Cermin
Dunia
Kedokteran
Majalah triwulan
diterbitkan dengan bantuan
P.T. KALBE FARMA
dipersembahkan secara cumacuma.
Daftar isi
4 EDITORIAL
ARTI KEL
14 VERTIGO
Tujuan suatu Rencana Pemeliharaan Pendengaran (Hearing cegahan kerusakan pendengaran. Ganti rugi itupun diberikan
Conservation Program) adalah menjaga keutuhan pendengaran; setelah korban jelas menjadi tuli. Sebaliknya para pengusaha
menjaga supaya keamanan faal telinga terjamin, dan agar ter- menuntut jaminan bahwa ketulian itu memang tidak terdapat
hindar dari hal-hal yang dapat merusak alat pendengaran atau sebelum orang itu bekerja padanya.
mengganggu kesempurnaan fungsinya. Dalam hubungan de- Kemajuan tehnik akhir-akhir ini, terutama di bidang elektro-
ngan industri, maka faktor yang paling berbahaya bagi keutuh- tehnik dan elektroakustik menghasilkan alat-alat yang me-
an faal pendengaran ialah suara bising (noise). Bahwa suara mungkinkan kita meneliti dengan cermat dan tepat ada tidak-
bising itu dapat mengganggu pendengaran dan menyebabkan nya kelainan dalam fungsi pendengaran. Misalnya audiometer
tuli telah lama dikemukakan oleh banyak ahli. RAMAZZINI yang dapat dipergunakan untuk screening, untuk diagnosis,
dalam bukunya De Morbus Artificium (1713) menyatakan speech-audiometer dsb. Juga ada alat-alat untuk mengukur
bahwa banyak pekerja dalam pertukangan barang-barang ku- intensitas suara bising (sound level meter). Akhirnya setelah
ningan menjadi tuli (7).Setelah JAMES WATT (1736-1810), berjuang lama dengan gigih, pada tahun 1940 di Amerika
seorang ahli fisika dan ahli mesin bangsa Inggris berhasil mem- tersusun occupational law seperti telah disebutkan di atas, dan
buat mesin-uapnya, maka penggunaan mesin-mesin pengganti pada tahun 1957 dapat disusun Guide for Conservation of
tenaga manusia meluas dengan cepat. Akibatnya suara bising Hearing in Noise. Dalam hal ini yang berjasa adalah The
karena mesinpun bertambah hebat dan meluas. FOSBROKE American Academy of Ophthalmology and Otolaryngology
(2) pada permulaan abad ke 19 sudah mensinyalir bahwa pen- yang membentuk Committee on Conservation of Hearing.
dengaran para pekerja bengkel dan pandai besi agak berkurang/ Committee ini mempunyai Subcommittee on Noise in Industry
agak tuli (blacksmith deafness). Industri pada abad ke 20 ini yang menghasilkan manuscript tersebut di atas (1).
lebih cepat berkembang dan makin banyak digunakan mesin
dalam berbagai industri, yang semuanya menambah kebisingan Kita di Indonesia beruntung tidak perlu mengalami segala
di lingkungan kerja dan lingkungan hidup kita, lebih-lebih di kepahitan rekan-rekan di Amerika. Meskipun perindustrian
daerah industri berat seperti dok kapal, di pabrik atau bengkel di Indonesia belum begitu maju, pemerintah telah membentuk
pesawat terbang dan sebagainya. Dengan sendirinya makin "Lembaga Nasional Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja"
banyak lagi didapatkan orang-orang yang menjadi korban ke- dan antara lain menugaskannya untuk menangani masalah
bisingan itu; makin banyak ditemukan kasus-kasus tuli karena bising karena industri itu.
kebisingan di tempat kerja. Sudah jelas ada pengotoran udara Dalam merencanakan sistim pemeliharaan pendengaran akan
oleh suara bising (air-pollution by noise) dengan akibatnya banyak manfaatnya kalau kita mempelajari pedoman dari
yang sekarang dikenal sebagai occupational deafness. Occupa- Amerika itu dan memakainya sebagai dasar. Sebelum membuat
tional deafness adalah tuli sebagian ataupun total yang bersifat Rencana Pemeliharaan Pendengaran (RPP ) haruslah dipahami
menetap pada satu atau kedua telinga dan disebabkan oleh benar-benar dan dibahas dengan teliti persoalan-persoalan dasar
suara bising yang terus-menerus di tempat/lingkungan kerja (5). berikut : (i) Berapa besar pengaruh kebisingan suara pada ke-
Pada tahun 1926 POLITZER juga telah mengemukakan utuhan alat pendengaran? (ii) Bilamanakah RPP perlu dibuat?
tentang ketulian yang disebabkan oleh suara bising di tempat dan (iii) Apakah dasar-dasar dari sebuah RPP? Baiklah persoal-
kerja, tetapi dikatakan juga bahwa untuk kerusakan dari te- an di atas kita bahas dan kita analisa satu demi satu.
linga dalam yang disebabkan oleh trauma langsung pada kepala
atau karena letusan yang hebat, tanpa kerusakan pada meatus I. BERAPA BESAR PENGARUH KEBISINGAN PADA
externus dan pada membrana tympani, menurut peraturan KEUTUHAN ALAT PENDENGARAN?
hukum yang berlaku pada waktu itu tidak dapat dituntut ganti Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami dan di-
rugi (6). Baru sekitar tahun 1940 di Amerika ditentukan dalam kuasai lebih dahulu pokok-pokok persoalan berikut ini : (A)
occupational law bahwa pekerja yang menjadi tuli akibat ke- Sifat hearing loss dan dasar anatomiknya, (B) Sifat-sifat suara
bisingan di tempat kerja harus diberi ganti rugi. Meskipun bising dan cara timbulnya gangguan pendengaran, dan (C)
demikian, belum ada ketentuan atau peraturan mengenai pen- Pengukuran yang tepat dari pendengaran dan dari suara bising.
itu stadium permulaan seringkali tidak disadari oleh penderita 110 ........................ 0,5
115 ........................ 0,25
sendiri.
■ Kerentanan perorangan (individual susceptibility) berbeda- * Ringkasan dari Occupational Safety and Health Act yang berlaku
beda pada tiap-tiap orang. di Amerika Serikat sejak tahun 1971.
Menurut tabel ini seorang yang bekerja dalam tempat dengan kebisingan
2. Dasar-dasar anatomik. — Bila gangguan pendengaran ter- suara 100 dB hanya dibenarkan bekerja paling lama dua jam sehari
jadi karena sel-sel rambut dalam alat Corti mengalami kerusak- di tempat itu. Kalau dia bekerja lebih lama, maka akan terjadi ketulian.
an, kerusakan ini tak mungkin pulih kembali.
Menurut tabel dari Australia (Tabel—II), dalam lingkungan
B. Bagaimana sifat bising itu, dan bagaimana bising itu me-
dengan kebisingan 100 dB seseorang masih dapat bekerja de-
nimbulkan kekurangan pendengaran? ngan aman selama 195 menit setiap hari (3 jam 15 menit),
1. Sifat-sifat dari suara bising yang perlu diteliti ialah : asal setiap selesai bekerja selama 15 menit dia diberi istirahat
■ Derajat kebisingan suara secara menyeluruh (overall noise 20 menit. Kalau ia harus bekerja terus-menerus, maka dia ha-
level). Berapa desibel-kah intensitas kebisingan itu? Dalam nya boleh diberi tugas 25 menit per hari. Menurut tabel dari
hal ini yang dimaksud adalah kebisingan yang disebabkan oleh Amerika (Tabel—I) orang itu boleh dipekerjakan dua jam secara
bemacam-macam nada secara serempak. terus menerus
■ Komposisi dari suara bising. Diteliti nada apa saja yang C. Perlu dilakukan pengukuran secara tepat mengenai :
ikut membentuk bising tadi. 1. Ketajaman pendengaran pekerja. — Ini dilakukan dengan
2. Cara suara bising itu mengganggu. — Yang dimaksud audiometer yang menghasilkan sebuah audiogram. Pada audio-
ialah frekwensi, lamanya dan kontinuitas suara bising itu. gram ini dengan mudah dapat dibaca berapa desibel intensitas
■ Berapa jamkah setiap hari suara bising itu mengganggu? minimal suatu nada tertentu yang dapat didengar oleh orang
■ Apakah bising itu berlangsung terus-menerus ataukah ter- yang sedang ditest.
putus-putus? 2 lntensitas suara bising. — Ini perlu dinyatakan dalam
■ Berapa jamkah seluruhnya dialami gangguan kebisingan se- desibel. Juga harus dilakukan analisa dari suara bising
lama bekerja pada perusahaan itu? itu : bagaimana komposisinya, dan berapa desibel intensitas
Untuk lebih jelasnya kami ajukan dua buah tabel mengenai tiap komponen (nada) itu. Alat yang dipakai ialah octave
"Noise exposure time" dari Amerika Serikat dan Australia. band analyzer.
90 10 2 35 350
90 20 3 21 420
90 30 3 15 450
95 5 2,5 50 250
95 15 4 20 300
95 25 10 13 325
100 5 3,5 52 260
100 15 20 13 195
100 25 — 1 25
105 5 7 40 200
105 10 50 8 80
105 15 — 1 15
110 5 20 19 95
110 10 _ 1 10
115 7 — 1 7
120 6 — 1 6
Kita telah maklum bahwa manusia memiliki tiga sifat pen- ini, ia tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyara-
ting atau sifat tritunggal yaitu (1) mampu mendengar, (2) kat yang tidak tuli, apalagi dengan sesama orang tuli.
mampu berpikir sebagai manusia, dan (3) mampu bercakap-ca- Tidak demikian halnya dengan orang-orang buta. Ia masih
kap. Ketiga fungsi itu mempunyai hubungan yang sangat erat. dapat mengadakan komunikasi dengan perantaraan fungsi men-
Fungsi pendengaran tergolong yang paling tua; Ia mempenga- dengar dan berbicara untuk menyatakan isi hatinya baik kepada
ruhi dan melatih fungsi berpikir, sedang fungsi berpikir itu orang yang tidak buta maupun kepada sesama orang buta. Ini
sendiri melatih dan mempergunakan fungsi berbicara sebagai terbukti oleh kenyataan bahwa orang-orang buta bisa membuat
alat untuk menyatakan kepada dunia luar apa yang tersembu- suatu organisasi perhimpunan orang-orang buta. Banyak dian-
nyi dalam alam pikirannya. tara mereka menjadi ahli musik, ahli pijat dsb.
Anak-anak yang menderita cacat tuli sejak lahir atau sejak saat Lantas timbul pertanyaan, masih dapatkah orang-orang tuli
sebelum dapat berbicara, pada hakekatnya dalam pertumbuhan itu ditolong sehingga dapat berguna baik bagi dirinya sendiri
kecerdasan hanya dapat mencapai tingkat yang tidak jauh ber- maupun bagi masyarakat? Jawabannya : dapat! Dalam arti-
beda dengan hewan; mereka akan menjadi beban baik bagi kel ini lebih dahulu akan diberikan pengetahuan dasar tentang
keluarga pada khususnya maupun bagi masyarakat dan negara definisi, jenis-jenis ketulian, sebab-sebab ketulian dan cara re-
pada umumnya. Ini berarti jelas merugikan pembangunan habilitasinya.
masyarakat dan negara kita yang sedang dalam masa pemba-
ngunan. Pengaruh ketulian tidak terbatas pada kelainan bisu DEFINISI.— Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat
tuli saja, tetapi dapat juga mempengaruhi pembentukan kepri- mendengar sama sekali (total deafness), suatu bentuk yang
badian karena jembatan penghubung dengan masyarakat ter- ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang
putus, sehingga penderita merasa bahwa masyarakat yang ber- lebih sering digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-
ada di sekelilingnya bersikap aneh dan seolah-olah tidak mau loss). Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang
mengerti terhadapnya. Bagaimana rasanya seorang yang se- kurang dapat mendengar dan mengerti perkataan yang dide-
karang tuli tapi sebelumnya pernah mendengar, digambarkan ngarnya. Pendengaran normal ialah keadaan dimana orang
oleh GZERAY : seorang tuli itu sebagai orang tahanan yang di- tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti apa
masukkan dalam penjara yang berdinding dan beratap kaca; yang didengarnya.
dunia ini sunyi baginya, padahal ia dapat melihat segala yang KEKURANGAN PENDENGARAN
dapat dilihat oleh orang yang tidak tuli. Kita segera merasa iba 1. Konduktif : disebabkan oleh adanya gangguan hantaran dari
hati dikala melihat seorang buta berjalan dengan tongkat di saluran telinga, kendangan, rongga tympani dan
tangannya, menggapai-gapai perlahan. Kasihan orang itu, dunia tulang-2 pendengaran.
ini gelap baginya. 2. Sensori-neural : disebabkan oleh kerusakan di telinga dalam,
Tidak demikian halnya dengan orang tuli. Ia berjalan gagah dari alat Corti, nervus cochlearis, N Vlll sampai
seperti kita, bahkan kerap kali ia menjengkelkan, sebab orang ke otak.
tuli sering bertingkah laku menurut kemauannya sendiri. Ia 3. Campuran (Mixed) : adalah tuli campuran dari kedua unsur
sering marah luar biasa, sering ribut dsb. lantaran ia menganggap konduktif dan sensori-neural.
masyarakat di sekitarnya aneh, menertawakan dia, tidak mau Dalam pembicaraan ini terutama akan dibahas kekurangan
mengerti apa yang ia maksudkan, penuh curiga dan lain-lain. pendengaran yang didapat (acquisita), sedang yang kongenital,
Tidak heran kalau sering terjadi salah paham antara orang tuli psikogenik dan central hearing loss hanya akan disinggung se-
dengan orang lain, sebab orang tuli mengira masyarakat di pintas lalu. Kekurangan pendengaran yang kongenital disebab-
sekitarnya berbicara tidak betul, membentak-bentak, padahal kan oleh kesalahan pembentukan di telinga luar, tengah dan
maksud masyarakat itu ialah agar dia dapat mendengar dan dalam. Tingkatan yang hebat jarang terjadi pada telinga luar
mengerti apa yang dikehendaki masyarakat. Jelaslah di sini dan telinga tengah.
hahwa dengan cacat tuli itu orang telah kehilangan jembatan Kekurangan pendengaran yang kongenital, dimana telinga luar
penghubung dengan masyarakat. Sesungguhnya kasihan orang dan telinga tengah masih ada, bisa diakibatkan oleh efek toksik
, PENGHANCUR DAHAK
PALING EFEKTIF PALING AMAN
Karana : 1. Menghancurkan dahak sehing- Karana : 1. Tidak ada efek samping yang
ga manjadi encar dan mudah berertl.
dlkeluarkan. 2. Tldak ada kontra indikasl.
2. Menormalisaslkan sekrasi 3. "Safety margin" yang labar.
kelenjar bronchial.
I NDIKASI :
1. Sasak napas karena
psaemnylunbrt
o leh
dahak.
2. Batuk — batuk karena hipar
sekresi dahak.
3. Gangguan dahak lainnya yang
tidak purulen (contoh : pada
perokok).
4. Untuk gangguan dahak yang
purulan,MUCOSOLVAN® dapat
dlkombinasikan dengan anti
biotik / kemotrapui
PROSEDUR DIAGNOSIS
dr. Dullah Aritomojo
Bagian T.H.T. Anamnesis
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 1. Tentukan apakah keluhan itu benar-benar vertigo, dan ini
R.S. dr. Kariadi ,Semarang harus dibedakan dengan ringan kepala, sukar berdiri/jalan,
atau syncope.
2. Apakah ada hubungan dengan posisi kepala/gerakan kepala.
3. Apakah berhubungan dengan otalgia, otorrhoe, kekurangan
pendengaran, rasa penuh di telinga, tinnitus, vomitus,
4. Apakah pernah menjalani operasi telinga.
5. Apakah pernah mendapat trauma kepala.
6. Apakah pernah minum obat-obat seperti kina, aspirin, atau
golongan streptomycin.
Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi (1) pemeriksaan nystagmus, (2) test
fungsi vestibular, dan (3) test fungsi pendengaran.
1. Nystagmus : nystagmus merupakan gejala utama dari
vertigo. Nystagmus yang spontan biasanya patologik, disebab-
kan oleh penyakit yang menyerang sistem vestibular. Induced
nystagmus yang ditimbulkan oleh pengaruh suhu (caloric test) ,
rotasi, posisi, aan rangsang pada retina oleh benda yang ber-
gerak, dapat juga terdapat pada orang yang normal. Arah
nystagmus dapat horizontal/rotary bila disebabkan oleh lesi
di vestibular-end-organ di labyrinth atau N VIII, lekas lelah.
Nystagmus yang vertikal disebabkan oleh lesi sentral dari sistem
vestibular, sering tidak disertai vertigo, tidak pernah lelah.
Pure tone audiogram Konduksi melalui udara & tulang keduanya bervariasi dari normal sampai jelek.
Sentral Speech audiogram Persepsi jelek
SISI test 0 – 20 %
Tone decay Normal range 0 – 15 dB.
Kesimpulan
Philadelphia, London, WB Saunders Co., 1964, pp 142-154.
Dengan cara-cara diagnosis praktis tersebut di atas, maka dokter 3. ENCEP HADJAR, - HENDARMIN H, PURNAMAN S PANDI :
umum secara maksimal dapat mendiagnosis vertigo oleh sebab Pemeriksaan rutin dengan electronystagmography di Bagian THT RS
sentral atau perifer. Sudah tentu untuk mengetahui etiologi dr. Cipto Mangunkusumo. Kumpulan naskah ilmiah Kongres Nasional
serta lokalisasi yang tepat di sistem vestibular masih diperlukan PERHATI III di Yogyakarta, Agustus 1973.
4. WOLFSON RJ et al : Vertigo. Ciba Pharmaceutical Co., 1965,
pemeriksaan-pemeriksaan khusus mengenai : THT, susunan pp 99–133.
saraf pusat, radiologi maupun pemeriksaan laboratorium . 5. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy, 10 ed. pp.1066–1068.
6. LEDERER FL : Diseases of the nose, ear and throat, 5 ed.
Philadelphia, FA Davis Co., 1947, pp 45–48.
KEPUSTAKAAN 7. Symposium on revision surgery in otorhinolaryngology. Otolaryngol
1. BALLENGER HC, BALLENGER II : Diseases of the nose, throat Clin North Am 7 (2) : 23–32, 1974.
and ear, 10 ed. Philadelphia, Lea & Febiger, 1957, pp 831-847. 8. SCOTT BROWN: Diseases of the ear, nose and throat, 3 ed. London,
2. BOIES LR : Textbook of ear, nose and throat diseases, 4 ed. Butterworth, 1972, p 34.
KALTHROCIN ®
Pendahuluan allergik yang lain pun tak didapati. Infeksi dari tractus
Hidung dan paru-paru pada dasarnya adalah satu kesatuan respiratorius menyebabkan bronchus menjadi responsive. Se-
yang berbentuk suatu saluran nafas. Saluran nafas ini hanya rangan-serangan asthma kemudian bisa timbul bila ada :
dibedakan dalam saluran nafas bagian atas (termasuk hidung) infeksi tractus respiratorius baru, irritasi kimiawi atau fisik,
dan saluran nafas bagian bawah (termasuk paru-paru). Susunan setelah berlari-lari atau melakukan pekerjaan fisik yang berat,
histologi kedua bagian itu hampir sama. Dalam melakukan bahkan juga bisa timbul bila ada stress emosional. Dalam
tugas (faal) hidung dan paru-paru bekerja sama sangat erat praktek didapatkan terbanyak campuran dari kedua type itu.
dan saling pengaruh-mempengaruhi . Gangguan faal hidung Jarang ada type extrinsic yang murni atau type intrinsic yang
dapat menimbulkan gangguan faal paru-paru. Dengan demikian murni. Maka disebut mixed asthma.
kelainan-kelainan yang terjadi di hidung tidak mustahil mem- Rhino-bronchology
bawa pengaruh terhadap paru-paru. Dari pengalaman-pengalaman dan observasi diketahui, bah-
wa:
Asthma bronchiale
(a) Infeksi dari sinus paranasalis sering disertai kelainan
Asthma bronchiale adalah suatu bentuk dari kegagalan di paru-paru; misalnya bronchiectasia, infective asthma, dan
paru-paru didalam melakukan tugasnya yang disebabkan oleh sebagainya (4),
konstriksi dari bronchi dan oedema dari mukosa bronchus, (b) Penderita asthma bronchiale sering menunjukkan
dengan tanda khas berupa: wheezing, dyspnoe dan penge-
perbaikan setelah dilakukan lavage atau drainage dari sinus
luaran lendir yang kental dan lengket (2,11). Menurut
etiologinya dibedakan (12) : paranasalis yang meradang (3,4)
(c) Ternyata bahwa foto rontgen dari sinus para pen-
1. Extrinsic asthma s. allergic asthma derita asthma bronchiale lebih banyak menunjukkan kelainan
Extrinsic asthma disebabkan oleh karena allergi terhadap dari pada orang yang sehat (1,6)
extemal allergen yang spesifik; misalnya housedust, makanan,
obat-obatan, dan sebagainya. Ini biasanya terdapat pada anak- (d) Sering didapatkan polip hidung pada penderita
anak atau orang dewasa muda. Penderita allergic asthma ini asthma bronchiale (12).
biasanya juga ada tanda-tanda allergi lain, seperti rhinitis Dari pengalaman-pengalaman tersebut timbullah pertanyaan
allergica, eksim, dan sebagainya. apakan ada hubungan antara kelainan-kelainan di hidung/
2. lntrinsic asthma s. idiopathic atau infective asthma sinus paranasalis dengan asthma bronchiale, dan bagaimana
Type ini lebih banyak terdapat pada penderita yang berumur hubungan itu.
lebih dari 35 tahun. Pada intrinsic asthma tidak dapat di- Kemungkinan-kemungkinan hubungannya ialah :
buktikan dengan skin-test adanya hipersensitivitas terhadap (A) Secara kebetulan saja terjadi pada waktu yang sama
suatu allergen specifik. Asthma ini biasanya disebabkan suatu (co-incidence), jadi sebenarnya tidak ada korelasi sama se-
infeksi dari tractus respiratorius. kali (4).
Pada extrinsic asthma ada hipersensitivitas heriditair terhadap (B) Memang nyata ada korelasi, yaitu misalnya:
allergen external yang khas. Pada kontak pertama dengan • 1. External allergen yang khas tidak hanya mengenai
allergen-allergen itu bronchus menjadi responsive; sehingga mukosa hidung, tetapi juga sampai ke bronchus. Maka dapat
pada kontak yang kemudian akan terjadi asthma. Pada terjadi rhinitis allergica dan extrinsic asthma bersama-sama
intrinsic asthma tidak ada faktor heriditair. Reaksi-reaksi (3,4,12).
Foetor ex nasi berarti bau busuk dari dalam hidung. Dalam • Radang oleh irritasi fisik atau kimiawi.
kepustakaan disebut sebagai 'offensive odor ' , 'fetid odor' , • Toxin bakteri
'stinkende afscheiding ' , 'a stench' (2,3,5,1 2).-Ini merupakan • Neoplasma maligna dengan bagian-bagian yang nekrotis.
suatu symptom, bukan diagnosis. Sebagai symptom, sering Anamnesis
disertai gejala hidung lainnya, misalnya hidung tersumbat,
keluar cairan dari hidung, yang kadang-kadang disertai dengan Meskipun hidung adalah organ pembau, apabila dalam
rongga hidung terjadi bau busuk, bau ini mungkin tidak di-
darah (2).
Dalam kenyataan masih sering dijumpai penderita datang ke sadari oleh penderita (1,2,3,7). Berdasarkan ini, apabila pen-
dokter dengan keluhan hidung berbau. Yang penting ialah derita dapat membau, kita beri tanda (+), dan bila tidak
bagaimana menentukan diagnosis secara praktis, apalagi bagi membau kita beri tanda (—), maka kemungkinan yang dapat
seorang dokter yang tidak mempunyai alat yang lengkap terjadi ialah :
untuk memeriksa keadaan dalam hidung. Untuk keperluan 1. Penderita sendiri (+), orang lain (+).
ini akan kami kemukakan tentang patogenesis, cara anamnesis 2. Penderita sendiri (+), orang lain (—).
yang terarah, cara pemeriksaan secara klinis yang sederhana/ 3. Penderita sendiri (—), orang lain (+).
praktis dan pedoman diagnostik berdasar diagnosis banding
Bila penderita sendiri tidak dapat membau, berarti ia me-
(diagnosis differensial) daripada kelainan atau beberapa penya-
ngalami anosmia. Bila orang lain tidak membau, berarti bau
kit yang dapat memberi gejala foetor ex nasi. Bahannya, selain
tersebut subyektif. Hal tersebut perlu sekali ditanyakan pada
diambil darikepustakaan,juga kami kumpulkan dari bermacam-
macam penyakit atau kelainan yang sering atau kadang-kadang anamnesis atau heteroanamnesis, hanya saja pada penderita
anak-anak sering tidak jelas atau meragukan. Tetapi keluhan
masih dijumpai di poliklinik Bagian T.H.T.R.S. Dr. Kariadi.
bau busuk dari hidung anak sering dikeluhkan oleh orang tua
Patogenesis atau pengasuhnya. Pada penderita dewasa adanya foetor ex
Menurut BOIES (3) adanya foetor dalam hidung berarti nasi dapat berakibat pada kehidupan sosial, dimana penderita
terjadinya nekrosis daripada mukosa dan adanya organisme makin tersingkir dari pergaulan (1) dan bila penderita tersebut
saprofit. Dikatakan pula bahwa pus yang kronis dan berbau seorang wanita, dapat terjadi gangguan psikis (6), misalnya
dalam sinus maxillaris mungkin berasal dari gigi. Menurut saja rasa rendah diri, terutama pada wanita dengan emosi yang
BOYD (4), nekrosis dapat disebabkan oleh: (1) kurangnya labil. Setidak-tidaknya orang dewasa yang menderita foetor ex
aliran darah (blood supply), (2) toxin bakteri, dan (3) iritasi nasi akan merasa tidak sehat dan ini mendorong penderita
secara fisik maupun kimiawi. Dikatakan pula bahwa sel-sel pergi ke dokter. Memang ada penyakit dengan gejala foetor
yang mati akan mengalami pembusukan oleh aksi organisme ex nasi yang lebih banyak menyerang wanita daripada
saprofit. pria (2,3,5,6,7,12).
Berdasar pendapat tersebut di atas, kiranya foetor ex nasi Gejala nasal discharge dengan foetor dapat bersifat unila-
dapat disebabkan oleh : lateral atau bilateral (1,2,3,5,7,12). Hal ini perlu sekali di-
1. Pembusukan sel-sel mati (benda-benda organik) atau corpus tanyakan dalam anamnesis oleh karena anamnesis yang teliti
alienum oleh kuman saprofit. dan terarah akan sangat membantu kita dalam mencari
2. Pembusukan sel-sel jaringan yang nekrotis, sebagai akibat kemungkinan diagnosis. Selanjutnya unilateral kami singkat
dari (U), bilateral (B). Berdasarkan hal tersebut di atas perlu di-
• Trauma, mengakibatkan kerusakan jaringan sampai ma- bedakan apakah penderita anak-anak atau dewasa; kadang-
tinya jaringan karena tidak mendapat blood supply. Ter- kadang masih perlu dibedakan dewasa muda (pubertas) atau
jadilah nekrosis dan infeksi sekunder sehingga timbul dewasa tua; apakah discharge (U) atau (B), dan penderita
foetor. dapat membau atau tidak.
'self-limiting ' , bila daya tahan tubuh cukup tinggi penyakit DEWASA
segera sembuh. Tetapi dapat juga penyakit menjadi kronis dan Radang
discharge nasopharynx menjadi purulen serta mulai timbul bau, 1. Sinusitis : discharge M/(Bl Penderita (+), orang lain(+)
hal ini mulai dirasakan/disadari oleh penderita sendiri. Pende- 2. Ozaena : discharge (B): Penderita (—), orang lain (+)
3. Nasopharyngitis kronis: discharge postnasal (B). Penderita (+), orang
rita sering berusaha mengeluarkan discharge di nasopharynx lain (—)
yang dirasakan sangat mengganggu (7). Karena discharge di 4. Rhinitis caseosa : discharge (U). Penderita (+), orang lain (+)
nasopharynx, maka bau tersebut (B), dan penderita sendiri 5. Syphilis tertier : discharge (B). Septum bagian tulang. Pen-
yang membau (+), orang lain tidak ikut membau (-). Tak derita (+), orang lain (+)
disebutkan adanya perbedaan frekwensi antara laki-laki dan 6. Tuberkulosis : discharge (B). Septum bagian cartilago. Pen-
derita (+), orang lain (+)
wanita. discharge (U)/(B). Penderita (+), orang lain (+).
Neoplasma maligna :
7. Rhinitis caseosa.- Ialah perobahan kronis inflamatoir Rhinoliths/corpus alienum:discharge (U), Penderita (+), orang lain (+)
dalam hidung dengan adanya pembentukan jaringan granulasi Dalam skema tersebut di atas, terdapat tanda-tanda yang
dan akumulasi massa seperti keju yang menyerupai cho- patut diingat, yaitu pada penyakit :
lesteatom (Meyersburg, Bernstien, and MEZZ) (2,12). Ada
- Sinusitis : penderita membau (+), orang lain (+)
banyak teori tentang etiologi penyakit ini -tetapi pada umum-
- Ozaena : penderita tidak membau (-), orang lain(+)
nya diterima bahwa penyakit ini adalah akibat radang kronis
- Nasopharyngitis kronis: penderita membau (+), orang lain (-)
dan nasal stenosis sekunder yang menyumbat nasal discharges .
Pedoman diagnostik tersebut diatas akan mempermudah pe-
Oleh perobahan mekanis dan kimiawi dan desquamasi mukosa
nentuan diagnosis secara klinis. Bila ada keragu-raguan atau
secara kontinu, terjadilah penumpukan massa seperti keju yang
menyerupai cholesteatom (2), Kebanyakan (U), dapat terjadi untuk meneguhkan diagnosis, baru dilakukan pemeriksaan
pada segala umur, tetapi terbanyak antara 30-40 tahun. khusus atau laboratoris:
Dikatakan frekwensi pada laki-laki sama dengan wanita (2,12) . JENIS PENYAKT YANG MENIMBULKAN
Karena kelainan ini adalah akibat sinusitis, penderita sendiri GEJALA FOETOR EX NASI DAN JUMLAH KASUS YANG
DIJUMPAI DI POLIKLINIK T. H. T.
membau (+), orang lain (+) (12). R.S. DR. KARIADI SEMARANG, DALAM TAHUN 1975 — 1976
8. Radang kronis spesifik : syphilis tertier.- Berupa gum-
mata yang sering mengenai septum bagian tulang, yaitu pada JENIS penyakit Jumlah kasus
vomer dan sering mencapai palatum durum. Bila terjadi 1975 1976 Total
nekrosis yang mengenai tulang dan meluas ke cartilago septum 1. Corpus alienum di hidung 97 147 244
terjadilah perforasi septum (2,12). Bila terjadi foetor (B) . Rhinoliths 3 4 7
2.
Penyakit ini sekarang jarang dijumpai.
3. Nasal diphteria 6 7 13
9. Radang kronis spesifik: tuberkulosis.- Dalam hidung se- 4. Sinusitis maxillaris 44 61 105
bagai tuberkuloma yang banyak mengenai septum bagian ethmoidalis 13 8 21
cartilago. Tentu saja untuk membedakan syphilis tertier dari frontalis 4 4 8
tuberkulosis lebih baik dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
campuran, 4 4 8
W.R. dan biopsi. Pada tuberkulosis perlu dilakukan foto termasuk pansinusitis
rontgen thorax dan nasal swab. Pada tuberkulosis, bila tuber- Sinusitis seluruhnya 65 77 142
kuloma pada septum bagian cartilago mengalami nekrosis,
5. Ozaena 21 22 43
dapat juga terjadi perforasi septum; foetor dapat dirasakan (B).
6. Nasopharyngitis kronis 4 10 14
Penyakit itu sekarang juga jarang dijumpai (2,12).
7. Rhinitis caseosa 1 1 2
10. Neoplasma maligna.- Symptom yang menyolok ialah 8. Septum (tak dijelaskan) 3 5 8
nasal obstruction (U), nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi
9. Malignitas 5 17 22
awal dan nasal bleeding terlihat lebih dulu sebelum nasal
obstruction, terutama pada tumor cavum nasi yang anaplastik
Terapi
(2). Diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang diambil dari
bagian yang tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini mungkin, Terapi bermacam-macam, tergantung dari diagnosis :
maka bila ada kecurigaan akan malignitas, biopsi perlu segera Corpus alienum/rhinoliths : terapinya ialah mengangkat
dilakukan. Biopsi lebih baik daripada nasal smear. Fre- corpus alienum atau rhinolith (1,2,3,5,12).
kwensi malignitas lebih banyak laki-laki daripada wanita, Nasal diphteria : diberikan antibiotika, ADS, dan salep
dengan perbandingan 2 : 1 (12). antibiotika untuk mencegah dermatitis akibat nasal discharge
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah kami susun (1,5,10,12).
pedoman diagnostik sebagai berikut. Sinusitis dan rhinitis caseosa : prinsip terapi ialah mcm-
KEPUSTAKAAN
1. LIKHACHOV A : Diseases of the ear, nose and throat. 8. DOBROMYSKY F, SCHERBATOV I: Paranasal Sinuse
Moscow, MIR Publisher, pp 136—167. diseases of the orbit. Moscow, MIR Publisher, 1966, pp
2. BALLENGER HC, BALLENGER II : Diseases of the nose, 187.
throat and ear, 10 ed. Philadelphia, Lea & Febiger, 1957, 9. GERLINGS PG, HAMMELBURG EM : Keel, neus en oorheel-
pP 22—514. kunde. Haarlem, De Erven F Bohn NV, 1971, pp 144—156.
3. BOIES LR : Fundamentals of otolaryngology. A textbook of 10. NELSON WE : Textbook of pediatrics, 7 ed. Philadelphia,
ear, nose and throat diseases,4 ed. Philadelphia. WB Saunders London, WB Saunders Co., 1959, pp 411—420, 745—756.
Co:, 1964, pp 246—480 11. R SOERATIMAN PH : Pengobatan secara implantasi dengan
4. BOYD W : Textbook of pathology, 7- ed. Philadelphia. Lea & os tibia dari penderita sendiri pada ozaena di Rumah Sakit
Febiger, 1961, pp 25—33. Surakarta, Solo. Majalah Perhimpunan Ahli Penyakit Telinga,
5. BURGER H : Leerboek der ziekten van oren, neus, mond, Hidung dan Tenggorok Indonesia, 2/1975.
keel, slokdarm en lagere luchtwegen, 7 druk. Haarlem, De 12. SCOTT—BROWN'S : Diseases of the ear, nose and throat, vol. 3!
Erven F Bohn NV, 1954, pp 288—503. The nose. London, Butterworth, 1972, pp 120—316.
6. COTTLE, MAURICE H : Nasal atrophy, atrophic rhinitis, SOENARTO S : Pengobatan operatip pada 38 penderita
13.
ozaena. Medical and Surgical treatment,
1958. ozaena di Rumah Sakit Yogyakarta. Majalah Perhimpunan
7: DOLOWITZ DA : Basic o tolaryngology. New
York, Toronto, Ahli Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Indonesia 2/1975.
London, McGraw Hill Book Co: 1964
1. BALLENGER HC, BALLENGER II : Diseases of the nose, 8. JOHNSON TB, WHILLIS J : Gray's anatomy — Descriptive
throat and ear, 10 ed. Philadelphia, Lea & Febiger, 1957, and applied, 30 ed. New York, Toronto, Longmans Green -
pp 255-303. Co., 1949.
2. BOIES LR et al : Fundamentals of otolaryngology. A textbook 9. JONKEES LBW : Voor of tegen tonsillectomie. Capita selecta.
of ear, nose and throat diseases, 4 ed. Philadelphia. Lon - Ned T Geneesk 108(43), 24 Oct, 1964.
don, WB Saunders Co,1964, pp 384—421. 10. JONKEES LBW : Keel, neus, en oorheelkunde voor de al-
3. BURGER H: Leerboek der ziekten van oren, neus, mond, keel, gemene praktijk, 2 druk. Amsterdam, Brussel, Agon Elsevier,
slokdarm en lagere luchtwegen, 7 druk. Haarlem, De Erven F - 1972, pp 1-16,
Bohn NV, 1954, pp 371—390. 11. LIKHACHOV A : Diseases of the ear, nose and throat,
4. COPENHAUER WH, JOHNSON B : A Bailey's textbook of his- 2 printing. Moscow, MIR Publisher,
tology, 14 ed. Baltimore, William Wilkins Co., 1958. 12. NELSON WE : Textbook of pediatrics, 8 ed. Philadelphia,
5. DE WIT G : Inleiding in de keel, neus, oorheelkunde, 2. London, WB Saunders Co., 1964, p 1114.
druk. Utrecht, Erven J Bijleveld, 1968, p 116. 13. READING : Common diseases of the ear, nose and throat,
6. GERLINGS PG : Keel, neus, oorziekten bij kinderen. Amsterdam, 2 ed. London, JA Churchill, 1953, pp 228—250.
Wetenschappelijke Uitgeverij NV, 1949. 14. SCOTT—BROWNS : Diseases of the ear, nose and throat,
7. JACKSON C, JACKSON CL : Diseases of the nose, throat and 3 ed. London, Butterworth, 1971, pp 103-121.
ear, 2 ed.Philadelphia, London, WB Saunders Co., 1959, pp 15. STRUBEN WH : Tonsillen in of unit. Klinische lessen. Ned T
239-277. Geneesk 108 (49), 5 Dec., 1964.
Laryngitis
yang disebabkan oleh karena alergi atau radang. Dengan
demikian mudah dimengerti bahwa pada anak-anak, peradang-
an di glottis mudah diikuti oleh oedema di subglottis yang
sangat membahayakan; bahaya asphyxia selalu mengancam.
1 . Biasanya menyerang anak-anak berumur 3—6 tahun. 1. Lebih banyak menyerang anak-anak berumur dibawah 3 tahun.
2. Terutama disebabkan oleh H. influenzae type B. 2. Terutama oleh karena virus influenza, morbllli.
pertussis.
— udara kering panas dan berdebu.
3. Proses cepat dan kadang-kadang berakibat berbahaya. 3. Prosesnya tidak begltu cepat.
4. Sering membutuhkan tindakan tracheotomi. 4. Jarang membutuhkan tindakan tracheotoml.
Karsinoma
Nasopharynx
dr. Bambang S.S.
Bagian T.H.T.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/R.S. dr. Kariadi
Semarang
S1 : T0-2 N0 M 0
T0-2
S2 : N1-2 M0
S3 : T0-2 N 3 M 0 ; T 3 N 0-3 M0
S4 : T4 N 0-3 M0 ; T0-4 N 0-3 M 1
Klasifikasi ini sangat penting artinya bagi prognosis penderita.
4. Gejala-mata
Gejala mata yang mula-mula timbul bukan berupa kekurangan
Cermin Dunia Kedokteran No. 9, 1977 37
dian kateter diputar + 90 derajat, lalu pompa disedot kuat- – Tionghoa lahir di
kuat sehingga ada sel-sel yang ikut terhisap. Proses selanjutnya Australia : 10,2
– Tionghoa pendatang : 35,1
sama dengan di atas.
Perlu kami ketengahkan bahwa Jepang, walaupun berada di
Pemeriksaan Patologi Anatomik
kawasan Asia, mempunyai frekwensi yang sangat kecil : 0,08 %
Untuk pemeriksaan ini diperlukan bahan (coupe) yang
didapat dari biopsi. Alat-alat biopsi ini sangat sederhana: Pengobatan
(1) nasal cutting forceps, (2) speculum hidung, (3) knie Pengobatan yang paling murah ialah dengan radioterapi,
pincet, (4) tampon kain kasa, (5) kapas, dan (6) larutan tetapi hasilnya juga tidak memuaskan. Banyak obat sitostatika
cocain 5 % atau pantocain 1 %. waktu ini, tetapi harganya masih terlalu tinggi untuk rakyat
Cara biopsi (blind biopsi).– Daerah hidung yang akan dibiopsi kecil. Dua hal ini masih merupakan hambatan untuk sejawat
diberi anestesi lokal dengan cocain 5 % atau pantocain 1 % dengan di puskesmas dalam menanggulangi karsinoma nasopharynx
cara memasukkan kapas yang telah dibasahi dengan larutan tersebut
khususnya dan keganasan pada umumnya.
ke dalam hidung. Tunggu lima sampai limabelas menit.
Setelah kapas diambil, tang biopsi dimasukkan ke dalam menyusuri Prognosis
dasar cavum nasi sampai menyentuh dinding belakang nasopharynx.
Kemudian ujung tang digeser ke lateral mengikuti dinding lateral Penderita jarang yang mencapai hidup lima tahun (five
nasopharynx sambil ditazik ke depan perlahan-lahan. Kira-kira pada years survival), lebih-lebih bila tumor didapatkan pada stadium
daerah fossa Rosenmulleri kami lakukan biopsi. yang sudah lanjut.
Biopsi ini memang kurang sempurna, tetapi sengaja kami utarakan
cara yang sederhana sehingga sejawat yang mungkin mempunyai sarana KEPUSTAKAAN
yang kurang Iengkap dapat mengerjakannya. Menurut pengalaman 1. BALLENGER HC, BALLENGER II : Diseases of the nose, throat
kami, dari seluruh biopsi dimana kazsinoma nasopharynx dicurigai, and ear, 10 ed. Philadelphia, Lea & Febiger, 1957, p 519.
blind biopsi ini memberi hasil 71,8 % 2. BOIES LR et al : Fundamentals of otolaryngology. A textbook of
ear, nose, and throat diseases; 3 ed. Philadelphia, London, WB
lnsidens
Saunders Co., 1963, pp 350–352.
Karsinoma nasopharynx banyak terdapat pada umur 30 - 60 3. IRWIN SUMARMAN : Tumor ganas nasopharynx pada Bagian
tahun, frekwensi terbanyak pada umur 40 - 50 tahun. Lebih THT RSUP dr. Hasan Sadikin – Bandung.
4. JACKSON C, JACKSON CL : Diseases of the nose, throat and ear,
sering didapatkan pada laki-laki daripada wanita. Mengenai
2 ed. Philadelphia, London, WB Saunders Co., 1959, p 279.
hubungannya dengan ras, dalam kepustakaan disebutkan bah- 5. LIANG PE CHIANG : Studies on nasophazyngeal carcinoma in the
wa pada orang Tionghoa didapatkan frekwensi yang jauh Chinese – Statistical and laboratory investigations. Chinese Med J
lebih besar; tetapi ada hal yang membingungkan, yaitu bila 183 (6) : 373–390, 1964.
kita melihat di RRC dimana frekwensi pada penduduk RRC 6. LINDSAY R : Yearbook of eaz, nose and throat 1967 – 1968,
pp 159–1960.
Selatan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan RRC
7. MOCH. ZAMAN : Diagnostik tumor maligna dari nasopharynx.
sebelah Utara. "Postgraduate Course" Muktamar IDI Ke IV di Surabaya, 1953, pp
Di bawah ini disajikan frekwensi relatif karsinoma nasopharynx 62–66.
di Indonesia : 8. MULJONO DJOJOPRANOTO : Beberapa segi patologi tumor
1. Jakarta : 7,79 % ganas nasopharynx di Jawa Timur. Tesis Universitas Airlangga
2. Bandung : 5,82 % Surabaya 1960. Gitakarya Surabaya, 1960.
3. Semarang : 15,7 % 9. MORRISON : Diseases of the nose, throat and ear, 2 ed. New York,
4. Surabaya : 7,7 % Appleton Century Crofts Inc., 1955, p 506.
5. Malang : 5,6 % 10.MECKIE DEC, LAWLEY M : Nasophazyngeal carcinoma (among
6. Denpasar : 3,86 % Chinese) – Clinical analysis of 120 cases. AMA Arch Surg 69 : 841–
7. Medan : 6,1 % 848, 1954.
8. Ujung Pandang : 6,7 % 11.ONGSIATO Jr.: Cancer of the nasophazynx. Philip J Cancer 8(2) :
73–77, 1968.
12.THEMANS HH: Maligne nasopharyngeal neoplasmata. Academisch
Sebagai perbandingan, di bawah ini kami cantumkan fre- Proefschrift (in de Geneeskunde aan de Universiteit van Amsterdam)
kwensi relatif karsinoma nasopharynx dari benua Asia - Aus- 2 July 1970, Drukkerij mur–allsmeer 1970.
tralia : 13.TANWIR JM : Patologi carcinoma nasopharynx khusus ditinjau
1. RRC Utara, dari segi histogenesis. Cetakan pertama. Bandung, Penerbit Alumni,
– distrik Tionghwa : 7,9 1975.
– distrik Tsinan : 5,1
– distrik Peking : 4,0
RRC Selatan,
– Kwantung : 56,9
– Kwangsi : 31,1
– Fukien : 16,2
2. Hongkong : 18,3
3. Malaysia & Singapura : 13,2
4. Thailand : 5,2
5. India : 1,8 – 2,3
6. Taiwan : 12,1
7. Philipina : 3,7
8. Australia
– Asli : 0,2 – 0,3
T.K.O.
Seorang bayi yang baru berumur dua bulan oleh ibunya dibawa ke tempat
praktek saya untuk pemeriksaan rutin. Dalam pemeriksaan kulihat bercak
merah semacam hemangioma di dahi bayi tersebut. Sambil lalu kukatakan :
"Bercak semacam ini pasti hilang sendiri pada umur lima tahun". " Memang,
demikian juga yang dikatakan oleh dokter pada ibu saya 25 tahun yang lalu",
jawab ibu bayi itu sambil menyisihkan rambut dari dahinya. Dan kulihat
bercak merah di dahi tersebut, tepat seperti bercak pada anaknya
EFEK SAMPING K.B.
Seorang w anita yang telah bertahun-tahun men- Jawaban Ruang Penyegar dan Penambah llmu Kedokteran
jadi pasien saya pada suatu hari meminta pil
kontrasepsi, padahal saya tahu bahwa dalam
1. D 4. C 7. A
perkawinannya yang telah berumur dua tahun
2. A 5. C 8. D
itu ia belum dikaruniai seorang anakpun. Dengan
heran kutanyakan mengapa ia tiba-tiba minta 3. B 6. B 9. C
pil K.B. "Seminggu yang lalu saya telah bercerai, 10. D
dok" , jawabnya.
Untuk nomor 1- 8, sesuaikan jawaban dcngan huruf-huruf di rita tampak gelisah, pernafasan menjadi cepat, dan tampak se-
sebelahiiya. kit cyanosis. Tekanan darah 95/70, pernafasan 32 per menit,
1. Tanda Cvostek (A) Pankreatitis akuta suhu 38,3 °C. Tampak beberapa petechiae pada conjunctiva
2. Tanda Turner (B) Kebiru-biruan di sekitar um- dan badan. Terdengar ronchi pada basal kedua paru-paru. Cor
bilikus. tak ada kelainan. Pemeriksaan laboratorium rutin terhadap
3. Tanda Cullen (C) Tabes dorsalis darah dan urin tak menunjukkan hal-hal yang berarti.
4. Tanda Romberg (D ) Tetani
(1) Apakah keadaan yang menyerupai shock pada penderita
ini disebabkan oleh kehilangan darah?
5. Penyakit Meniere (A) Disebabkan oleh kelumpuh- (2) Apa yang menyebabkan perubahan yang terjadi secara
an saraf simpatik cervicalis akut 24 jam kemudian itu?
6. Bell's palsy (B) Disertai kelumpuhan bibir (3) Bagaimana cara menegakkan diagnosis yang tepat pada
dan pipi penderita ini?
7 Sindroma Horner (C) Vertigo aural (4) Bagaimana terapinya?
8. Hydrocephalus interna (D) Disertai dengan papiledema, (5) Bagaimana prognosisnya?
bradycardia dan muntah-
muntah.
(1) Mungkin saja bahwa penderita tersebut telah kehilang-
an satu liter darah akibat fraktura yang menyebabkan perda-
pilihlah satu jawaban yang tepat : rahan di dalam, meskipun tak tampak perdarahan di luar. Na-
9. Bisul-bisul pada umumnya disebabkan oleh: mun keadaan ini kurang mungkin bila ingat bahwa keadaan
(A) Staphylococcus albus umumnya pada waktu datang masih baik dan selama 24 jam
(B) Staph. citreus kemudian juga masih baik. Faktor kehilangan darah mungkin
(C) Staph. aureus membantu perkembangan kemudian.
(D) Streptococcus viridans (2) Terjadinya cyanosis, tachycardia dan pre-shock pada
10.Pada kematian oleh keracunan metil-alkohol, ditemukan: penderita ini yang tiba-tiba sangat menyokong kemungkinan
(A) edema otak embolisme lemak. Kemungkinan emboli paru-paru yang "kon-
(B) nekrosis pankreas vensionil " belum dapat disingkirkan, akan tetapi pada kasus ini
(C) nekrosis neuron-neuron retina tampaknya terjadinya terlalu awal.
(D) semuanya di atas (3) Diagnosis emboli lemak kadang-kadang sulit ditegak-
kan. Sputum dan urin harus diperiksa beberapa kali untuk
mencari partikel-pertikel lemak. Tidak jelas bagaimana partikel
lemak dapat mecapai sputum dan urin, tetapi diperkirakan le-
Seorang pekerja, berumur 23 tahun, dibawa ke rumah sakit mak tersebut berasal dari sumsum tulang yang mengalami
segera setelah mendapat kecelakaan waktu naik sepeda motor. fraktura.
Tulang pahanya yang sebelah kiri jelas telah mengalami fraktu- (4) Tidak ada terapi khusus. Tetapi suportif berupa pem-
ra tertutup, diperkirakan mungkin juga ada trauma pada pelvis berian oksigen; pemberian steroid, karena lesi paru-paru beru-
bagian dalam. Waktu pertama kali diperiksa keadaan umum pa lesi inflamatoir; heparin kadang-kadang diberikan juga un-
penderita baik, nadi dan tekanan darah baik, kecuali bahwa ia tuk mencegah koagulasi intravaskular.
tampak pucat. Tidak ditemukan perdarahan terbuka dari ba- (5) Biasanya penderita dapat mengatasi akibat emboli le-
gian-bagian tubuh. Paru-paru, cor, abdomen tak ada kelainan. mak ini, tetapi tentu saja prognosis tergantung juga dari luas
Diberikan pengobatan konservatif. Keadaan umum penderita dan beratnya trauma yang menyebabkan embolisme tadi.
tetap baik sampai 24 jam kemudian ketika tiba-tiba keadaan Dilaporkan kematian sebesar 10-20 %.
umumnya dengan cepat menurun. Kesadaran menurun, pende - (diolah dariMedicalOpinion 3(10): 11, 1974)
ILMU cecum, ileum terminalis dan sigmoid colon. Harus diingat bahwa keadaan ini dapat ditemukan
juga pada 8 — 10 persen kasus dengan appendix normal, terutama pada appendix retrocecal.
Tanda yang patognomonik untuk appendicitis akuta ialah : appendix tidak terisi, terlihat ` mass
BEDAH effect ' (dorongan oleh suatu massa) pada batas medial dan inferior cecum, dan ` mass effect ' atau
mukosa yang irregular pada ileum terminalis. Appendix yang terisi sebagian disertai dengan
abnormalitas mukosa dan `mass effect' pada daerah ileocecal juga dianggap sebagai tanda yang
positif. Demikian juga, appendix yang hanya terisi bagian proximalnya saja sehingga gambar seolah-
olah terputus (cut-off sign) dianggap karakteristik untuk appendicitis akuta.
Pemeriksaan barium enema dilakukan pada 58 penderita yang berumur 2— 16
tahun. Pemeriksaan ini dilakukan hanya bila diagnosis appendicitis meragukan.
• Pada 27 kasus appendix terisi penuh dan roentgenogram normal. Meskipun
demikian, dilakukan juga explorasi pada delapan kasus karena gejala-gejala klinik
sangat menyokong diagnosis appendicitis akuta, dan ternyata semuanya normal.
Ke 19 kasus sisanya tidak mendapat pengobatan khusus, kecuali dua kasus yang
memerlukan antibiotika karena ternyata menderita pneumonia. Ke 27 kasus ini
sembuh dengan cepat.
• Pada 20 kasus, roentgenogram patognomonik untuk appendicitis akuta dan
segera dilakukan operasi : 18 di antaranya benar-benar menderita appendicitis akuta;
satu menderita hiperplasia limfoid di daerah ileocecal dan appendix; dan pada satu
kasus lainnya didapatkan inflamasi pelvis sebagai komplikasi abortus.
• Pada sembilan kasus dengan roentgenogram yang meragukan dilakukan observasi;
pada enam kasus gejala mereda dalam beberapa jam; pada satu kasus ditemukan
pneumonia yang diobati dengan segera dan gejala-gejala abdominal menghilang; pada
dua kasus gejala bertambah berat dan dilakukan operasi — kedua-duanya ternyata
menderita appendicitis akuta.
Dalam pemeriksaan ini tidak ditemukan komplikasi perforasi akibat barium
enema. Meskipun pemeriksaan ini dapat membantu dalam keadaan yang meragukan,
ditegaskan bahwa barium enema tidak dapat menggantikan pemeriksaan fisik yang
dilakukan dengan cermat.
JONA JZ et al. Surg Gynecol Obstet 144 : 351 — 355, 1977.
OBSTETRI
kan oleh inkompetensi cervix akibat peregangan rahim secara berlebihan. Bila memang
demikian, seharusnya penjahitan cervix akan mengurangi insidens prematuritas.
Untuk mengetahui mana yang lebih baik, dilakukan percobaan sebagai berikut :
60 pasien dengan kehamilan kembar diharuskan istirahat di tempat tidur. Pada 37
pasien lain dilakukan penjahitan cervix. Sedang pada 36 lainnya tidak diberi terapi
secara aktif.
Ternyata insidens dari persalinan prematur sama saja pada ke tiga golongan
di atas. Berat badan rata-rata dari ke dua bayi kembar dan insidens dari 'small-for-date-
babies' juga sama.
WEEKES ARL et al. Brit J Obstet Gynecol 84 : 161 — 163, 1977
Catatan : Terlihat persesuaian antara peristiwa di atas dengan kejadian pada masa perploncoan
mahasiswa, yang menurut dr. SUYONO — Kepala Bagian Psikiatri FK—UGM— telah
membawa banyak korban psikiatrik.— Red.
OBAT BARU
Disopyramide
Farmakodinamika :
* anti-aritmi jantung, baik atrial ataupun ventrikuler.
* memiliki efek antikholinergik dan anestesi lokal.
* khasiat anti-aritmi diduga berdasarkan atas :
Pemanjangan masa refrakter atria dan ventrikel sehing-
ga dapat mengakhiri suatu circus movement yang di-
awali oleh extrasistole atrial ataupun ventrikel.
Telah dilaporkan efektif untuk recurrent ventricular
fibrillation yang refrakter terhadap lidokain IV, phe-
nytoin dan procainamide.
* efek samping : retensi urin dan mulut kering.
Farmakokinetika :
* efektif secara oral untuk pencegahan takiaritmi ventrikel
setelah infark miokard.
* dosis 100 - 200 mg 4 x sehari.