Anda di halaman 1dari 3

Mengembangkan Ekonomi Lokal melalui Inkubator Teknologi

Inkubator teknologi mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1994 oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Namun, inkubator tersebut kini seakan mati suri karena minimnya perhatian pemerintah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dapat memanfaatkan inkubator tersebut sebagai salah satu media dalam transfer inovasi teknologi spesifik lokasi.

agasan pentingnya menerapkan pola Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Republik Indonesia pada 8 Desember 2006 menyatakan, sudah saatnya semua pihak lebih peduli pada PEL dibandingkan yang serba global atau nasional. Pernyataan tersebut bisa diartikan sebagai penegasan pentingnya memajukan pembangunan di Indonesia melalui PEL. Pengembangan ekonomi lokal atau yang berciri karakter daerah telah menjadi prioritas nasional, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah II tahun 2010-2014. Pentingnya PEL juga sejalan dengan kebijakan otonomi daerah. Sejak otonomi daerah digulirkan,

daerah memiliki kewenangan mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat (daerah) sesuai undangundang. Kebijakan ini memungkinkan daerah mengelola sumber daya, potensi, dan inisiatif lokal yang dimiliki dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pembangunan melalui PEL menjadi sangat penting karena erat kaitannya dengan adanya kesenjangan ekonomi antardaerah/wilayah. Jawa dan Bali, misalnya, masih menjadi pusat pertumbuhan dan kontributor utama perekonomian nasional, sekitar 65%, yang ditunjukkan oleh tingginya PDRB wilayah-wilayah di Jawa dibandingkan di luar Jawa. Data

BPS tahun 2010 menunjukkan, hingga triwulan III 2010, secara spasial, struktur perekonomian masih didominasi provinsi di Jawa yaitu 57,6%, diikuti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulaupulau lainnya berturut-turut 23,7%, 9,2%, 4,6%, dan 4,9%. Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Inkubator Teknologi Inkubator teknologi merupakan salah satu alat/cara yang dapat digunakan untuk mendukung PEL. Kata inkubator diadopsi dari inkubator yang biasa digunakan dalam merawat bayi. Ada empat tipe inkubator. Pertama technopoles incubator, yaitu bagian proyek riset

Volume 33 Nomor 1, 2011

17

terpadu yang melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset, dan lembaga lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Kedua, sector-specific incubator, diarahkan pada optimalisasi sumber daya lokal untuk mengembangkan usaha baru dalam sektor tertentu atau mengarah pada pembentukan klaster-klaster. Ketiga, general incubator, lebih terfokus pada upaya mengembangkan bisnis secara umum. Keempat, building incubator, bertujuan menciptakan peluang bisnis melalui pemanfaatan tim manajemen yang akan mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut. Inkubator teknologi dapat digolongkan sebagai technopoles incubator karena lebih diarahkan pada upaya menumbuhkan ekonomi berbasis riset atau inovasi teknologi. Dalam konteks pembangunan ekonomi, inkubator merupakan alat pengembangan ekonomi untuk membantu membentuk dan menumbuhkan perusahaan-perusahaan baru dalam suatu masyarakat atau wilayah tertentu. Inkubator menyediakan beberapa dukungan pelayanan, selain ruangan untuk disewa, peralatan bersama, dan pelayanan administratif. Peran inkubator dalam pertumbuhan ekonomi adalah memfasilitasi penerapan inovasi pada industri terkait sehingga berdaya dan berhasil guna. Inkubator juga dapat dijadikan jembatan interaksi antara sumber inovasi (lembaga riset) dan pengguna (khususnya pengusaha) dalam mengembangkan inovasi. Pemanfaatan inkubator untuk menggerakkan PEL telah diuji coba di berbagai negara. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Sejatinya sejak tahun 1994-an Indonesia telah mulai mengembangkan inkubator yang mengadopsi pola di Jerman. Contohnya, Business Technology Centre (BTC)Network yang diinisiasi Menristek dan diimplementasikan di 10 provinsi serta dibantu Pemerintah Jerman pada tahun 2000-2002. Beberapa inkubator di Indonesia sudah berjalan baik, namun karena minimnya perhatian pemerintah dan krisis

moneter pada tahun 1997-an, inkubator tersebut mati suri, belum semuanya berhasil. Keberadaan inkubator tersebut dapat menjadi peluang bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai sarana penyediaan dan transfer teknologi. Dukungan Inovasi pada Inkubator Teknologi Inovasi berperan penting dalam inkubator teknologi karena berpengaruh pada perkembangan dan kelangsungan suatu inkubator. Penerapan inovasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Inovasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan inkubator, selain kesiapan inkubator, modal, dan pemahaman teknologi (know-how). Pengembangan inkubator teknologi berbasis agribisnis juga sangat membutuhkan dukungan inovasi tepat guna. Terkait dengan BPTP, keberadaan inkubator teknologi dapat menjadi peluang untuk memperluas cakupan dan jaringan penyebaran inovasi. Inkubator teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media bagi BPTP untuk mempercepat transfer dan pemanfaatan teknologi oleh pengguna secara luas. Peluang BPTP untuk berpartisipasi dalam inkubator teknologi perlu ditelaah

sehingga potensi penyediaan inovasi oleh BPTP dapat lebih nyata. Dengan demikian, inkubator teknologi dapat menjadi media alternatif penyebaran inovasi bagi BPTP. Peran BPTP dalam Penyediaan Inovasi pada Inkubator Teknologi Dalam mengembangkan inkubator, selama ini inovasi lebih banyak bersumber dari perguruan tinggi, padahal BPTP juga berpeluang mengembangkan inkubator tersebut, misalnya melalui Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dalam upaya menggerakkan sistem agribisnis di perdesaan. Keberhasilan Prima Tani telah mengilhami program lain yang bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penumbuhan ekonomi lokal, seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Innovation/Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (FEATI/P3TIP), Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), dan akhir-akhir ini yang sedang menjadi topik hangat di Badan Litbang

Pengkajian dan pengembangan budi daya kelinci yang dilakukan BPTP Yogyakarta.

18

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Peran perguruan tinggi dan lembaga riset (termasuk BPTP) Penyedia inovasi

Peran Pemerintah Pusat - Penyediaan sarana dan prasarana agroindustri, iklim usaha, pembinaan SDM (sektor perindustrian) - Infrastruktur (sektor pekerjaan umum) - Pengembangan jaringan pasar, tata niaga, jaringan informasi pasar, pembinaan SDM (sektor perdagangan) - Fasilitas modal usaha, pengembangan iklim usaha, kelembagaan mikro (sektor koperasi) - Penyediaan inovasi, pendampingan teknologi, pemberdayaan SDM (sektor pertanian BPTP) Peran swasta - Fasilitas permodalan dan kredit - Pengembangan iklim usaha - Perbaikan tata niaga dan pemasaran

Peran LSM Pemberdayaan dan pembinaan SDM

Peran lembaga donor - Bimbingan teknis - Pembiayaan

PEL = koordinasi, sinkronisasi, sinergisme

Produk unggulan daerah

Peran pemerintah daerah dan masyarakat lokal - Inisiatif lokal - Dukungan kebijakan pemda (renstra, RPJM, dokumen perencanaan) - Dukungan SDM dana APBD

Diagram keterkaitan seluruh stakeholders dalam pengembangan ekonomi lokal.

Pertanian yaitu Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Pembelajaran dari program yang telah berjalan dapat mendorong BPTP untuk berkiprah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui inkubator teknologi. Selama 15 tahun perjalanannya, BPTP yang tersebar di 32 provinsi telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi spesifik agroekosistem. Beberapa inovasi BPTP yang telah berkembang cukup luas adalah perbenihan komoditas tanaman pangan, teknologi sambung samping kakao, teknologi

pascapanen bawang merah, dan unit instalasi biogas drum skala rumah tangga. BPTP yang berada di setiap provinsi dapat menjadi ujung tombak dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Antar-BPTP juga dapat dibangun suatu jaringan penyediaan inovasi regional dan nasional sehingga akan terbentuk sistem penyediaan inovasi yang lebih luas. BPTP dapat dilibatkan dalam penyediaan inovasi dan pendampingan teknologi di daerah. Bersama sektor lain, BPTP dapat mendukung pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi lokal

untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yovita Anggita Dewi) . Informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor 16114 Telepon : (0251) 8351277 Faksimile : (0251) 8350928 Email : bbp2tp@litbang.deptan.go.id

Volume 33 Nomor 1, 2011

19

Anda mungkin juga menyukai