PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.. Alhamdulilahirobbil`alamin, penulis ucapkan atas nikmat yang diberikan Allah swt sehingga penulisan laporan praktikum ekologi ini berhasil diselesaikan. Laporan praktikum ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Serta agar mahasiswa lebih memahami apa yang telah dipraktekkan. Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dala penyusunan laporan praktikum ini. Karena itu, penulis menerima masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanIaat dalam dunia ilmu pengetahuan.
Jakarta, 20 Maret 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jenis tanah, tingkat kesuburan, kelembapan tanah, kandungan mineral dan organik suatu elemen tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Untuk itu perlu dilakukan pengujian kualitas tanah dilingkungan kampus UIN. Agar dapat diketahui tingkat kelayakan tanahnya, apakah memang sudah memenuhi syarat tersebut diatas ataukah perlu diadakan peremajaan tanah kembali.
1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui Iactor boitik dan abiotik yang mempengaruhi kondisi tanah dan udara disekitar lingkungan kampus UIN. Meliputi jenis tanah, tingkat kesuburan, kelembapan tanah, kelembapan udara, temperature tanah dan udara, kandungan mineral dan organic tanah, pH tanah. Mengetahui peralatan penunjang untuk pengambilan data.
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA
Lingkungan terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik. Linkungan abiotik dapat dilihat dari dua hal yaitu komponen biotik dan Iaktor abiotik. Sumber daya abiotik adalah lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organism dan jumlahnya akan berkurang jika dimanIaatkan oleh organism tersebut. Misalnya air, udara, tanah, dll. Faktor biotik adalah parameter abotik selain sumber daya misalnya suhu, pH, kadar air tanah, kelembapan, salinitas, dll. Suhu dan kelembaban merupakan dua Iaktor abiotik yang sangat penting dalam mempengaruhi interaksi organisme dengan lingkungannya (Amin, 2007). Tanah adalah tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan jenis organisme yang hidup di didalamnya juga berbeda. Tanah menyediakan unsur- unsur penting untuk pertumbuhan organisme terutama tumbuhan. Angin sangat menentukan kelembapan yang ada disekitar lingkungan (Amin, 2007).
1. Pengukuran Iaktor lingkunga abiotik terrestrial Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan Iisika dari lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah Iaktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan biota terestrial. Selain bergantung pada kondisi Iisika-kimia Iaktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat memengaruhi kondisi udara dan tanah.
a) Mikroklimat Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebur antara lain temperatur udara, kelembaban dan intensitas cahaya.
i) Temperatur udara Pengukuran temperature dapat dilakuka secara kuantitatiI dan kualitatiI. Pengukuran kuantitatiI dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatiI dinyatakan dalam satuan derajat elcius, derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatiI dilakukan dengan alat thermometer. Thermometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat atau cairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa atau alcohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan thermometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya thermometer air raksa atau thermometer alcohol. Thermometer digunakan dengan cara membaca skala paa ujung kolom air raksa dalam satuan derajat elcius ( 0 ). Badan thermometer tidak boleh dipegang secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.
ii) Kelembapan udara Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosIer, biasanya dinyaakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu. Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relative yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan. Alat yang digunakan untuk menentukan kelembaban udara relative (relative hmidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua thermometer. Thermometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah thermometer dibasahi dengan aquades. Berdasarkan bacaan dari kedua thermometer tersebut, nilai kelembaban relative dapat ditentukan dengan menggunakan table konversi tertentu, misalnya table dari Taylor. Pada sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca pada alat. ara menggunakan sling psycrhometer : O Dibasahi thermometer bagian bawah dan thermometer bagian atas dibiarka tetap kering. O Diputar sling selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh sehingga thermometer membaca suhu udara bukan suhu tubuh. O Dibaca hasil pengukuran pada kedua thermometer sebagai suhu kering dan suhu basah. O Dimasukkan nilai suhu kering dan selisih antar suhu basah dan suhu kering tersebut kedalam table sehingga didapat nilai kelembaban relative. Bila sling psychrometer memiliki table geser, nilai kelembaban dapat dibaca langsung dengan mencocokkan bacaan suhu yang terukur. Selain menggunakan sling psychrometer, kelembaban udara relative juga dapat diukur menggunakan Hygrocheck Hanna HI 98601 yang dilengkapi dengan sensor (probe) sehingga penggunaan alat ini relative lebih mudah. ara penggunaan Hygrocheck : O Di buka sensor hygrocheck di udara, tekan tombol on/oII untuk menyalakan alat. O Di pindahkan sensor sejauh 50 cm tiap detik atau lebih, jika tidak ada respon pembacaan alat, maka dipindahkan sensor dengan cepat sampai ada respon pembacaan alat. Nilai kelembaban udara relatiI adalah bacaan yang tertera pada layar hygrocheck. O Dipastikan sensor alat tidak ada kontak dengan air atau cairan lainnya. Jika terjadi dan mengakibatkan adanya kondensasi, maka matikan alat dan kemudian ditempatkan ditempat yang kering.
iii)Intensitas cahaya Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi variable atmosIer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga meengaruhi jumlah energy untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter. ara menggunakan Lux Meter adalah sebagi berikut : Ditekan tombol on/oII untuk menyalakan alat Sebelum dilakukan, dilakukan kalibrasi (tergantung tipe alat) terlebih dahulu dengan cara : O Dibiarkan sensor cahaya tetap tertutup kemudian dipilih ange pengukuran melalui tombol 'range switch, misalkan 2000 Lux. Setelah itu ditekan tombol 'zero sehingga layar menunjukkan nilai nol. O Penutup sensor cahaya kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran Pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya yang akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya adalah bacaan yang tertera pada layar.
b) Tanah Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organic hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organic, air dan udara. Pembentukan tanah secara umum dipengaruhi oleh beberapa Iactor seperti terlihat dari rumus umum pembentukan tanah oleh Jenay (1941) dalam Barbour et al (1999) :
S (cl, o, r, p, t, .)
cl iklim; o aktiIitas organism; r topograIi; p tipe batuan induk; t; waktu Pada ekosistem terrestrial, tanah merupakan Iactor lingkungan abiotik yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba. Di dalamnya mineral dan zat organic terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanIaatkan bila kondisi Iisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalam/ diatasnya. Factor Iisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik secara vertical (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis ekosistem terstrial dipandang perlu untuk mengumpulkan data Iisika-kimia tanah.
i) ProIil tanah ProIil tanah merupakan gambaran tanah secara vertical. Secara vertikal, tanah umumnya membentuk zona-zona yang disebut horizon tanah. ProIil tanah tersebut umumnya terdiri dari beberapa horizon. Horizon O terdiri dari materi organik segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horizon A atau topsoil mengandung materi organic yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horizon B adalah zona penumpukan` (illuviation zone); tempat terkumpulnya mineral dan humus akibat proses pencucian/ pelindian (leaching) dari horizon A. Horizon berisi batuan induk.
ii) Kandungan air atau kelembapan tanah Kandungan air tanah secara kuantitatiI dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.
ara pencuplikan tanah : O Digunakan bor tanah untuk mengambil lapisan tanah pada horizon A dengan kedalaman 10 cm O Diambil kurang lebih 10 gram tanah dan dimasukkan ke dalam plastic sampe. Dengan menggunakan timbangan, tentukan berat segarnya. O Di laboratorium, dimasukkan cuplikan tanah kedalam oven yang bersuhu 105 0
selama 24 jam atau sampai beratnya konstan. Setelah itu, didinginkan sebentar dan ditimbang berat kering tanah tersebut. O Dilakukan penghitungan kandungan air tanah dan dinyatakan sebagai persentase terhadap berat segar.
iii)Kandungan organic dan mineral (anorganik) total tanah Zat organic umumnya berasal dari proses pelapukan/ penguraian serasah pada lapisan teratas tanah. Secara teoritis lapisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan humus. Penentuan kandungan organic dan anorganik tanah yang paling sederhan adalah dengan cara pengabuan. Langkah pengabuan adalah sebagai berikut : Dari cuplikan tanah yang sudah kering (dari penentuan kandungan air tanah), diambil kurang lebih 5 gram tanah kering kemudian dimasukkan kedalam porselen kering yang telah diketahui berat konstannya. Proses pengabuan dilakukan dengan tungku pembakaran dengan suhu tinggi (1000 1200 0 ). Kandungan organic dan mineral total tanah dihitung dengan rumus berikut :
Konnon ron ono (%) = bcut kcng tunuh-bcut ubu tunuh bcut kcng tunuh %
Konnon Hnro ono(%) = bro ob ono bro rn ono %
iv) pH Tanah pH tanah adalah Iactor kimia tanah penting yang menggambarkan siIat asam atau basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negative logaritma dari aktiIitas ion hydrogen tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak Iactor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsure-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan unsure-unsur hara bagi tumbuhan (Barbour et al., 1999). Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal. Pengukuran pH dengan menggunakan soil tester adalah salah satu cara yang praktis untuk pengukuran pH di lapangan adalah menggunakan soill tester yang banyak dijual di toko peralatan pertanian. ara penggunaannya adalah dengan menancapkan keseluruhan sensor (probe) dari soil tester ke dalam tanah dan pH dapat langsung dibaca. Setelah dipakai, segera dibersihkan bagian sensor dari bekas-bekas tanah dengan aquades.
v) Suhu tanah Untuk mengukur suhu tanah dipergunakan alat Weksler. Thermometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing. Pengukuran suhu tanah juga dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer biasa. Hanya saja harus dilakukan dengan lebih hati-hati.. dibiarkan thermometer berada dalam tanah selama 30 menitsebelum suhunya dicatat.
vi) Tekstur tanah Tekstur tanah menentukan siIat dari tanah tersebut, baik siIat Iisika-kimia, pergerakan air, persentase system kapiler dan kadar air tanah. Derajat kesuburan tanah juga sangat bergantung pada teksturnya.
vii)Bobot isi (bulk density) Bobot isi adalahperbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan dengan volumenya. Bobot isi dapat digunakan untuk menentukan porositas tanah, yang dapat dijadikan sebagai indicator penetrasi akar dan aerasi tanah pada lapisan tanah yang berbeda. Nilai bobot isi bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah. ara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler (cincin pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tuup dengan tinggi dan diameter tertentu. Bisa dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan pencuplikan. ulk density dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
s = bro rn ono o cor sopr
viii) Porositas Jumlah, ukuran dan distribusi pori pada tanah digunakan sebagai indicator kondisi Iisik tanah. Porositas tanah dapat mempengaruhi aerasi, aliran air dan penetrasi akar dalam tanah. Total porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7 gcm -1 . Pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat organic, kepadatan partikelnya 2,7gcm -1 , tanah dengan kandungan organic sedang 2,65 g/cm dan tanah dengan kandungan tanah organic tinggi kepadatan partikelnya lebih rendah dari 2,6 g/cm. Namun dalam praktiknya nilai total porositas seringkali dipakai angka 2,65. Total porositas tanah dinyatakan sebagai persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air di antara partikel tanah berdasarkan nilai bulk density dan kepadatan partikel (5,7ticle dencity).
oo orosos (%) = -_ b ns porc ns _ %
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk mengambil sampel tanah, temperature udara dan salinitas cahaya adalah taman depan laboratorium UIN, tepatnya dibawah pohon matoa. Pengambilan sampel dilakukan pukul 10.00 WIB pada hari Selasa - Kamis tanggal 15 - 17 Maret 2011.
3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah thermometer, lux meter, sekop, parang, golok, plastic sampel, pensil, label, tisu gulung, penggaris, sling psychrometer, core sampler, porselen, desikator, spatula, penjepit, baki, oven, soil tester dan timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades dan sampel tanah.
3.3 Cara Kerja Hal pertama yang dilakukan adalah menentuka intensitas cahaya menggunakan lux meter. Kemudian ditentukan suhu basah dab suhu kering dengan sling psychrometer, suhu tanah dengan thermometer dan kelembaban serta pH tanah menggunakan soil tester. Untuk menentukan kandungan air atau kelembaban tanah, diambil 10 gram sampel tanah lalu dimasukkan kedalam cawan porselen yang sudah diketahui berat konstannya. Kemudian, dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 108 0 . setelah itu dilakukan timbangan kandungan air serta penghitungannya. Untuk mengetahui kandungan organic dan mineral dalam tanah, diambil 5 gram dari cuplikan tanah yang sudah dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam porselen yang telah diketahui berat konstannya kemudian dilakukan proses pengabuan dengan suhu 900 0 , selama lebih kurang 6 jam. Untuk mengetahui bobot isi tanah dari core sampler, yaitu dengan cara; tanah dibersihkan dahulu dai rumput dan serasah, lalu core sampler diletakkan di atas tanah, pada lingkaran dibuat lubang mengelilingi core sampler sedalam 10 cm, lalu core sampler ditekan dengan hati-hati dipukul perlahan-lahan. Kemudian tanah tanah yang masuk diratakan dengan sekop lalu disimpan dalam plastic sampel agar tidak hancur. Diukur tinggi tanah dalam core sampler dan ditimbang berat bersih dengan timbangan analitik. Lalu dioven pada suhu 105 0 selama 24 jam, lalu ditimbang untuk diketahui berat keringnya.
3.4 Analisis Data Analisis data yang digunakan pada praktikum ini adalah denganmenghitung persentase kandungan air tanah, persentase organic tanah, persentase kandungan mineral tanah, bobot isi tanah dan persentase total porositas tanah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Hasil data yang diperoleh dari percobaan adalah, pada tanggal 15 maret 2011 intensitas cahayanya 0,97x100 Lx. Suhu kering 32 0 , suhu basah 27 0 , selisih suhunya yaitu 5 0 , yang dirunut pada table konversi mempunyai nilai kelembapan relative 68 0 . suhu tanah setelah di ukur selama 2 menit adalah 28 0 , mempunyai kelembaban 1 dan pH tanahnya 7. Volume core sampler adalah 104,92408 cm 3 . Berat konstan porselen nomor 9 adalah 37,2232 gram dan cawan nomor 10 adalah 35,3447 gram Pada tanggal 16 Maret 2011 diperoleh data hasil penimbangan sampel tanah 10 gram menjadi 7,7994 gram. Pada tanggal 17 Maret 2011 diperoleh data setelah pengabuan adalah 4,2893 gram dan core sampler setelah pengeringan adalah 101,1653 gram. Persentase kandungan air tanah adalah 22,006, kandungan organic 14,214, kandungan mineral 85,786, bulk density 0,9641762 gr/cm 3 , serta total porositas 64,29.
4.2 Pembahasan Dari rangkaian tahapan pengeringan, pengabuan hingga diperoleh berat kering dari core sampler dan berat abu pada sampel tanah dapat di analisa dari hasil percobaan dan nasil perhitungan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi kadar air yang terkandung dalam tanah, yaitu penguapan air tanah ke permukaan atau udara. Kelembaban udara juga mempengaruhi kelembaban dan suhu tanah. Jika udara kering dan panas maka akan memicu air tanah menguap sehingga kadar airnya menurun. Kelembaban tanah pada waktu pengambilan sampel stabil dan pH normal karena pada saat itu cuaua sedang cerah. Dari proses pengeringan diperoleh hasil yang lebih ringan dari berat basah, itu menunjukkan bahwa tanah sampel mengandung kadar air 2,2006 gram dan dari proses pengabuan diperoleh berat abu yang lebih ringan dari hasil pengeringan. Ini menunjukkan dari proses pengeringan masih mengandung air sebesar 0,7107 gram. Sehingga dapat dipersentasekan kandungan air yang terkandung dalam tanah adalah 22,006. Kandungan mineral cenderung lebih tinggi daripada kandungan organiknya. Sehingga daya regulator tanah atau daya untuk memperbaiki struktur tanah, sumber unsure tanah, unsure mikro kemampuam menahan airnya sangat lemah. Atau bisa dikatakan bahwa tanah di taman depan laboratorium kurang subur, dan kurang baik untuk tumbuhan dan tanamannya (Sarwono, 2007). Kandungan bahan mineral yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat pelapukan batuan sangat tinggi. Ini dikarenakan curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan raksi kimia berjalan dengan cepat sehingga proses pelapukan berjalan dengan cepat (Sarwono, 2007). Peralatan yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat, tentunya sangat menunjang. Karena dengan itu dapat dilakukan pengambilan data yang eIektiI dan eIisien. Kehati-hatian dan ketelitian juga merupakan Iaktor utama dalam memperoleh data yang akurat.
BAB V KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan mineral dalam tanah lebih tinggi daripada kandungan organiknya. Kandungan air atau kelembabannya adalah 22,006. Tingkat kesuburan tanah di lingkungan taman depan laboratorium UIN adalah kurang subur. Peralatan penunjang dalam pengambilan data adalah ux Mete7, $ling 5sych742ete7, thermometer, c47e s,25le7 dan s4il teste7.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1990. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Erlangga: Jakarta Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan: Jakarta Indriyanto, Ir. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi 1anah dan Air. IPB Press: Bogor Setyo Laksono, Amin. 2007. Ekologi (Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif). Bayu Media: Malang Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu 1anah. Akademika Presisindo : Jakarta
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................
DAFTAR ISI............... ...............
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang....................... 1.2 Tujuan...........................
BAB II Tinjauan Pustaka.......................
BAB III Metode Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................. 3.2 Alat dan Bahan....................... 3.3 ara Kerja......................... 3.4 Analisis Data.......................
BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil............................ 4.2 Pembahasan.........................