Anda di halaman 1dari 12

Ika Indryani II.1.

Tanah Alfisol Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung denagn umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim, dkk, 1986). Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004). Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief, 1985). II.2.Tanah Alluvial Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering

Kimia Tanah Ika Indryani dan lekat jika basah. Kaya akan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya (Munir, 1996). Kadar fosfor Alluvial ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997). Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral (Hakim, dkk, 1986). II.3.Tanah Ultisol Sifat-sifat penting pada tanah Ultisol berkaitan dengan jumlah fosfor dan mineral-mineral resisten dalam bahan induk, komponen-komponen ini umumya terdapat dalam jumlah yang tidak seimbang, walupun tidak terdapat beberapa pengecualian. Ultisol yang berkembang pada bahan induk dengan kandungan fosfor yang lebih tinggi. Translokasi/pengangkutan liat yang ekstensif berlangsung meninggalkan residu yang cukup untuk membentuk horizon-horison permukaan bertekstur kasar atau sedang (Lopulisa, 2004).

Kimia Tanah Ika Indryani Selain bahan organic melalui proses dekomposisi dapat menyediakan nutrisi tanaman. Dekomposisi bahan organic oleh berbagai mikroorganisme tanah berlangsung lamban akan tetapi terus berlangsung secara beransur-ansur, keadaan demikian menyebabkan terbebasnya fosfor dan elemen-elemen lainnya yang esensial bagi pertumbuhan tanaman (Munir, 1996). Cara konvensional dengan system tebang bebas dan bakar ternyata menyebabkan pH tanah basa-basa dapat tukar dan fosfor tersedia dalam tanah akan meningkat pada awalnya, tetapi setelah 1,5 tahun kemudian akan mengalami penurunan, sehingga ditanami dua atau tida tahun produktivitasnya akan menurun secara tajam (Soepardi, 1979). II.4.Tanah Vertisol Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996). Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor

ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997). Kimia Tanah

Ika Indryani Alfisol 40,925 Sangat tinggi Vertisol 46, 275 Sangat Tinggi Sunber: Data Primer Setelah Diolah, 2007 4.2. Pembahasan Tanah vertisol memiliki P2O5 sebesar 46,275 ppm dengan criteria sangat tinggi dibandingkan dengan tanah Alfisol, Vertisol dan Alluvial. Hal ini disebabkan karena ketersediaan P dipengaruhi oleh komponen illite liat dan bahan organic. Hal ini sesuai dengan pendapat Lopulisa (2004), bahwa Vertisol mengikat NH4 dan K dalam bentuk tidak tertukarkan. Pada umumnya dari komponen illite liat. Fosfor total dan fosfor tersedia tinggi pada Vertisol yang berasal dari bahan induk berkapur tetapi rendah pada Vertisol yang terbentuk dari bahan-bahan vulkanik. Pada kebanyakan Vertisol organic fosfor merupakan fraksi utama. Selain itu tergantung dari aktivitas biologi dan suhu yang merangsang kegiatan mikroorganisme dalam melapuk bahan organik. Tanah Alfisol memiliki reaksi P2O5 sebesar 40,925 ppm yang nilainya berada di bawah tanah vertisol. Hal ini disebabkan karena tingkat pelapukan yang tinggi yang menyebabkan nilai pH tanah masam, sehingga tanah membentuk Al fosfor dan Fe fosfat yang tidak mudah larut, sehingga ketersediaan fosfor bagi tanaman menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) bahwa jika

tanah menjadi lebih masam, aktifitas Fe dan Al meningkat dan Ca fosfat yang nisbi dapat larut di ubah menjadi Al fosfat dan besi fosfat yang kurang dapat larut sehingga Kimia Tanah Ika Indryani ketersediaan fosfat berkurang. Tanah Ultisol memiliki reaksi P2O5 sebesar 40,35 ppm dibandingkan dengan tanah Alluvial. Hal ini disebabkan karena dekomposisi bahan organik yang terdapat di dalam tanah yang menghasilkan CO2 yang dapat menambah ketersediaan fosfor. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir (1996) bahwa gas CO2 larut dalam air membentuk H2CO3 yang dapat melarutkan mineral-mineral primer tertentu. Tanah Alluvial memiliki reaksi P2O5 sebesar 33,525 ppm. Hal ini disebabkan karena ketersediaan fosfor dipengaruhi oleh bahan induk tanah dan iklim. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) bahwa status kesuburan Alluvial amat tergantung pada bahan induk tanah dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basah P & K relatif rendah dan pH lebih rendah. Daerah- daerah dengan curah hujan rendah di dapati kandungan P & K lebih tinggi dan netral, sedangkan pada daerah yang memiliki kejenuhan basa dan pH yang meningkat karena dipengaruhi oleh tekstur. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi P2O5 dalam tanah yaitu reaksi tanah (pH tanah), konsentrasi ion Al, Fe, dan Mn larut, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, serta tipe liat. Kimia Tanah Ika Indryani V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, maka reaksi P2O5 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tanah Vertisol memiliki reaksi P2O5 46,275 ppm 2. Tanah Alfisol memiliki reaksi P2O5 40,925 ppm 3. Tanah Ultisol memiliki reaksi P2O5 40,35 ppm 4. Tanah Alluvial memiliki reaksi P2O5 33,525 ppm 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi P2O5 dalam tanah yaitu reaksi tanah Kimia Tanah Ika Indryani (pH tanah), konsentrasi ion Al, Fe, dan Mn larut, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, serta tipe liat. 5.2. Saran Sebaiknya untuk pertumbuhan dan perkembangan akan tanaman yang ada dalam metabolisme sel harus diberikan pupuk yang secukupnya yang mengandung fosfor untuk meningkatkan suatu kesuburan tanah. LAMPIRAN Perhitungan nilai P2O5 unuk tanah Alluvial, Ultisol, Alfisol dan Vertisol pada percobaan penentuan P2O5 adalah sebagai berikut: Tanah Alluvial P2O5 = Pembacaan grafik x 2,5 x 25/5 g sampel = 13,41 x 2,5 x 25/5 5 = 33,52 ppm Kimia Tanah

Ika Indryani Tanah Ultisol P2O5 = Pembacaan grafik x 2,5 x 25/5 g sampel = 16,14 x 2,5 x 25/5 5 = 40,35 ppm Tanah Alfisol P2O5 = Pembacaan grafik x 2,5 x 25/5 g sampel

= 16,37 x 2,5 x 25/5 5 = 40,925 ppm Tanah Vertisol P2O5 = Pembacaan grafik x 2,5 x 25/5 g sampel Kimia Tanah Ika Indryani = 18,51 x 2,5 x 25/5 5 = 46,275 ppm DAFTAR PUSTAKA Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Ban Ilong, N. H. Bailey, 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Lopulisa, C, 2004. Klasifikasi Tanah-Tanah Utama Dunia. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar. Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. P.T. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. Pairunan, A.K., J. L. Nanere, Arifin, S. S. R. Samosir, R. Tangkaisari, J. R. Lalopua, B. Ibrahim, H. Asmadi, 1985.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar. Sarief, S. 1984. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Guara bandung. Bandung Kimia Tanah Ika Indryani Soepardi, 1979. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Kimia Tanah

NUTRISI TANAMAN

PENDAHULUAN
Dalam pembangunan perkebuna kelapa sawit perlu di perhatikan kekayaan nutrisi yang terkandung, nutrisi terbagi dalam dua kategori, yakni elemen makro, dan elemen mikro Reaksi tanah (pH) merupakan indikasi yang menggambarkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah. Nilai ini berpengaruh pada mudah tidaknya unsur-unsur hara tersedia atau diserap oleh tanaman, adanya unsur beracun bagi tanaman dan

aktivitas organisme. Reaksi tanah yang masam mengakibatkan terjadinya pengikatan P oleh Al dan meningkatkan kelarutan Al yang bersifat racun bagi tanaman, serta tidak tersedianya unsur Boron (B) yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman Nitrogen merupakan hara makro yang paling esensial bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Kekurangan unsur ini akan berakibat tanaman tumbuh kerdil, pertumbuhan akan terhambat, daun-daun kuning (kurang memiliki arti produksi). Bahan organik merupakan sumber utama N dalam tanah dan ketersediaannya dipengaruhi oleh ratio antara C dan N. Sebagian besar N tanah terikat dalam bentuk organik dan sebagian kecil dalam bentuk anorganik. N organik tidak dapat diserap oleh tanaman. Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH4) dan Nitrat (NO3). N dalam tanah dapat berkurang atau hilang melalui pencucian, penguapan dan diserap oleh tanaman. Pengaruh kegiatan pengusahaan hutan terhadap kadar N-total dapat terjadi melalui berkurangnya kadar bahan organik, meningkatnya proses pencucian dan erosi serta perubahan sifat kimia tanah. Perbedaan kadar bahan organik pada masing-masing jenis kegiatan dapat disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik awal, faktor topografi, intensitas pelapukan dan erosi yang terjadi. Bagi tanaman, Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial kedua setelah Nitrogen. Unsur ini sering ditambahkan ke dalam tanah sebagai pupuk, karena pada umumnya tanah-tanah di Indonesia khususnya pada lahan-lahan marginal memiliki kandungan P yang sangat rendah. P dalam bentuk P organik dapat dibebaskan menjadi bentuk anorganik melalui proses dekomposisi sehingga dapat diserap oleh tanaman. Bentuk P anorganik dalam tanah jumlahnya sedikit dan sukar larut dalam air. Kadar P-total pada areal calon lokasi Perkebunan berkisar antara 1,15 mg/100 g - 5,49 mg/100 g, tergolong sangat rendah. Seperti halnya N dan P, unsur Kalium (K) juga merupakan unsur makro esensial bagi tanaman. Secara umum unsur ini bersama unsur N dan P menentukan tingkat produksi tanaman. Gejala kekurangan K pada tanaman berakibat pinggir daun berwarna coklat, tanaman kerdil dan daun tua menguning. Sumber K dalam tanah umumnya ditemukan dalam bentuk mineral yang kompleks. Bentuk tersebut mudah berubah bila tercuci oleh air yang mengandung CO2 atau asam-asam lainnya. Sebagian besar kandungan K dalam tanah berasal dari pelapukan batuan yang mengandung K seperti mika dan feldspar (menghasilkan ion K bagi tanaman) Kapasitas tukar kation suatu jenis tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap kation-kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid-koloid tanah yang bermuatan negatif. Nilai KTK berkaitan erat dengan kesuburan tanah, dimana tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara

lebih baik dari pada tanah dengan nilai KTK rendah. Besarnya KTK sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis liat, serta humus tanah. Aluminium (Al) dalam tanah dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung tingginya kadar Al dalam tanah dapat meracuni tanaman, sedangkan secara tidak langsung Al dapat sebagai pensuplai ion H yang pada akhirnya mempengaruhi pH tanah sehingga pH rendah dan mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara. Al yang tinggi juga dapat mengikat unsur-unsur lain seperti Pospor (P) dan Boron (B) sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam penjelasan berikut : A. ELEMEN MAKRO Elemen atau unsur makro adalah unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar untuk melaksanakan/mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tubuh tanaman, adapun unsur/elemen makro adalah sebagai berikut : 1. Nitrogen (N) Sebagai unsur kimia dan komponen utama yang penting dalam tanaman, protoplasma sel mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi, dan juga merupakan unsur pokok protein, asam amino, almida dan alkolida. Klorophil juga mempunyai unsur nitrogen, jika dalam keadaan dibawah optimal ada kecendrungan nitrogen akan ditransfer ke jaringan yang lebih muda, yang secara fisiologis merupakan daerah aktif titik tumbuh. 2. Fosfor (P) Fosfor adalah komponen asam nukleat, yang berfungsi untuk mengatur proses perkembangan, defisiensi unsur ini akan menghambat pertumbuhan, dan juga mempengaruhi pertumbuhan akar. Fosfor juga merupakan komponen berbagai system fisiologis yang berhubungan dengan nutrisi dan respirasi dan juga mempengaruhi pemasakan buah, dan elemen ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk efisiensi penggunaan nitrogen. Fosfor mempunyai peranan penting dalam pemecahan karbohidrat dan makanan lainnya yang dihasilkan akibat proses fotosintesis dalam tanaman. Kekurangan fosfor akan menghambat fotosistesis dan membatasi kemampuan tanaman untuk memproduksi karbohidrat, peranan fosfor dalam proses pertumbuhan tanaman sebagai berikut : a. Stimulasi pertumbuhan awal akar dan perkembangannya b. Mempercepat tanaman untuk menghasilkan c. Produksi buah dan biji.

3. Kalium (K) Kalium mempunyai pengaruh dalam proses fisiologi antara lain a. b. c. d. Pembelahan sel Formasi fotosintesis dari karbohidrat Reduksi nitrat dan mengubah hasil sistesis menjadi protein Aktifitas enzim

4. Magnesium (Mg) Sebagai salah satu komponen dri sejumlah system enzym, magnesium juga mempunyai fungsi vital dalam pembentukan klorophil Fungsi Magnesium dalam tanaman adalah sebagai berikut a. b. c. d. Bagian essential dari klorophil Mengatur pengambilan unsur hara tanaman lainnya Sebagai pembawa fosfor dalam tanaman Membantu pembentukan minyak dan lemak dll

5. Sulfur (S) Sulfur sangat penting dalam pembentukan minyak pada tanaman, seperti halnya sulfur dan nitrogen, adalah pembentuk asam amino Sulfur Sangat mirip dengan Nitrogen jika dibandingkan dengan nutrient essensial tanaman lainnya, dan kekurangan unsur sulfur pun sangat mirip dengan dengan defensiensi nitrogen 6. Kalsium (Ca)

Fungsi utama dari kalsium adalah sebagai komponen dinding sel. Dinding sel ini mempunyai daerah meristimatik dan ini sangat penting untuk pertumbuhan akar yang baik, dalam fisiologi sel kalsium cenderung mengatur atau menghambat aktivitas kalium, dan kalsium dapat juga mempengaruhi penyerapan nitrogen Fungsi Kalsium dalam tanaman adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Meningkatkan pembentukan awal akar dan pertumbuhan Meningkatkan kekuatan tanaman secara umum Mempengaruhi jumlah pegambilan bahan makanan pada tanaman Menetralisasi produksi racun dalam tanaman. Meningkatkan produksi biji dan benih Meningkatkan kandungan kalsium makanan.

B. ELEMEN MIKRO

Elemen mikro atau mikronutrien adalah elemen yang penting, dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan kecil untuk menjalankan fungsinya yang penting dalam tubuh tanaman. Beberapa fungsi elemen mikro dalam system enzyme tanaman sebagai elemen pembentuk anion (Boro dan Molibdenum) juga pembentuk unsure kation (tembaga). Beberapa diantaranya dalam proses oksidasi reduksi dalam metabolisme tanaman beberapa diantaranya dibutuhkan dalam memproduksi klrorophil, Unsur mikro diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mangaan (Mn)

Fungsi umumnya adalah sebagai katalis untuk berbagai system enzyme. Mangaan bersifat antagonistic dengan besi, jumlah berlebihan dari salah satu unsur akan menyebabkan munculnya gejala defisiensi dari unsur lainnya, tetapi interaksi elemen ini dengan mikronutrien lainnya mungkin menguntungkan 2. Besi (Fe)

Klorosis kerena defisiensi zat besi pada tanaman menunjukan fungsi elemen ini dalam pembentukan klorophil, walaupun bukan elemen pembentuk yang sebenarnya, zat besi juga berfungsi sebagai katalis dalam sistem enzym pernapasan dan oksidasi, dan terlibat dalam reduksi nitrate menjadi amonia. Secara umum pergerakan dan kelarutan dalam tanaman adalah terbatas, terutama jika jumlah Mangaan dan Fosfor tinggi, jumlah kalium rendah dan cahaya yang sangat terang 3. Seng (Zn)

Seng dibutuhkan untuk metabolisme protein dan berperan dalam pembentukan klorophil 4. Tembaga (Cu))

Tembaga penting sebagai koenzym yang dibutuhkan untuk mengaktifkan beberapa enzym tanaman, juga terlibat dalam pembentukan klorophil. Penyerapan tembaga berlawanan dengan penyerapan zat besi. Jumlah tembaga yang terlalu kecil menyebabkan zat besi terakumulasi dalam tanaman, dan jumlah tembaga yang terlalu banyak menyebabkan gejala klorosis yang terjadi hampir disetiap pertumbuhan baru, karena tembaga relatif tidak mobil. 5. Molibdenum

Molibdenum penting dalam simbiosis fiksasi nitrogen dalam reduksi nitrogen nitrat menjadi bentuk amino, oleh sebab itu defisiensi molibdenum dapat menyebabkan defisiensi nitrogen dalam tanaman. 6. Boron

Banyak pertumbuhan vegetatif yang abnormal disebabkan defisiensi boron, dan jika kelebihan elemen ini menunjukan gejala keracunan, interaksi elemen ini dengan elemen mikro lainnya dimana ada ketidak seimbangan dapat mengganggu perkembangan bibit.

Anda mungkin juga menyukai