Anda di halaman 1dari 4

KEMBALI KE UUD 1945 SEBAGAI SOLUSI PENYELAMATAN BANGSA

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang resmi berdiri sejak 17 Agustus 1945
ternyata masih belum sanggup untuk mewujudkan apa yang sudah dicita-citakan oleh
Founding Father Negara ini. Konsepsi Negara yang mencita-citakan meningkatkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan anak bangsa, dan melindungi tumpah darah Indonesia
kini hanya angan-angan dan penghias dalam pembukaan UUD 1945 saja. Dasar ideologi
yang mencerminkan suatu keteraturan tatanan sosial dan penuh dengan keadilan sosial
ternyata hanya cukup menjadi bahan haIalan siswa-siswi Sekolah Dasar semata.
Realita yang terjadi sekarang setelah Negara ini berdiri lebih dari 66 tahun, rakyat
Indonesia sebagai pemilik resmi masih belum bisa menikmati apa yang seharusnya mereka
dapat dari negeri yang kaya dengan sumberdaya alam ini, bahkan banyak diantara rakyat
yang masih hidup dibawah garis kemiskinan sampai harus menjerit karena kelaparan. Kondisi
seperti itu telah mendorong dan memaksa rakyat berkompetisi dengan sesamanya untuk
mendapatkan sesuap nasi dan pemenuhan kebutuhan yang lainnya, sehingga mereka saling
curiga bahkan saling memakan antar sesama.
Sering kali kita dihadapkan pada alasan klise yang mengatasnamakan pembangunan
nasional untuk memaksa rakyat bersikap terbuka tapi pasrah, berIikir demokratis tapi
pragmatis, dan partisipatiI tapi apatis sehingga merelakan penembusan batas nasional oleh
orang asing. Kondisi tersebut sengaja diciptakan oleh birokrasi Negara yang dikuasai
komprador (antek asing) dengan begitu sistematis sehingga dengan mudah kekuatan asing
dapat menguasai segala bidang di negara ini. Fakta tersebut dapat kita lihat dari pada produk
hukum yang dikeluarkan rezim komprador yang semuanya tidak berpihak terhadap
kepentingan rakyat banyak, misalnya UU No 25/2007 tentang Penanaman Modal yang sangat
menguntungkan kekuatan modal asing, UU No.30/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang memperbolehkan lembaga pendidikan untuk bekerjasama dengan kaum pemodal, dan
masih banyak lagi produk hukum yang berpihak pada kekuatan modal.
Kondisi birokrasi negara di seluruh tingkatan kini mengalami dekadensi moral. Para
birokrat lupa bahwa seluruh Iasilitas yang mereka dapatkan merupakan hasil dari pajak yang
dibayar oleh rakyat. Birokrasi pemerintahan yang ada sekarang tidaklah beda dari seorang
broker yang siap melayani segala keinginan tuan-tuannya yaitu para pemodal tanpa
mempedulikan kerugian yang akan diderita rakyat. Lebih parahnya lagi, rakyat
dipertontonkan dengan ulah birokrat yang sudah tidak punya muka dan hati dengan
mempertontonkan gaya hidup glamor di atas derita rakyat yang semakin parah. Sementara
uang yang mereka pergunakan merupakan uang rakyat yang di korup. Mencuatnya kasus
bank Century yang melibatkan penguasa beserta jajarannya, maIia pajak, korupsi
pembangunan wisma atlit Seagame, dan masih banyak kasus korupsi lainnya merupakan
bukti bahwa rezim hari ini mengalami dekadensi moral dan tidak berpihak terhadap rakyat.
14 tahun pasca reIormasi 1998, Indonesia belum keluar dari krisis multidimensi.
ReIormasi yang menjanjikan kebebasan dan kesejahteraan, ternyata malah membawa rakyat
Indonesia semakin dililit kesulitan. Bangunan Negara yang sangat besar serta kaya dengan
sumber daya alam berjalan hanya mengandalkan pajak semata, itupun harus ditelan dulu oleh
para birokrat yang serakah, rakyat harus terus rela hidup dari upah serapah, pemuda-pemuda
harus rela melewati masa produktiInya dengan menganggur karena memang tidak ada
lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara. Kondisi seperti ini akan terus terjadi jika
Indonesia masih tetap melanggar konsepsi dan nilai yang telah dirumuskan oleh para
Founding Father dahulu.
Akibat Penyelewengan Dasar Negara
Gerakan ReIormasi yang pada awalnya bertujuan melakukan koreksi terhadap
kesalahan-kesalahan penyelenggaraan negara oleh Orde Baru dengan membuat pembaharuan
atau reIormasi pasca Orde Baru, ternyata telah melakukan amandemen besar-besaran
terhadap UUD 1945 secara berturut-turut, dan tuntas pada tahun 2002. Oleh sementara
kalangan tidak lagi disebut amandemen terhadap UUD 1945, melainkan telah membuat UUD
baru dan disebut UUD tahun 2002. Amandemen terhadap UUD 1945 tersebut telah
melahirkan ketidakpastian dan menjadi dasar terjadinya berbagai penyimpangan di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan hankam dalam penyelenggaraan
Negara.
Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa
Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam
berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya
kesemrawutan dan ketidak jelasan arah tujuan terjadi disegala bidang. Dalam bidang politik,
Indonesia seakan sudah tidak mempunyai kedaulatan sebagai suatu negara yang merdeka.
Pemerintah sebagai pelaksana kenegaraan acapkali tidak bisa melepaskan diri dari intervensi
negara-negara besar. Campur tangan asing dalam perjalanan politik di Indonesia sangat
kental, sehingga banyak kebijakan atau kesepakatan dengan negara lain yang dilakukan
pemerintah tidak menguntungkan negara sendiri.
Dalam bidang ekonomi terjadi pergeseran yang sangat jauh dengan apa yang sudah
digariskan oleh para Founding Father. Garis perekonomian Indonesia seharusnya adalah
anti-kolonialisme dan anti-imperialisme. Itulah semangat pasal 33 UUD 1945, dan sebetulnya
juga semangat dari pembukaan dan pasal-pasal dalam UUD 1945. Akan tetapi setelah
amandemen UUD 1945, perekonomian indonesia berjalan menuju ekonomi liberal, bahkan
sekarang sudah terjadi. Banyak bercokolnya perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang
menguasai sumber daya alam merupakan salah satu bukti dari liberalisasi ekonomi yang
sedang terjadi. Bukan hanya itu, rutinitas pemerintah yang slalu mengandalkan utang luar
negeri dalam proses penyelenggaraan negara, membuktikan bahwa perekonomian Indonesia
semakin jauh dari kata berdikari. Jelaslah ini sangat bertentangan dengan apa yang sudah
diamanatkan UUD 1945 (asli).
Kerusakan ideologi, politik, dan ekonomi sangatlah berpengaruh terhadap proses
perubahan kebudayaan yang juga mengalami kerusakan. Budaya gotong-royong yang
merupakan kepribadian bangsa dan intisari daripada pancasila kini telah berubah menjadi
budaya yang indvidual. Tentu saja perubahan seperti itu tidaklah sekonyong-konyong datang
begitu saja, ada proses dialektik yang menjadikan perubahan itu terjadi. Faktor seperti yang
tertulis diatas merupakan Iaktor yang paling berpengaruh, namun juga tidak di naIikan ada
banyak serangan-serangan budaya yang terus dilancarkan untuk merusak kebudayaan bangsa.
Tentu itu semua tidak terlepas daripada praktek penyelenggaraan negara.
Praktek penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan konsepsi dasar negara yang
lahir karena tekad rakyat ingin merdeka dan membangun tatanan kehidupan nasional berdasar
cita-cita Proklamasi, sengaja dikaburkan untuk dipakai sebagai alasan merombak tata
kehidupan nasional dengan inIiltrasi memasukkan kedalam amandemen UUD 1945 paham
luar dengan dalih era globalisasi seperti liberalisme, neo liberalisme, kapitalisme, neo
kapitalisme yang bertentangan dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Akibat amandemen tersebut, terasa adanya pengaruh neo kolonialisme atau penjajahan dalam
bentuk baru dalam sistem pemerintahan dan penyelenggaraan Negara Masih terlalu banyak
lagi kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh amandemen UUD 1945. Jika hal ini terus
dibiarkan, tentu saja kerusakan yang lebih besar bisa menimpa.
Keharusan Kembali Ke UUD 1945 (asli)
Bila kita sadari kembali bahwa Iungsi Pancasila dan UUD 1945 yang secara yuridis
sebagai sumber hukum yang tertinggi adalah berisi IilosoIi, pandangan hidup bangsa, sistem
ketatanegaraan, tata pemerintahan, sistem sosial, politik, hukum, ekonomi, budaya,
pertahanan dan kemananan dalam kehidupan suatu bangsa. Pancasila dan UUD 1945 sebagai
sumber hukum tertinggi tersebut menjadi dasar pembentukan semua UU teknis. Oleh karena
itu tidak mengherankan bila setelah reIormasi banyak UU yang kontroversial di dalam
konsepsi, yang didalam pelaksanaannya menimbulkan konIlik di lapangan, merupakan
produk sekaligus sebagai akibat adanya amandemen yang kebablasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai