a
d
a
r
G
|
u
k
o
s
a
(
)
nar|
8oLol 1C
8oLol 2C
8oLol 3C
8oLol 1A
8oLol 2A
8oLol 3A
1. Fase lag disebut juga Iase persiapan,
Iase permulaan, Iase adaptasi atau Iase
penyesuaian yang merupakan Iase
pengaturan suatu aktivitas dalam
lingkungan baru. Oleh karena itu selama
Iase ini pertambahan massa atau
pertambahan jumlah sel belum begitu
terjadi, sehingga kurva Iase ini
umumnya mendatar. Selang waktu Iase
lag tergantung kepada kesesuaian
pengaturan aktivitas dan lingkungannya.
Semakin sesuai maka selang waktu yang
dibutuhkan akan semakin cepat. Fase
akselerasi merupakan Iase setelah
adaptasi, sudah dapat memulai aktivitas
perubahan bentuk maupun pertambahan
jumlah namun dengan kecepatan yang
masih rendah.
2. Fase eksponensial atau logaritmik
merupakan Iase peningkatan aktivitas
perubahan bentuk maupun pertambahan
jumlah mencapai kecepatan maksimum
sehingga kurvenya dalam bentuk
eksponensial. Peningkatan aktivitas ini
harus diimbangi oleh banyak Iaktor,
antara lain yaitu Iaktor biologis,
misalnya : bentuk dan siIat
mikroorganisme terhadap lingkungan
yang ada, asosiasi kehidupan diantara
organisme yang bersangkutan dan Iaktor
non-biologis, misalnya : kandungan hara
di dalam medium kultur, suhu, kadar
oksigen, cahaya, bahan kimia dan lain-
lain. Jika Iaktor-Iaktor di atas optimal,
maka peningkatan kurve akan tampak
tajam atau semakin membentuk sudut
tumpul terhadap garis horizontal
(waktu).
Dalam penelitian ini kadar glukosa yang didapat,
jauh dibawah nilai yang terdapat pada tinjauan pustaka
sekitar, 1,32 pada Chlorella vulgaris dan 1,8 pada
Anabaena a:ollae.
|24|
Hal ini terjadi dikarenakan ada
beberapa Iaktor:
- Massa panen yang terlalu cepat, yaitu hanya 21
hari. Berdasarkan graIik 4.2.1terlihat bahwa
kurva kurva masih berada pada Iase
eksponensial atau logaritmik merupakan Iase
peningkatan aktivitas perubahan bentuk maupun
pertambahan jumlah mencapai kecepatan
maksimum sehingga kurvanya dalam bentuk
eksponensial.
- Energi cahaya yang dipergunakan sebagai salah
satu komponen penting dalam Iotosintesis,
selama penelitian didapat dari energi cahaya
lampu TL yang dipasang di sekitar media dan
pantulan sinar cahaya matahari yang masuk ke
ruang penelitian pada siang hari. Seharusnya,
mikroalga juga mendapatkan energi cahaya yang
langsung dari sinar matahari, mempunyai energy
yang tinggi di dalamnya, yang akan berpengaruh
pada proses Iotosintesis mikroalga dalam
menghasilkan hasil Iotosintesis (glukosa).
- Di dalam pengambilan sample mikroalga untuk
pengukuran kadar glukosa, sample yang diambil
untuk dianalisa masih dalam kondisi cair.
Sehingga tidak hanya mikroalga yang ada di
dalamnya, melainkan juga masih banyak terikut
media/air.
- Nutrisi yang dipakai didalam penelitian ini
bukanlah pupuk/medium Walne, melainkan M-8
Medium.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengaruh jumlah dan ketersediaanya gas CO
2
terhadap pertumbuhan sel Anabaena a:ollae dan
Chlorella vulgaris
- Pengaruh jumlah dan ketersediaan gas CO
2
terhadap turbidity
Jadi, ketersediaan CO
2
dan juga jumlah
ataupun suplai CO
2
yang semakin besar juga
akan mebuat pertumbuhan sel Anabaena
a:ollae dan Chlorella vulgaris semakin
besar pula. Di mana proses Iotosintesis
berlangsung, mikroalga akan cepat
berkembang biak dan media (air) akan
semakin keruh atau nilai turbidity yang
semakin tinggi.
- Pengaruh jumlah dan ketersediaan gas CO
2
terhadap biomassa
Jadi semakin banyak mikroalga tersuplai gas
CO
2
, maka proses perkembangbiakan akan
semakin tinggi. Sehingga kuantitas
mikroalga akan semakin banyak
Jadi, semakin banyak suplai gas CO
2
pada
perkembangbiakan mikroalga, maka proses
2. Pengaruh jumlah dan ketersediaanya gas CO
2
terhadap kadar glukosa Anabaena a:ollae dan
Chlorella vulgaris
Kadar glukosa yang paling baik di dapat dari
penggunaan aerator dengan kecepatan tinggi
yang juga ditambah dengan gas CO
2
murni dari
tabung CO
2
.
- Anabaena a:ollae (botol A1) : 1,80
- Chlorella vulgaris (botol C1) : 1,32
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini
antra lain :
- Periode pemanenan yang dianjurkan selama 30
hari, sehingga mikroalga dapat berkembang
dengan baik, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas
- Penyinaran untuk mendapatkan sumber energy
cahaya dapat menggunakan sinar matahari dan
juga penambahan pada daya lampu yang jauh
lebih besar, sehingga akan mengahsilkan
mikroalga yang berkualitas baik.
- Nutrisi yang digunakan sebaiknya menggunakan
pupuk/media Walne yang dapat menghasilkan
mikroalga, terlebih jenis Chlorella vulgaris
dengan kualitas yang jauh lenih baik daripada
media M-8.
Membudidayakan mikroalga ini dalam skala
besar, sehingga dapat dimanIaatkan sebagai pereduksi
kadar emisi CO
2
di udara dan dengan adanya kandungan
glukosa didalamnya dapat dijadikan acuan sebagau
sumber energi alternatiI baru
DATAR PUSTAKA
1. Anonymous,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasanglobal ,
diakses 06 Juni 2011
2. Anonymous,
http://baskoro06.wordpress.com/2009/01/22/ma
kalah-pemanasan-global/, diakses 26 Juli 2011
3. Anonymous, http://
mediaindonesia.com/webtorial/klh?aridNzE5
OA, diakses 09 Februari 2011
4. Anonymous,
http://berita.kapanlagi.cim/tekno/algae-cepat-
besar-dengan- co2.html diakses 08 Juli 2011
5. Anonymous,
http://indonkelor.blogspot.com/2009/03/deIinisi-
alga.html diakses 08 Juni 2011
6. Anonymous,
http://www.scrib.com.doc/41872228/Alga ,
diakses 15 Juni 2011
7. Anonymous, http://
smk3ae.wordpress.com/2009/01/17/sekilas-
tentang-ganggang-dan-penanggulannya-bagian-
1-ganggang-algae/ diakses 16 Juli 2011
8. Anonymous,
http://www.lenntech.com/eutrophiocation-water-
bodies/algae.htm, diakses 13 Juni 2011
9. Pelezar, MichaelJ., dan E.S.C. Chan, 1086,
'Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta : Pernebit
Universitas Indonesia
10. Anonymous,
http://artaquaculture.blogspot.com/2009/04/blog
-post.html , diakses 03 Juni 2011
11. Anonymous, http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Research-10983-131879378-Paper.pdI diakses
06 Juni 2011
12. S. Wirosapuho, Chlorella: Makanan Keseharan
Global Buku I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, I 998.
13. D. Steenblock, Chlorella: Makanan Sehat Alami,
terjemahan, Muhilal dan U. L. Siagian, PT
Gramedia pustaka Utama, Jakarta, 2000.
14. B.R. Vashishta Botany Part I: Algae, 8th ed., S.
Chand & Cornpany Ltd., New Delhi,1999.
15. M. Sachlan, Planklonologi, Fakultas Petemakan
dan Ferikanan UniversitasDiponegoro,
Semarang" 1982.
16. C.S. Reynolds, The Ecology oI Freshwater
Phytoplankton, Cambridge University Press,
Cambridge, 1984.
17. T. Chrismadha NoIdianto, Rosidah, Y.
Mardianti, Prosiding Hasil penelitian dan
Pengembangan Limnologi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Limnologi LIPI, Cibinong,
1998, p.350.
18. D.s. Anderson, R. Davis, M.s. Ford, Journal oI
phycology 29 1993} 264.
19. Anonymous,
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?modbrowse&op
read&idjiptumm-gdl-res-2002-harun-5 3 6 5
microalgae diakses 01 Juli 2011
20. Anonymous,
http://en.wikipedia.org/wiki/Anabaena , diakses
6 Juni 2011
21. Anonymous,
http://www.ibvI.csic.es/Cultivos/SeccionIV.ht
m, diakses 11 Juni 2011
22. Anonymous,
http://id.wikipedia.org/wiki/Iorosintesis, diakses
06 Juni 2011
23. Anonymous,
http://www.oilgae.com/algae/cult/pbr/pbr.html,
diakses 14 Juni 2011
24. Becker, E. W. (1994) Microalgae:
Biotechnology and microbiology. Cambridge
University press,Cambridge, Great Britain.
pp293.
25. Anonymous, www.wikipedia.org/wiki/Glukosa,
diakses 15 Januari 2011
26. Craine, Hart, dkk. 2003. 'imia Organik suatu
uliah Singkat Edisi kesebelas. Jakarta:
Erlangga.