Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan masih merupakan penyebab angka kematian dan
kesakitan tertinggi pada ibu pada sebagian besar negara berkembang.
Pasien obstetri sering dihadapkan terhadap kebutuhan transfusi darah
yang jika tidak ditangani dengan tepat akan meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas.
(RCOG, 2008; Akinola,2010; Obed,2010)
Pemakaian darah sebagai salah satu pengobatan yang belum ada
gantinya, akhir-akhir ini semakin meningkat,sedangkan sumber darah itu
masih tetap ada pada manusia sendiri, sehingga hal ini menimbulkan
masalah tidak terpenuhinya kebutuhan darah yang merupakan suatu
bentuk pertolongan sangat berharga kepada yang membutuhkan
(Pusat dat a
dan informasi PERS, 2003)
Transfusi darah bisa diberikan secara homolog maupun autolog,
tetapi hal yang terpenting adalah keamanan pemberian transfusi darah.
Karena pemberian darah untuk transfusi yang tidak aman lebih berbahaya
dibandingkan dengan tidak melakukan transfusi. Transfusi darah homolog
memegang peranan penting dalam obstetri modern, tetapi hal ini tidak
terlepas dari komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh proses transfusi
darah seperti reaksi transfusi, transmisi penyakit seperti HV dan hepatitis.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah tingginya biaya yang
dibutuhkan untuk transfusi darah.
(Obed, 2010)
Transfusi darah autolog merupakan kesuksesan di bidang transfusi
darah, karena bisa menghindari resiko transmisi penyakit dan reaksi
transfusi darah. Selain itu, ketersediaan donor yang segera menyebabkan
hal ini perlu dipertimbangkan untuk menjadi pilihan dalam pelaksanaan
transfusi darah
(WHO, 2002; Obed,2010)

BAB II
REAKSI TRANSFUSI DARAH
A. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam
24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori
yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa.
Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash.
Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-
berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku
otot. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian antipiretik, antihistamin atau
kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan tetesan diperlambat.
(Sodoyo,
2000; WHO, 2002)
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas
sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi
terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau
bakteri. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah,
nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri
punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku
otot, demam, lemah, hipotensi (turun <20% tekanan darah sistolik),
takikardia (naik <20%) dan hemoglobinuria. Reaksi ini disebabkan oleh
hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan
cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi. .
(Sodoyo, 2000; WHO,
2002)

. HemoIisis intravaskuIar akut


Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan
inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan
melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah
inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan
reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan
semakin meningkatkan risiko. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya
terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh
darah dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan
pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identitas
pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya
antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan darah lain
(selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti
sistem dd, Kell atau Duffy. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam
beberapa menit awal transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan
kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar atau dalam anestesia, hipotensi
atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin merupakan satu-satunya
tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak awal
transfusi dari setiap unit darah.
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
. KeIebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal
ini dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi
terlalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama
terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar
kardiovaskular. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)

. Reaksi anafiIaksis

Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam
plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan
vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi gA dapat
menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan
produk darah yang banyak mengandung gA. Reaksi ini terjadi dalam
beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps
kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif dengan
antihistamin dan adrenalin. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute
lung injury = TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang
mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi
paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan
gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik,
namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif. .
(Sodoyo, 2000;
WHO, 2002)

B. Reaksi Lambat
. Reaksi hemoIitik Iambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan
gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi
hemolitik lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal
ginjal dan DC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan pemilihan
sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)

. Purpura pasca transfusi


Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi
potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit.
Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen
spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala
dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia
berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung
trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila hitung
trombosit >50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung
trombosit 20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan
trombosit yang kompatibel dengan antibodi pasien. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002
. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan.
Biasanya terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan
transplantasi sumsum tulang; dan pasien imunokompeten yang diberi
transfusi dari individu yang memiliki tipe jaringan kompatibel (HLA: human
leucocyte antigen), biasanya yang memiliki hubungan darah. Gejala dan
tanda, seperti demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis,
pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah transfusi. Tidak ada
terapi spesifik, terapi hanya bersifat suportif. .
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)
. KeIebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka
waktu panjang akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya
(hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati).
Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat
pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan
akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.
.
(Sodoyo, 2000; WHO, 2002)

. Infeksi
nfeksi yang berisiko terjadi akibat transfusi adalah Hepatitis B dan
C, HV, CMV, malaria, sifilis, bruselosis, tripanosomiasis) .
(Sodoyo, 2000; WHO,
2002)

















BAB III
AUTOLOGOUS BLOOD TRANSFUSION

A. Definisi
utologous blood transfusion ( transfusi darah autolog) adalah
penggumpulan dan re-infusi darah pada pasien yang sama untuk
penggantian volume intravaskular. Hal ini diperkenalkan pada tahun 1818
oleh James Blundell yang melakukan reinfusi darah dari pasien
perdarahan postpartum setelah dicuci dengan Nacl 0.9 %. Meskipun
teknik ini berakhir dengan kematian pada 75% pasien tetapi hal ini
merupakan awal dari dimulainya era autologous transfusion.
(Alexandre, 2010;
Vanderlinde , 2002, Thomas D, 2005)

Pada awal tahun 1900 mulai dilakukan autologous transfusion pada
berbagai macam jenis operasi (pada operasi amputasi, KET, splenektomi,
operasi bedah saraf) dengan berbagai tingkat kesuksesan. Dengan
berkembangnya teknik pengambilan dan penyimpanan darah, permintaan
untuk tranfusi darah semakin meningkat. Pada tahun 1970 Klebanof
menemukan konsep baru dalam autologous transfusion dengan system
roller pump yang berhasil digunakan di Vietnam. .
(Alexandre, 2010; Vanderlinde ,
2002, Thomas D, 2005)

Hal utama yang menyebabkan dilakukannya transfusi darah
autolog adalah untuk mengurangi resiko transmisi infeksi dan untuk
mengatasi kekurangan sumber darah. Pada transfusi darah homolog
terdapat resiko penularan infeksi virus seperti HV, dan human T-cell
lymphotropic viruses ( HTLV). Meskipun telah dilakukan screening untuk
infeksi virus diatas, akan tetapi hal ini akan meningkatkan biaya dalam
pengolahan darah untuk transfusi.
( Walujn, 2006)

Transfusi darah autolog bisa dilakukan pada semua orang dewasa


yang memenuhi kriteria (Gambar 1). Untuk wanita hamil donor darah bisa
dilakukan pada trimester kedua dan ketiga jika memenuhi kriteria
diatas.
(AABB, 2004)
Karena semakin meningkatnya perhatian masyarakat mengenai
komplikasi infeksi yang ditimbulkan pada transfusi darah, autologous
transfusion menjadi alternatif yang paling bisa dilakukan









Gambar 1. Kriteria donor darah ( AABB, 2004)

B. TEKNIK
Transfusi darah autolog bisa dilakukan dengan 3 cara
Preoperative autologous blood donation
2 cute normovolemic hemodilution
3 Cell salvage
a. ntraoperatif
b. Postoperatif
Preoperative Autologous Blood Donation
Teknik ini tidak banyak digunakan di nggris , tetapi biasa
digunakan di Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Pengumpulan
darah biasanya dilakukan hingga 5 minggu sebelum hari operasi yang
ditentukan. Donor darah terakhir sebaiknya dilakukan paling lambat 48-72
jam sebelum operasi untuk menjaga keseimbangan volume darah. Darah
dikumpulkan dalam kantong darah yang berisi citrated phosphate dextrose
dan diberi label identitas pasien dan disimpan di bank darah seperti
standar penympanan darah pada umumnya sampai digunakan pada saat
dibutuhkan
(Walujn A, 2006)

KeIebihan
- Teknik ini bisa menyediakan darah hingga 4 unit yang mencukupi
hampir sebagian besar kebutuhan darah untuk operasi elektif.
- Resiko transmisi virus dan reaksi hemolitik, febris dan alergi yang
diperantarai oleh reaksi imun bisa dihindarkan
(Walujn A, 2006)

Kekurangan
- Membutuhkan perencanaan operasi yang baik
- Darah yang didonorkan harus dilabel untuk mencegah terjadinya
kesalahan

- Hampir 50 % darah yang diambil tidak dipergunakan sehingga


menyebabkan tingginya biaya teknik ini jika dibandingkan dengan
transfusi biasa
- Tidak semua pasien bisa mentoleransi terhadap teknik ini. Untuk itu
diperlukan supplemen besi untuk mendukung proses eritropoiesis.
Eritropoeitin bisa digunakan unutk meningkatkan kadar hemoglobin
akan tetapi harganya relative lebih mahal
(Walujn A, 2006)

Perhatian dan kontraindikasi
Pasien harus bisa mentoleransi tindakan phlebotomy yang
berulang. Teknik ini tidak bisa dilakukan pada pasien dengan anemia,
penyakit jantung sianotik, penyakit jantung iskemik, stenosis aorta atau
hipertensi yang tidak terkontrol.
(Walujn A, 2006)

KompIikasi
Semua komplikasi yang mungkin ditimbulkan akibat penyimpanan
darah ( kontaminasi saat pengambilan darah dan hemolisis )
(Walujn A,
2006)

Kontroversi
Dalam pelaksanaannya sulit untuk mempertahankan proses
eritropoiesis dan kadar hemoglobin selama proses pendonoran darah.
Oleh karena itu disarankan pasien yang akan menjalankan
preoperative blood donation dengan Hb 13 g/dl menjalani operasi
dengan Hb 10g/dl dan 3 unit darah di bank darah. Makin rendah hb
preoperative akan meningkatkan resiko untuk transfusi selama operasi.

(Walujn A, 2006)
. Sedangkan dari penelitian di Rumah Sakit Maiduguti di
Nigeria, donor darah dapat dilakukan pada ibu hamil asal memenuhi
criteria ( umur 18-65 tahun, berat badan > 48 kg dan hematokrit >
34%)
(Obed, 2010)
Untuk itu di nggris PAD dilakukan pada kondisi berikut

- Pasien dengan golongan darah yang sangat jarang


- Pasien yang mendonorkan sumsum tulang
- Pasien yang menolak transfusi darah dari orang lain.

. Acute normovoIaemic haemodiIution (ANH)
cute Normovolemic haemodilution adalah teknik pengumpulan
darah sesaat sebelum dimulai tindakan bedah atau persalinan pada
pasien obstetri. Dengan teknik ini dimungkinkan pengumpulan darah 15-
20 ml/kgbb. Keadaan normovolemi pasien dipertahankan dengan
pemberian cairan koloid atau kristaloid sebanyak darah yang diambil. Jika
penggantian cairan menggunakan kristaloid maka setiap volume darah
yang diambil digantikan dengan 3 kali volume kristaloid. Darah kemudian
disimpan dengan cairan kristaloid atau koloid dan disimpan di dalam
kamar operasi untuk dimasukan kembali setelah operasi selesai
(Walujn, 2006,
Belfort,2010)
Teknik ini dilakukan sebelum operasi sectio sesaria pada wanita
yang memiliki resiko tinggi seperti plasenta previa dan akreta. Sebuah
kasus dilaporkan pada wanita yang menjalani ANH sebelum dilakukan
caesarian hysterectomy dengan indikasi plasenta percreta. Hematokrit
sebelum dimulai operasi adalah 41 %, setelah dilakukan ANH 31 % dan
post transfusi darah setelah selesai operasi adalah 29.8 %. Pada kasus ini
tidak ditemukan gejala mual, muntah serta kelainan pada tanda vital serta
bunyi jantung anak
(Belfort, 2010)

Keuntungan
Mengurangi kebutuhan akan penyimpanan darah

Darah yang ditransfusi mempunyai komponen yang lengkap


(Belfort,
2010)


Kekurangan dan kompIikasi
Ketidakstabilan hemodinamik yang bisa memicu iskemi miokard
pada pasien yang mempunyai faktor resiko penyakit jantung
Membutuhkan tenaga anestesi yang terlatih
(Belfort, 2010)

Kontrovesi
Masih sedikit data yang dilaporkan mengenai efektivitas teknik ini,
terutama mengenai keamanan teknik ini pada pasien dengan penyakit
jantung iskemik yang asimptomatik
(Belfort, 2010)


. CeII saIvage
Merupakan teknik yang paling banyak digunakan, terutama pada
operasi bedah torak, bedah vascular, ortopedi , bedah saraf dan operasi
transplantasi.Darah dikumpulkan dari daerah operasi atau pada tabung
suction dan ditransfusikan kembali ke dalam tubuh pasien setelah
dilakukan filtrasi dan pencucian. Teknik ini bisa dilakukan selama operasi
atau setelah operasi selesai atau keduanya. Beberapa alat tersedia untuk
pengumpulan darah, yang secara umum dibagi atas:
(Belfort, 2010)

a. Darah bisa dikumpulkan dari selang hisap ke wadah
pengumpul. Kemudian diproses setelah memenuhi volume
tertentu ( 1000 ml) untuk menghasilkan packed red cells untuk
ditransfusikan kembali. Siklus ini bisa diulang lagi jika diperlukan


Gambar 2
A. darah mengalami heparinisasi, filtrasi dan dikumpulkan kedalam kantong
B.darah dialirkan kedalam ruang pengolahan darah
C. eritrosit dipisahkan dari debris dan komponen lain dengan sentrifugasi
D. eritrosit dialirkan ke kantong dan siap untuk ditransfusikan lagi


b. Semi-continous system bisa digunakan dimana proses
pengumpulan, antikoagulasi dan pencucian darah berlangsung
secara simultan. Teknik ini cocok digunakan pada volume darah
yang lebih kecil
c. Dengan menggunakan kantong pengumpul darah yang
disambungkan ke drain untuk mengumpulkan darah yang hilang
setelah dilakukan operasi.

Setelah darah dikumpulkan dilakukan pengolahan darah yang


dibagi atas pencucian dan filtrasi. Pada proses pencucian , eritrosit
dipisahkan dengan sentrifugasi. Konsentrat ini kemudian dipindahkan ke
kantong transfusi dan sisanya dibuang. Pengumpulan darah intraoperatif
dan post operatif sering digunakan, pengumpulan darah dilakukan
intraoperatif dan ditransfusikan ketika pasien sudah berada di ruang
pemulihan.
(Walujn A, 2006, Belfort, 2010))
Keuntungan
Teknik ini memungkinkan penyediaan eritrosit dalam jumlah
yang proporsional dengan jumlah perdarhahan selama operasi
Merupakan pilihan pada operasi yang diperkirakan akan
meyebabkan terjadinya kehilangan darah yang banyak
Mempunyai catatan keamanan yang baik selama pelaksanaan
PoCS adalah teknik yang mudah serta murah untuk proses
pengumpulan dan retransfusi darah
Bisa diterima oleh jehovah's witnesses
(Walujn A, 2006, Belfort, 2010))

Kerugian
ntraoperative cell salvage membutuhkan peralatan khusus yang
kompleks sehingga membutuhkan biaya yang besar
Dibutuhkan tenaga terlatih untuk pengoperasian alat
Darah bisa bercapur dengan debris dan mikroagregat lainnya
(Walujn A, 2006, Belfort, 2010))

Pencegahan dan kontraindikasi
Teknik ini tidak bisa dilakukan pada pasien sepsis dan operasi dengan
kemungkinan kontaminasi yang besar seperti operasi usus. Penggunaan
cell salvage pada operasi keganasan dan obstetri masih diperdebatkan.

(Walujn A, 2006, Belfort, 2010)

KompIikasi
Ketika sejumlah besar darah yang diproses ditransfusikan akan ditemukan
perubahan-perubahan pada parameter hematological diantaranya:
- Gangguan elektrolit seperti peningkatan kadar natrium dan klorida
serta penurunan kadar magnesium , kalsium dan albumin.
- Koagulopati delusional karena darah yang ditransfusikan tidak
mengandung trombosit atau factor pembekuan lainnya. Kadang-
kadang memerlukan transfuse komponen darah
- DC


Penggunaan alat filtrasi yang tidak tepat bisa menyebabkan kerusakan
pada eritrosit, dan kemungkinan terjadinya emboli udara. Pireksia dan
menggigil sering dilaporkan pada pasien yang mendapat transfusi darah
dengan angka 1.5-12 % . penyebab pasti belum diketahui , kemungkinan
besar disebabkan oleh aktivasi sitokin pada darah yang ditransfusikan.

(Walujn A, 2006)

Kontroversi
Bukti yang menunjukkan keamanan dan lebih hemat dari segi biaya teknik
ini masih sangat terbatas. Tinjauan terbaru Cochrane terhadap 49
percobaan kontrol acak selama 24 tahun menunjukkan penggunaan cell
salvage mengurangi transfusi homolog sebanyak 40%. Hal ini tidak
berhubungan dengan komplikasi yang terjadi seperti perdarahan, infeksi,
thrombosis dan stroke. Tinjauan yang dilakukan menyimpulkan perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk semua jenis prosedur operasi
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai keamanan dan
efektifitas teknik ini.
(Walujn A, 2006)

Pertimbangan khusus terhadap operasi keganasan karena kemungkinan
penyebaran sel-sel tumor melalui darah meskipun sel sel ganas tersebut

bisa dimusnahkan dengan radiasi akan tetapi hal ini memerlukan


penelitian yang lebih lanjut.
(Walujn A, 2006)

Penggunaaan teknik cell salvage pada bidang obstetri masih
diperdebatkan karena secara teori terdapat resiko terjadinya emboli air
ketuban karena tercampur pada saat dilakukan operasi section sesaria
dan tidak bisa dipisahkan seluruhnya pada saat proses pencucian. Akan
tetapi resiko emboli air ketuban terlalu dibesarkan.
(Asworth,2010)

Karena pada 46 kasus emboli air ketuban gejala yang ditemukan
mirip dengan syok anafilaktik dan syok septic. Untuk itu istilah istilah
sindrom anafilaktoid dalam kehamilan lebih tepat digunakan. masih belum
jelas komponen mana dari air ketuban yang menyebabkan gejala tersebut
. adanya skuama janin dianggap sebagai marker emboli air ketuban, akan
tetapi bisa juga ditemukan pada sirkulasi maternal pada pasien persalinan
normal. Pada tahun 2005 NCE mengeluarkan pedoman yang
menyimpulkan penggunaan teknik cell salvage pada bidang obstetri aman
jika digunakan kombinasi dengan leucocyte depletion filter
(LDF).
(Asworth,2010)

BAB IV
KESIMPULAN
1. Transfusi darah autolog jika digunakan secara tepat bisa menjadi
alternatif pengganti transfusi darah homolog
2. Preoperative autologous blood donation dan cute Normovolemic
hemodilution sangat berguna dilakukan pada golongan darah yang
jarang dan pada kasus bedah elektif yang diprediksi akan
mengalami perdarahan yang banyak.
3. Secara umum transfusi darah autolog bisa dilakukan pada pasien
obstetri dengan aman.











DAFTAR PUSTAKA

Adukauskiene D et al, The Usage of Blood Components in Obstetrics
Continuing Medical Education in Medicina ( Kaunas) vol 46 2010

Akinola O et al, valuation of blood reservation and use for caesarean
sections in a tertiary maternity unit in south western Nigeria in BMC
Pregnancy and Childbirth 2010

Alexandre M et al, infusion theraphy in nfusion Nursing: An Evidence-
Based Approach St Louis - Saunders elsivier 2010

American Association of Blood Banks. Standards for Blood Banks and
Transfusion Services , 23rd edn. Bethesda, MD : AABB , 2004

Ashworth A, Klein AA, Cell salvage as part of a blood conservation
strategy in anaesthesia in British Journal of Anaesthesia 105 (4):
40116 (2010)

Belfort MA et al, Blood component replacement in Critical care Obstetrics
fifth edition , Wiley-Blackwell 2010

http://www.rch.org.au/bloodtrans/adverse.cfm?doc_id=5323 diakses pada
25 Februari 2011

Obed JY, Geidam AD, Reuben N , utologous Blood Donation and
Transfusion in Obstetrics and Gynaecology at University of
Maiduguri Teaching Hospital Maiduguri in Nigerian Journal of
Clinical Practices vol 13 June 2010

Pusat Data dan nformasi PERS : Peraturan Pemerintah RI no tahun
tentang Transfusi Darah 2003.

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists , Blood Transfusion n
Obstetrics Green-top Guideline no 47 July 2008

Sodoyo AW, Djoerban Z Transfusi darah dalam Ilmu Penyakit dalam jilid II
,Balai penerbit U Jakarta, 2000

Thomas D, Autologous transfusion in Practical Transfusion Medicine
second edition, by Blackwell Publishing Ltd Massachusett, 2005


Vanderlinde ES, Heal JM, Blumberg N. Autologous Transfusion. BMJ
2002;324(7340):772-5.

Walujn A et al Autologous Blood Transfusion in Continuing Education in
Anaesthesia, Critical Care & Pain | Volume 6 Number 5 2006
WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002

Anda mungkin juga menyukai