Anda di halaman 1dari 7

Mia Setianingsih/ 108026000038/ Linguistics THE ANSWERS OF MIDDLE TERM TEST OF PRAGMATICS

1. Konteks dalam definisi tersebut adalah penggunaan maksud atau ujaran yang ingin

disampaikan oleh si penutur baik secara eksplicit atau implicit dari suatu bahasa yang diutarakannya, jadi bahasa yang kita gunakan dapat dikaji dengan studi pragmatik dengan menghubungkan bahasa itu sendiri dengan konteks atau maksud/ujaran yang diutarakan dari situasi yang ada.
2. Pragmatik memang mempunyai kedekatan hubungan antara dua bidang linguistik lainnya

yaitu sintaksis dan semantik. Namun antara ketiga disiplin ilmu tersebut mereka mempunyai perbedaan dan porsi masing masing dalam menelaah sebuah bahasa. a. Sintaksis, hal yang dipelajari adalah bagaimana hubungan antarbentuk linguistis, bagaimana bentuk-bentuk tersebut dirangkai dalam kalimat, dan bagaimana rangkaian tersebut dapat dinyatakan well-formed secara gramatikal. Secara umum, sintaksis tidak mempersoalkan baik makna yang ditunjuknya maupun pengguna bahasanya, sehingga bentuk seperti kucing menyapu halaman, meskipun tidak dapat diverifikasi secara empiris, tetap dapat dinyatakan apik secara sintaksis. b. Pembahasan tentang makna membawa kita pada pentingnya semantik, yaitu tataran linguistik yang mengkaji hubungan antara bentuk-bentuk linguistik (linguistic forms) dan entitas yang terdapat di luar bahasa, dalam analisis bahasa. Berdasarkan truth conditional semantics, untuk dapat dinyatakan benar, sebuah pernyataan harus dapat diverifikasi secara empiris atau harus bersifat analitis. Sealin itu juga menurut Leech (dalam Eelen 2001: 6) semantik mengkaji makna (sense) kalimat yang bersifat abstrak dan logis serta semantik terikat pada kaidah (rule-governed). c. Dalam pragmatik hal yang menjadi fokus utama kajiannya adalah hubungan di antara bentuk-bentuk bahasa (language forms) dan penggunaannya, yakni penggunaan bahasa di dalam situasi yang sebenarnya. Pragmatik sendiri juga mengkaji bahasa dengan maksud siapa yang menggunakan bahasa itu, di dalam arti siapa yang berujar (termasuk di mana, tentang apa, untuk apa) penting dirujuk karena faktor-faktor inilah yang menentukan apa makna ujaran atau, tepatnya, maksud ujaranya. Menurut Leech (dalam Eelen 2001: 6) pragmatik mengkaji hubungan antara makna ujaran dan daya (force)

pragmatiknya dan pragmatik terikat pada prinsip (principle-governed).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa jelas dari ketiga disiplin ilmu tersebut terdapat tiga perbedaan, yaitu; dalam studi Sintak kita hanya mengkaji bagaimana suatu bahasa terbentuk secra gramatikal tanpa memperdulikan makna dari kalimat atau bahasa tersebut, yang penting unsure tersebut sesuai dengan susunan gramatikal kalimat. Fungsi semantik sendiri untuk menjelaskan makna yang pada kalimat/bahasa yang digunakan secara logis dan benar benar sesuai arti dari kalimat/bahasa tersebut, dan jika ada kalimat/bahasa yang digunakan namun mempunyai arti yang tidak logis/sedikit aneh, maka disinlah kajian pragmatic digunakan. Karena pragmatic sendiri dipahami sebagai bidang yang mengkaji hubungan antara struktur yang digunakan penutur, makna apa yang dituturkan, dan maksud dari tuturan. Kegunaan pragmatik, yang tidak terdapat dalam sintaksis dan semantik, dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan, misalnya, bagaimana strategi kesantunan mempengaruhi penggunaan bahasa, bagaimana memahami implikatur percakapan, dan bagaimana kondisi felisitas yang memungkinkan bagi sebuah tindak-tutur. Contoh : ( a girl who want to eat in a restaurant and she says It is a fish in this table! ) Dalam kajian sintaksis ini benar karena terdapat noun it and verb is serta object dan keterangan tempat, ini juga disusun secara gramatikal. Namun dalam kajian semantic, ini mempunyai arti yaitu ada ikan di meja ini. Jika kita menjadi seorang pendengar(pelayan restaurant) maka kita akan sedikit bingung dengan arti dari kalimat tersebut, jadi kita perlu memahami kalimat tersebut dengan menggunakan studi kajian lainnya, yaitu pragmatic, dengan studi ini kita bisa tau apa maksud dari si penutur. Karena salah satu kajian pragmatic yaitu menghubungkan bahasa dengan maksud. Dan maksud dari kalimat tersebut adalah si penutur ingin meminta tolong agar pendengar daalm hal ini pelayan restaurant agar membersihkan meja yang akan ia tempati. Hal ini jelas berbeda dengan makna awal dari kalimat tesebut. Bahwa ada maksud atau ujaran tertentu yang ingin disampaikan oleh si penutur.
3. Kajian pragmatik tentang makna kontekstual; yaitu bahwa kajian dari pragmatik membahas

tentang bahasa yang digunakan dengan situasi yang juga berlangsung di dalamnya untuk mengutarakan maksud atau arti dari bahasa yang di utarakan oleh seorang penutur. Hal ini juga dijelaskan di buku Semantic and Pragmatics Bahwa pragmatics has been claimed to the

study the contribution of the context(that is linguistics and situational context) ujaran yang dikemukan penutur sesuai dengan situasi yang berlangsung didalamnya.

to the

meaning. Jadi jelas bahwa kajian pragmatic yaitu hal hal yang berkaitan dengan bahasa dan

Example : Dalam iklan yang ditayangkan salah satu media masa untuk mempromosikan pembukaan salah satu Toko baru. Toko tersebut mempunyai judul Baby and Toddler Sale. Kalimat ini tidak berarti bahwa salah satu toko ini menjual anak anak, melainkan maksud dari kalimat ini adalah di toko tersebut menjual perlengkapan bayi seperti pakaian dll. Dalam hal ini maka terlihat jelas bahwa makna kontekstualnya adalah toko tersebut bukan menjual anak-anak kecil atau bayi melainkan perlengkapan bayi.
4. Jika saya ingin mengambil skripsi yang berkaitan dengan teori prinsip kerjasama Grice, saya

akan mengkaji empat prinsip kerjasama yang dikemukakan olehnya. Grice mengemukakan bahwa percakapan yang terjadi di dalam anggota masyarakat dilandasi oleh sebuah prinsip dasar, yaitu prinsip kerja sama (cooperative principle). Kerja sama yang terjalin dalam komunikasi ini terwujud dalam empat bidal (maxim), yaitu (1) bidal kuantitas (quantity maxim), memberi informasi sesuai yang diminta; (2) bidal kualitas (quality maxim), menyatakan hanya yang menurut kita benar atau cukup bukti kebenarannya; (3) bidal relasi (relation maxim), memberi sumbangan informasi yang relevan; dan (4) bidal cara (manner maxim), menghindari ketidakjelasan pengungkapan, menghindari ketaksaan, mengungkapkan secara singkat, mengungkapkan secara beraturan dan mudah untuk dipahami.
5. Speech act (tindak tutur ) menurut beberapa ahli linguistic adalah;

Kridalaksana, 1984: 154, Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar . Sedangkan menurut Richards et al, 1989: 265, Speech act is an utterance as a functional unit in communication. Dari kedua pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tindak tutur yaitu, bahwa dengan berbahasa kita tidak hanya mengatakan sesuatu (to make statements), melainkan juga melakukan sesuatu (perform actions). Dan dalam suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat ia juga menindakkan sesuatu. Tiga jenis tindak tutur: Tindakan yang dihasilkan dengan ujaran ini mengandung tiga tindakan lain yang

berhubungan, yaitu lokusi (locutionary act), ilokusi (illocutionary act), dan perlokusi (perlocutionary act) (Yule 1996: 48). Tindak lokusioner berkaitan dengan produksi ujaran yang bermakna, dan tindakan ini semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini maksud atau fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian. Seperti contoh Im Thirsty, dalam tindak lokusi kita akan mengartikan I am sebagai pronomina persona tunggal (yaitu si P) dan thirsthy mengacu ke tenggorokan kering dan perlu dibasahi, tanpa bermaksud untuk minta minum. tindak ilokusioner terutama berkaitan dengan intensi atau maksud pembicara, Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Jadi, Im Thirsty yang diujarkan oleh P dengan maksud minta minum adalah sebuah tindak ilokusi. dan tindak perlokusioner berkaitan dengan efek pemahaman pendengar terhadap maksud pembicara yang terwujud dalam tindakan. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari TT itu bagi mitra-tutur (selanjutnya MT). Jadi, jika MT melakukan tindakan mengambilkan air minum untuk P sebagai akibat dari TT itu maka di sini dapat dikatakan terjadi tindak perlokusi.
6. Perbedaan antara ilokusi dan perlokusi adalah, jika pada ilokusi yang dibahas adalah

maksud dari dan itensi dari pembicara, sedangkan perlokusi itu tindakan atau efek yang akan dilakukan oleh seorang pendengar. Namu terkadang ada beberapa ilokusi yang tidak membutuhkan efek perlokusinya. Seperti pada contoh; I got A for my exam of Pragmatics. Ini tidak mempunyai efek apa apa terhadap pendengar. Sedangkan contoh kalimat Do you see the sugar anywhere? mempunyai efek perlokusi seperti kemungkinan besar pendengar akan membersihkan lantai yang kotor karena gula yang tumpah dimana-mana. Karena itu jelas hal yang paling menentukan dari suatu percakapan adalah intens/maksud dari seorang penutur tersebut(ilokusi). Karena bisa saja dia mempunyai maksud tertentu atau tidak sama sekali tergantung dari maksud tujuan percakapan atau bahasanya, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan ilokusi mempunyai peranan yang penting

juga kuat terhadap suatu percakapan/bahasa itu sendiri dibandingkan perlokusi.

7. X : Lets go to the Furniture exhibition?

Y: Id love to, but I have to go to the hospital. By Andrew Jufry Malyno | | 0 komentar Label: Hakikat Dunia Pendidikan Indonesia, Indonesia Content, KOMUNIKASI Masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan psikolinguistik adalah : a. Apakah sumbernya bahasa itu? Apakah yang dimiliki oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-kompenen apa saja? b. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? dimanakah bahasa itu berada dan disimpan?

c.

Bagaimana bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang anak-anak? bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? bagaimana bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimanakah seseorang bisa menguasai dua, tiga atau banyak bahasa?

d.

Bagaimana proses penyusunan kalimat? Proses apakah yang terjadi didalam obik waktu berbahasa?

e.

Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati ? bagaimana proses terjadinya dialek? Bagaimana proses perubahan-perubahanya dialek tersebut menjadi bahasa baru?

f.

Bagaimanakah

hubungan

bahasa

dengan

pemikiran?

Bagaimanakah

pengarus

kedwibahasaan/kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?

g.

Mengapa seseorang menderita penyakit/mendapat gangguan berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?

h. Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Pokok bahasan yang sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa adalah bahasa merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Dalam arti bahasa merupakan alat komunikasi didalam berinteraksi manusia dengan manusia secara harfiah.
Pokok bahasannya adalah hubungan di antara bentuk-bentuk bahasa (language forms) dan penggunaannya, yakni penggunaan bahasa di dalam situasi yang sebenarnya

Dalam arti inilah pengertian dasar pragmatik itu berkisar. Pragmatik mempelajari hubungan antara bentuk bahasa dan penggunaanya. Berdasarkan hal ini, pragmatik dapat dikatakan berbeda secara substansial dengan bakal cikal ilmu bahasa, yaitu linguistik. Di dalam linguistik, bahasa dikaji tanpa merujuk kepada siapa yang menggunakan bahasa itu, di dalam arti siapa yang berujar (termasuk di mana, tentang apa, untuk apa) penting dirujuk karena faktor-faktor inilah yang menentukan apa makna ujaran atau, tepatnya, maksud ujaranya.
Di dalam sintaksis pun ada pandangan fungsionalisme, seperti yang dikemukakan oleh Dik (1978), yang dikutip oleh Kridalaksana (2002:35) yang menjabarkan fungsi menjadi tiga, yaitu fungsi semantis, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatis. Fungsi semantis membedakan bagian kalimat menjadi pelaku, sasaran, penerima, dsb., yang mengingatkan kita pada peran semantis di dalam struktur semantis teori semantik generatif. Fungsi sintaktis membagi bagian kalimat menjadi subjek dan objek, yang mengingatkan kita pada cara menganalisis kalimat dengan menggunakan teori ilmu bahasa tradisional. Fungsi pragmatis membagi bagian kalimat menjadi tema, topik, dan fokus, seperti yang dianut dalam teori bahasa aliran Praha (ibid), dengan catatan bahwa pengertian pragmatis di sini berbeda dari pengertian pragmatis seperti yang berkembang sekarang.

Anda mungkin juga menyukai