Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN I.

1 LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia tumbuh dengan berbagai macam budaya dan itulah yang menjadi ciri khas bangsa ini dalam aplikasi hidup sehari-hari. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat 33 provinsi. Maka terdapat 33 perbedaan pula budaya dan adat setiap daerahnya. Dalam 1 provinsi saja ada banyak lagi keseragaman yang kita jumpai pada setiap kota, kabupaten, kecamatan sampai kelurahannya. Klasifikasi ini tercakup dalam administrasi pemerintahan yang modern. Namun, sebelumnya kita berada dalam 1 rumpun Melayu, ras masyarakat Timur dan kita tumbuh dengan perbedaan indah yang ada saat ini. Budaya masyarakat Indonesia meliputi 7 unsur kebudayaan universal yakni Religi, bahasa, teknologi, mata pencaharian, kesenian, kekerabatan, dan pengetahuan. Dengan 7 unsur itu manusia bisa menjalani hidupnya dan berbaur dengan lingkungan sekitar untuk dapat memperoleh keseimbangan hidup yaitu kesehatan lahir dan bathin. Masyarakat yang bisa berkembang adalah masyarakat yang sehat. Maka, untuk memperoleh kesehatan itu, banyak masyarakat yang memiliki cara-cara tertentu untuk bisa memulihkanfisik dan psikologisnya melalui budaya dan keyakinan kesehatan tradisional. Pada paper ini, penulis mengkaji beberapa macam tindakan atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat di desa Gambok, Nagari Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Namun, selanjutnya penulis cukup membatasi dengan menyebut desa G saja untuk lebih menjaga Privacy nama desa ini. Alasan penulis membuat paper tentang desa ini adalah karena penulis mengamati ada cukup banyak keyakinan masyarakat dan tindakan kesehatan tradisional yang ada di desa ini dan masih berkembang saat ini. Penulis mengobservasi dan melakukan wawancara dengan penduduk setempat terkait dengan model-model kesehatan tradisional yang familiar atau lumrah digunakan di desa ini. Semua itu terfokus pada kajian 5W+1H yaitu apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana keyakinan itu dilaksanakan oleh masyarakat. Penulis membaginya dalam 3 segmen yaitu Etiologi penyakit, tindakan preventif (pencegahan penyakit) dan tindakan kuratif (pengobatan penyakit).

I.2 TUJUAN a. Tujuan Umum Paper ini ditujukan kepada pembaca terutama tenaga kesehatan dan mahasiswa keperawatan agar mengetahui dan memahami keterkaitan antara budaya dan kesehatan yang berkembang pada masyarakat desa. b. Tujuan Khusus Agar mahasiswa mampu menghubungkan budaya dengan kesehatan dan mengklasifikasikannya Mahasiswa mampu mengkaji dan menemukan arti rasional pada keyakinan kesehatan masyarakat desa Mahasiswa dapat menerapkan Pemahaman ini dalam prakteknya di rumah sakit terutama dalam berkomunikasi dengan klien sesuai budayanya. I.3 PERMASALAHAN Apa yang menjadi keyakinan kesehatan masyarakat yang terkait dengan budaya? Siapa yang melaksanakan atau memakai budaya tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan? Kapan masyarakat menggunakan keyakinan tersebut? Dimana tempat pelaksanaannya? Mengapa masyarakat mau melaksanakan keyakinan tersebut? Bagaimana proses atau cara pelaksanaan keyakinan atau tindakan tersebut?

BAB II PEMBAHASAN A. BUDAYA MASYARAKAT DESA G SEHUBUNGAN DENGAN KEYAKINAN KESEHATAN TENTANG ETIOLOGI PENYAKIT 1. what? Keyakinan ini sering disebut-sebut masyarakat desa dimana dikenal sebuah petuah bahwa wanita yang sedang mengalami menstruasi tidak boleh menginjakkan kakinya di atas tanah ladang petani yang sedang digarap. Who? Petuah ini sering disampaikan secara turun temurun terutama kepada remaja perempuan dan para wanita yang masih dalam masa subur When? Keyakinan ini dipakai ketika para petani mulai menggarap ladangnya sampai selesai. Mereka tetap waspada agar wanita yang sedang menstruasi tidak memasuki / menginjak tanah ladang mereka Where? Tidak semua ladang yang dilarang bagi mereka untuk melewatinya. Ladang yang dimaksud disini adalah ladang yang ditanami tanaman yang jarang ditanam (hanya sekali-sekali) seperti cabai, terung, tomat dan tanaman yang rentan terhadap hama terutama cabai. Why? Keyakinan ini dipakai karena menurut kepercayaan masyarakat setempat, wanita yang sedang haid dianggap tidak suci karena membawa darah kotor sehingga dapat mendatangkan penyakit bagi tanaman dan hasil panen menjadi berkurang. 2. what? Menurut masyarakat desa G, nama yang diberikan pada seorang anak bias mempengaruhi kesehatannya. Apakah nama itu cocok atau tidak dengannya. Jika cocok maka bayi tersebut tidak akan menderita penyakit (sakit-sakitan), dan jika tidak cocok maka bayi tersebut akan sering sakit. Who? Pemberian nama Mempengaruhi kesehatan anak Hubungan Menstruasi pada wanita dengan Hasil Panen Petani

Keyakinan ini dominan digunakan oleh masyarakat terutama kaum ibu yang melahirkan seorang bayi. When? Setelah bayi diberi nama, perlu dilihat kesehatannya. Bila anak sering sakit dan sulit untuk sembuh setelah diberi nama, berarti nama itu dianggap todak cocok untuk bayi tersebut dan sebaiknya nama bayi diganti. Where? Why? Jika anak sakit, para tetua menyarankan agar nama anak diganti. Dan setelah diganti, jika keadaan si bayi membaik, maka dapat dikatakan bahwa nama itulah yang cocok dan pantas untuknya. Faktor penyebab penggantian nama anak ini tidak diketahui pasti, namun ada penduduk yang mengatakan kadang karena nama anak itu sama dengan nama nenek moyangnya dan almarhum/almarhumah tidak mengizinkan kesamaan tersebut. How? Keyakinan ini dipakai oleh masyarakat setempat karena telah terbukti bahwa ternyata saat nama bayi diganti, bayi tersebut tidak sakit-sakitan lagi. Ada beberapa penduduk menyatakan (Ny.S dan Ny. M) bahwa mereka pernah mengganti nama bayinya yang dulunya sering sakit dan rewel sebab menurut orang tua nama itu tidak cocok dan setelah disarankan mereka mengganti nama si bayi. 3. what? Pada statement ini, masyarakat desa G mempercayai bahwa memakan ampela ayam dapat mengubah warna mulut dan gusi menjadi kehitaman. Who? Walaupun masyarakat beranggapan demikian, namun bagi wanita yang telah menikah tidak apa-apa, yang dilarang disini adalah anak gadis yang belum menikah. When? Keyakinan ini terus diingatkan pada anak perempuan oleh orangtua mereka setiap akan memakan sambal ayam. Where? Why? Karena mulut dan gusi yang kehitaman dapat mengurangi kecantikan mempelai wanita (yang biasa disebut anak daro bagi masyarakat Minangkabau. 4 Makan Ampela Ayam Mempengaruhi Warna Mulut dan Gusi

How? Biasanya, untuk mencegah agar anak perempuan tidak memakan ampela ayam, maka mereka diperkenalkan terlebih dahulu dengan mengajak mereka memaksa sambal ayam dan menunjukkan bentuk ampela itu sendiri seperti apa agar mereka tahu yang mana bagian dari ayam yang tidak boleh mereka makan. Atau dengan cara memisahkan ampela dari sambal tersebut dan tidak dihidangkan. B. TINDAKAN PREVENTIF YANG DILAKUKAN MASYARAKAT DESA G YANG BERHUBUNGAN DENGAN BUDAYA 1. What? Genggong merupakan suatu alat yang terbuat dari batu karang dan berbentuk seperti cakram tipis berwarna putih dan diikatkan dengan tali kemudian dikalungkan pada bayi. Tujuan benda ini dipasang adalah agar kepala bayi tidak miring / tonus otot leher tidak lemah. Sedangkan dasun adalah tanaman umbi lapis seperti bawang putih dan memiliki bau yang khas dan dianggap dapat melindungi bayi dari gangguan makhluk supranatural. Who & when ? Sasaran pemakaian genggong adalah bayi yang baru mulai belajar duduk / dipangku dengan posisi duduk. Sedangkan sasaran pemakian dasun adalah bayi baru lahir sampai ia pandai berjalan. Where? Genggong dipakaikan dengan cara mengalungkannya di leher bayi. Sedangkan dasun dipakai dengan menyematkannya dengan peniti ke baju atau pakaian anak. Why? Masyarakat memakai ini karena dianggap dapat mencegah miringnya kepala bayi dan bayi dapat terhindar dari makhluk supranatural sehingga tidak mudah sakit. How? Genggong dipasangkan pada bayi saat ia mulai belajar duduk dan baru dilepas di saat kepala bayi sudah tegap dan bisa berjalan. Dasun dipasangkan sejak bayi lahir biasanya setelah ia mandi atau saat bayi akan dibawa pergi oleh ibunya keluar rumah. Alat ini dianggap sebagai perisai bagi anak agar tidak diganggu makhluk-makhluk halus yang bisa menyebabkan ia sakit karena menurut kepercayaan penduduk setempat, bayi atau anak2 dianggap masih dapat melihat makhluk2 tersebut. Pemakaian Genggong dan Dasun pada Bayi

2. What?

Makan Sirih Membuat gigi dan Gusi kuat

Sirih merupakan sejenis tanaman yang menurut masyarakat desa S bisa membuat gigi kuat, bersih, sehat dan tidak rapuh. Who? Yang diperbolehkan memakan sirih ini hanyalah orang dewasa pada setiap ada undangan. Namun, ada juga nenek-nenek yang memang rutin memakan sirih ini setiap hari agar giginya tidak keropos. When? Tradisi ini telah lama berkembang dari nenek moyang masyarakat desa dan turun temurun pada setiap generasi. Biasanya masyarakat menggunakan sirih disaat mangundang setiap keluarga (dari rumah kerumah) dan biasa disebut mamanggia dan keluarga yang diundang (pihak orang tua terutama ibu-ibu) yang ditemui akan memakan sirih sebagai pertanda ia telah menerima undangan dari yang akan berpesta. Where? Tempat memakan sirih ini boleh dimana saja asal di tempat yang layak. Why? Karena nenek moyang kita dahulu hanya menggunakan bahan makanan yang alami dan belum ada juga Xylitol, permen karet yang bisa menjaga keutuhan gigi di waktu itu. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang alami itu lebih baik. How? Caranya adalah: Sirih dicampur dengan seulas pinang, gambir dan sadah lalu digulungkan didalam sehelai daun sirih tersebut lalu dikunyah-kunyak (tidak ditelan) sampai sirih tersebut hancur dan menyisakan warna merah segar dimulut. C. TINDAKAN KURATIF YANG DILAKUKAN MASYARAKAT DESA G YANG BERHUBUNGAN DENGAN BUDAYA 1. What? Segmen ini yang paling menonjol terlihat pada masyarakat desa ini yang masih memiliki paradigm medis personalistik. mereka menganggap bahwa ada agen yang menyebabkan datangnya penyakit pada seseorang. Yang paling sering adalah demam dan sakit kepala. Entah mengapa masyarakat desa ini berasumsi seperti itu. Namun, dengan sugesti itu juga mereka 6 Persepsi Demam dan Tasapo bagi Masyarakat Desa G

bisa sembuh. penyakit demam yang dengan gejala tidak biasa ini (mis.tidak enak badan, suhu tubuh terasa panas dll) disebut Tasapo. Tasapo sering dikenali setelah ada tanda-tanda tertentu dari orang yang sakit sebelum ia mengalaminya. Misalnya lewat di suatu tempat yang sunyi atau keramat. Who? Penyakit demam Tasapo ini menyerang semua umur, namun hanya saja cara mendiagnosa penyakitnya agak berbeda antara balita atau anak-anak dengan orang dewasa. Orang yang bisa mendiagnosa penyakit ini biasanya orang pintar yang dianggap dapat menyelesaikan penyakit yang berhubungan dengan makhluk supranatural. When? Waktu-waktu demam ini muncul bervariasi. Baik pagi, siang sore maupun malam hari. Tapi yang paling sering penduduk mengatakan bahwa waktu yang rentan adalah tengah hari, apalagi di saat matahari terik. Where? Orang yang pernah mengalami penyakit ini mengaku di-diagnosa tasapo oleh orang pintar yang ada didesa setelah ia lewat di suatu tempat yang sepi saat matahari terik . namun, kadang tidak diketahui pasti di tempat mana saja demam ini dapat muncul. Why? Demam ini diartikan sebagai bentuk penyakit yang disebabkan karena terganggunya seseorang oleh makhluk halus terlebih di siang hari. How / bagaimana cara mendiagnosa penyakit ini ? Bagi yang merasa demam, pasien datang ke orang pintar yang ada di desa dengan membawa sepotong kunyit. Kunyit ini akan diiris menjadi 2 bagian dan akan diuji oleh orang pintar tersebut dengan membacakan doa-doa dan memutar-mutarkannya lalu potongan kunyit dijatuhkan ke lantai. Jika ada potongan dari kunyit tersebut yang berdiri (posisi tegak/vertical) maka itu dianggap positif demam. Untuk pengobatannya, potongan kunyit itu akan ditawar lagi oleh orang pintar tadi dengan doa-doa dan mantra tertentu lalu beliau menyuruh si penderita untuk mengusapkan potongan kunyit itu dengan membentuk tanda positif (+) di dahi dan kedua bahu.

2. What?

Tali Pusar Bayi Bisa Dijadikan Obat

Sejak dahulu, nenek moyang dari masyarakat ini pernah mencobakan pengobatan dengan menggunakan tali pusar bayi. Karenanya ada orang tua yang menyimpan tali pusar bayinya untuk dijadikan obat bila anaknya sakit. Who? Yang dapat menggunakan pengobatan ini adalah siapapun, asalkan ia atau orangtuanya tetap menyimpan tali pusarnya sendiri sampai ia dewasa. When? Penggunaan obat ini adalah di saat anak sakit, baik rewel atau demam. Penggunaannya tidak memandang usia. Asalkan tali pusar itu adalah tali pusarnya sendiri bukan milik orang lain. Namun, menurut masyarakat, lebih ditekankan lagi bahwa penyakit yang diobati disini terutama penyakit ringan yang sulit sembuh setelah di obati dengan cara apapun. Where? Sejauh ini hanya di desa yang masih melaksanakan pengobatan ini meskipun sudah sangat jarang tapi masih ada. Why? Alasan masyarakat memakai pengobatan ini tidak diketahui pasti, karena mereka mengetahui dari generasi ke generasi. Namun, memang ada masyarakat sebelumnya yang menerapkan pengobatan tali pusar ini dan ternyata memang berhasil, dalam kata lain ada buktinya. How? Cara pengobatannya adalah dengan menjemur tali pusar bayi yang sudah disimpan, setelah kering tali pusar itu di rendam lalu airnya diminum.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakityang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat. Salah satunya yang terdapat pada desa G, disana banyak sekali konteks budaya yang beranekaragam yang banyak kita temukan di berbagai daerah, jadi dengan keanekaragaman budaya itulah yang menggambarkan cirri khas budaya pada desa G. SARAN Setelah membaca Paper ini disarankan kepada pembaca terutama perawat agar lebih memperhatikan tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada klien terutama bayi dan balita karena tindakan yang diberikan kepada orang dewasa berbeda dengan bayi dan balita. Selain itu disarankan kepada kepada mahasiswa keperawatan untuk dapat membuat makalh yang lebih sempurna dari makalah ini. Berdasarkan isi dari paper banyak kekurangan yang terdapat pada isi yang dijelaskan dan bahasa yang di gunakan penulis sebagian besar masih teksbook. Hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman dari penulis sendiri. Hendaknya dimasa yang akan datang diharapkan para penulis dan penerus selanjutnya lebih memahami lagi terhadap materi yang akan dibuatnya serta dapat menggunakan penulisan yang lebih efektif sehingga lebih mudah dipahami pembaca.

DAFTAR PUSTAKA KEPUSTAKAAN

http://id.wikipedia.org/ (on-line/ diakses tanggal 23 Februari 2011). Loedin AA.1989. Dalam:Lumenta B.Penyakit, Citra Alam dan Budaya.Tinjauan Fenomena Sosial. Cet.pertama Penerbit Kanisius. Nizar Zainal Abidin.1993. Laporan Penelitian PengobatanTradisional Daerah Bandung. Disajikan pada Lokakarya II tentan g Penelitian PengobatanTradisional. Ciawi.

10

Anda mungkin juga menyukai