Anda di halaman 1dari 19

Modul 1: KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

By:

Muhamar Kadaffi,MT

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

I. PENDAHULUAN
A. PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain. Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik. Selama beberapa dekade pertama abad ke-20 pembangkit listrik menjadi lebih besar, menggunakan tekanan uap yang lebih tinggi untuk memberikan efisiensi yang lebih besar, dan mengandalkan interkoneksi dari stasiun pembangkit ganda untuk meningkatkan kehandalan dan biaya. Transmisi AC tegangan tinggi memperbolehkan listrik dari pembangkit tenaga air untuk dengan mudah dipindahkan dari air terjun jauh ke pusat kota. Munculnya turbin uap dalam pelayanan stasiun pusat, sekitar 1906, memungkinkan ekspansi besar kapasitas pembangkit. Generator tidak lagi dibatasi oleh kekuatan transmisi sabuk atau kecepatan relatif lambat dari mesin reciprocating, dan bisa tumbuh hingga ukuran besar. Sebagai contoh, Sebastian de Ferranti Ziani merencanakan apa yang akan menjadi mesin uap reciprocating terbesar yang pernah dibangun untuk stasiun pusat baru yang diusulkan, tetapi membatalkan rencana ketika turbin menjadi tersedia dalam ukuran yang diperlukan. Membangun sistem tenaga keluar dari stasiun pusat diperlukan kombinasi keterampilan teknik dan kecerdasan finansial dalam ukuran yang sama. Pembangkit listrik yang biasa digunakan pada suatu Sistem Tenaga Listrik (STL) terdiri dari pembangkit listrik tenaga air (Hydro plant atau PLTA) dan unit-unit thermal. Pembangkitpembangkit itu sekarang ini umumnya sudah berhubungan satu dengan yang lainnya, atau yang sering disebut dengan interkoneksi. Setelah beroperasi dalam waktu tertentu, maka dari pembangkit-pembangkit itu ada yang keluar dari sistem interkoneksi dan hal ini disebabkan

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

karena ada unit pembangkit yang rusak dan tentunya perlu diganti atau diperbaiki, kedua karena ada pembangkit yang istirahat untuk keperluan pemeliharaan. Salah satu contoh rencana pemeliharaan unit pembangkit adalah dengan menggunakan metode Levelized Resh dari Gaever. Namun dalam aplikasinya harus dibagi dalam dua kriteria, yaitu pertama unit pembangkit bisa dikeluarkan tanpa adanya penyesuaian. Kedua unit pembangkit yang dikeluarkan harus diatur dalam kurun waktu yang terbatas. Dengan demikian berarti pada waktu tertentu ada unit pembangkit yang keluar dari sistem, sehingga akan menimbulkan perubahan pada biaya produksi. Tapi setelah habis masa pemeliharaan (overhaul) harus dilakukan evaluasi koefisien ongkos pembebanan hal ini dilakukan untuk memperoleh akurasi yang baik. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana meminimumkan ongkos tapi memenuhi tingkat sekuriti. Biasanya pada operasi pembangkit thermal biaya yang dihitung hanyalah biaya bahan bakar, hal ini karena komponen biaya yang lainnya dinaggap konstan. Berarti kalau saja bisa dihemat penggunaan bahan bakar, maka pengeluaran biaya pada pengoprasian sistem tenaga listrik bisa dikurangi. Sementara itu beban yang akan dilayaninya berubah-ubah menurut waktu, jadi yang penting adalah bagaimana dalam operasi pembangkit hidro-thermal itu bisa dihemat penggunaan bahan bakar.

B. JENIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


Secara umum, pembangkit listrik ada 6 macam, yaitu: PLTA (yang paling familiar di telinga), PLTU (juga ga asing), PLTG (lumayan terkenal), PLTGU (kurang familiar), PLTP (panas bumi), dan PLTD (diesel). Berikut secara rinci pembangkit listrik tersebut bekerja:

I. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)


Air adalah sumber daya alam yang merupakan energi primer potensial untuk Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan jumlah cukup besar di Indonesia. Potensi tenaga air tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Dengan pemanfaatan air sebagai energi primer, terjadi penghematan penggunaan bahan bakar minyak. Selain itu, PLTA juga memiliki keuntungan

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

bagi pengembangan pariwisata, perikanan dan pertanian.Pada dasarnya, energi listrik yang dihasilkan dari air, sangat tergantung pada volume aliran dan tingginya air yang dijatuhkan. Sumber air potensial didapat dari hasil pembelokkan arah arus air sungai di daerah pegunungan tinggi oleh sebuah bendungan/waduk yang memotong arah aliran sungai dan mengubah arah arus menuju PLTA. Dari cara membendung air, PLTA terbagi atas 2 jenis, yaitu: PLTA Run-Off River (Memotong Aliran Sungai) dan PLTA Kolam Tando.Ilustrasi siklus perubahan wujud energi pada PLTA:Kedua PLTA tersebut memiliki kesamaan, yaitu membendung aliran air sungai dan mengubah arahnya ke PLTA. Bedanya, pada PLTA Kolam Tando sebelum aliran air sampai ke PLTA, debit air ditampung dalam suatu kolam yang biasa disebut kolam tando. Sedangkan pada PLTA Run-Off River tidak. Kolam Tando ini berguna menjadi sumber cadangan air, ketika debit air sungai menurun akibat musim kemarau yang panjang.Memang dari segi biaya pembangunan, PLTA Run-Off River akan menelan biaya yang lebih rendah daripada PLTA Kolam Tando karena PLTA Kolam Tando memerlukan waduk yang besar dan daerah genangan yang luas. Tetapi jika terdapat sungai yang mengalir keluar dari sebuah danau, danau ini dapat dipergunakan sebagai kolam tando alami, seperti pada PLTA Asahan di Danau Toba, Sumatra Utara.Air yang terbendung dalam waduk pengatur turbin sebelum turbin. Pada saluran pipa pesat terdapat tabung peredam (surge tank), yang berfungsi sebagai pengaman tekanan yang tiba-tiba naik, saat katup pengatur ditutup.Air mengenai sudu-sudu turbin yang merubah energi potensial air menjadi energi gerak/mekanik yang memutar roda turbin, yang pada gilirannya generator akan merubah energi gerak/mekanik tersebut menjadi energi listrik. Katup pengatur turbin akan mengatur banyaknya air yang akan dialirkan ke sudusudu turbin sesuai kebutuhan energi listrik yang akan dibangkitkan pada putaran turbin yang tertentu. Putaran turbin yang terlalu cepat dapat menimbulkan kerusakan pada turbin dan generator, dimana hal ini dapat terjadi pada saat beban listrik tiba-tiba lepas/ hilang. Untuk mengatasi putaran yang berlebihan maka katup pengatur turbin harus segera ditutup. Katup pengatur turbin yang tiba-tiba menutup akan mengakibatkan terjadinya goncangan tekanan arus balik air ke pipa pesat, dimana goncangan ini diredam dalam tabung peredam. akan dialirkan melalui saluran/terowongan tertutup/pipa pesat sampai ke turbin, dengan melalui katup pengaman di Intake dan katup

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

II. PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)


Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh generator diubah menjadi energi listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU adalah bahan bakar yang dapat berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah wujud padat bahan bakar dan minyak merupakan wujud cairnya. Terkadang dalam satu PLTU dapat digunakan beberapa macam bahan bakar.PLTU menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-mula air dipompakan ke dalam pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu bahan bakar dan udara yang sudah tercampur disemprotkan ke dalam ruang bakar dan dinyalakan, sehingga terjadi pembakaran yang mengubah bahan bakar menjadi energi panas/ kalor. Udara untuk pembakaran yang dihasilkan kipas tekan/force draf fan akan dipanasi dahulu oleh pemanas udara/heater. Setelah itu, energi panas akan dialirkan ke dalam air di pipa melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi, sehingga air berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Drum ketel akan berisi air di bagian bawah dan uap di bagian atasnya. Gas sisa setelah dialirkan ke air masih memiliki cukup banyak energi panas, tidak dibuang begitu saja melalui cerobong, tetapi akan digunakan kembali untuk memanasi Pemanas Lanjut ( Super Heater), Pemanas Ulang (Reheater), Economizer dan Pemanas Udara.Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju turbin uap. Pada PLTU besar (di atas 150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis yaitu turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah. Sebelum ke turbin uap tekanan tinggi, uap dari ketel akan dialirkan menuju Pemanas Lanjut, hingga uap akan mengalami kenaikan suhu dan menjadi kering. Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke dalam Pemanas Ulang yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses yang sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke dalam turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.Dari turbin tekanan rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan menjadi air kembali. Pada kondensor diperlukan air pendingin dalam jumlah besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun di daerah pantai atau sungai. Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan cooling tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

kondensor dipompa ke tangki air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH). Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.

III. PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)


Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada pusat listrik tenaga gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya.Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mulamula udara dimasukkan dalam kompresor dengan melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Di sini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM, harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik. Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang pada turbin. Untuk mencegah korosi turbin akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).

IV. PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap)

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Gas dan Uap Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan kombinasi antara PLTG dan PLTU. Gas buang PLTG bersuhu tinggi akan dimanfaatkan kembali sebagai pemanas uap di ketel penghasil uap bertekanan tinggi. Ketel uap PLTU yang memanfaatkan gas buang PLTG dikenal dengan sebutan Heat Recovery Steam Generator (HRSG). Umumnya 1 blok PLTGU terdiri dari 3 unit PLTG, 3 unit HRSG dan 1 unit PLTU. Daya listrik yang dihasilkan unit PLTU sebesar 50% dari daya unit PLTG, karena daya turbin uap unit PLTU tergantung dari banyaknya gas buang unit PLTG. Dalam pengoperasian PLTGU, daya PLTG yang diatur dan daya PLTU akan mengikuti saja. PLTGU merupakan pembangkit yang paling efisien dalam penggunaan bahan bakarnya.Secara umum HRSG tersebut adalah pengganti boiler pada PLTU, yang bekerja untuk menghasilkan uap. Setelah uap dalam ketel cukup banyak, uap tersebut akan dialirkan ke turbin uap dan memutar generator untuk menghasilkan daya listrik. Dan efisiensi PLTGU lebih baik dari pusat listrik termal lainnya mengingat listrik yang dihasilkan merupakan penjumlahan yang dihasilkan PLTG ditambah PLTU tanpa bahan bakar.

V. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi)


Panas Bumi Panas bumi merupakan sumber tenaga listrik untuk pembangkit Pusat Listrik Tenaga Panas (PLTP). Sesungguhnya, prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU. Hanya saja uap yang digunakan adalah uap panas bumi yang berasal langsung dari perut bumi. Karena itu, PLTP biasanya dibangun di daerah pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional PLTP juga lebih murah daripada PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun memerlukan biaya investasi yang besar terutama untuk biaya eksplorasi dan pengeboran perut bumi.Ilustrasi siklus perubahan energi pada PLTP :Uap panas bumi didapatkan dari suatu kantong uap di perut bumi. Tepatnya di atas lapisan batuan yang keras di atas magma dan mendapat air dari lapisan humus di bawah hutan penahan air hujan. Pengeboran dilakukan di atas permukaan bumi menuju kantong uap tersebut, hingga uap dalam kantong akan menyembur keluar. Semburan uap dialirkan ke turbin uap penggerak generator. Setelah menggerakkan turbin, uap akan diembunkan dalam kondensor menjadi air dan disuntikkan kembali ke dalam perut bumi menuju kantong uap. Jumlah kandungan uap

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

dalam kantong uap ini terbatas, karenanya daya PLTP yang sudah maupun yang akan dibangun harus disesuaikan dengan perkiraan jumlah kandungan tersebut. Melihat siklus dari PLTP ini maka PLTP termasuk pada pusat pembangkit yang menggunakan energi terbarukan.

VI. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)


Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar BBM (solar), biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam jumlah beban kecil, terutama untuk daerah baru yang terpencil atau untuk listrik pedesaan. Di dalam perkembangannya PLTD dapat juga menggunakan bahan bakar gas (BBG).Mesin diesel ini menggunakan ruang bakar dimana ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torak/piston yang kemudian pada poros engkol dirubah menjadi energi putar. Energi putar ini digunakan untuk memutar generator yang merubahnya menjadi energi listrik. Untuk meningkatkan efisiensi udara yang dicampur dengan bahan bakar dinaikkan tekanan dan temperaturnya dahulu pada turbo charger. turbo charger ini digerakkan oleh gas buang hasil pembakaran dari ruang bakar. Mesin diesel terdiri dari 2 macam mesin, yaitu mesin diesel 2 langkah dan 4 langkah. Perbedaannya terletak pada langkah penghasil tenaga dalam putaran toraknya. Pada mesin 2 langkah, tenaga akan dihasilkan pada tiap 2 langkah atau 1 kali putaran. Sedang pada mesin 4 langkah, tenaga akan dihasilkan pada tiap 4 langkah atau 2 putaran. Seharusnya mesin 2 langkah dapat menghasilkan daya 2 kali lebih besar dari mesin 4 langkah, namun karena proses pembilasan ruang bakar silindernya tidak sesempurna mesin 4 langkah, tenaga yang dihasilkan hanya sampai 1,8 kalinya saja. Ilustrasi siklus perubahan energi pada PLTD :Selain kedua jenis mesin di atas, mesin diesel yang digunakan di PLTD ada yang berputaran tinggi (high speed) dengan bentuk yang lebih kompak atau berputaran rendah (low speed) dengan bentuk yang lebih besar.

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

II. KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


A. TEGANGAN
Ada beberapa sumber tenaga yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga. Batubara, minyak, air, panas bumi dan uranium adalah sebagian jenis sumber tenaga yang bisa digunakan untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga menggerakkan turbin air, turbin gas, turbin uap dan disambungkan ke suatu generator AC. Generator AC diputar oleh turbin untuk mengkonversi daya mekanis ke energi listrik. Tegangan listrik di subsistem pembangkitan berada dalam kisaran 11 s/d 25 kV dan frekuensi sebesar 50Hz. Pada pembangkit Suralaya dengan kapasitas daya mampu 3.212 MW misalnya, menggunakan tegangan pembangkitan sebesar 23 kV. Pembangkit Mrica, salah satu PLTA di Jawa Tengah menggunakan tegangan pembangkitan 13,8 kV. Dan Pembangkit Kamojang salah satu PLTP, menggunakan tegangan pembangkitan 11,8 kV. Generator AC bekerja sesuai dengan teori induksi elektromagnetis. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa ketika konduktor bergerak dalam suatu medan magnet maka tegangan induksi akan dihasilkan. Secara umum generator terdiri dari medan magnet, dinamo, cincin geser, sikat-sikat, dan beberapa tipe hambatan. Dinamo adalah sejumlah lilitan kawat penghantar. a. Gangguan pada tegangan antara lain: Fluktuasi Tegangan; seperti: Tegangan Lebih (Over Voltage), Tegangan Turun (Drop Voltage) dan tegangan getar (flicker voltage) Tegangan lebih pada sistem akan mengakibatkan arus listrik yang mengalir menjadi besar dan mempercepat kemunduran isolasi (deterioration of insulation) sehingga menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya dan operasi, memperpendek umur kerja peralatan dan yang lebih fatal akan terbakarnya peralatan tersebut. Peralatanperalatan yang dipengaruhi saat terjadi tegangan lebih adalah transformer, motor-motor listrik, kapasitor daya dan peralatan kontrol yang menggunakan coil/kumparan seperti

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

solenoid valve, magnetic switch dan relay. tegangan lebih biasanya disebabkan karena eksitasi yang berlebihan pada generator listrik (over excitation), sambaran petir pada saluran transmisi, proses pengaturan atau beban kapasitif yang berlebihan pada sistem distribusi. Tegangan turun pada sistem akan mengakibatkan berkurangnya intensitas cahaya (redup) pada peralatan penerangan; bergetar dan terjadi kesalahan operasi pada peralatan kontrol seperti automatic valve, magnetic switch dan auxiliary relay; menurunnya torsi pada saat start (starting torque) pada motor-motor listrik. Tegangan turun biasanya disebabkan oleh kurangnya eksitasi pada generator listrik (drop excitation), saluran transmisi yang terlalu panjang, jarak beban yang terlalu jauh dari pusat distribusi atau peralatan yang sudah berlebihan beban kapasitifnya. b. Tegangan Kedip (Dip Voltage); adalah turunnya tegangan (umumnya sampai 20%) dalam perioda waktu yang sangat singkat (dalam milli second). Penyebabnya adalah hubungan singkat (short circuit) antara fasa dengan tanah atau fasa dengan fasa pada jaringan distibusi. Tegangan kedip dapat mengakibatkan gangguan pada: stabilisator tegangan arus DC, electromagnetic switch, variable speed motor, high voltage discharge lamp dan under voltage relay.

c. Harmonik Tegangan (Voltage Harmonic); adalah komponen-komponen gelombang sinus dengan frekuensi dan amplitudo yang lebih kecil dari gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat). Tegangan harmonik dapat mengakibatkan: panas yang berlebihan, getaran keras, suara berisik dan terbakar pada peralatan capacitor reactor (power capacitor); meledak pada peralatan power fuse (power capacitor); salah beroperasi pada peralatan breaker; suara berisik dan bergetar pada peralatan rumah tangga (seperti TV, radio, lemari pendingin dsb.); dan pada peralatan motor listrik, elevator dan peralatan-peralatan kontrol akan terjadi suara berisik, getaran yang tinggi, panas yang berlebihan dan kesalahan operasi. Kontribusi arus harmonik akan menyebabkan cacat (distorsi) pada tegangan, tergantung seberapa besar kontribusinya.Cara mengurangi pengaruh tegangan harmonik yang terjadi pada sistem adalah dengan memasang harmonic filter yang sesuai pada peralatan-peralatan yang dapat menyebabkan timbulnya harmonik seperti arus

11

10

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

magnetisasi transformer, static VAR compensator dan peralatan-peralatan elektronika daya (seperti inverter, rectifier, converter, dsb.) d. Ketidak seimbangan tegangan (Unbalance Voltage); umumnya terjadi di sistem distribusi karena pembebanan fasa yang tidak merata. Gangguan-gangguan tegangan sebagaimana dijelaskan diatas dapat menyebabkan peralatan-peralatan yang menggunakan listrik, beroperasi secara tidak normal dan yang paling fatal adalah kerusakan atau terbakarnya peralatan.

B. TINGKAT KEGAGALAN
Forced Outage Rate (FOR) adalah suatu faktor yang menggambarkan keandalan unit pembangkit. Dalam sistem interkoneksi yang terdiri dari banyak unit pembangkit, maka keandalan unit-unit pembangkit yang beroperasi dibandingkan dengan beban yang harus dilayani menggambarkan keandalan sistem tersebut. Unit-unit pembangkit bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik, agar beban dapat dilayani. Dilain pihak unit pembangkit setiap waktu bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa beroperasi. Jika gangguan ini terjadi pada saat yang bersamaan atas beberapa unit pembangkit yang besar, maka ada kemungkinan bahwa daya tersedia dalam sistem berkurang sedemikian besarnya sehingga tidak cukup untuk melayani beban. Dalam hal yang demikian terpaksa dilakukan pelepasan beban, atau terpaksa sistem kehilangan beban, terjadi pemadaman dalam sistem. Kemungkinan terjadinya pemadaman karena adanya forced outage unit pernbangkit dalam sistem dengan nilai tertentu dapat dihitung. Beban berubah-rubah sepanjang waktu, maka forced outage yang berlangsung pada saat-saat beban puncak akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap cadangan daya tersedia dibandingkan dengan forced outage yang berlangsung pada saat-saat beban rendah. Jadi setiap forced outage selain bisa dihitung kemungkinan terjadinya juga memberikan

11

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

kemungkinan timbulnya pemadaman dalam sistem, atau sering pula. Disebut sebagai rnemberi kemungkinan sistem kehilangan beban.

Jenis Pembangkit
1. PLTA 2. PLTG 3. PLTP 4. PLTU bahan bakar minyak 5. PLTU batu bara

Unit Size (MW)


Semua Semua Semua 25-100 MW, 100 MW 400 MW

F.O.R. (%)
1 7 5 (perkiraan) 8.5, 9 10

Banyak kegagalan pembangkit terjadi akibat tidak tersedianya sumber energi primer. Permasalahan ketersediaan ini seringkali menimpa pembangkit-pembangkit berbahan bakar fosil. Di Indonesia sendiri banyak pembangkit berbahan bakar gas yang harus dioperasikan dengan bahan bakar minyak karena langkanya ketersediaan gas untuk konsumsi pembangkit Indonesia. Atau bisa juga karena masalah distribusi yang tersendat, seperti masalah kapal batu bara yang tidak bisa merapat, terganggu akibat faktor cuaca. Sedangkan pada kebanyakan pembangkit listrik energi terbarukan, ketersediaanya memang bisa dibilang cukup menjanjikan, karena semuanya memang sudah tersedia di alam dan tinggal dimanfaatkan saja Hingga saat ini tidak ada satu alat pun yang dapat menyimpan energi listrik dalam kapasitas yang sangat besar. Untuk itu besarnya listrik yang dibangkitkan harus disesuaikan dengan kebutuhan beban pada saat yang sama. Apabila melihat kurva beban harian pada Gambar 3, sebagai contoh kurva beban listrik di Pulau Jawa, terlihat bahwa beban yang ditanggung PLN berubah secara fluktuatif setiap jamnya.

11

12

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Secara garis besar ada 3 tipe pembangkit listrik berdasarkan waktu beroperasinya. Tipe base untuk menyangga beban-beban dasar yang konstan, dioperasikan sepanjang waktu dan memiliki waktu mula yang lama. Tipe intermediate biasanya digunakan sewaktu-waktu untuk menutupi lubang-lubang beban dasar pada kurva beban, memiliki waktu mula yang cepat dan lebih reaktif. Tipe peak/puncak, hanya dioperasikan saat PLN menghadapi beban puncak, umumnya pembangkit tipe ini memiliki keandalan yang tinggi, namun tidak terlalu ekonomis untuk digunakan terus-menerus. Melihat kurva diatas pula, maka kebijakan mengenai pembangunan pembangkit baru juga harus merefleksikan kurva beban sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik dimasa depan. Maka nantinya akan terlihat berapa pembangkit yang harus menjadi pembangkit tipe base dan berapa yang menjadi pembangkit mendukung beban intermediate dan beban puncak. Black Out dalam system tenaga listrik dapat diartikan kejadian terputusnya supply listrik disuatu area distribusi sehingga seketika menjadi gelap gulita, lantas bagaimana dengan konsumen industri yang pabriknya sangat bergantung dengan supply listrik dari produsen listrik tersebut, bisa jadi ratusan ribu dollar bisa lenyap seketika karena gagal produksi. Black out secara umum disebabkan oleh kegagalan secara tiba-tiba equipment di Pembangkit Listrik (Boiler, Turbine/Generator, Trafo, Jaringan Transmisi) saat normal operasi, kalau bahasa pabriknya biasa di sebut trip. Dalam kondisi ini, terjadi ketidakseimbangan antara supply listrik dari pembangkit dengan kebutuhan listrik di area sehingga terjadi pemadaman total untuk seluruh area. Untuk pembangkit yang terdiri dari beberapa boiler dan turbine/generator yang tersinkronisasi dengan frekuensi 50Hz, kegagalan salah satu plant dapat mengakibatkan turunnya frekuensi (under frequency), hal ini sangat dihindari dalam proses pembangkitan, oleh karena itu untuk menjaga frekuensi tetap 50Hz, pilihannya adalah dengan memutus beban listrik dari suatu area distribusi. Di sisi lain, kegagalan di salah satu plant harus bisa diatasi dengan meningkatkan produksi listrik plant yang lain sehingga pemadaman yang terjadi tidak terlalu over (Over Load Shedding), dengan catatan plant yang lain tidak sedang dalam kondisi beban puncak. Di sinilah terjadi prosess balancing antara supply yang menurun

11

13

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

dengan demand yang tetap. Dalam hal ini, dari sisi pembangkit listrik masih belum bisa dikatakan sebagai black out, karena hanya di sebagian area saja yang tejadi pemadaman, istilah pabriknya load shedding. Dalam kasus black out, prosess balancing antara supply dengan demand tidak terjadi dengan baik, sehingga frekuensi menjadi tidak terjaga dan menyentuh alarm low-low (under frequency) yang secara otomatis akan memerintahkan seluruh turbine/generator untuk trip karena tidak mampu lagi untuk mempertahankan frekuensi (terjadi prosess safety interlocking). Dalam kasus ini, seluruh plant yang bekerja secara paralel akan totally shutdown, tidak ada sedikitpun Daya Listrik yang tersisa, seluruh area distibusi akan mengalami pemadaman total. Dalam kedua kasus diatas, seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kegagalan jaringan transmisi juga menjadi penyebab terjadinya black out. Dalam hal ini, beban terputus secara tiba-tiba sehingga turbine akan mengalami overspeed yang akan menyebabkan efek yang sangat berbahaya bagi power plant. Sehingga dengan pertimbangan safety, sistem kontrol pembangkit listrik secara otomatis akan memerintahkan turbine untuk shut down. Biasanya bagi anda yang tinggal di dekat pembangkit listrik, anda akan mendengar suara ledakan dan gemuruh keras saat kejadian ini. Jangan kaget, karena ini adalah suara steam venting atau proses dibuangnya uap bertekanan tinggi yang menuju turbine ke udara karena turbine tiba-tiba tidak beroperasi. Inilah salah satu proteksi dalam pembangkitan listrik. Selain kasus diatas, kegagalan dalam pembangkit listrik bisa juga disebabkan karena kegagalan sarana pendukung lain, contoh kasus pada kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi. Kecelakaan yang disebabkan kegagalan sistem pendingin akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda pantai timur Jepang pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011. Salah satunya, di masa mendatang, PLTN harus menitikberatkan sistem keselamatan pasif. Para ahli nuklir selalu melakukan revolusi dan mengembangkan tingkat keselamatan PLTN pasca kecelakaan seperti yang menimpa PLTN Chernobyl di masa lalu. Saat menghadapi gempa, desain keselamatan PLTN Fukushima sebenarnya sudah berhasil shutdown secara otomatis, namun ternyata terjangan tsunami menyebabkan kegagalan generator sistem pendingin. Terkait dengan rencana pembangunan PLTN di Indonesia, pelajaran yang dapat diambil adalah penentuan lokasi calon tapak PLTN menjadi sangat penting. Aspek kegempaan dan aspek lainnya seperti analisa mengenai dampak lingkungan harus benar-benar diperhatikan. Bapeten tidak akan memberi izin pembangunan PLTN apabila syarat-syarat itu belum terpenuhi. Pemerintah saat ini terus mengupayakan sumber energi baru

11

14

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

dan terbarukan termasuk nuklir di dalamnya. Komitmen dari ESDM adalah selaras, siap dan selamat. Saat ini sedang dijalankan program inisiatif energi bersih, reducing emission from fossil fuel burning (reff-burn). Nuklir sendiri terus dipertimbangkan sebagai energi alternatif karena merupakan energi bersih dengan catatan prinsip keselamatan yang ketat. Saat ini rasio elektrifikasi listrik nasional sangat memprihatinkan. Indonesia mutlak membutuhkan nuklir, jika suplai energi kurang maka pertumbuhan ekonomi akan tersendat

11

15

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

C. LOSS OF LOAD PROBABILITY


Ada angka yang menggambarkan berapa besar probabilitas unit-unit pembangkit yang beroperasi tidak mampu melayani beban. Angka probabilitas ini dalam bahasa Inggris disebut "loss of load probability" atau biasa disingkat LOLP. Kemungkinan kehilangan beban ini merupakan risiko yang dihadapi dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik dan perlu diformulasikan. LOLP sesungguhnya merupakan risiko yang dihadapi dalam operasi, dalam gambar 4 digambarkan sebagai berapa jauh garis daya tersedia boleh menurun karena pemeliharaan maupun forced outage dalam kaitannya terhadap pemotongan kurva lama beban. LOLP biasa dinyatakan dalam hari pertahun. Makin kecil nilai LOLP berarti garis daya tersedia harus makin kecil kemungkinannya rnemotong garis kurva lama beban, ini berarti bahwa daya terpasang harus makin tinggi serta juga Forced Outage Rate harus makin kecil dengan perkataan lain diperlukan investasi yang lebih besar dan juga kualitas unit pembangkit yang lebih baik. Pengertian mengenal LOLP ini juga diperlukan dalam perencanaan operasi misalnya untuk menyusun jadwal pemeliharaan unit-unit pembangkit dengan risk level tertentu misalnya dengan LOLP satu hari per tahun. Gambar 1 menggambarkan secara kualitatif besarnya LOLP untuk suatu sistem, yaitu: LOLP = p x t Keterangan: p : menggambarkan probabilitas sistem dapat menyediakan daya sebesar b. t : menggambarkan lamanya garis tersedianya daya sebesar b memotong kurva lama beban dari sistem.

11

16

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Grafik 1. Penggambaran LOLP = pxt dalam hari per tahun pada kurva lama beban.

Nilai LOLP biasanya dinyatakan dalam hari per tahun. "Makin kecil nilai LOLP, makin tinggi keandalan sistem. Sebaliknya, makin besar nilai LOLP, makin rendah keandalan sistem, karena hal ini berarti probabilitas sistem tidak dapat melayani beban yang makin besar." Nilai LOLP dapat diperkecil dengan menambah daya terpasang atau menurunkan nilai Forced Outage Rate (FOR) unit pembangkit, karena dua langkah ini dapat memperkecil probabilitas daya tersedia b pada gambar 1 menjadi terlalu rendah sehingga memotong kurva lama beban dengan nilai t yang lebih lama. Penentuan besarnya nilai LOLP dari suatu sistem harus mempertimbangkan besarnya peran penyediaan tenaga listrik pada sistem tersebut atau dengan kata lain berapa besar kerugian yang dialami pemakai energi listrik (konsumen) apabila terjadi interupsi atau gangguan penyediaan pasokan energi listrik. Misalnya dalam sitem yang berupa sebuah PLTD dengan bebeapa unit pembangkit yang memasok tenaga listrik kesebuah pabrik. LOLP dari sistem ini ditentukan dengan mempertimbangkan berapa kerugian yang timbul apabila pabrik mengalami gangguan pasokan tenaga listrik, yang dinyatakan dalam Rupiah per kWh terputus.

11

17

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Pada sistem yang besar seperti sistem tenaga listrik yang dikelola oleh PLN, penentuan nilai LOLP ini haruslah mempertimbangkan harga Rupiah per kWh terputus secara nasional. Hal ini disebabkan karena dengan terputusnya pasokan tenaga listrik dari PLN, berarti menimbulkan kerugian nasional. Standar PLN mengenai LOLP adalah 3 hari per tahun untuk sistem interkoneksi Jawa (JAMALI) hari dan 5 hari per tahun untuk sistem di luar Jawa.

11

18

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

III. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang diterangkan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya : 1. Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, 2. Berdasarkan atas sumber tenaga penggerak dari mesin generatornya, Pembangkit listrik dibedakan atas 6 macam, yaitu: PLTA (Air), PLTU (Uap), PLTG (Gas), PLTGU (Gas dan Uap), PLTP (panas bumi), dan PLTD (diesel). 3. Bagian utama dari pembangkit listrik adalah generator, yakni mesin berputar yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik. 4. Keandalan Sisten Tenaga Listrik terbagi atas 3 faktor : faktor tegangan yang dihasilkan, faktor yang menggambarkan keandalan unit pembangkit (Forced Outage Rate) dan faktor yang menggambarkan berapa besar probabilitas unit-unit pembangkit yang beroperasi tidak mampu melayani beban ( loss of load probability). 5. Tegangan listrik di subsistem pembangkitan berada dalam kisaran 11 s/d 25 kV dan frekuensi sebesar 50Hz. 6. Unit-unit pembangkit bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik, agar beban dapat dilayani, unit pembangkit setiap waktu bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa beroperasi. Jika gangguan ini terjadi pada saat yang bersamaan atas beberapa unit pembangkit yang besar, maka ada kemungkinan bahwa daya tersedia dalam sistem berkurang sedemikian besarnya sehingga tidak cukup untuk melayani beban. Dalam hal yang demikian terpaksa dilakukan pelepasan beban, atau terpaksa sistem kehilangan beban, terjadi pemadaman dalam sistem. 7. Kemungkinan kehilangan beban ini merupakan risiko yang dihadapi dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik dan perlu diformulasikan. LOLP ( loss of load probability) merupakan risiko yang dihadapi dalam operasi,. LOLP biasa dinyatakan dalam hari pertahun. LOLP ini diperlukan dalam perencanaan operasi misalnya untuk menyusun jadwal pemeliharaan unit-unit pembangkit dengan risk level tertentu.

11

19

Perancangan Sistem Tenaga Listrik Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai