Anda di halaman 1dari 15

INDENTIFIKASI POTENSI RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOSOBO Moneyzar Usman3 ABSTRAK Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah

satu sumber penerimaan daerah sebelumnya kurang mendapat perhatian, keadaan ini disebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sumber dana pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintah pusat sementara kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif terbatas. Penerimaan daerah merupakan hal penting dalam membangun kemandirian finansial, maka diperlukan upaya untuk menggali kemungkinan yang dapat ditindak lanjuti dengan tidak membebani ekonomi masyarakat. Hasil pengamatan diperkirakan ada tiga kelompok retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan dinas kesehatan, pasar, dan perhubungan. Atas dasar tersebut dan dengan memperhatikan pertimbangan letak geografis Kabupaten Lampung Selatan yang sangat strategis maka Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Selatan memandang perlu melakukan Idetifikasi Potensi Penerimaan Retribusi utama di kabupaten Lampung Selatan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Umum Pembangunan Nasional merupakan program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu, berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat adil makmur yang merata materil dan spirituil. Upaya merealisasikan tujuan tersebut pada tingkat pusat dijabarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) sedangkan di propinsi dijabarkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). APBN dan APBD menjadi landasan operasional bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk melaksanakan pembangunan. Dengan demikian pembangunan nasional maupun daerah menjadi rangkaian program yang dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan (continouse improvment) yang membutuhkan pendanaan besar, sementara dana yang tersedia sangat terbatas. Seiring dengan pelaksanaan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah daerah harus dapat menyesuaikan terutama dengan terjadinya perubahan paradigma dari sentralisasi ke desentralisasi yang substansinya adalah demokratisasi dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengawasan jalannya pemerintahan. Konsekuensi dari UU No 32 tahun 2004 adalah Daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Hal ini berarti eksistensi dan prospek daerah kembali pada inisiatif, kreativitas dan inovasi daerah dalam menggalang dan mendayagunakan berbagai potensi aset dan akses ke arah yang lebih produktif dan ekonomis. Otonomi daerah menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah.

Kesiapan dan keseriusan dalam melaksanakan otonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan melaksanakan otonomi daerah. Ketersediaan dana pembangunan menjadi permasalahan umum yang dihadapi dalam melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan paradigma otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai wewenang yang luas dalam mengatur penggunaan dana pembangunan, termasuk didalamnya adalah menggali sumber-sumber penerimaan dana atau pendapatan daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004, pada dasarnya pendapatan daerah dikelompokan menjadi : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari pajak, retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain PAD. 2. Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah 3. Pinjaman daerah 4. Lain-lain pendapatan daerah yang syah 41 Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sebelumnya kurang mendapat perhatian, keadaan ini disebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sumber dana pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintah pusat sementara kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif terbatas. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, pemerintah daerah dituntut memiliki kejelian, inovasi dan kreatifitas dalam melihat dan menggali sumbersumber potensial dalam rangka meningkatkan pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam kerangka otonomi daerah memegang peranan penting terutama untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran publik. Kabupaten Lampung Selatan memiliki letak yang cukup menguntungkan karena kedekatannya dengan ibu kota negara dan penyangga Kota Bandar Lampung. Dampak positif dari letak ini adalah spread effect ekonomis dan informatif. Posisi geografis yang strategis memberi dampak ekonomis yang cukup tinggi karena di wilayah timur sebagai pintu gerbang pulau Sumatera dari pulau Jawa sehingga lalu lintas barang, dan orang melalui kabupaten ini cukup tinggi. Melihat potensi ini berbagai jenis layanan dapat disediakan untuk mendapatkan penghasilan bagi daerah. Jenis layanan apa yang patut disediakan sangat tergantung dengan kemampuan melakukan desain dengan harapan layanan tersebut tetap memenuhi syarat cost recovery namun tetap pula memenuhi syarat-syarat kepatutan, tidak membangun kembali high cost economy, selaras dengan rasa keadilan dipelihara sehingga memberi dampak menyenangkan (feel benefit). Dana yang diperlukan untuk membangun sistem penerimaan daerah melalui percepatan perputaran uang cukup besar. Hasil kajian sementara terlihat bahwa peningkatan penerimaan daerah terutama dari restribusi belum optimal. Pada tahun 2004 PAD Lampung Selatan mencapai 93,72 persen dari target yang ditetapkan sebanyak Rp 12,73 Milyar. Sementara pencapaian restribusi utama mencapai 106,75 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 2,05 Milyar. Perkembangan rencana anggaran tahun 2004 turun sebesar 16,04 persen dibanding dengan realisasi anggaran PAD tahun sebelumnya (tahun 2004). Rencana anggaran restribusi utama yang direncanakan pemerintah daerah turun sebesar 6,24 persen dari tahun sebelumnya. Kontribusi restribusi utama

tahun 2004 terhadap PAD pada tahun yang sama sebesar 2,79 persen. Karena penerimaan daerah merupakan hal penting dalam membangun kemandirian finansial, maka diperlukan upaya untuk menggali kemungkinan yang dapat ditindak lanjuti dengan tidak membebani ekonomi masyarakat. 42 Hasil pengamatan diperkirakan ada tiga kelompok retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan dinas kesehatan, pasar, dan perhubungan: 1. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kebersihan : (a) Retribusi pelayanan persampahan (perda no. 14 tahun 2001) (b) Retribusi penyedotan tinja (perda nomor. 19 tahun 2000) 2. Retribusi yang terkait dengan Dinas Pasar : (a) Retribusi Pasar (perda nomor. 9 tahun 2001) (b) Retribusi izin peruntukan penggunaan tanah (sewa toko/kios/los/hamparan diatur perda no. 11 tahun 2001). (c) Retribusi Kebersihan dilingkungan pasar (perda nomor.10 tahun 2001). 3. Retribusi yang berkaitan dengan Dinas Perhubungan terdiri dari : (a) Retribusi Terminal (perda Nomor 16 tahun 2000) (b) Retribusi Parkir : Retribusi Parkir di pinggir jalan umum (ketetapan bupati) Retribusi Parkir ditempat khusus (perda No 15 tahun 2000) (c) Retribusi Izin Trayek (perda Nomo. 17 tahun 2000) (d) Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor (perda no 20/2001) (e) Retribusi yang terkait dengan pelabuhan penyeberangan Bakauheni (retribusi jasa peron dan parkir dalam wilayah pelabuhan) Berkenaan dengan hal ini Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan memandang perlu melakukan identifikasi potensi peningkatan penerimaan retribusi utama dikabupaten Lampung Selatan. I.2. Tujuan Tujuan kegiatan yang ingin dicapai ialah : 1. Teridentifikasinya retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan 43 2. Mengukur potensi retribusi utama di kabupaten Lampung Selatan 3. Menentukan besaran estimasi penerimaan retribusi di Kabupaten Lampung Selatan. 1.3 Keluaran/Output Secara keseluruhan keluaran/ouput kegiatan ini ialah laporan kajian identifikasi jenis retribusi dalam bentuk hasil kajian berupa: 1. Teridentifikasinya potensi retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan 2. Terukurnya potensi retribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan 3. Terukurnya besaran estimasi penerimaan retribusi dari masing-masing potensi yang dikaji disertai dengan rencana tindakan. II. METODE PENELITIAN 2.1. Lingkup Pekerjaan a. Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan diseluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan b. Lingkup Kajian Lingkup Kajian ini adalah : 1. Melakukan survei atas subyek dan obyek retribusi utama dalam rangka mengukur potensi dan penetapan target retribusi di Kabupaten

Lampung Selatan. 2. Menyusun rekomendasi untuk mendukung pengembangan penerimaan retribusi daerah. 2.2 Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kerja atau setara dengan 6 (enam) bulan. Jadwal Terlampir. 44 2.3. Analisis Data Estimasi Besaran Retribusi melalui dua perdekatan : (1). Model pertama : Definitional Equation (persamaan identitas) Eti = Pi x Qi (estimasi optimis) Eti = Estimasi Penerimaan retribusi jenis i Pi = Tarif persatuan retribusi jenis i. Qi = Kuantitas potensi utama retribusi jenis i periode mendatang Catatan : (i = 1, 2, n) (2). Model kedua : Behavioral Equation ( analisis regresi) dan trend method (analisis tren) a) Ey = (Qi) Ey =b0 + b1Q1 + b2Q2 + + bnQn Eri = b0 + b1 Qi b0 = Parameter konstanta b1 = Koefisien pengaruh Variabel potensi utama Qi = Kuantitas potensi utama restribusi jenisi, periode yang lalu. Qi = Kuantitas potensi utama restribusi jenis i periode mendatang EY = Penerimaan restribusi jenis i periode yang lalu Eri = Estimasi penerimaan restribusi jenis i (estimasi rendah) Catatan : (i = 1, 2, n) b) Analisis Trend Linear Q = f (t) Q = a0 + at Keterangan : Q = Variabel yang di estimasi t = Variabel waktu 45 2.5 Sistem Pelaporan Output yang diharapkan dari kajian ini adalah tersusunnya dokumen kajian identifikasi potensi restribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan Sistim pelaporan kegiatan ini terdiri atas 4 (empat) tahap pelaporan yaitu: - Laporan Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang dilakukannya Kajian identifikasi potensi restribusi utama di Kabupaten Lampung Selatan serta rencana kegiatan yang akan dilakukan tahap berikutnya.. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar. - Laporan Kemajuan, berisikan kegiatan yang telah dilakukan pada tahap awal, hasil kegiatan serta rencana kegiatan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Laporan Kemajuan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar. - Laporan Akhir, merupakan laporan final tahapan kegiatan secara keseluruhan Laporan Akhir dibuat sebanyak 15 (lima belas) eksemplar. - Executive Summary, merupakan summary dari laporan final, dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. III. PEMBAHASAN

Retribusi dari Dinas Kebersihan di Kabupaten Lampung Selatan dituangkan dalam 2 (dua) PERDA yaitu : a. Retribusi pelayanan persampahan (perda No 14 Tahun 2000) b. Retribusi penyedotan Tinja (perda No 19 Tahun 2000) Pada tahun 2004, ada 5 (lima) kecamatan diwilayah Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi simpul potensi retribusi dinas kebersihan yaitu : a. Kalianda b. Penengahan c. Sidomulyo d. Tanjung Bintang dan e. Natar 46 Retribusi kebersihan yang cukup potensial baik dari upaya pelayanan persampahan ataupun penyedotan tinja teridentifikasi dari 3 (tiga) objek retribusi yaitu : a. Bangunan sosial sebanyak 1.585 Unit b. Bangunan Industri sebanyak 307 Unit c. Bangunan Tempat Tinggal sebanyak 78.631 Unit Secara rinci digambarkan pada Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah Bangunan Sosial, Industri, dan Bangunan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Pelayanan Persampahan dan Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 No Kecamatan Bangunan Sosial (unit) * Bangunan Industri (unit) Bangunan Tempat Tingal (unit) Total (Unit) % 1 Kalianda 211 56 14,700 14,967 19 2 Penengahan 200 16 9,648 9,864 12 3 Sidomulyo 340 108 16,008 16,456 20 4 Tanjung Bintang 365 51 10,833 11,249 14 5 Natar 469 76 27,442 27,987 35 Jumlah 1,585 307 78,631 80,523 100 Rata-rata 317 61 15,726 16,105 Sumber : Lampung Selatan dalam Angka, 2005 Dengan memperhatikan objek retribusi kebersihan, bangunan tempat tinggal adalah potensi retribusi yang sangat penting (78.631 unit) meskipun sifat dan karakternya sangat bervariasi. Dari ketiga identifikasi potensi retribusi ini, Kecamatan Natar memiliki prosentase yang tertinggi dari kecamatan lainnya yaitu 35 persen dan secara berurutan diikuti oleh Kecamatan Sidomulyo dan Kalianda. Keadaan ini memang ditunjukkan dengan karakter populasi yang tinggi serta daerah ini merupakan pusat aktivitas kegiatan ekonomi. 1. Identifikasi Potensi Retribusi Persampahan

Penerimaan retribusi dari persampahan di Kabupaten Lampung Selatan diperoleh dari 3 (tiga) identifikasi golongan retribusi yaitu dari : a. Rumah Tangga b. Rumah teratur dan c. Perkantoran 47 Tabel 4.2 Realisasi Retribusi Sampah Menurut Golongan Bangunan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2001 2004 Persentase Kontribusi (%) Tahun Rumah Tangga Rumah teratur Perkantoran dll Industri Total (Rp) 2001 (2.07) (9.64) (15.06) (73.33) 144,997,500 2002 (2.58) (11.72) (14.64) (71.05) 174,733,028 2003 (3.58) (15.35) (14.04) (67.03) 175,858,050 2004 (11.73) (15.49) (10.83) (61.95) 189,209,939 Jumlah (19.96) (52.20) (54.57) (273.36) Rata-rata (4.99) (13.05) (13.64) (68.34) Sumber : 1. APBD Kabupaten Lampung Selatan tahun 2004 2. Laporan Dinas Kebersihan Lampung Selatan Tahun 2004 Selama 4 (empat) tahun (2001-2004) rata-rata kontribusi retribusi sampah yang terbesar diperoleh dari golongan industri. Setiap tahunnya sebesar 68,34 persen, setelah itu dari perkantoran dan rumah teratur yang relatif rata-rata hampir sama besar yakni 13 persen. Setiap tahun jenis retribusi ini realisasinya terus meningkat dari Rp144.997.500 tahun 2001 menjadi Rp189.209.939 pada tahun 2004. Khususnya ditahun 2004 ada peningkatan yang signifikan. Realisasi retribusi (sampah) dari rumah tangga yang mencapai 11,73 persen jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sebesar 3,58 persen pada tahun 2003. Realisasi retribusi dari persampahan di Kabupaten Lampung Selatan selama 5 (lima) tahun terakhir (2000-2004) pencapaianya telah melampaui target yang ditentukan seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3. Target dan Realisasi Retribusi Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1998 - 2004 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pencapaian Target 1997/1998 125,000,000 83,511,000 66.81 1998/1999 78,600,000 48,386,500 61.56 2000 69,000,000 71,415,000 103.50 2001 97,004,000 114,947,500 118.50 2002 170,972,000 174,733,028 102.20 2003 174,846,000 175,858,050 100.58 2004 188,121,050 189,209,939 100.58 Sumber : APBD Kabupaten Lampung Selatan, 2004 Meskipun realisasi penerimaan retribusi persampahan telah melampaui target namun dasar penentuan target masih dikatagorikan dalam ukuran yang 48 dibenarkan, sebab kelebihan realisasi retribusi dalam batas normal (tidak melampaui 10 persen) dari target semula. Hal yang menarik dalam kajian identifikasi dan estimasi potensi adalah bahwa

telah terjadi pergeseran retribusi sampah menurut golongan bangunan pada tahun 2004. Pada tahun ini meski realisasi retribusi sebesar Rp.189.209.939 yang melampaui target Rp.188.121.050 sesungguhnya potensi golongan industri yang semula menjadi andalan kontribusinya turun dari 67,03 persen tahun 2003 menjadi 61,95 persen pada tahun 2004. Demikian juga retribusi dari perkantoran, 14,04 persen tahun 2003 menjadi 10,83 persen tahun 2004. Retribusi sampah dari golongan rumah tangga memiliki kontribusi yang cukup besar dari 3,58 persen tahun 2003 menjadi 11,73 persen tahun 2004. Perkembangan dan realisasi retribusi persampahan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1997/1998 sampai dengan tahun 2004 sangat berfluktuatif, seperti digambarkan pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4. Perkembangan dan Realisasi Retribusi Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1998 - 2004 Tahun Realisasi (Rp) % Perkembangan 1997/1998 83,511,000 1998/1999 48,386,500 -42.06 2000 71,415,000 47.59 2001 114,947,500 60.96 2002 174,733,028 52.01 2003 175,858,050 0.64 2004 189,209,939 7.59 Jumlah 126.74 Rata-rata 18.11 Sumber : Laporan Dinas Kebersihan, 2004 Perkembangan dan realisasi retribusi sampah (Tabel 4.4.) relatif kecil. Rata-rata selama enam tahun hanya berkembang 18,11 persen,. Indikasi ini menunjukkan penerimaan retribusi sampah yang terealisasi dari seluruh potensi yang ada belum optimal bahkan pemberdayaannya cendrung menurun sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2003 penurunan retribusi hampir setengahnya yaitu hanya 0,64 persen saja. Indikasi ini disebabkan kontribusi retribusi sampah dari industri meski masih dominan akan tetapi terus menurun dari 71,05 persen tahun 2002 menjadi 67,03 persen tahun 2003. Perkembangan realisasi retribusi persampahan yang cukup berarti hanya pada tahun 2001 sebesar 60,96 persen dan tahun 2002 sebesar 52,01 persen. 49 2. Identifikasi Potensi Retribusi Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Pada Tabel 4.5 Target dan realisasi retribusi penyedotan tinja di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2000 sampai dengan 2004 relatif sangat kecil. Tabel 4.5 Target dan Realisasi Retribusi Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2000 2004 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pencapaian Target 2000 3,000,000 1,958,000 65.27 2001 3,000,000 3,000,000 100.00 2002 5,000,000 2,600,000 52.00 2003 6,000,000 6,000,000 100.00 2004 6,000,000 5,000,000 83.33 Sumber : APBD Kabupaten Lampung Selatan, 2004 Retribusi kebersihan dari penyedotan tinja di Kabupaten Lampung Selatan belum tergali secara optimal. Ini terindikasi dari kecilnya nilai retribusi yang

ditargetkan dan rendahnya realisasi selama 5 (lima) tahun (2000 2004) Pelayanan jasa ini hanya tahun 2001 dan tahun 2003 realisasinya mencapai target sedangkan tahun 2000 dan 2003 jauh dibawah target, masing-masing 65,27 persen, 52 persen dan 83,33 persen yang dibawah batas toleransi 90 persen. Dari sejumlah bangunan sosial, bangunan industri, rumah tangga, rumah teratur serta fasilitas umum dilima kecamatan terbesar di Kabupaten Lampung Selatan perkembangan dan pertumbuhannya sangat pesat. Potensi jasa publik masih memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan sebagai sumber penerimaan daerah (retribusi) dimasa-masa mendatang. Perkembangan realisasi penyedotan tinja di Kabupaten Lampung Selatan selama 5 (lima) tahun 2000 2004 pemungutannya relatif kecil rata-rata 30,8 persen dan sangat bervariasi, seperti yang digambarkan pada Tabel 4.6 di bawah ini : 50 Tabel 4.6 Perkembangan Realisasi Retribusi Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2000 - 2004 Tahun Realisasi (Rp) % Perkembangan 2000 1,958,000 2001 3,000,000 53.22 2002 2,600,000 -13.33 2003 6,000,000 130.77 2004 5,000,000 -16.67 Jumlah 153.99 Rata-rata 30.80 Sumber : APBD Kabupaten Lampung Selatan, 2004 Realisasi retribusi dari penyedotan tinja pada tahun 2001 perkembangannya mencapai 53,22 persen, lonjakan perkembangan ini terjadi setelah ditetapkannya PERDA No 19 tahun 2000. dan di tahun 2002 perkembangannya menurun (13,33 persen). Perkembangan yang cukup tinggi pada tahun 2003 mencapai 130,77 persen walupun pada tahun 2004 menurun (-16,67 persen). Fluktuasi perkembangan jenis retribusi ini masih ada peluang peningkatannya dengan diiringi peningkatan pelayanan jasa publik. Tabel 4.7 Pendapatan Dinas Kebersihan dari Retribusi Sampah dan Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2001 2004 Tahun PersampahaJne nis RetribuPsein yedotan Tinja Jumlah Relaisasi Penerimaan 2001 114,947,500 3,000,000 117,947,500 2002 174,733,028 2,600,000 177,333,028 2003 175,858,050 6,000,000 181,858,050 2004 189,209,939 5,000,000 194,209,939 Rat-rata 163,687,129 4,150,000 167,837,129 4.1.2 Estimasi Penerimaan Retribusi Persampahan dan Penyedotan Tinja Dengan memperhatikan perkembangan jumlah bangunan sosial yang saat ini sebanyak 1.585 Unit, bangunan Industri sebanyak 307 Unit, bangunan tempat tinggal sebanyak 78.631 Unit, maka potensi penerimaan retribusi dari persampahan dan penyedotan tinja masih mungkin untuk ditingkatkan . Melalui formula trend dapat diestimasi jumlah penerimaan untuk masingmasing

komponen tersebut seperti yang digambarkan pada Tabel 4. 8 dibawah ini 51 Tabel 4.8 Estimasi Penerimaan Retribusi Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 - 2009 Tahun Estimasi Retribusi (Rp) Perkembangan (%) 2005 219,059,851.71 15.78 2006 257,447,193.12 17.52 2007 283,352,679.37 10.06 2008 304,064,844.47 7.31 2009 324,992,506.86 6.88 Rata-rata 277,783,415.11 11.51 Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel diatas, estimasi penerimaan retribusi persampahan secara rata-rata akan mengalami peningkatan sebesar 11,51 persen setiap tahunnya, atau penerimaan rata-rata dari retribusi persampahan ini sebesar Rp.277.783.415 rupiah setiap tahunnya. Tabel 4.9 Estimasi Penerimaan Retribusi Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 - 2009 Tahun Estimasi Retribusi (Rp) Perkembangan (%) 2005 6,436,800 28.74% 2006 7,389,440 14.80% 2007 8,489,952 14.89% 2008 8,874,042 4.52% 2009 10,178,417 14.70% Rata-rata 8,273,730 15.53% Estimasi Pendapatan dari retribusi penyedotan tinja secara-rata rata sebesar 15,53 persen atau secara-rata rata sebesar Rp10.178.417 setiap tahunnya. Tabel 4.10 Estimasi Pendapatan Dinas Kebersihan dari Retribusi Sampah dan Penyedotan Tinja di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 -2009 Tahun PersampahaJne nis RetribuPsei nyedotan Tinja Jumlah Relaisasi Penerimaan 2005 219,059,851.71 6,436,800 225,496,652 2006 257,447,193.12 7,389,440 264,836,633 2007 283,352,679.37 8,489,952 291,842,631 2008 304,064,844.47 8,874,042 312,938,886 2009 324,992,506.86 10,178,417 335,170,924 Rata-rata 277,783,415.11 8,273,730.20 52 4.2. Identifikasi Dan Estimasi Potensi Retribusi Dinas Pasar 4.2.1. Identifikasi dan Estimasi Penerimaan Retribusi Pasar 1. Identifikasi dan Estimasi Potensi Retribusi Pasar Berdasarkan PERDA No 9 tahun 2001 pasar adalah suatu lahan atau lokasi yang ditentukan oleh bupati dengan atau tanpa bangunan dalam batas-batas tertentu dan dipergunakan penjual dan pembeli untuk jual beli dan atau melakukan pekerjaan jasa secara langsung dalam suatu pengelolaan baik oleh pemerintah, pihak ketiga dan atau kerjasama antar keduanya. Retribusi pasar dikenakan pada semua toko, kios dan los untuk jasa

pemeliharaan pasar. Dengan demikian besar kecilnya penerimaan retribusi sangat tergantung pada jumlah pasar dan banyaknya kios, toko, los dan hamparan tempat terjadi perdagangan. Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan data yang ada terdapat 8 unit pasar (tahun 2004). Dari 8 unit pasar tersebut terdapat 1.113 unit toko, kios, los dan hamparan. Jika diperhatikan perkembangan dari masing-masing jenis objek retribusi tersebut selama lima tahun terakhir cendrung mengalami peningkatan, rata-rata naik 3,4 persen pertahun. Jika dilihat dari masing-masing jenis bangunan yang ada dipasar, nampak jenis bangunan yang berupa los mendominasi lokasi pasar. Secara rinci seperti yang terlihat pada Tabel 4.11 berikut ini Tabel 4.11. Jumlah Pasar dan Bangunan dalam pasar di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2000 - 2004 Tahun Jumlah Pasar Toko Kios Los Hamparan Jumlah % Perkembangan 2000 5 110 226 287 267 890 2001 6 120 245 364 283 1012 13.71% 2002 6 120 245 364 283 1012 0.00% 2003 8 162 249 419 283 1113 9.98% 2004 8 162 249 419 283 1113 0.00% Rat-rata 134.8 242.8 370.6 279.8 1028 Berdasarkan data lapangan aktivitas perdagangan yang terjadi dipasar berlangsung setiap hari (1 bulan = 30 hari). Untuk menentukan besarnya retribusi yang harus dipungut telah ditetapkan dalam PERDA yakni : 53 a. Toko dikenai retribusi Rp.1.500/hari/toko b. Kios dikenakan retribusi Rp. 750/hari/kios c. Los dikenakan retribusi Rp. 500/hari/los d. Hamparan dikenakan retribusi Rp. 300/hari/hamparan Dengan memperhatikan perkembangan jumlah bangunan yang ada di pasar selama 5 tahun terakhir, maka perkembangan jumlah bangunan berdasarkan kelompoknya untuk masa yang akan datang dapat diestimasi dengan formulasi matematis (Analisis Trend Linier): Y = ao + bX Keterangan : Y = Jumlah Bangunan(unit) X = Periode Estimasi (tahun) Berdasarkan formulasi tersebut diperoleh persamaan garis trend linier sebagai berikut: a. Toko Y = 105,60 + 14,60 X b. Kios Y = 232,80 + 5 X c. Los Y = 306,80 + 31,9 X d. Hamparan Y = 273,40 + 3,20 X Berdasarkan persamaan garis trend tersebut maka dapat diperkirakan jumlah bangunan di pasar sampai dengan tahun 2009 sebagai berikut: Tabel 4.12 Estimasi Jumlah Bangunan berdasarkan Kelompok Bangunan di Lingkungan Pasar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 2009 Tahun Toko JumKlaiohs b angunLaons ( Unit) Hamparan Total % kenaikan

2005 193 263 498 293 1.247 2006 208 268 530 296 1.302 4,41 2007 222 273 562 299 1.356 4,15 2008 237 278 594 302 1.411 4,06 2009 252 283 626 305 1.466 3,90 Rata-rata 4,13 Berdasarkan tabel di atas diperkirakan jumlah bangunan secara keseluruhan di pasar untuk 5 tahun yang akan datang (2005 2009) dapat ditingkatkan rata 54 4,13 % per tahun, dengan asumsi kondisi perekonomian 5 tahun yang akan datang sama dengan kondisi saat ini.. 2. Estimasi Penerimaan Retribusi Pasar Memperhatikan ketentuan dalam Perda No.09 Tahun 2001 tentang tarif retribusi pasar, dan dengan memperhatikan jumlah bangunan yang ada, maka diperkirakan untuk masa yang akan datang penerimaan retribusi ini masih mungkin untuk ditingkatkan. Dengan asumsi bahwa tarif retribusi tidak mengalami perubahan, dan dengan memperhatikan perkiraaan perkembangan jumlah bangunan untuk masa yang akan datang, maka penerimaan retribusi pasar dapat diestimasi dengan pendekatan matematis: TR = P.Q Keterangan: TR = Penerimaan Retribusi P = Jumlah Bangunan Q = Tarif Dengan menggunakan formulasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.13 Estimasi Penerimaan Retribusi Pasar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 - 2009 Tahun Toko EsKtimioas si PenerimaaLno s(R p) Hamparan Total % Kenaikan 2005 104.220.000 71.010.000 89.640.000 21.644.000 286.514.000 2006 112.320.000 72.360.000 95.400.000 31.968.000 312.048.000 8,91 2007 119.880.000 73.710.000 101.160.000 32.292.000 347.042.000 4,80 2008 127.980.000 75.060.000 106.920.000 32.616.000 342.576.000 4,75 2009 136.080.000 76.410.000 112.680.000 32.940.000 358.110.000 4,53 Rata-rata 5,75 Tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan retribusi pasar untuk masa yang akan datang masih memungkinkan untuk ditingkatkan (rata-rata 5,75% per tahun) hingga tahun 2009. Dasar pertimbangan analisis ini adalah perkembangan jumlah bangunan di lingkungan pasar yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun demikian analisis ini berlaku apabila tarif yang telah ditetapkan tidak mengalami perubahan. 55 4.2.2. Identifikasi Potensi dan Estimasi Retribusi Kebersihan Pasar 1. Identifikasi dan Estimasi Potensi Retribusi Kebersihan Pasar Berdasarkan Perda No.10 Tahun 2001 tentang retribusi kebersihan di lingkungan pasar bahwa pemungutan retribusi atas kebersihan pasar dikenakan kepada beberapa objek yaitu: (a) Toko, (b) Kios, (c) Los, dan (d) hamparan. Pengenaan retribusi terhadap objek-objek tersebut dilakukan secara bulanan dan dianggap para pedagang yang menempati masing-masing jenis lokasi memanfaatkan fasilitas tersebut setiap hari. Dengan demikian besar kecilnya

penerimaan dari retribusi ini sangat ditentukan oleh jumlah pasar yang dikelola, jumlah bangunan yang dikelola seperti toko, kios, los dan hamparan. Bedasarkan Perda N0.10 Tahun 2001 besarnya tarif yang dikenakan atas pemakaian fasilitas di lingkungan pasar dalam wilayah kabupaten Lampung Selatan adalah: a. Toko Rp 10.000,00 per bulan, atau Rp 120.000,00 per tahun b. Kios Rp 7.500,00 per bulan, atau Rp 90.000,00 per tahun c. Los Rp 5.000,00 per bulan, atau Rp 60.000,00 per tahun d. Hamparan Rp 350,00 per hari, atau Rp 126.000,00 per tahun Berdasarkan data di lapangan jumlah pasar yang dikelola oleh Dinas Pasar Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 8 unit pasar pada tahun 2003. Sedangkan jumlah bangunan berdasarkan pengelompokannya sampai dengan akhir tahun 2003 adalah Toko sebanyak 162 unit, kios sebanyak 249 unit, los sebanyak 419 unit, dan hamparan sebanyak 283 unit. Secara rinci perkembangan jumlah pasar dan bangunan yang dikelola oleh Dinas Pasar Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 1999 hingga 2003 sebagai berikut: Tabel 4.14 Jumlah Pasar dan Bangunan di Lingkungan Pasar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1999 - 2003 Tahun Jumlah Pasar Toko Kios Los Hamparan Total % kenaikan 1999 5 110 226 287 267 890 2000 6 120 245 364 283 1.012 3,60 2001 6 120 245 364 283 1.012 0,00 2002 8 162 249 419 283 1.113 10,00 2003 8 162 249 419 283 1.113 0,00 Rata-rata 3,40 56 Dari tabel di atas nampak bahwa perkembangan jumlah pasar di kabupaten Lampung Selatan relatif statis. Jumlah bangunan yang terdapat di lingkungan pasar nampak kelompok los yang mengalami perkembangan pesat dari tahun ke tahun. Semantara kelompok bangunan yang lain relatif statis. Secara keseluruhan jumlah bangunan dari berbagai kelompok yang ada di lingkungan pasar di kabupaten Lampung Selatan rata-rata mengalami kenaikan 3,4 % pertahun selama 5 tahun terakhir. 2. Estimasi Penerimaaan Retribusi Kebersihan di lingkungan Pasar Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya penerimaan retribusi kebersihan pasar adalah jumlah bangunan yang dikelola oleh Dinas Pasar. Meperhatikan perkiraan jumlah bangunan untuk 5 tahun yang akan datang seperti pada tabel di atas, maka penerimaan retribusi kebersihan pasar untuk 5 tahun yang akan datang dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan matematis . TR = P.Q Keterangan : TR = Penerimaan Retribusi P = Tarif Q = Jumlah bangunan Jika besarnya tarif tidak mengalami perubahan, maka perkiraan jumlah penerimaaan dari retribusi pasar sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Estimasi Penerimaaan Retribusi Kebersihan di lingkungan Pasar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 2009

Tahun Toko PenerimKaiaons Retribusi KeLboesr sihan (RpH) amparan Total % kenaikan 2005 23.160.000 23.670.000 29.880.000 36.918.000 113.628.000 2006 24.960.000 24.120.000 31.800.000 37.296.000 118.176.000 4,00 2007 26.640.000 24.570.000 33.720.000 37.674.000 122.604.000 3,75 2008 28.440.000 25.020.000 35.640.000 38.052.000 157.152.000 3,71 2009 30.240.000 25.470.000 37.560.000 38.430.000 131.300.000 3,58 Rata-rata 3,76 Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa penerimaan retribusi kebersihan pasar untuk 5 tahun yang akan datang masih memungkinkan untuk ditingkatkan (rata-rata 3,76% per tahun). Pertimbangan yang mendasari nya adalah berdasarkan perkembangan jumlah bangunan. 57 4.3.2. Estimasi Penerimaan Retribusi Dilingkungan Dinas Perhubungan 1. Estimasi Penerimaan Retribusi Terminal Seperti uraian terdahulu, sebagian terminal di Kabupaten Lampung Selatan berfungsi melayani kendaraan umum, angkutan pedesaan. Oleh karena itu jumlah kendaraan dalam wilayah kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu variabel yang turut menentukan perkembangan penerimaan retribusi terminal disamping faktor lainnya. Dengan memperhatikan perkembangan jumlah kendaraan dapat dirumuskan persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Y = C0 + C1 X + et Y= -2,478.385.717 + 948.281,7056 X Y= Retribusi terminal (Rp) X = Jumlah Kendaraan (Unit) Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat disajikan perkembangan retribusi terminal dimasa datang pada tabel berikut : Tabel 4. 31 Estimasi Penerimaan retribusi Terminal di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005 - 2009 Tahun Estimasi Retribusi (Rp) Perkembangan (%) 2005 2,318,104,228 0 2006 2,787,584,750 20.25 2007 3,257,065,273 16.84 2008 3,726,545,795 14.41 2009 4,196,026,317 12.60 Rata-rata 3,257,065,273 12.82 Berdasarkan tabel diatas, estimasi penerimaan retribusi terminal tahun 2005 mencapai Rp.2.318.104.228 dengan rata-rata mencapai 12,82 persen setiap tahunnya. Kabupaten Lampung Selatan memiliki wilayah yang cukup luas, dan merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dan pulau Sumatera. Oleh karena kondisi geografisnya yang cukup luas dan memiliki jarak tempuh antara satu kecamatan dengan kecamatan lain, maka mobilitas barang maupun orang sangat terpengaruh oleh tersedianya kendaraan terutama kendaraan roda empat atau lebih. Berdasarkan data yang ada perkembangan jumlah kendaraan terutama kendaraan roda empat atau lebih cenderunga mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun (rata-rata 9,06% pertahun antara tahun 1998 hingga 2003). 58 V. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi daerah yang ada di tiga dinas yaitu Dinas perhubungan, kebersihan dan dinas pasar sangat potensial, dan dapat di gali guna mendukung pembiayaan pembangunan Kabupaten Lampung Selatan b. Potensi retribusi dilingkungan Dinas Kebersihan (retribusi persampahan, dan penyedotan tinja) seperti jumlah rumah tangga, rumah teratur dan bangunan industri cendrung meningkat. Jika diimbangi peningkatan penyediaan fasilitas, tenaga pengelola, dan manajemen pengelolaan yang semakin efektif akan dapat meningkatkan penerimaan retribusi dimasa datang. c. Potensi Retribusi dilingkungan Dinas Pasar (retribusi pasar, sewa bangunan, dan retribusi kebersihan dilingkungan pasar) seperti jumlah dan luas bangunan dipasar (toko, kios, los dan hamparan) secara rata-rata meningkat 3,4 persen setiap tahunnya. Jika diimbangi peningkatan fasilitas, kualitas dan kuantitas tenaga pengelola, serta manajemen pengelolaan yang semakin efektif akan dapat meningkatkan penerimaan retribusi dilingkungan dinas pasar. d. Potensi penerimaan retribusi dilingkungan Dinas Perhubungan (retribusi terminal, izin trayek, pengujian kendaraan bermotor, dan retribusi parkir) seperti junmlah kendaraan penumpang dan barang cendrung meningkat, yaitu rata-rata sebesar 10,85 persen. Jika diimbangi dengan pembenahan internal dan manajemen pengelolaan yang semakin baik dapat meingkatkan penerimaan retribusi dimasa datang. e. Penentuan estimasi retribusi daerah untuk masing-masing dinas selama lima tahun terakhir terjadi penyimpangan antara target dan realisasi melampaui batas toleransi 10 persen f. Estimasi penerimaan retribusi dilingkungan dinas kebersihan pada tahun 2005 masih dapat ditingkatkan menjadi Rp277,80 juta untuk retribusi persampahan dan Rp.6,4 juta untuk penyedotan tinja, dan secara rata-rata dimasa datang masih dapat ditingkatkan sebesar 11,51 persen untuk retribusi persampahan dan 15,53 persen untuk penyedotan tinja. g. Estimasi penerimaan retribusi dilingkungan dinas pasar pada tahun 2005 masih dapat ditingkatkan menjadi Rp 286,51 juta untuk retribusi pasar, Rp 59 120,60 juta untuk sewa bangunan, dan Rp113,63 juta untuk retribusi kebersihan dilingkungan pasar; dan secara rata-rata dimasa datang masih dapat ditingkatkan sebesar 5,75 persen untuk retribusi pasar, 6,2 persen untuk sewa bangunan, dan 3,76 persen untuk retribusi kebersihan dilingkungan pasar. h. Manajemen pengelolaan sumber keuangan daerah khususnya pengelolaan retribusi Daerah di tiga dinas tersebut telah dilakukan, namun belum optimal. 5.2 Saran Upaya pencapaian penerimaan dimasa yang akan datang hendaknya diikuti dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia dan manajemen pengelolaan retribusi.

Daftar Pustaka Agung, IGN. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Penerbit PT. Gramcdia Pustaka Utama, 1998. Kasali, Rhenald Menbidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targeting dan Positioning, Jakarta, PT. Grarnedia Pustaka Utama, 1998. Kotler,Philip,Marketing Management; The Melleniuni Edition, Upper Saddle River, NewJersey, Ncw York, 2003. Machfoedz, M., Financial Ratios Analysis and the Prediction of Earning Changes in Indonesia. Kelola, No. 7/III, 1994. Sutanto, Singgih,1999, SPSS: Mengolah Data Statistik secara Profesional, PT Elex Medis Komputindo, Jakarta. Pawitra, Teddy,Kepuasan Pelanggan Sebagai Keunggulan Daya Saing: Konsep, Pengukuran, dan Implikasi Strategik, Dalam Pemasaran; Dimense Falsafah, Disiplin dan Keahlian, Jakarta; Penerbit Seklah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, 1993.

Anda mungkin juga menyukai