Anda di halaman 1dari 15

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN

DALAM DARAH BERBASIS SENSOR CAHAYA !%





Usul Penelitian
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan
Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi

OLEH :
MUHAMMAD SALAHUDDIN
NIM. 11D108063






PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAN1ARBARU
NOVEMBER, 2010


RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN
DALAM DARAH BERBASIS SENSOR CAHAYA !%


I. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang
cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di
industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan
manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-
mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full
automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan
Computeri:ed Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. Model apapun yang
digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada keandalan
sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun
transduser yang digunakan.
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang
mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan
dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari
sistem pengaturan secara otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem
kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran Iisika, kimia, mekanis dan
sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau
sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan
listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang
disebut transduce.
Darah merupakan dalam tubuh manusia yang sangat penting dimana,
darah berIungsi sebagai alat transportasi, salah satunya menyangkut oksigen
keseluruh tubuh. Karena sangat pentingya maka pengukuran komponen penyusun
darah, misalnya kadar hemoglobin (Hb), merupakan indikator penting dalam
mengenali berbagai penyakit pada tubuh seseorang. Darah itu sendiri terdiri dari
beberapa komponen diantaranya eritrosit yang memberikan warna merah pada
darah dan didalam eritrosit itu terdapat hemoglobin yang mempengaruhi warna


merah darah. Warna merah itu sangat dipengaruhi oleh hemoglobin saat mengikat
oksigen dan disebut sebagai oksihemoglobin (HbO2). Berdasarkan perbedaan
kepekatan warna darah, kita dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah
manusia. Pengukuran kadar Hb pada umumnya dengan membandingkan warna
darah yang diuji dengan acuan standar seperti metode Sahli. Namun cara tersebut
kurang akurat karena sangat dipengaruhi oleh penglihatan pemeriksa, tidak
normal atau sudah lelah, atau intensitas sinar/penerangan kurang. Sehingga
diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kadar Hb secara akurat dan baku. Atas
dasar pertimbangan dan alasan tersebut, dicoba dirancang suatu alat pengukur
kadar hemoglobin dalam darah berbasis sensor cahaya photo diode.

II. PERUMUSAN MASALAH
Memperhatikan latar belakang diatas maka penulis menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengukur kadar hemoglobin dalam darah berdasarkan
kepekatan menggunakan sensor cahaya photo diode,
2. Bagaimana merancang alat ukur kadar hemoglobin dalam darah sesuai
standar Dinas Kesehatan.

III. TU1UAN PENELITIAN
%ujuan dari program penelitian ini adalah merancang suatu alat ukur
sensor cahaya photo diode untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.

IV. MANFAAT PENELITIAN
Kegunaan dari program penelitian ini adalah:
1. Membuat rancangan suatu alat sensor cahaya yang dapat diaplikasikan pada
pengukuran kadar hemoglobin dalam darah,
2. Memberikan cara alternatiI yang lebih cepat dan akurat dalam pengukuran
kadar hemoglobin dalam darah.



V. TIN1AUAN PUSTAKA
5.1. Kadar Hemoglobin Dalam Darah
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berIungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi
yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. (Soenarto,
1980)
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan
mesin otomatis. Selain mengukur hemoglobin, mesin ini juga dapat mengukur
beberapa komponen darah yang lain. Mesin pengukur akan memecah hemoglobin
menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan dari
zat lain dengan menggunakan zat kimia yang bernama sianida. Selanjutnya
dengan penyinaran khusus, kadar hemoglobin diukur berdasarkan nilai sinar yang
berhasil diserap oleh hemoglobin. (Soenarto, 1980)
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl yang artinya banyaknya
gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai normal hemoglobin tergantung
dari umur pasien (Soenarto, 1980):
O Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
O Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
O Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
O Anak anak : 11-13 gram/dl
O elaki dewasa : 14-18 gram/dl
O Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
O elaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
O Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Nilai diatas dapat berbeda pada masing masing laboratorium namun tidak akan
terlalu jauh dari nilai diatas. Ada pula laboratorium yang tidak membedakan
antara lelaki atau perempuan dewasa dengan lelaki atau perempuan tua. (Soenarto,
1980)


Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah
perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan
abnormalitas hemoglobin bawaan. Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai
pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit
seperti radang paru paru, tumor dan gangguan sumsum tulang juga bisa
meningkatkan kadar hemoglobin. (Soenarto, 1980)

5.2. Dasar-Dasar Teknik Pengukuran Digital

Gambar 5.1 menunjukkan rangkaian dasar pengukuran digital. Sistem ini
mengandung komponen pengukur : sensor, penguat instrumentasi, dan konverter
A/D (analog ke digital), mikrokontroler, display yang dapat berupa angka atau
suara. Disini hanya akan dibicaran dasar-dasar teori dari masing-masing
komponen dan masalah umum dalam teknik pengaturan digital. (WolIgang, 1995)






Penguat instrumentasi
Gambar 5.1. Struktur Dasar Pengukuran Digital
5.3. Sensor
Masalah utama dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik
adalah mengubah besaran Iisik (misalnya temperatur, gaya, kecepatan perputaran)
menjadi besaran listrik yang proporsional. Pengubahan yang melaksanakan hal ini
secara umum disebut sensor. %ermasuk dalam golongan ini adalah baik sensor
yang sederhana maupun alat pemproses sinyal elektronik yang terhubung
sesudahnya (misalnya penguat, kompensasi temperatur, linearitas). %ermasuk
dalam golongan ini juga komponen yang dapat mendeteksi adanya gas dan
kelembaban. Sensor harus memenuhi persyaratan kualitas sebagai berikut
(WolIgang, 1995):
Mikrokontroler

Display
(angka atau suara)

Konverter
A/D

sensor


1. inearitas
Konversi harus betul-betul proporsional, jadi karakteristik konversi harus
linear.
2. %ak tergantung temperatur
Keluaran konverter (converter) tidak boleh tergantung pada temperatur
disekelilingnya, kecuali sensor temperatur.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai
masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup
besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk
mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara
mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada
sistem tempat sensor tersebut berubah.
5. Batas Irekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai Irekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada
kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa Irekuensi terendah adalah 0 Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu, sensor harus dapat memberikan
keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama. Sayangnya,
kebanyakan nilai komponen elektronik berubah seiring dengan waktu.
Suatu ketidak-stabilan yang khusus, terutama terdapat pada sensor
pengukur gaya berbentuk pita yang ditarik sehingga memenjang. Pada
gaya yang tetap, keluarannya dapat berubah secara berangsur-angsur.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetis besi dapat pula dijumpai pada
sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat
memberikan keluaran yang berlainan, tergantung pada keadaan apakah
saat pada itu temperatur sedang naik atau turun.



Empat siIat di antara syarat-syarat diatas, yaitu linearitas, ketergantungan
pada temperatur, stabilitas pada temperatur, stabilias waktu dan histeritas
menentukan ketelitian sensor. (WolIgang, 1995)
Proses Iisik yang menjadi dsar kerja sensor tergantung pada aplikasi yang
memerlukan sensor tersebut. %abel 5.2 berikut ini menunjukkan proses Iisik yang
dapat dipilih untuk berbagai tujuan sensor. (WolIgang, 1995)

Besaran Fisik
Prinsip sensor
EIek
Hall
Piezo-
resistiI
Foto-
elektronik
Pita
tarik
%hermo
-resistiI
InduktiI
Arus listrik
Fluks magnet
%emperatur
Penerangan
Gaya
%ekanan
Posisi
Kecepatan
Percepatan
Kecepatan putar
X
X


X

X
X
X
X





X



X


X
X
X
X




X
X


X




X

X
X
X
X

%abel 5.2.
Sensor yang bekerja berdasarkan eIek Hall merupakan mempergunakan
semikonduktor sebagai komponen Hall, biasanya dengan sumber arus dan
penguat dalam satu modul terpadu (disebut OHE%, linear output hall eIIect
transducer). Modul ini memberikan tegangan yang sebanding dengan kerapatan
Iluks magnet. (WolIgang, 1995)
Sensor tekanan yang bekerja berdasarkan prinsip piezoresistiI terdiri atas
chip silikon berbentuk segiempat seluas beberapa mm
2
. Pada lapisan itu
dilekatkan membran berbentuk bulat untuk menerima tekanan. Diatasnya
dibentuk rangkaian jembatan dengan jalan menyuntikkan ion-ion. Pada keluaran
jembatan ini dapat timbul tegangan yang sebanding dengan tekanan yang diukur.
(WolIgang, 1995)


Sensor Iotoelektrik terdiri atas ED berwarna merah atau ED inIra merah
yang menyinari Iotodioda atau Iototransistor sebagai penerimanya. Mereka
tersedia sebagai satu kesatuan atau terpisah dalam masing-masing kotak. Kadang-
kadang juga dilengkapi dengan lensa agar dapat mengenali sinyal kecil dengan
lebih baik, atau untuk memperoleh jarak pengamatan yang lebih jauh. (WolIgang,
1995)
Pita tarik ditarik atas bahan resistiI (logam atau lapisan semikonduktor)
yang ditempelkan atau dilapiskan pada sehelai bahan isolator (kebanyakan bahan
sintetik). Resistansi bahan ini berubah bila memuai. Resistansi ini biasanya
dirangkaikan dalam rangkaian jembatan dengan resistor lainnya. Bila
dihubungkan dengan sumber tegangan yang stabil, rangkaian maka jembatan ini
akan memberikan tegangan yang nilainya sebanding dengan pemuaian pita tarik
tersebut. (WolIgang, 1995)
Besaran yang diukur bekerja pada pegas baja, almunium, atau tembaga-
berilium yang ditempeli pita tarik. Untuk menempelkannya dipergunakan bahan
perekat khusus, untuk menghindari variasi sinyal keluaran. (WolIgang, 1995)
Sensor thermoresistiI mempunyai siIat bahwa nilai resistansinya
tergantung pada temperatur. Bahan yang dipergunakan untuk keperluan ini adalah
kawat, lapisan logam, atau semikonduktor. Dua bahan yang disebut terakhir ini
yang banyak dipergunakan pada rangkaian terpadu (IC). IC tersebut dapat juga
mengandung pengatur tegangan, penguat, dan rangkaian untuk linearisasi.
(WolIgang, 1995)
Sensor induktiI mempergunakan osilatoryang diredam arus bolak-balik
yang ditimbulkan oleh osilator tersebut pada bagian-bagian logam. Perubahan
jarak dengan bagian-bagianlogam karenanya dapat mengubah amplituda tegangan
osilator. (WolIgang, 1995)
%eknik pembuatan sensor waktu ini mengalami perkembangan yang pesat.
Disini hanya dapat menyinggung beberapa jenis sensor. Dengan kriteria yang
disyaratkan tersebut diatas, maka pembaca dapat memilih sensor yang tepat guna
aplikasi khusus yang dihadapi. (WolIgang, 1995)



5.3. Dioda Infra Merah
Biasanya sebuah ED adalah sebuah dioda P-N, yang biasanya dibuat dari
bahan semikonduktor seperti Almunium-Galium-Arsinede (AlGaAs) atau Galium-
Arsinede-Phospide (GaAsP). Dioda InIra merah memancarkan cahaya oleh emisi
spontan dimana cahaya dipancarkan sebagai hasil dari pengkombinasian dari
elektron-elektron dan hole-hole.
Untuk memperoleh jarak yang cukup jauh, Dioda inIra merah memerlukan
sinyal dengan Irekuensi 30 hingga 50 kHz. Berbeda dengan Dioda ED yang hanya
memerlukan level tegangan DC saja untuk mengaktiIkan ED, Dioda InIra merah
memerlukan sinyal AC dengan Irekwensi 30 hingga 50 kHz untuk mengaktiIkannya.
Cahaya inIra merah tersebut tidak dapat ditangkap oleh mata manusia, sehingga
diperlukan phototransistor untuk mendeteksinya. (Setiawan, 2009)
%ransmisi data dilakukan dengan menggunakan prinsip aktiI dan non aktiInya
ED inIra merah sebagai kondisi logika 0 dan logika 1. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa untuk mengaktiIkan ED InIra merah diperlukan Irekuensi
sebesar 30 hingga 40 kHz, maka dalam hal ini logika 0 berarti sinyal berIrekwensi 30
KHz mengalir ke ED InIra merah dan logika 1 berarti tidak ada sinyal yang
mengalir ke ED InIra merah. (Setiawan, 2009)

5.4. Penguat Instrumentasi
Penguat yang paling banyak digunakan untuk pengukuran, instrumentasi,
atau pengendalian adalah penguat instrumentasi. Penguat ini dirancang dengan
beberapa op-amp dan tahanan presisi, yang membuat rangkaiannya sangat stabil
dan berguna bilamana ketelian merupakan hal yang sangat penting. Sekarang ini
terdapat banyak rangkaian terpadu dan versi-versi modul yang tersedia dalam
praktek-praktek tunggal. Sayangnya paket-paket ini relatiI mahal. %etapi bila yang
diperlukan adalah penampilan dan presisi, maka harga tersebut cukup memadai,
karena penampilannya tidak dapat ditandingi oleh rata-rata op-amp. (Coughlin,
1983)
Penguat instrumentasi adalah salah satu dari penguat-penguat yang paling
bermanIaat, cermat, dan serbaguna yang ada pada saat ini. Penguat ini dibuat dari
tiga penguat dan tujuh tahanan, seperti terlihat pada Gambar 5.3.1 dibawah.
(Coughlin, 1983)



Gambar 5.3.1 Penguat Instrumentasi
Untuk menyederhanakan analisis rangkaiannya, catatlah saja bahwa
penguat instrumentasi sesungguhnya dibuat dengan menghubungkan sebuah
penguat tersangga seperti Gambar 5.3.2 dibawah (Coughlin, 1983):

Gambar 5.3.2 Penguat tersangga
ke penguat diIerensial dasar seperti Gambar 5.3.3 dibawah:

Gambar 5.3.3 Penguat diIerensial dasar
Op-amp ke tiga dan empat hambatan yang sama membentuk sebuah
penguat deIernsial dengan gain sebesar 1 kali. Yang harus digandengkan hanyalah
tahanan- tahanan R saja. %ahanan yang disiapkan R` dapat diubah-ubah untuk
menyeimbangkan setiap teganagn mode bersama, seperti terlihat pada gambar
dibawah. Hanya ada satu tahanan, aR, yang digunakan untuk menyetel gain sesuai


dengan persamaan (Coughlin, 1983):
a E E
J
o
2
1
2 1


Di mana a aR/R
E
1
diterapkan ke masukan () nya dan E
2
ke masukan (-) nya. V
O
sebanding
dengan perbedaan antara tegangan-tegangan masukan. (Coughlin, 1983)
Ciri-ciri penguat instrumentasi diringkaskan sebagai berikut (Coughlin, 1983):|
1. Gain tegangannya, dari masukkan diIerensial (E
1
-E
2
) ke keluaran
berujung tunggal, disetel oleh satu tahanan.
2. Resistansi masukan dari kedua masukannya sangat tinggi dan tak
berubah jika gainnya berubah.
3. V
O
tidak tergantung pada tegangan bersama E
1
maupun E
2

(tegangan mode bersama, melainkan hanya pada perbedaan
keduanya.

VI. METODE PENELITIAN
6.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian laboratorium yang akan dilakukan di
abotarorium Instrumentasi Fisika Universitas ambung Mangkurat. Perancangan
dan pemodelan alat akan dilakukan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan
karakteristik sensor cahaya yang akan digunakan, pengerjaan ini akan dilakukan
dengan sangat detail di aboratorium Instrumentasi dengan mempertimbangkan
segala macam aspek yang akan dihadapi nantinya.

6.2. Instrumen Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini akan melibatkan beberapa instrumen
kelengkapan. Instrumen kelengkapan ini antara lain:
1. Kelengkapan administrasi, meliputi: surat menyurat pelaksanaan, surat
peminjaman alat, dan surat perizinan tempat.
2. Peralatan dan bahan laboratorium, meliputi: alat ukur dasar dan listrik, solder,
penyedot timah, papan rangkaian, catu daya, kabel-kabel penghubung,


komputer, komponen elektronik, sensor cahaya photo diode, tabung reaksi,
HCl 0.1 N .
3. Kalibrasi dan pembuatan sensor, meliputi: pengadaan komponen, penyediaan
medium Hb dan pembuatan perangkat keras.
4. Materi, dan literatur, meliputi: literatur penunjang baik dari buku, artikel
internet, dan jurnal.
5. Peralatan Dokumentasi berupa kamera digital

6.3. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi :
6.3.1 Pembuatan Rangkaian Sensor Cahaya diode Ioto
a. Rangkaian Power Supply
b. Rangkaian Sensor Cahaya photo diode
c. Pengkondisi Sinyal
d. Rangkaian %ampilan Akhir


6.3.2 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram





Gambar 6.1. Diagram blok rangkaian

6.3.2.1 %ransmiter InIrared
Blok Rangkaian Pemancar Radiasi inIra merah yang dihasilkan oleh dua
buah dioda lampu ED (ight Emiting Diode) inIra merah D1. Ketika rangkaian
ini dihidupkan ED akan memberikan cahaya yang diarahkan ke medium darah.
Merupakan sumber cahaya yang intensitasnya ketika sampai ke sensor cahaya
tergantung kepekatan darah.

%ransmiter
InIrared
Media Hb Sensor
Cahaya
Signal
Processing
Display


6.3.2.2 Media Uji Hemoglobin
Merupakan cairan hemoglobin dengan preparasi sebelumnya yaitu dengan
menambahkan kira-kira 5 tetes HC 0,1 N kedalam 2 mikroliter kemudian
dimasukkan ke dalam tabung. Media inilah yang ditempatkan diantara pemancar
inIrared dan sensor cahaya dioda Ioto. Kepekatan warna yang dihasilkan akan
mempengaruhi intensitas cahaya yang dilewatkan, sehingga dapat memberikan
inIormasi mengenai kadar Hb dalam medium uji tersebut

6.3.2.3 Sensor Cahaya
Sensor yang digunakan adalah sensor diode Ioto yang dihubungkan ke
resistor dengan rangkaian pembagi tegangan. Cahaya yang diterima sensor ini
berasal dari transmitter inIrared (diode inIrared) yang telah melewati medium uji
hemoglobin terlebih dahulu. Cahaya inIrared yang mengenai dioada Ioto
mengakibatkan keseimbangan pada rangkaian pembagi tegangan berubah. Adanya
perubahan tegangan akibat perbedaan intensitas cahaya inIrared yang melewati
medium inilah yang menjadi indikator untuk pengukuran kadar hemoglobin dalam
darah.

6.3.2.4 Signal Processing
Output dari sensor cahaya kemudian diukur menggunakan multimeter
untuk diketahui harga tegangannya. Sehingga dapat diketahui hubungan antara
kepekatan warna medium uji dengan tegangan yang dihasilkan. Dari data inilah
kalibrasi alat disesuaikan dan pengolahan sinyal dirancang agar output
pengukuran dapat ditampilkan pada seven segment maupun display dan dapat
disesuaikan dengan standar Departemen Kesehatan.

6.3.2.5 Display
Sinyal output yang telah diperoleh kemudian ditampilkan pada display
CD mutimeter berupa angka. Dari display ini dapat diketahui bagaimana
hubungan kadar hemoglobin media yang di uji dengan tegangan pada dioda.




Gambar 6.2. Rancangan rangkaian
%abel 6.1. Rancangan %abel Pengambilan Data






6.4. Pengolahan data
Hasil pengukuran yang akan dilakukan adalah harga kadar hemoglobin
dalam dan tegangan pada tiap titik pengukuran. Data-data tersebut akan
digunakan untuk membuat graIik dan plot data-data pada kertas graIik sehingga
didapatkan graIik hubungan antara harga kadar hemoglobin () dengan tegangan
dioda (v). Dari graIik ini kemudian didapatkan persamaan hubungan kadar
hemoglobin terhadap harga tegangan tersebut sehingga kalibrasi alat dapat
dilakukan.

6.5. Pelaporan
Bagian terakhir dari Penelitian ini adalah pelaporan. Kegiatan ini terdiri dari
mengumpulkan bahan laporan, membuat draI laporan, mengetik laporan,
menggandakan laporan dan penandatanganan laporan.

No Hemoglobin %egangan Dioda





VII. 1ADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan skripsi ditunjukkan pada tabel 6.2. berikut:
%abel 6.2. Jadwal kegiatan program
No Kegiatan
Bulan Ke
1 2 3 4 5 6
1. Persiapan & Perijinan
2. Perancangan dan kalibrasi alat
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Pengolahan Data
5. Pelaporan


VIII. DAFTAR PUSTAKA

Coughlin Robert F dan Driscoll Frederick F, 1983, Penguat operasional dan
rangkaian terpadu linear, Penerbit Erlangga, Jakarta.
ink WolIgang. 1995. !engukuran, !engendalian, Dan !engaturan Dengan !c.
P%.Elex Media Koputindo: Jakarta.
Setiawan, Iwan. 2009. Sensor dan Transduser. Semarang: Fakultas %eknik
Universitas Diponegoro.
Soenarto. 1980. Mengenal !enyakit Darah dari !emeriksaan Hemoglobin dan
Hapusan Darah. %epi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi. Semarang Cermin Dunia
Kedokteran No.18, 1980

Anda mungkin juga menyukai