Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK


DAN TERESTRIAL



Dosen : Dini Fardila, M.Si
Adeng Hudaya, S.Si

Asisten : Putri Taniasari


LAILI FITRIYAH
NIM : 109095000031



PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M / 1432 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..
Alhamdulilahirobbil`alamin, penulis ucapkan atas nikmat yang diberikan Allah swt sehingga
penulisan laporan praktikum ekologi ini berhasil diselesaikan. Laporan praktikum ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Serta agar
mahasiswa lebih memahami apa yang telah dipraktekkan.
Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dala penyusunan
laporan praktikum ini. Karena itu, penulis menerima masukan berupa saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya. Semoga laporan
praktikum ini bisa bermanIaat dalam dunia ilmu pengetahuan.

Jakarta, 20 Maret 2011

Penulis










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jenis tanah, tingkat kesuburan, kelembapan tanah, kandungan mineral dan organik
suatu elemen tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Untuk itu
perlu dilakukan pengujian kualitas tanah dilingkungan kampus UIN. Agar dapat diketahui
tingkat kelayakan tanahnya, apakah memang sudah memenuhi syarat tersebut diatas
ataukah perlu diadakan peremajaan tanah kembali.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui Iactor boitik dan abiotik
yang mempengaruhi kondisi tanah dan udara disekitar lingkungan kampus UIN. Meliputi
jenis tanah, tingkat kesuburan, kelembapan tanah, kelembapan udara, temperature tanah
dan udara, kandungan mineral dan organic tanah, pH tanah. Mengetahui peralatan
penunjang untuk pengambilan data.
















BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA


Lingkungan terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik. Linkungan abiotik dapat dilihat
dari dua hal yaitu komponen biotik dan Iaktor abiotik. Sumber daya abiotik adalah
lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organism dan jumlahnya akan berkurang jika
dimanIaatkan oleh organism tersebut. Misalnya air, udara, tanah, dll. Faktor biotik adalah
parameter abotik selain sumber daya misalnya suhu, pH, kadar air tanah, kelembapan,
salinitas, dll. Suhu dan kelembaban merupakan dua Iaktor abiotik yang sangat penting dalam
mempengaruhi interaksi organisme dengan lingkungannya (Amin, 2007).
Tanah adalah tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
jenis organisme yang hidup di didalamnya juga berbeda. Tanah menyediakan unsur- unsur
penting untuk pertumbuhan organisme terutama tumbuhan. Angin sangat menentukan
kelembapan yang ada disekitar lingkungan (Amin, 2007).

1. Pengukuran Iaktor lingkunga abiotik terrestrial
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan Iisika dari lingkungan yang
memengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah
Iaktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan biota terestrial. Selain bergantung
pada kondisi Iisika-kimia Iaktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat
memengaruhi kondisi udara dan tanah.

a) Mikroklimat
Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan
disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat
menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen
mikroklimat tersebur antara lain temperatur udara, kelembaban dan intensitas cahaya.

i) Temperatur udara
Pengukuran temperature dapat dilakuka secara kuantitatiI dan kualitatiI.
Pengukuran kuantitatiI dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau
kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatiI dinyatakan dalam satuan derajat
elcius, derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatiI
dilakukan dengan alat thermometer. Thermometer bekerja berdasarkan prinsip
pemuaian atau pengerutan suatu zat padat atau cairan akibat pemanasan atau
pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa atau alcohol yang diberi warna
agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan thermometer disesuaikan dengan
zat cair yang digunakan, misalnya thermometer air raksa atau thermometer alcohol.
Thermometer digunakan dengan cara membaca skala paa ujung kolom air raksa
dalam satuan derajat elcius (
0
). Badan thermometer tidak boleh dipegang secara
langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.

ii) Kelembapan udara
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau
atmosIer, biasanya dinyaakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan
memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut.
Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relative yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan
tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang digunakan untuk menentukan kelembaban udara relative (relative
hmidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua thermometer.
Thermometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua
digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah thermometer
dibasahi dengan aquades. Berdasarkan bacaan dari kedua thermometer tersebut, nilai
kelembaban relative dapat ditentukan dengan menggunakan table konversi tertentu,
misalnya table dari Taylor. Pada sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban
dapat langsung dibaca pada alat.
ara menggunakan sling psycrhometer :
O Dibasahi thermometer bagian bawah dan thermometer bagian atas dibiarka tetap
kering.
O Diputar sling selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh sehingga thermometer
membaca suhu udara bukan suhu tubuh.
O Dibaca hasil pengukuran pada kedua thermometer sebagai suhu kering dan suhu
basah.
O Dimasukkan nilai suhu kering dan selisih antar suhu basah dan suhu kering
tersebut kedalam table sehingga didapat nilai kelembaban relative. Bila sling
psychrometer memiliki table geser, nilai kelembaban dapat dibaca langsung
dengan mencocokkan bacaan suhu yang terukur.
Selain menggunakan sling psychrometer, kelembaban udara relative juga dapat
diukur menggunakan Hygrocheck Hanna HI 98601 yang dilengkapi dengan sensor
(probe) sehingga penggunaan alat ini relative lebih mudah. ara penggunaan
Hygrocheck :
O Di buka sensor hygrocheck di udara, tekan tombol on/oII untuk menyalakan alat.
O Di pindahkan sensor sejauh 50 cm tiap detik atau lebih, jika tidak ada respon
pembacaan alat, maka dipindahkan sensor dengan cepat sampai ada respon
pembacaan alat. Nilai kelembaban udara relatiI adalah bacaan yang tertera pada
layar hygrocheck.
O Dipastikan sensor alat tidak ada kontak dengan air atau cairan lainnya. Jika terjadi
dan mengakibatkan adanya kondensasi, maka matikan alat dan kemudian
ditempatkan ditempat yang kering.

iii)Intensitas cahaya
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi variable
atmosIer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga meengaruhi jumlah energy
untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat
dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
ara menggunakan Lux Meter adalah sebagi berikut :
Ditekan tombol on/oII untuk menyalakan alat
Sebelum dilakukan, dilakukan kalibrasi (tergantung tipe alat) terlebih dahulu
dengan cara :
O Dibiarkan sensor cahaya tetap tertutup kemudian dipilih ange pengukuran
melalui tombol 'range switch, misalkan 2000 Lux. Setelah itu ditekan tombol
'zero sehingga layar menunjukkan nilai nol.
O Penutup sensor cahaya kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya yang
akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya adalah bacaan yang tertera pada
layar.

b) Tanah
Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk
akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organic hasil proses dekomposisi yang
mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral,
bahan organic, air dan udara. Pembentukan tanah secara umum dipengaruhi oleh
beberapa Iactor seperti terlihat dari rumus umum pembentukan tanah oleh Jenay (1941)
dalam Barbour et al (1999) :

S (cl, o, r, p, t, .)

cl iklim; o aktiIitas organism; r topograIi; p tipe batuan induk; t; waktu
Pada ekosistem terrestrial, tanah merupakan Iactor lingkungan abiotik yang amat
penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan
mikroba. Di dalamnya mineral dan zat organic terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak
termanIaatkan bila kondisi Iisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada
didalam/ diatasnya. Factor Iisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah
baik secara vertical (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi). Oleh
karenanya dalam analisis ekosistem terstrial dipandang perlu untuk mengumpulkan data
Iisika-kimia tanah.

i) ProIil tanah
ProIil tanah merupakan gambaran tanah secara vertical. Secara vertikal, tanah
umumnya membentuk zona-zona yang disebut horizon tanah. ProIil tanah tersebut
umumnya terdiri dari beberapa horizon. Horizon O terdiri dari materi organik segar
atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horizon A atau topsoil mengandung
materi organic yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horizon B adalah zona
penumpukan` (illuviation zone); tempat terkumpulnya mineral dan humus akibat
proses pencucian/ pelindian (leaching) dari horizon A. Horizon berisi batuan induk.

ii) Kandungan air atau kelembapan tanah
Kandungan air tanah secara kuantitatiI dapat ditentukan dengan menghitung
jumlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan
air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.

Konnon r ono(%) =
bcut scgu tunuh-bcut kcng tunuh
bcut scgu tunuh
%

ara pencuplikan tanah :
O Digunakan bor tanah untuk mengambil lapisan tanah pada horizon A dengan
kedalaman 10 cm
O Diambil kurang lebih 10 gram tanah dan dimasukkan ke dalam plastic sampe.
Dengan menggunakan timbangan, tentukan berat segarnya.
O Di laboratorium, dimasukkan cuplikan tanah kedalam oven yang bersuhu 105
0

selama 24 jam atau sampai beratnya konstan. Setelah itu, didinginkan sebentar
dan ditimbang berat kering tanah tersebut.
O Dilakukan penghitungan kandungan air tanah dan dinyatakan sebagai persentase
terhadap berat segar.

iii)Kandungan organic dan mineral (anorganik) total tanah
Zat organic umumnya berasal dari proses pelapukan/ penguraian serasah pada
lapisan teratas tanah. Secara teoritis lapisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan
humus. Penentuan kandungan organic dan anorganik tanah yang paling sederhan
adalah dengan cara pengabuan. Langkah pengabuan adalah sebagai berikut :
Dari cuplikan tanah yang sudah kering (dari penentuan kandungan air tanah),
diambil kurang lebih 5 gram tanah kering kemudian dimasukkan kedalam
porselen kering yang telah diketahui berat konstannya.
Proses pengabuan dilakukan dengan tungku pembakaran dengan suhu tinggi
(1000 1200
0
).
Kandungan organic dan mineral total tanah dihitung dengan rumus berikut :

Konnon ron ono (%) =
bcut kcng tunuh-bcut ubu tunuh
bcut kcng tunuh
%

Konnon Hnro ono(%) =
bro ob ono
bro rn ono
%

iv) pH Tanah
pH tanah adalah Iactor kimia tanah penting yang menggambarkan siIat asam atau
basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negative logaritma dari aktiIitas ion hydrogen
tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak Iactor diantaranya jenis
batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan
unsure-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan
unsure-unsur hara bagi tumbuhan (Barbour et al., 1999). Pengukuran pH tanah dapat
dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal.
Pengukuran pH dengan menggunakan soil tester adalah salah satu cara yang praktis
untuk pengukuran pH di lapangan adalah menggunakan soill tester yang banyak dijual
di toko peralatan pertanian. ara penggunaannya adalah dengan menancapkan
keseluruhan sensor (probe) dari soil tester ke dalam tanah dan pH dapat langsung
dibaca. Setelah dipakai, segera dibersihkan bagian sensor dari bekas-bekas tanah
dengan aquades.

v) Suhu tanah
Untuk mengukur suhu tanah dipergunakan alat Weksler. Thermometer pada alat
ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing. Pengukuran
suhu tanah juga dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer biasa. Hanya saja
harus dilakukan dengan lebih hati-hati.. dibiarkan thermometer berada dalam tanah
selama 30 menitsebelum suhunya dicatat.

vi) Tekstur tanah
Tekstur tanah menentukan siIat dari tanah tersebut, baik siIat Iisika-kimia,
pergerakan air, persentase system kapiler dan kadar air tanah. Derajat kesuburan tanah
juga sangat bergantung pada teksturnya.

vii)Bobot isi (bulk density)
Bobot isi adalahperbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan
dengan volumenya. Bobot isi dapat digunakan untuk menentukan porositas tanah,
yang dapat dijadikan sebagai indicator penetrasi akar dan aerasi tanah pada lapisan
tanah yang berbeda. Nilai bobot isi bervariasi, bergantung pada kelembaban dan
tekstur tanah.
ara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core
sampler (cincin pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tuup dengan tinggi
dan diameter tertentu. Bisa dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir silinder
bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan pencuplikan.
ulk density dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

s =
bro rn ono
o cor sopr



viii) Porositas
Jumlah, ukuran dan distribusi pori pada tanah digunakan sebagai indicator kondisi
Iisik tanah. Porositas tanah dapat mempengaruhi aerasi, aliran air dan penetrasi akar
dalam tanah.
Total porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle density
atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7 gcm
-1
. Pada tanah yang
tidak atau sedikit mengandung zat organic, kepadatan partikelnya 2,7gcm
-1
, tanah
dengan kandungan organic sedang 2,65 g/cm dan tanah dengan kandungan tanah
organic tinggi kepadatan partikelnya lebih rendah dari 2,6 g/cm. Namun dalam
praktiknya nilai total porositas seringkali dipakai angka 2,65. Total porositas tanah
dinyatakan sebagai persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air
di antara partikel tanah berdasarkan nilai bulk density dan kepadatan partikel (5,7ticle
dencity).

oo orosos (%) = -_
b ns
porc ns
_ %








BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk mengambil sampel tanah, temperature udara dan salinitas
cahaya adalah taman depan laboratorium UIN, tepatnya dibawah pohon matoa. Pengambilan
sampel dilakukan pukul 10.00 WIB pada hari Selasa - Kamis tanggal 15 - 17 Maret 2011.

3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah thermometer, lux meter, sekop,
parang, golok, plastic sampel, pensil, label, tisu gulung, penggaris, sling psychrometer, core
sampler, porselen, desikator, spatula, penjepit, baki, oven, soil tester dan timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades dan sampel tanah.

3.3 Cara Kerja
Hal pertama yang dilakukan adalah menentuka intensitas cahaya menggunakan lux
meter. Kemudian ditentukan suhu basah dab suhu kering dengan sling psychrometer, suhu
tanah dengan thermometer dan kelembaban serta pH tanah menggunakan soil tester.
Untuk menentukan kandungan air atau kelembaban tanah, diambil 10 gram sampel tanah
lalu dimasukkan kedalam cawan porselen yang sudah diketahui berat konstannya. Kemudian,
dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 108
0
. setelah itu dilakukan
timbangan kandungan air serta penghitungannya.
Untuk mengetahui kandungan organic dan mineral dalam tanah, diambil 5 gram dari
cuplikan tanah yang sudah dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam porselen yang telah
diketahui berat konstannya kemudian dilakukan proses pengabuan dengan suhu 900
0
,
selama lebih kurang 6 jam.
Untuk mengetahui bobot isi tanah dari core sampler, yaitu dengan cara; tanah
dibersihkan dahulu dai rumput dan serasah, lalu core sampler diletakkan di atas tanah, pada
lingkaran dibuat lubang mengelilingi core sampler sedalam 10 cm, lalu core sampler ditekan
dengan hati-hati dipukul perlahan-lahan. Kemudian tanah tanah yang masuk diratakan
dengan sekop lalu disimpan dalam plastic sampel agar tidak hancur. Diukur tinggi tanah
dalam core sampler dan ditimbang berat bersih dengan timbangan analitik. Lalu dioven pada
suhu 105
0
selama 24 jam, lalu ditimbang untuk diketahui berat keringnya.

3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum ini adalah denganmenghitung persentase
kandungan air tanah, persentase organic tanah, persentase kandungan mineral tanah, bobot isi
tanah dan persentase total porositas tanah.




























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil data yang diperoleh dari percobaan adalah, pada tanggal 15 maret 2011 intensitas
cahayanya 0,97x100 Lx. Suhu kering 32
0
, suhu basah 27
0
, selisih suhunya yaitu 5
0
, yang
dirunut pada table konversi mempunyai nilai kelembapan relative 68
0
. suhu tanah setelah di
ukur selama 2 menit adalah 28
0
, mempunyai kelembaban 1 dan pH tanahnya 7. Volume
core sampler adalah 104,92408 cm
3
. Berat konstan porselen nomor 9 adalah 37,2232 gram
dan cawan nomor 10 adalah 35,3447 gram
Pada tanggal 16 Maret 2011 diperoleh data hasil penimbangan sampel tanah 10 gram
menjadi 7,7994 gram.
Pada tanggal 17 Maret 2011 diperoleh data setelah pengabuan adalah 4,2893 gram dan
core sampler setelah pengeringan adalah 101,1653 gram.
Persentase kandungan air tanah adalah 22,006, kandungan organic 14,214,
kandungan mineral 85,786, bulk density 0,9641762 gr/cm
3
, serta total porositas
64,29.

4.2 Pembahasan
Dari rangkaian tahapan pengeringan, pengabuan hingga diperoleh berat kering dari core
sampler dan berat abu pada sampel tanah dapat di analisa dari hasil percobaan dan nasil
perhitungan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi kadar air yang terkandung dalam tanah,
yaitu penguapan air tanah ke permukaan atau udara. Kelembaban udara juga mempengaruhi
kelembaban dan suhu tanah. Jika udara kering dan panas maka akan memicu air tanah
menguap sehingga kadar airnya menurun. Kelembaban tanah pada waktu pengambilan
sampel stabil dan pH normal karena pada saat itu cuaua sedang cerah.
Dari proses pengeringan diperoleh hasil yang lebih ringan dari berat basah, itu
menunjukkan bahwa tanah sampel mengandung kadar air 2,2006 gram dan dari proses
pengabuan diperoleh berat abu yang lebih ringan dari hasil pengeringan. Ini menunjukkan
dari proses pengeringan masih mengandung air sebesar 0,7107 gram. Sehingga dapat
dipersentasekan kandungan air yang terkandung dalam tanah adalah 22,006.
Kandungan mineral cenderung lebih tinggi daripada kandungan organiknya. Sehingga
daya regulator tanah atau daya untuk memperbaiki struktur tanah, sumber unsure tanah,
unsure mikro kemampuam menahan airnya sangat lemah. Atau bisa dikatakan bahwa tanah di
taman depan laboratorium kurang subur, dan kurang baik untuk tumbuhan dan tanamannya
(Sarwono, 2007).
Kandungan bahan mineral yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat pelapukan batuan
sangat tinggi. Ini dikarenakan curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan
raksi kimia berjalan dengan cepat sehingga proses pelapukan berjalan dengan cepat
(Sarwono, 2007).
Peralatan yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat, tentunya sangat
menunjang. Karena dengan itu dapat dilakukan pengambilan data yang eIektiI dan eIisien.
Kehati-hatian dan ketelitian juga merupakan Iaktor utama dalam memperoleh data yang
akurat.























BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan
mineral dalam tanah lebih tinggi daripada kandungan organiknya. Kandungan air atau
kelembabannya adalah 22,006. Tingkat kesuburan tanah di lingkungan taman depan
laboratorium UIN adalah kurang subur. Peralatan penunjang dalam pengambilan data adalah
ux Mete7, $ling 5sych742ete7, thermometer, c47e s,25le7 dan s4il teste7.


























BAB VI
DAFTAR PUSTAKA


Dwidjoseputro. 1990. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Erlangga: Jakarta
Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan: Jakarta
Indriyanto, Ir. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi 1anah dan Air. IPB Press: Bogor
Setyo Laksono, Amin. 2007. Ekologi (Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif). Bayu
Media: Malang
Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu 1anah. Akademika Presisindo : Jakarta






















LAMPIRAN


































DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................

DAFTAR ISI............... ...............

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................
1.2 Tujuan...........................

BAB II Tinjauan Pustaka.......................

BAB III Metode Penelitian
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................
3.2 Alat dan Bahan.......................
3.3 ara Kerja.........................
3.4 Analisis Data.......................

BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil............................
4.2 Pembahasan.........................

BAB V Kesimpulan..........................

BAB VI DaItar Pustaka........................

LAMPIRAN................................

Anda mungkin juga menyukai