mg/L

Rentang nilai TDS pada sampel 1 berkisar antara 96-588 mg/L, pada sampel 2 berkisar antara 60-1060 mg/L, dan pada sampel 3 berkisar antara 321100 mg/L. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah zat padat terlarut sampel 1 AMIU berada pada ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1000 mg/L. Sedangkan jumlah zat padat tersuspensi pada sampel 2 dan sampel 3 pada minggu nol melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 1060 mg/L dan 1100 mg/L. Ini berarti bahwa sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari segi TDS, padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3 tercemar saat air dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya

25

disaring menggunakan alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin kecil jumlah zat terlarut yang terkandung di dalam AMIU tersebut karena semakin banyak jumlah zat terlarut yang mengendap. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 23,4567 dengan nilai Ftabel 3,84 ( = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 1,0415 dengan nilai Ftabel 4,46 ( = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai jumlah zat padat terlarut pada sampel dari minggu ke-0 sampai ke4. Sedangkan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antar sampel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang signifikan antara sampel pada minggu ke-0 dengan ke-4, minggu ke-0 dengan ke-3, minggu ke-0 dengan ke-2, dan minggu ke-0 dengan minggu ke1. Sedangkan minggu yang lainnya tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing minggu. 4.3 TOC (Total Organik Karbon) Hasil analisis kandungan TOC (Total Organik Karbon) dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Hasil analisis kandungan TOC Kode Sampel 1 2 3 0 0,2000 mg/L 0,2000 mg/L 0,2000 mg/L 1 0,2000 mg/L 0,2000 mg/L 0,2000 mg/L Waktu (minggu) 2 0,6000 mg/L 0,4000 mg/L 0,2000 mg/L 3 0,8000 mg/L 0,6000 mg/L 0,4000 mg/L 4 1,6000 mg/L 1,6000 mg/L 1,6000 mg/L

26

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rentang nilai TOC dari ketiga sampel berkisar antara 0,2 1,6 mg/L, ini berarti bahwa nilai TOC sampel 1, 2, dan 3 AMIU berada pada ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1 mg/L, kecuali pada minggu ke-4 pada masing-masing sampel. Pada minggu ke-4, kandungan TOC pada ketiga sampel melebihi kadar yang diperbolehkan yaitu 1,600 mg/L. Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin banyak jumlah organik karbon pada AMIU tersebut. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau dan rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan.(13) Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 53,1250 dengan nilai Ftabel 3,84 ( = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 0,1666 dengan nilai Ftabel 4,46 ( = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai jumlah TOC sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4. Sedangkan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antar sampel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang signifikan antara sampel pada minggu ke-4 terhadap minggu ke-0, ke-1, ke-3, dan minggu ke-2. dan antara sampel pada minggu ke-3 terhadap minggu ke-0 dan minggu ke-1. Sedangkan minggu yang lainnya tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing minggu. 4.4 Kesadahan Hasil analisis kandungan kesadahan dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Hasil analisis kandungan kesadahan Kode Sampel 0 1 Waktu (minggu) 2 3 4

27

1 2 3

88,9200 mg/L 146,4000 mg/L 120,8610 mg/L

73,2000 mg/L 105,3000 mg/L 60,9000 mg/L

60,9000 mg/L 104,4000 mg/L 54,9000 mg/L

32,9000 mg/L 89,3000 mg/L 38,8000 mg/L

19,4000 mg/L 82,4500 mg/L 28,2000 mg/L

Kandungan kesadahan maksimum yang diperbolehkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 500 mg/L. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan kesadahan dari ketiga depot AMIU masih berada dalam ambang batas. Rentang nilai kandungan kesadahan pada sampel 1 berkisar antara 88,920019,4000 mg/L, pada sampel 2 berkisar antara 146,4000-82,4500 mg/L, dan pada sampel 3 berkisar antara 120,8610-28,2000 mg/L. Ini berarti bahwa sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari segi kesadahan, padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3 tercemar saat air dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya disaring menggunakan alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak berfungsi sebagaimana mestinya. . Lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kualitas AMIU. Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin kecil nilai kesadahan karena banyaknya endapan yang mengendap, sehingga kualitas AMIU akan semakin bagus jika dilihat dari segi kesadahan. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 26,4764 dengan nilai Ftabel 3,84 ( = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 39,8949 dengan nilai Ftabel 4,46 ( = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai Fh1 dan Fh2 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai kesadahan sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang signifikan antara sampel pada minggu ke-0 terhadap minggu ke-4, ke-3, ke-2, ke-

28

1, minggu ke-1 terhadap minggu ke-4, ke-3, dan minggu ke-2 terhadap minggu ke-4, ke-3. Sedangkan untuk perbedaan antar sampel memberikan perbedaan yang signifikan antara sampel 2 terhadap sampel 1.

4.5 Kandungan Besi (Fe) Hasil analisis kandungan besi (Fe) dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Hasil analisis kandungan besi (Fe) Kode Sampel 1 2 3 0 0,1900 mg/L 0,2860 mg/L 0,3260 mg/L 1 0,1710 mg/L 0,1770 mg/L 0,1370 mg/L Waktu (minggu) 2 0,1490 mg/L 0,1610 mg/L 0,1200 mg/L 3 0,1480 mg/L 0,1370 mg/L 0,1120 mg/L 4 0,1370 mg/L 0,1340 mg/L 0,0920 mg/L

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah kandungan besi AMIU pada minggu nol sampai minggu ke-4 berkisar antara 0,0920 0,3260 mg/L. Sedangkan kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,3 mg/L. Kandungan besi yang melampaui ambang batas terdapat pada sampel 3 pada minggu nol yaitu 0,3260 mg/L. Kandungan besi yang melebihi batas maksimum akan berdampak bagi tubuh yaitu mengakibatkan rusaknya gigi, sedangkan untuk air minum sendiri akan menimbulkan bau, rasa yang tidak enak, dan warna kemerahmerahan. (14,16,17) Rentang nilai kandungan besi pada sampel 1 berkisar antara 0,19000,1370 mg/L, pada sampel 2 berkisar antara 0,2860-0,1340 mg/L, dan pada sampel 3 berkisar antara 0,3260-0,0920. Ini berarti bahwa sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari segi kandungan besi, padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari air

29

pergunungan. padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3 tercemar saat air dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya disaring menggunakan alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak berfungsi sebagaimana mestinya. . Semakin lama penyimpanan AMIU maka akan semakin banyak logam Fe yang mengendap, sehingga logam Fe yang terkandung didalam AMIU akan semakin sedikit. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 0,7482 dengan nilai Ftabel 3,84 ( = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 0,0680 dengan nilai Ftabel 4,46 ( = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai Fh1 lebih besar dari Ftabel dan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel. 4.6 E. Coli dan Coliform Penentuan kualitas air minum berdasarkan parameter bakteriologi dilihat dari keberadaan kelompok bakteri Coliform, dimana Coliform merupakan suatu group bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air.(18) Untuk mengetahui jumlah coliform di dalam sampel digunakan metode Most Probable Number (MPN). Metoda ini terbagi atas dua tahap pengujian, yaitu uji penduga dan uji penegas. Kedua tahap pengujian ini didasarkan kepada sifat bakteri coliform yang dapat menfermentasi laktosa sehingga menghasilkan asam dan gas. Terbentuknya asam dapat dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham yang ditangkap berupa gelembung udara.(19) Tabung yang dinyatakan positif mengandung bakteri coliform jika terbentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung durham.

30

Hasil Pengujian bakteri E.Coli dan Coliform pada air minum isi ulang yang dianalisis dapat terlihat pada tabel 7 dan 8 dibawah ini : Tabel 6. Hasil Uji penegas untuk bakteri E.Coli (44oC)

Kode Sampel 1 2 3 Angka 12 96 15

Lama Waktu Penyimpanan (minggu) 0 Hasil Jelek Jelek Jelek 1 Angka 240 240 240 2 3 4 Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 Hasil jelek jelek jelek

Tabel 7. Hasil Uji penegas untuk bakteri Coliform (37oC)

Kode Sampel 1 2 3 Angka 12 38 12

Lama Waktu Penyimpanan (minggu) 0 Hasil Jelek Jelek Jelek 1 Angka 240 240 240 2 3 4 Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 Hasil jelek jelek jelek

Berdasarkan tabel 6 dan 7, dapat dilihat kualitas air minum isi ulang dari ketiga depot tersebut dikatakan jelek karena mengandung E.Coli dan Coliform. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam air untuk perkembangan bakteri yang dibuktikan dengan adanya gelembung gas pada tabung durham.(17,20) Ini menandakan terjadinya fermentasi laktosa oleh bakteri coliform. Adanya bakteri E.Coli dan Coliform dalam air minum dimana coliform termasuk pada bakteri indikator sanitasi (bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia) menandakan bahwa air baku yang digunakan tersebut dalam satu atau lebih tahap pengolahannya pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia.(17,18) Dari ketiga depot air minum isi ulang yang diteliti memiliki kesamaan sumber bahan baku air minum yaitu berasal dari mata air

31

pegunungan yang dibawa dengan mobil tangki air. Kemungkinan lainnya bisa juga disebabkan air tercemar pada saat dialirkan melalui pipa dari mobil tangki air sebelum akhirnya disaring menggunakan alat filter .(13) Penyebab lain masih terdapatnya bakteri E.coli dan coliform dalam air minum isi ulang yaitu penggunaan ultra violet (UV) yang tidak memenuhi standar dan pemilik depot kurang memperhatikan masa penggantian filter. (18) UV berfungsi untuk membunuh bakteri dan virus di dalam air. Ada sebagian depot yang hanya menghidupkan ultraviolet (UV) jika hendak mengisi galon pembeli. Jika hal ini terjadi, bakteri di dalam air minum itu tidak akan mati. (20) Masa penggantian filter juga harus diperhatikan pemilik depot. Filter berupa pasir silika, zeolit dan karbon aktif sebaiknya diganti setiap setahun sekali sedangkan untuk pembersihannya tergantung pada tingkat kekeruhan air baku yang digunakan.(20,21) Bisa juga dikarenakan kontaminasi sanitasi lingkungan di sekitar depot. Jika air yang telah terkontaminasi ini dikonsumsi oleh masyarakat, maka dapat menyebabkan diare.

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampel dari ketiga depot AMIU di daerah Pasar Baru kota Padang memenuhi persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu dari segi parameter pH yaitu berkisar antara 6,87 - 7,92, dan parameter kesadahan yaitu berkisar antara 19,4000 146,4000 mg/L. sedangkan parameter TDS, TOC, kandungan Fe, bakteri E.coli dan coliform tidak memenuhi syarat. 2. Lama penyimpanan akan mempengaruhi kualitas AMIU, dimana : Semakin lama penyimpanan AMIU maka pH AMIU semakin besar Semakin lama penyimpanan AMIU maka nilai TDS, kesadahan, dan kandungan Fe akan semakin kecil Semakin lama penyimpanan AMIU maka kandungan senyawa organik akan semakin banyak Semakin lama penyimpanan AMIU maka semakin banyak bakteri yang akan tumbuh di dalam AMIU 3. Mutu AMIU Sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari parameter pH, TDS, kesadahan, dan kandungan Fe. 5.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan agar : 1. Agar para pengusaha depot AMIU lebih memperhatikan masa pergantian alat filter (penyaring) dan alat pencucian galon. 2 Agar para pegusaha depot AMIU lebih sering melakukan pemerikasaan terhadap kualitas AMIU ke Laboratorium.

33

Lampiran I Uji Statistik Parameter pH Kode sample 1 2 3 Jumlah Kolom Ratarata 0 6,8770 7,0750 7,1600 21,112 0 7,0370 Jt2 bk Jt2 bk Jt2 bk JKs = JKt JKk JKb 1 7,2140 7,1020 7,3960 21,712 0 7,2370 2 7,2680 7,5410 7,3960 22,205 0 7,4010 3 6,9750 7,4230 7,0990 21,497 0 7,1650 4 7,3010 7,9230 7,6010 22,8250 7,6080 Jumlah Baris 35,6350 37,0640 36,6520 109,3510 Rata-rata 7,1270 7,4130 7,3300 -

JKk = JKj2 b JKb = JKi2 k JKt = Xij2 -

Keterangan : JKk = jumlah kuadrat kolom JKj = jumlah nilai kolom JKb = jumlah kuadrat baris JKt = jumlah kuadrat total JKs = jumlah kuadrat sisa Jt b k = jumlah nilai total = jumlah baris = jumlah kolom Baris

Xij = jumlah kuadrat kolom dan

JKk =(21,1120)2+(21,7120)2+(22,2050)2+(21,4970)2+(22,8250)2 - (109,3510)2 3 = 797,7637 797,1761 = 0,5876 15

34

JKt = [ (6,8770)2 + (7,0750)2 + (7,1600)2 + (7,2140)2 + (7,1020)2 + (7,3960)2 + (7,2680)2 + ( 7,5410)2 + (7,3960)2 + (6,9750)2 + (7,4230)2 + (7,0990)2 + (7,3010)2 + (7,9230)2 + (7,6010)2 ] = 798,1877 - 797,1761 = 1,0116 JKb = (35,6350)2 + (37,0640)2 + (36,6520)2 5 = 797,3924 797,1761 = 0,2163 JKs = JKt JKk JKb = 1,0116 0,5876 0,2163 = 0,2077 Tabel Anova (109,3510)2 15 (109,351)2 15

Sumber Antar kolom Antar sample Sisa Jumlah

JK JKk JKb JKs JKt

DB K-1 B1 (k-1)(b-1) k b -1

KT JKk / DB JKb / DB JKs / DB -

KTD 2 + b k2 2 + k b2 2 -

Keterangan : KT = kuadrat tengah KTD = kuadrat tengah yang diharapkan DB = derajat bebas

35

Sumber Antar kolom Antar sample Sisa Jumlah

JK 0,5876 0,2163 0,2077 1,0116

DB 4 2 8 14

KT 0,1469 0,1081 0,0259 -

KTD 2 + 3 k2 2 + 5 b2 2 -

(1). Perbedaan antar waktu Fh1 = KT (JKk) KT (JKs) = 0,1469 0,0259 Ft 0,05 , 4,8 = 3,84 Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu (2). Perbedaan antar sampel Fh2 = KT (JKb) KT (JKs) = 0,1081 = 4,1737 0,0259 Ft 0,05 , 4,8 = 4,46 Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar sampel (3). Variasi sisa ( 2) Sp = 0,0259 3 = 0,0929 = 5,6718

36

Uji Duncant a. Perbedaan antar waktu Urutan dari nilai terkecil Waktu Rata-rata 0 7,0370 3 7,1650 1 7,2370 2 7,4010 4 7,6080

Tabel 10 A pada = 0,05 Waktu ke SR SR x SP 2 3,15 0,2926 3 3,30 0,3065 = daerah nyata 4 3,37 0,3130 5 3,43 0,3186

Keterangan ; SR

SR x SP = daerah nyata terkecil Sehingga; 1. 4 0 = 7,6080 7,0370 = 0,5710 > 0,3186 ( S ) 4 3 = 7,6080 7,1650 = 0,4430 > 0,3130 ( S ) 4 1 = 7,6080 7,2370 = 0,3710 > 0,3065 ( S ) 4 2 = 7,6080 7,4010 = 0,2070 < 0,2926 ( NS ) 2. 2 0 = 7,4010 7,0370 = 0,3640 > 0,3130 ( S ) 2 3 = 7,4010 7,1650 = 0,236 0 < 0,3065 ( NS ) 2 1 = 7,4010 7,2370 = 0,1640 < 0,2926 ( NS ) 3. 1 0 = 7,2370 7,0370 = 0,2000 < 0,3065 ( NS ) 1 3 = 7,2370 7,1650 = 0,0720 < 0,2926 ( NS ) 4. 3 0 = 7,1650 7,0370 = 0,1280 < 0,2926 ( NS )

Waktu Rata-rata Huruf Lampiran 2

0 7,0370 a

3 7,1650 a

1 7,2370 a

2 7,4010 b

4 7,6080 b

37

Uji Statistik Parameter TDS

Kode sample 1 2 3 Jumlah Kolom Ratarata 0 588 1060 1100 2748 916 1 140 196 164 500 166,670 0 2 132 136 144 412 137,330 0 3 96 124 84 304 101,330 0 4 96 60 32 188 62,6700 (4150)2 15

Jumlah Baris 1052 1576 1524 4150 Rata-rata 210,4000 315,2000 304,8000 -

JKk = (2748)2 + (500)2 + (412)2 + (304)2 + (188)2 3 = 2699669,3330 - 1148166,6670 = 1551502,6660 JKb = (1052)2 + (1576)2 + (1524)2 5 = 1182611,2000 - 1148166,6670 = 34444,5330 - (4150)2 15

JKt = (588)2 + (1060)2 + (1100)2 + (140)2 + (196)2 + (164)2 + (132)2 + (136)2 + (144)2 + (96)2 + (124)2 + (84)2 + (96)2 + (60)2 + (32)2 - (4150)2 15 = 2866400 1148166,6670 = 1718233,3330

JKs = JKt JKk JKb = 1718233,3330 1551502,6660 34444,5330

38

= 132286,1340 Tabel Anova Sumber Antar kolom Antar sample Sisa Jumlah JK 1551502,666 0 34444,533 132286,1340 1718233,333 0 DB 4 2 8 14 KT 387875,666 5 17222,2665 16535,7667 KTD 2 + 3 k2 2 + 5 b2 2 -

(1). Perbedaan antar waktu Fh1 = 387875,6665 16535,7667 Ft 0,05 , 4,8 = 3,84 Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu (2). Perbedaan antar sampel Fh2 = 17222,2665 = 1,0415 16535,7667 Ft 0,05 , 4,8 = 4,46 Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu (3). Variasi sisa ( 2 ) Sp = 16535,7667 = 74,2423 3 = 23,4567

Uji Duncant a. Perbedaan antar waktu

39

Urutan dari nilai terkecil Waktu Rata-rata 4 62,6700 3 101,3300 2 137,3300 1 166,6700 0 916

Tabel 10 A pada = 0,05 Waktu ke SR SR x SP Sehingga; 1. 0 4 = 916 62,6700 0 3 = 916 101,3300 0 2 = 916 137,3300 0 1 = 916 166,6700 2. 1 4 = 166,6700 62,6700 = 853,3300 > 254,6511 = 814,6700 > 250,1965 = 778,6700 > 244,9995 = 749,3300 > 233,8632 = 104 < 250,1965 (S) (S) (S) (S) ( NS ) ( NS ) ( NS ) 2 3,15 233,8632 3 3,30 244,9995 4 3,37 250,1965 5 3,43 254,6511

1 3 = 166,6700 101,3300 = 65,3400 < 244,9995 1 2 = 166,6700 - 137,3300 = 29,3400 < 233,8632 2 3 = 137,3300 101,3300 = 36

3. 2 4 = 137,3300 62,6700 = 74,6600 < 244,9995 ( NS ) < 233,8632 ( NS ) 4. 3 4 = 101,3300 62,6700 = 38,6600 < 233,8632 ( NS )

Waktu Rata-rata Huruf

4 62,6700 a

3 101,3300 a

2 137,3300 a

1 166,6700 a

0 916 b

Lampiran 3 Uji Statistik Parameter TOC

40

Kode sample 1 2 3 JK Ratarata 0 0,2000 0,2000 0,2000 0,6000 0,200 1 0,2000 0,2000 0,2000 0,6000 0,2000 2 0,6000 0,4000 0,2000 1,2000 0,4000 3 0,8000 0,6000 0,4000 1,8000 0,6000 4 1,6000 1,6000 1,6000 4,8000 1,6000

Jumlah Baris 3,4000 3 2,6000 9 (9)2 15 Rata-rata 0,6800 0,6000 0,5200 -

JKk = (0,6000)2 + (0,6000)2 + (1,2000)2 + (1,8000)2 + (4,8000)2 3 = 9,4800 5,4000 = 4,0800 JKb = (3,4000)2 + (3)2 + (2,6000)2 5 = 5,4640 5,400 = 0,064 (10)2 15

JKt = [ ( 0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,6000)2 + (0,4000)2 + (0,2000)2 + (0,8000)2 + (0,6000)2 + (0,4000)2 + (1,6000)2 + (1,6000)2 + (1,6000)2 - (10)2 15 = 9,6400 5,400 = 4,2400

JKs = JKt JKk JKb = 4,2400 4,0800 0,0064 = 0,1536

41

Tabel Anova

Sumber Antar kolom Antar sample Sisa Jumlah

JK 4,0800 0,0064 0,1536 4,2400

DB 4 2 8 14

KT 1,0200 0,0032 0,0192 -

KTD 2 + 3 k2 2 + 5 b2 2 -

(1). Perbedaan antar waktu Fh1 = 1,0200 0,0192 Ft 0,05 , 4,8 = 3,84 Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu (2). Perbedaan antar sampel Fh2 = 0,0032 = 0,1666 0,0192 Ft 0,05 , 4,8 = 4,46 Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu (3). Variasi sisa ( 2 ) Sp = 0,0192 3 = 0,0800 = 53,1250

Uji Duncant a. Perbedaan antar waktu Urutan dari nilai terkecil Waktu 0 1 2 3 4

42

Rata-rata

0,2000

0,2000

0,4000

0,6000

1,6000

Tabel 10 A pada = 0,05 Waktu ke SR SR x SP 2 3,15 0,2520 3 3,30 0,2640 4 3,37 0,2696 5 3,43 0,2744

Sehingga; 1. 4 0 = 1,6000 0,2000 4 1 = 1,6000 0,2000 4 2 = 1,6000 0,4000 4 3 = 1,6000 0,6000 2. 3 0 = 0,6000 0,2000 3 1 = 0,6000 0,2000 3 2 = 0,6000 0,4000 3. 2 0 = 0,4000 0,2000 2 1 = 0,4000 0,2600 4. 1 0 = 0,2600 0,2600 = 1,4000 = 1,4000 = 1,2000 = 1,0000 = 0,4000 = 0,4000 = 0,2000 = 0,2000 = 0,1400 = 0,0000 > 0,2744 ( S ) > 0,2696 ( S ) > 0,2640 ( S ) > 0,2520 ( S ) > 0,2696 ( S ) > 0,2640 ( S ) < 0,2520 ( NS ) < 0,2540 ( NS ) < 0,4032 ( NS ) < 0,4032 ( NS )

Waktu Rata-rata Huruf

0 0,2000 a

1 0,2000 a

2 0,4000 c

3 0,6000 c

4 1,600 b

Lampiran 4 Uji Statistik Parameter Kesadahan Kode sample 0 1 2 3 4 Jumlah Baris Rata-rata

43

1 2 3 JK Ratarata

88,9200 146,4000 120,8610 356,1810 118,7270

73,2000 105,300 0 60,9000 239,400 0 79,8000

60,9000 104,400 0 54,9000 220,200 0 73,4000

32,9000 89,3000 38,8000 161 53,6666

19,4000 82,4500 28,2000

275,3200 527,8500 303,6610

55,0640 105,5700 60,7322 -

130,0500 1106,8310 43,3500 -

JKk = (356,1810)2 + (239,4000)2 + (220,2000)2 + (161)2 + (130,0500)2 3 - 1106,83102 15 = 91833,1024 81671,6575 = 10161,4449 JKb = (275,3200)2 + (527,8500)2 + (303,6610)2 5 = 89327,3455 81671,6575 = 7655,6880 - (1106,8310)2 15

JKt = [(88,9200)2 + (146,4000)2 + (120,8610)2 + (73,2000)2 + (105,3000)2 + (60,9000)2 + (1106,8310)2 15 = 100256,3702 - 81671,6575 (60,9000)2 + (104,4000)2 + (54,9000)2 + (39,2000)2 + (89,3000)2 + (38,8000)2 + (19,4000)2 + (82,4500)2 + (28,2000)2 ]

44

= 18584,7127 JKs = JKt JKk JKb = 18584,7127 10161,4449 7655,6880 = 767,5843 Tabel Anova

Sumber Antar kolom Antar sampel Sisa Jumlah

JK 10161,444 9 7655,6880 767,5843 18584,712 7

DB 4 2 8 14

KT 2540,3612 3827,8440 95,9480 -

KTD 2 + 3 k2 2 + 5 b2 2 -

(1). Perbedaan antar waktu Fh1 = 2540,3612 = 26,4764 95,9480 Ft 0,05 , 4,8 = 3,84 Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu

(2). Perbedaan antar sampel Fh2 = 3827,8440 = 39,8949 95,9480 Ft 0,05 , 4,8 = 4,46 Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu

45

(3). Variasi sampel Sp = 0,00687 = 0,0478 3 Uji Duncant a. Perbedaan antar waktu Urutan dari nilai terkecil Waktu Rata-rata 4 46,3500 3 53,6666 2 73,4000 1 79,8000 0 118,7270

Tabel 10 A pada = 0,05 Waktu ke SR SR x SP Sehingga; 1. 0 4 = 118,7270 46,3500 = 75,3777 > 19,3976 0 3 = 118,7270 53,6666 = 65,0604 > 19,0583 (S) (S) 2 3,15 17,8141 3 3,30 18,1183 4 3,37 19,0583 5 3,43 19,3976

0 2 = 118,7270 73,4000 = 45,3270 > 18,1183 ( S ) 0 1 = 118,7270 79,8000 = 38,9270 > 17,8141 ( S ) 2. 1 4 = 79,8000 46,3500 = 36,4500 > 19,0583 ( S ) 1 3 = 79,8000 53,6666 = 26,1334 > 18,1183 ( S ) 1 2 = 79,8000 73,4000 = 6,4000 < 17,8141 ( NS ) 3. 2 4 = 73,4000 46,3500 = 30,0500 > 18,1183 ( S ) 2 3 = 73,4000 53,6666 = 19,7334 > 17,8141 ( S ) 4. 3 4 = 53,6666 46,3500 = 10,3166 < 17,8141 ( NS )

Waktu Rata-rata Huruf

4 43,3500 a

3 53,6666 a

2 73,4000 c

1 79,8000 c

0 118,7270 b

b. Perbedaan antar sampel

46

Urutan dari nilai terkecil Sampel Rata-rata 1 55,0640 3 60,7322 2 105,5700

BD = k (b-1) = 5 (3-1) = 10 Sehingga; 1. 2 1 = 105,5700 55,0640 = 50,5060 2 3 = 105,5700 60,7322 = 44,8378 2. 3 1 = 60,7322 55,0640 = 5,6682 > 18,6624 ( S ) > 17,8141 ( S ) < 17,8141 ( NS )

Sampel Rata-rata Huruf

1 55,0640 a

3 60,7322 a

2 105,5700 b

Lampiran 5 Uji Statistik Parameter Fe ( Besi ) Kode sample 1 0 0,1900 1 0,1710 2 0,1490 3 0,1480 4 0,1370 Jumlah Baris 0,7950 Rata-rata 0,1590

47

2 3 JK Ratarata

0,2860 0,3260 0,8020 0,2670

0,1770 0,1370 0,4850 0,1616

0,1610 0,1200 0,4300 0,1433

0,1370 0,1120 0,3970 0,1323

0,1340 0,0920 0,3630 0,1210

0,8950 0,7870 2,4770 -

0,1790 0,1570 (2,4770)2 15

JKk = (0,8020)2 + (0,4850)2 + (0,4300)2 + (0,3970)2 + (0,3630)2 3 = 0,4509 0,4090 = 0,0419 JKb = (0,7950)2 + (0,8950)2 + (0,7870)2 5 = 0,4104 0,4090 = 0,0014 (2,4770)2 15

JKt = [ (0,1900)2 + (0,2860)2 + (0,3260)2 + (0,1710)2 + (0,1770)2 + (0,1370)2 + (0,1490)2 + (0,1610)2 + (0,1200)2 + (0,1480)2 + (0,1370)2 + (0,1120)2 + (0,1370)2 + (0,1340)2 + (0,0920)2 ] = 0,5638 0,4090 = 0,1548 (2,4770)2 15

JKs = JKt JKk JKb = 0,1548 0,0419 0,0014 = 0,1115 Tabel Anova

Sumber

JK

DB

KT

KTD

48

Antar kolom Antar sample Sisa Jumlah

0,0419 0,0014 0,1115 0,1548

4 2 8 14

0,0104 0,0007 0,0139 -

2 + 3 k2 2 + 5 b2 2 -

(1). Perbedaan antar waktu Fh1 = 0,0104 = 0,7482 0,0139 Ft 0,05 , 4,8 = 3,84 Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu (2). Perbedaan antar sampel Fh2 = 0,0007 = 0,0503 0,0139 Ft 0,05 , 4,8 = 4,46 Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu (3). Variasi sampel Sp = 0,0139 = 0,0680 3

Lampiran 6 Contoh Perhitungan TDS (Total Dissolved Solid)

Rumus : TDS = (B A) x 1000 Vsampel Keterangan :

49

A : berat cawan kosong B : berat cawan dan residu V : volume sampel Berat cawan kosong (A) = 17,5280 g Berat cawan dan sisa (B) = 17,5133 g V : volume sampel TSS = (B-A) x 1000 V sampel = (17,5280 g 17,5133 g) x 1000 25 ml = 0,588 g/L = 588 mg/L

Lampiran 7 Contoh Perhitungan TOC (Total Organic Carbon)

Rumus : Kadar organik = ( A B) x 0,1 mg O2 x 1000 mL sampel

50

A = mL KMnO4 untuk titrasi sampel B = mL KMnO4 untuk titrasi blangko Volume KMnO4 blangko = (4,8 mL + 5,4 mL) : 2 = 5,1 mL Volume KMnO4 sampel = (5,0 mL + 5,3 mL) : 2 = 5,15 mL Kadar organic = (A-B) x 0,1 mg O2 x 1000 V sampel = (5,15 mL 5,1 mL) x 0,1 mg x 1000 25 mL = 0,2 mg/L

Lampiran 8 Contoh Perhitungan kesadahan

Kesadahan total = (VEDTA sampel x MEDTA) x 1000 x BM CaCO3 10 mL Standarisasi EDTA dengan ZnSO4.7H2O

51

Volume EDTA = 10,7 mL + 10,5 mL 2 = 10,6 mL

V . M (ZnSO4.7H2O) = V . M (EDTA) 10 mL x 0,01 M = 10,6 mL x MEDTA MEDTA = 0,0094 M

Volume EDTA sampel = 0,2 mL + 0,2 mL 2 = 0,2 mL Kesadahan total = (0,2 mL x 0,0094 M) x 1000 x 100 mg/mol 10 mL = 18,8 mg/L

Lampiran 9 Contoh Perhitungan Konsentrasi Besi (Fe) Lartn. Standar (X) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Absorban (Y) 0,0000 0,015 0,026 0,042 0,055 0,072

52

Persamaan Regresi : Y = A + BX = - 4,2857 x 10-4 + 0,0709 X Absorban sampel (Y) = 0,007 Y = A + BX 0,007 = - 4,2857 x 10-4 + 0,0709 X X = 0,1048 Lampiran 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. BAKTERIOLOGIS

53

Parameter a. Air Minum E. Coli atau fecal coli b. Air yang masuk sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Total Bakteri coliform c. Air pada sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Total Bakteri coliform

Satuan

Kadar Maksimum yang diperbolehkan 0

Jumlah per 100 mL sampel Jumlah per per 100 mL sampel Jumlah per per 100 mL sampel Jumlah per 100 mL sampel Jumlah per 100 mL sampel

0 0

0 0

2.

KIMIA

Bahan-bahan anorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)


Parameter Antimony Air Raksa Arsenic Barium Boron Cadmium Kromium Tembaga Satuan (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) Kadar Maksimum yang diperbolehkan 0.005 0.001 0.01 0.7 0.3 0.003 0.05 2

54

Sianida Fluoride Timah Molybdenum Nikel Nitrat (NO3-) Nitrit(NO2-) Selenium

(mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter)

0.07 1.5 0.01 0.07 0.02 50 3 0.01

Bahan-bahan anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen) Parameter Ammonia Aluminium Klorida Copper Kesadahan Hidrogen Sulfida Besi Mangan pH Sodium Sulfate Total padatan terlarut Seng 3. RADIOAKTIFITAS Parameter Gross aplha activity Gross beta activity 4. FISIK Parameter Paremeter Fisik Warna Rasa dan Bau Temperatur Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Satuan (bq/liter) (bq/liter) Kadar Maksimum yang diperbolehkan 0.1 1 Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Kadar Maksimum yang diperbolehkan 1.5 0.2 250 1 500 0.05 0.3 0.1 6.5 -8.5 200 250 1000 3

TCU o C

15 Suhu udara 3oC Tidak berbau dan berasa

55

Kekeruhan

NTU

Lampiran 11 Daftar MPN dengan 7 tabung seri 5-1-1 5 x 10 mL 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 Keterangan :


a. 5 x 10 mL = jumlah tabung sampel positif membentuk gelembung gas

1 x 1 mL 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1

1 x 0,1 mL 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1

MPN 2.0 2.0 4.0 2.2 4.4 4.4 6.7 5.0 7.5 7.6 10.0 8.8 12.0 12.0 16.0 15.0 21.0 21.0 27.0 38.0 96.0 96.0 240.0

Hasil Memuaskan Memuaskan Diragukan Memuaskan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek

dalam 10 mL medium LB2, dimana volume sampel 10 mL dan jumlah tabung semuanya 5.

56

b. 1 x 1 mL = jumlah tabung sampel yang positif membentuk gelembung gas

dalam 10 mL medium LB1, dimana volume sampel 1 mL dan jumlah tabung semuanya 1.
c. 1 x 0,1 mL = jumlah tabung sampel yang positif membentuk gelembung

gas dalam 10 mL medium LB1, dimana volume sampel 0,1 mL dan jumlah tabung semuanya 1.

57

Anda mungkin juga menyukai