Anda di halaman 1dari 12

STUDI PEMBIAKAN ALGA DENGAN TU1UAN MENDETEKSI ADANYA KANDUNGAN

GLUKOSA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ETHANOL



Ivan Adi Kurniawan (07.14.020)


ABSTRAKSI
Judul Penelitian ini adalah 'STUDI PEMBIAKAN ALGA DENGAN TUJUAN MENDETEKSI
ADANYA KANDUNGAN GLUKOSA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ETHANOL.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh suplai CO
2
terhadap proses pertumbuhan Anabaena
a:olae dan Chorella vulgaris dan kadar glukosa yang ada di dalamnya. Dalam penelitian ini terdapat dua
variable yang berbeda, yaitu variable tetap yang meliputi : Daya Lampu (24 watt), nutrisi makronutrien
dan mikronutrien, lama pemanenan (21 hari), pH (7-9), suhu operasi (suhu ruangan 25-26 C), volume
media (1500 mL), dan volume bibit (50 mL). Serta variable berubah yang meliputi : ada tidaknya
suplai gas CO
2
(suplai CO
2
dari aerator dan tabung gas CO
2,
suplai CO
2
dari aerator dengan kecepatan
rendah, tanpa suplai CO
2
). Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap hasil penelitian diperoleh hasil :
nilai tertinggi pada perkembangbiakan Anabaena azollae dengan nilai turbidity 988 NTU, kadar glukosa
1,80 dan berat kering biomassa 1,734 gram. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketersediaan dan
suplai gas CO2 berpengaruh pada perkembangbiakan mikroalga dan juga kadar glukosa.
Kata kunci : Glukosa, Anabaena a:olae, Chorella vulgaris, turbidity





PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata 'Global warming atau jika di artikan ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu 'Pemanasan Global.
Kata ini makin membumki seiring dengan makin
menigkatnya suhu bumi. Pemanasan global telah
menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia,
terutama negara yang megalami industrialisasi dan pola
konsumsi yang tinggi (gaya hidup konsumtiI). Selain itu,
peristiwa yang diakibatkan oleh gas-gas eIek rumah kaca
(greenhouse effect) ini memiliki dampak yang luar biasa
bagi bumi, seperti naiknya permiukaan air laut,
meningkatnya intensitas Ienomena cuaca yang ekstrim,
perubahan jumlah dan pola presipitasi, terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, punahnya perbagai
jenis hewan, dan lain sebagainya.
|1|
Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar Iosil, seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida dan
gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosIer. Ketika atmosIer semakin kaya akan gas-gas
rumah kaca, hal ini kanan menjadi isolator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang di
pancarkan ke bumi.
|2|

Begitu banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi eIek dari global warming yang melanda
bumi seperti mengurangu polusi udara yang disebabkan
oleh asap kendaraan bermotor, mengeIisiensikan
penggunaan peralatan elektronik dan rumah tangga, serta
mencari energy alternative untuk bahan bakar yang
ramah lingkungan.
|2|

Adapun cara lainnya dapat juga melalui
optimalisasi Algae (gangang laut) sebagai penyerap
emisi gas rumah kaca yang menyebabkan meningkatnya
global warming. Gangang laut memiliki potensi besar
dalam upaya mengatasi pemanasan global karena dapat
menyerap karbondioksida dan dapat diolah menjadi
biofuel, bahan bakar yang ramah lingkungan.
|3|

Penelitian dalam skala laboratorium yang
dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) membuktikan algae (ganggang) di laut
membesar 20-25 kali hanya dalam 15 hari dengan diberi
makan karbondioksida (CO
2
).
'Ini bias menjadi konsep awal oernghitungan
penyerapan karbon di laut, kata Kepala BPPT, Dr.
Marzan Aziz Iskandar dalam seminar 'Implementasi
Pengaurangan Emisi Karbondioksida sebagai upaya
Mitigasi Global Warming.
|4|

Semua jenis alga memiliki komposisi
kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak
(fatty acids) dan nucleic acid. Prosentase keempat
komponen tersebut bervariasi tergantung jenis alga. Ada
jenis alga uang memiliki komponen Iatty acids lebih dari
40. Sama seperti tumbuhan lainnya, alga juga
memerlukan tiga komponen penting untuk tumbuh, yaitu
sinar matahari, karbondioksida, dan air. Alga
menggunakan sinar matahari untuk menjalankan proses
Iotosintesis. Fotosintesis merupakan proses biokimia
penting pada tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri untuk
mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Energy
kimia ini akan digunakan untuk menjalankan reaksi
kimia
Rumusan Masalah
Sejauh ini mikro alga jenis Anabaena a:olae
hanya digunakan sebagai pupuk karena alga ini hidup
besimbiosis dengan tanaman paku A:olla, sehingga
mampu menangkap Nitrogen di udara. Oleh karena itu,
banyak digunakan oleh petani sebagai sumber Nitrogen
untuk tanamannya. Sementara itu pada jenis Chorella sp
mengandung kandungan gizi yang tinggi sehingga
digunakan sebagai bahan pakan dan makanan.
Masalah masalah yang berkaitan dengan penelitian ini
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh CO
2
terhadap proses
pertumbuhan Anabaena a:olae dan Chorella
vulgaris ?
2. Bagaimana pengaruh CO
2
terhadap kandungan
glukosa pada Anabaena a:olae dan Chorella
vulgaris ?
Batasan Masalah
Dari rumusan masalah yang ada dan untuk
mengetahui kadar glukosa optimum dari Anabaena
a:olae dan Chorella sp pada penelitian, kami dibatasi
pada ada dan tidaknya suplay CO
2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Pengaruh suplai CO
2
terhadap proses
pertumbuhan Anabaena a:olae dan Chorella sp.
2. Pengaruh suplai CO
2
terhadap kandungan
glukosa Anabaena a:olae dan Chorella sp.
Manfaaat Penelitian
Adapun manIaat yang dicapai dalam penelitian
ini adalah :
- Memberikan ilmu pengetahuan tentang
pemanIaatan mikroalga untuk digunakan sebagai
bahan alternatiI industri pembuatan bioetanol
dari indaki adanya kadar glukosa
- Mengurangi pencemaran lingkungan terlebih
kadar CO
2
di udara.



TIN1AUAN PUSTAKA
Alga
Alga merupakan protista yang bertalus, memiliki
pigmen dan kloroIil. Tubuhnya terdiri atas satu sel
(uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multiseluler).
Yang uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton
sedangkan yang multiseluler dapat hidup sebagai
Nekton, atau Beston. Habitat alga adalah air atau di
tempat basah, sebagai EpiIit atau sebagai EndoIit.
|6|

KlasiIikasi alga didasarkan pada morIologi sel-
sel reproduksi, pigmen dalam plastida dari sel vegetatiI,
dan macam cadangan makanan. Semua alga
mengandung kloroIil tetapi ada pigmen lain yang
terkandung dan menyusun di dalamnya. Ada dua macam
plastid alga kecuali (Cyanophyta) :
1. Kloroplas
Mengandung kloroIil dan dapt juga terkandung
pigmen lain, yaitu XantoIil dan Karotin.
2. Kromoplas (KromatoIor)
Yaitu pembawa zat warna lain dari kloroIil
seperti pigmen XantoIil dan Karotin.
Dengan adanya kloroIil, alga dapat berIotosintesis. Alga
berkembang biak dengan cara vegetatiI dan generatiI.
|7|

Organisme ini mengandung kloroIil serta
pigmen-pigmen lain unutk melangsungkan Iotosintesis,
tersebar luas di alam dan dijumpai hamper di segala
macam lingkungan yang terkena sinar matahari. Alga
dapat hidup pada suhu optimum antara 20-30 C pada
pH optimum 4-11
|6|



Chlorella vulgaris
Mikroalga Chlorella vulgaris memiliki potensi
sebagai pakan alami, pakan ternak, suplemen, penghasil
komponen bioreaktiI bahan Iarmasi dan kedikteran. Hal
tersebut disebabkan Chlorella vulgaris mengandung
berbagai nutrient seperti protein, karbohidrat, asam
lemak tak jenuh, vitamin, kloroIil, ensim, serat yang
tinggi.
|10|
Selain itu, Chlorella vulgaris merupakan
mikroalga kosmopolit yang sebagian besar hidup di
lingkungan akuatik baik air tawar, laut, maupun payau,
juga ditemukan di tahan dan di tempat lembab.
|11|

Menurut Sachlan, sel Chlorella vulgaris memiliki
tingkat reproduksi yang tinggi, setiap sel Chlorella
vulgaris mampu berkembang menjadi 10.000 sel dalam
waktu 24 jam.
|12|

PemanIaatan Chlorella vulgaris dilakukan
menggunakan teknik kultur. Keberhasilan teknik kultur
bergantung pada kesesuaian antara jenis mikroalga yang
dibudidayakan dan beberapa Iaktor lingkungan, salah
satu yang perlu diperhatikan adalah Iaktor derajat
keasaman (pH) agar metabolism sel mikroalga tidak
terganggu.
|22,23|
Derajat keasaman (pH) media
menentukan kelarutan dan ketersediaan ion mineral
sehingga mempengaruhi penyerapan nutrient oleh sel.
Perubahan nilai pH yang drastis dapat mempengaruhi
kerja enzim serta dapat menghambat proses Iotosintesis
dan pertumbuhan beberapa mikroalga.
|22|

Anabaena azollae
Anabaena a:ollae merupakan salah satu jenis
mikroalga. Anabaena a:ollae termasuk dalam alga hijau-
biru yang dapat menambah nitrogen dari udara melalui
kerjasama atau simbiosis dengan A:olla sp. Mikroalga
telah mendapatkan perhatian khusus untuk
dikembangkan lebih lanjut. Penelitian dan pemanIaatan
mikroalga di arahkan pada bidang bioteknologi terutama
menekankan pada produk baru dari mikroalga dalam
bidang pangan, Iarmasi-kedokteran, pertanian, industri,
energy, dan sebagainya.
|17|
Oleh karena Anabaena sp
bersimbiosis dengan alga biru itu, maka mempunyai
kemampuan dalam mengikat nitrogen dari udara.
Tumbuhan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pupuk hayati dalam perbaikan kesuburan tanah.
|18|

otosintesis
Alga terdiri dari alga multiseluler, seperti
ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri
dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur
sekompleks tumbuhan darat, Iotosintesis pada keduanya
terjadi dengan cara yang sama. Hanya saja karena alga
memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya,
maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun
lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan
kebanyakan bersiIat autotroI. Hanya sebagian kecil saja
yang bersiIat heterotroI yang berarti bergantung pada
materi yang dihasilkan oleh organism lain.
|5,6|

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang
dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan
memanIaatkan energi cahaya. Hampir semua mahluk
hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
Iotosintesis. Akibatnya, Iotosintesis menjadi sangant
penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang
terdapat di atmosIer bumi. Organism yang menghasilkan
energi melalui Iotosintesisi (photos berarti cahaya)
disebut fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara
asimilasi karbon karena dalam Iotosintesis, karbon bebas
dari CO
2
diikat (diIiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpangan energi.
|19|
Tumbuhan bersiIat autotroI. AutotroI berarti
dapat mensintesisi makanan langsung dari senyawa
anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida
dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan proses ini berasal dari Iotosintesis.
Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa
berikut ini:
Proses Iotosintesis secara umum dapat digambarkan
dengan persamaan sebagai berikut:
|22|

6 CO
2
(g) 6 H
2
O (l) Cahaya
C
6
H
12
O
6
(s)

6 O
2
(g)
(karbon dioksida) (air)
(glukosa) (oksigen)
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk
senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula
digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan,
maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi
pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di
atas. Pada respirasi seluler, gula (glukosa) dan senyawa
lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan
karbon dioksida, air, dan energy kimia
.|19|

Ada beberapa Iaktor yang mempengaruhi Iotosintesis,
antara lain :
|22|

O Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy untuk
Iotosintesis. Intensitas cahaya yang tinggi akan
membuat kegiatan Iotosintesis menjadi eIektiI
O Tahap Pertumbuhan
Pada saat masih kecambah, tumbuhan lebih rajin
Iotosintesisi daripada yang sudah besar karena
yang sedang tumbuh akan lebih banyak
membutuhkan banyak energy untuk tumbuh
membesar.
O Pigmen Penyerapan Cahaya
KloroIil merupakan pigmen penyerapan cahaya.
Untuk membuat kloroIil, diperlukan ion
magnesium yang diserap dari tanah.
O Suhu/ Temperatur
Memperngaruhi enzim umtuk Iotosintesis. Jika
suhu naik 10C, maka kerja enzim akan
meningkat 2 kali lipat. Hal ini hanya terjadi pada
suhu tertentu jika suhu terlalu tinggi, justru
enzim Iotosintesis akan rusak.

O Kadar Hasil Fotosintesis
Apabila kadar hasil bentukan Iotosintesis
sedikit, maka tumbuhan akan terangsang untuk
melakukan Iotosintesis lebih giat daripada ketika
kadar Iotosintat banyak.
O Ketersediaan CO
2
dan air
Jika kekurangan air, stomata akan menutup
sehingga menghalangi masuknya CO
2
. Semakin
banyak CO
2
, maka proses Iotosintesis akan
menjadi semakin baik
Jika Iactor-Iaktor di atas jumlahnya tidak memadai atau
tidak ada, maka proses Iotosintesis akan terganggu.



METODELOGI PENELITIAN
Metoda Penelitian
Untuk menghasilkan kadar glukosa yang tinggi
dari perkembangbiakan alga digunakan metode
ekperimen, yaitu dengan member perlakukan jenis alga
yang berbeda dan ada tidaknya supplay CO
2
pada
photobioreaktor alga sehingga diperoleh jenis alga dan
pengaruh suplai CO
2
dalam menghasilkan kadar glukosa
yang tinggi.
Variabel Percobaan
Variabel Tetap
- Daya Lampu : 24 watt
- Nutrisi makronutrien
KNO
3
: 3000 mg/L
KH
2
PO
4
: 740 mg/L
Na
2
HPO
4
. 2H
2
O : 260 mg/L
CaCl
2
. 2H
2
O : 13 mg/L
FeSO
4
. 7H
2
O : 130 mg/L
MgSO
4
. 7H
2
O : 400 mg/L
- Nutrisi mikronutrien
Al2(SO4) . 18 H2O : 3,58 g/L
MnCl2 . 4 H2O : 12,98 g/L
CuSO4 . 5H2O : 1,83 g/L
ZnSO4 . 7 H2O : 3,2 g/L
- Pemanenan : 21 hari
- pH : 7-9
- Suhu operasi : suhu ruangan 25-26 C
- Volume media : 1500 mL
- Volume bibit : 50 mL
Variabel Berubah
- Jenis Alga : Anabaena a::olae dan
Chlorella vulgaris
- Ada dan tidaknya suplay CO
2
ke media
pertumbuhan alga
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
- Aerator
- Autoclave
- Batang pengaduk
- eakerglass
- Botol air mineral 1500 mL
- Botol kultur
- Buret lengkap
- Gelas arloji
- Hot Air Oven
- Kain screen sablon
- Labu ukur
- Lampu TL
- Neraca digital
- pH meter
- Pipet volume
- Pisau
- Saringan
- SpektroIotometer
- Tabung Gas CO
2

- Thermometer
Bahan yang digunakan :
- Al2(SO4) . 18 H2O
- Alkohol 70
- Aquadest
- CaCl
2
. 2H
2
O
- CuSO4 . 5H2O
- FeSO
4
. 7H
2
O
- KH
2
PO
4

- KNO
3

- MgSO
4
. 7H
2
O
- Mikro alga Anabaena a:ollae
- Mikro alga Cholrella vulgaris
- MnCl2 . 4 H2O
- Na
2
HPO
4
. 2H
2
O
- ZnSO4 . 7 H2O
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Baku
Bibit mikroalga Anabaena A:ollae berasal dari
koleksi Laboratorium Biologi UMM yang
pembibitannya dilakukan untuk mendapatkan bibit yang
homogeny dalam kualitas, jumlah, dan umur yang
diperbanyak secara laboratorium. Anabaena azollae
dikulturkan dalam media Allen-Arnon agar mendapatkan
bibit yang murni, tidak tercampur oleh mikroalga yang
lain. Sementara itu bibit Chlorella vulgaris diperoleh dari
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara.
Pembuatan Media
- Mensterilisasi peralatan yang digunakan dengan
menggunakan Autoclave (alat-alat yang terbuat
ari kaca tahan panas) pada suhu 121 C pada
tekanan 1 atm selama 20 menit.
- Mensterilisasi alat yang tidak tahan panas
dengan menggunakan alcohol 70
- Menimbang makronutrien dan mikronutrien,
yang terdiri dari:
KNO
3
: 3000 mg/L
KH
2
PO
4
: 740 mg/L
Na
2
HPO
4
. 2H
2
O : 260 mg/L
CaCl
2
. 2H
2
O : 13 mg/L
FeSO
4
. 7H
2
O : 130 mg/L
MgSO
4
. 7H
2
O : 400 mg/L
Al2(SO4) . 18 H2O : 3,58 g/L
MnCl2 . 4 H2O : 12,98 g/L
CuSO4 . 5H2O : 1,83 g/L
ZnSO4 . 7 H2O : 3,2 g/L
- Memasukan media ke dalam eakerglass dan
dilarutan dengan aquadest sampai 2000mL.
- Mengecek kadar pH media
- Mensterilisasikan media yang ada di dalam
eakerglass dengan Autoclave selama 20
menit pada tekanan 1,5 atm
- Mengeluarkan eakerglass dari Autoklaf dan
mendinginkan bahan
- Memindahkan media dari eakerglass ke botol
platik dengan volume 1500 mL
- Menyimpan bahan (media) dalam lemari es
hingga bahan (media) akan digunakan
Penanaman
- Penanaman mikroalga dilakukan di dalam
photobioreaktor (PBR).
- Bibit 50 ml mikroalga Anabaena azollae dan
Chlorella vulgaris dimasukan ke dalam
bioreactor yang telah disterilisasi.
- Memberi label pada botol-botol yang ada
dengan kode, 1A, 2A, 3A, dan 1C, 2C, dan 3C
- Memasang selang aerasi pada botol dengan kode
1A, 2A, 1C,dan 2C.
- Memasang alat pengatur udara pada selang
dalam botol.
- Pada botol 1A dan 1C masing-masing di suplai
dengan 1 aerator (pompa udara) dengan dengan
kecepatan tinggi, sementara botol 2A dan 2C
juga di suplai dengan masing-masing 1 aerator
dengan kecepatan rendah.
- Memasang selang dari tabung gas CO
2
ke dalam
botol 1A dan 1C
- Mengatur bukaan valve pada tabung CO
2

- Memasang lampu TL 24 watt


Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 21 hari setelah
tanaman dengan menggunkan kain saring. Biomassa
mikroalga yang diperoleh dibiarkan sampai tidak
mengandung air dan kemudian ditimbang.
Parameter Pengamatan
Pengukuran Turbidity
Pengukuran turbidity atau kekeruhan ini
dilakukan tiap harinya. Dengan cara mengambil 30 mL
media pada tiap-tiap botol kultur dan dimasukan ke
dalam botol sampel. Sampel yang telah di dapat dikirim
ke Laboratorium Kimia Jurusan Kimia MIPA
Universitas Brawijaya untuk diketahui nilai turbiditinya.
Kemudian dianalisa turbiditynya menggunakan alat
turbidity meter. Pengukuran ini menggunakan eIek
cahaya sebagai dasar untuk mengatur keadaan air,
kekeruhan yang ada disebabkan oleh adanya benda
tercampur atau benda koloid di dalam air.
Pengukuran Kadar Glokosa
Analisa kadar glukosa dilakukan setiap 7 hari
sekali dan sampel-sampel yang didapat dikirim ke
Laboratorium Kimia Jurusan Kimia MIPA Universitas
Brawijaya. Adapun cara kerja dari pengukuran kadar
glukosa ini antara lain:
- Mengambil larutan contoh 2 mL dan
memasukan ke dalam tabung reaksi
- Memanaskan dalam penangas air pada suhu 30
C (suhu harus konstan) selama 5 menit
- Tabung tetap berada pada penangas air,
kemudian tambahkan l mL larutan glokosa test,
catat waktu saat penambahan larutan tersebut.
- Selang waktu penambhaan larutan glokosa test,
misal 30 detik setiap tabung pertama ke tabung
berikutnya dan seterusnya.
- Tabung-tabung tetap berada di penangas air
dengan penambahan waktu 30 menit
- Kemudian reaksi dihentikan dengan
penambahan 10 mL H
2
SO
4
selang waktu
penambahan sama dengan disaat penambahan
glukosa test dengan penambahan waktu 30
menit.
- Kocok sampai homogeny dan dinginkan pada
suhu ruang dan baca dengan spectrophotometer
dan catat absorbansinya.
-
-
- Keterangan :
- 1. Stecker
- 2. Aerator
- 3. Selang dari aerator
- 4. Pemberat (penghasil gelembung)
- 5. Botol yang berisi media
-
6. Selang dari tabung gas CO
2
-
7. Tabung Gas CO
2



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pada percobaan ini, sumber CO
2
yang digunakan
berasal dari udara bebas hasil dari alat aerator dan pada
botol no.1 terdapat suplai tambahan dari tabung gas CO
2

murni. Gas CO
2
merupakan salah satu bahan yang
dibutuhkan oleh mikroalga untuk berIotosintesis
sehingga mikroalga dapat terus tumbuh dengan baik.
Penilaian pertumbuhan dapat dilihat dari semakin
bertambah keruhnya media dari hari ke hari. Oleh karena
itu, pengukuran yang dilakukan dengan penggunaan alat
turbiditymeter dengan satuan NTU (Nephelometric
Turbidity Unit)

Tabel 4.1.1. Data Hasil Analisa Turbidity (NTU)
Hari
Botol
1C
Botol
2C
Botol
3C
Botol
1A
Botol
2A
Botol
3A
1 2 0 0 2 0 0
2 3 2 0 4 3 0
3 9 4 1 7 5 3
4 13 9 4 14 7 6
5 17 12 6 19 11 9
6 20 15 10 23 16 12
7 25 18 12 27 20 15
8 37 26 11 34 32 18
9 61 39 18 69 43 22
10 104 46 22 97 59 26
11 136 57 27 120 66 31
12 159 66 30 145 72 38
13 172 73 33 165 81 38
14 197 86 35 188 98 40
15 233 107 34 234 110 43
16 387 196 36 406 167 43
17 423 239 36 567 259 45
18 566 335 38 698 289 44
19 646 486 40 732 368 46
20 767 512 42 834 446 49
21 870 639 43 988 567 51

Tabel 4.1.2. Analisa Kadar Glukosa ()
Hari
ke
Botol
1C
Botol
2C
Botol
3C
Botol
1A
Botol
2A
Botol
3A
7 0.145 0.043 0.019 0.252 0.075 0.028
14 1.01 0.76 0.25 1.32 0.91 0.68
21 1.32 0.88 0.33 1.80 1.15 0.87

Tabel 4.1.3. Berat kering Biomassa hari ke 21 (gram)
Botol Botol Botol Botol Botol Botol
1C 2C 3C 1A 2A 3A
1.008 0.576 0.024 1.734 0.775 0.073

Keterangan :
Botol 1C : Chlorella vulgaris dengan suplai CO
2

dari aerator dan tabung gas CO
2

Botol 2C : Chlorella vulgaris dengan suplai CO
2

dari aerator (kecepatan rendah)
Botol 3C : Chlorella vulgaris tanpa suplai CO
2

Botol 1A : Anabaena a:ollae dengan suplai CO
2

dari aerator dan tabung gas CO
2

Botol 2A : Anabaena a:ollae dengan suplai CO
2

dari aerator (kecepatan rendah)
Botol 3A : Anabaena a:ollae tanpa suplai CO
2

Grafik Hasil Analisa

GraIik 4.2.1. Hubungan antara nilai tubidity dengan
pengaruh sulpai CO
2
dan juga waktu
pertumbuhan pada mikroalga

0
100
200
300
400
300
600
700
800
900
1000
1 3 3 7 9 11 13 13 17 19 21
N
I
|
a
|

1
u
r
b
|
d
|
t
y

(
N
1
U
)
nar|
8oLol 1C
8oLol 2C
8oLol 3C
8oLol 1A
8oLol 2A
8oLol 3A

GraIik 4.2.2. Hubungan antara kadar glukosa dengan
suplai CO2 dan juga waktu pada kedua
jenis mikroalga

Keterangan :
Botol 1C : Chlorella vulgaris dengan suplai CO
2

dari aerator dan tabung gas CO
2

Botol 2C : Chlorella vulgaris dengan suplai CO
2

dari aerator (kecepatan rendah)
Botol 3C : Chlorella vulgaris tanpa suplai CO
2

Botol 1A : Anabaena a:ollae dengan suplai CO
2

dari aerator dan tabung gas CO
2

Botol 2A : Anabaena a:ollae dengan suplai CO
2

dari aerator (kecepatan rendah)
Botol 3A : Anabaena a:ollae tanpa suplai CO
2


Pembahasan
Dari tabel 4.1.1. terlihat bahwa semakin banyak
suplai CO
2
yang ada maka semakin tinggi nilai
turbiditinya. Hal ini menunjukan bahwa jumlah dari
mikroalga yang ada semakin bertambah banyak dari
waktu ke waktu. Di mana CO
2
merupakan bahan dalam
Iotosintesis sehingga ketersediaan CO
2
dan suplai CO
2

yang semakin banyak akan mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan mikroalga. Jadi ketersediaan dan
suplai CO
2
berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroalga, baik Anabaena a:ollae maupun Chlorella
vulgaris.
Dari tabel 4.1.2. terlihat pula bahwa suplai CO
2

juga berpengaruh terhdap kadar glukosa pada mikroalga
dari waktu ke waktu. Pada mikroalga yang tersuplai
CO
2
, mempunyai nilai persentase () glukosa yang
lebih tinggi daripada yang kurang dan tidak tersuplai gas
CO
2
. CO
2
yang menjadi bahan dalam proses Iotosintesis,
menghasilkan glukosa sebagai produk dari proses
tersebut. Jadi, ketersediaan CO2 berpengaruh pada kadar
glukosa yang terkandung pada kedua jenis mikroalga.
Dari tabel 4.1.3. , dapat kita ketahui bahwa
mikroalga yang tersuplai CO
2
mempunyai berat
biomassa yang lebih tinggi dengan yang tidak dan
sedikit tersuplai gas CO
2
pada photobioreaktor
mikroalga. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa CO
2

berpengaruh terhadap hasil biomassa yang dihasilkan
dari perkembangbiakan mikroalga ini.
Dari graIik yang ada dapat pula diketahui bahwa
dari hari ke-1 hingga hari ke-21 tiap-tiap mikroalga pada
tiap-tiap botol mengalami peningkatan, baik dalam nilai
turbiditinya maupun nilai kadar glukosa (tiap 7 hari).
Hal ini dikaitkan dengan
Dari graIik 4.2.1- 4.2.2. terlihat bahwa botol A1,
yaitu botol yang berisi mikroalga Anabaena a:ollae
dengan suplai CO
2
dari aerator (kecepatan tinggi) dan
tabung gas CO
2
, mempunyai nilai yang tertinggi di
bandingkan yang botol-botol yang lain. Baik pada nilai
turbidity, yaitu 988 NTU ; nilai kadar glukosa pada hari
ke 21,sebesar ; 1,80 ; nilai biomassa sebesar 1,734
gram. Hal ini menujukan bahwa Anabaena a:ollae
memiliki keunggullan yang lebih daripada Chlorella
vulgaris.
Dari 4.2.1. terlihat bahwa graIik tersebut
sudah mewakili graIik pertumbuhan mikroorganisme,
walaupun dari graIik tersebut tidak dapat menjelaskan
semua Iase pertumbuhan mikrooragnisme. Dari graIik
tersebut hanya dapat menjelaskan 3 Iase yang ada, yaitu
0
02
04
06
08
1
12
14
16
18
2
7 14 21

a
d
a
r

G
|
u
k
o
s
a

(

)
nar|
8oLol 1C
8oLol 2C
8oLol 3C
8oLol 1A
8oLol 2A
8oLol 3A
1. Fase lag disebut juga Iase persiapan,
Iase permulaan, Iase adaptasi atau Iase
penyesuaian yang merupakan Iase
pengaturan suatu aktivitas dalam
lingkungan baru. Oleh karena itu selama
Iase ini pertambahan massa atau
pertambahan jumlah sel belum begitu
terjadi, sehingga kurva Iase ini
umumnya mendatar. Selang waktu Iase
lag tergantung kepada kesesuaian
pengaturan aktivitas dan lingkungannya.
Semakin sesuai maka selang waktu yang
dibutuhkan akan semakin cepat. Fase
akselerasi merupakan Iase setelah
adaptasi, sudah dapat memulai aktivitas
perubahan bentuk maupun pertambahan
jumlah namun dengan kecepatan yang
masih rendah.
2. Fase eksponensial atau logaritmik
merupakan Iase peningkatan aktivitas
perubahan bentuk maupun pertambahan
jumlah mencapai kecepatan maksimum
sehingga kurvenya dalam bentuk
eksponensial. Peningkatan aktivitas ini
harus diimbangi oleh banyak Iaktor,
antara lain yaitu Iaktor biologis,
misalnya : bentuk dan siIat
mikroorganisme terhadap lingkungan
yang ada, asosiasi kehidupan diantara
organisme yang bersangkutan dan Iaktor
non-biologis, misalnya : kandungan hara
di dalam medium kultur, suhu, kadar
oksigen, cahaya, bahan kimia dan lain-
lain. Jika Iaktor-Iaktor di atas optimal,
maka peningkatan kurve akan tampak
tajam atau semakin membentuk sudut
tumpul terhadap garis horizontal
(waktu).
Dalam penelitian ini kadar glukosa yang didapat,
jauh dibawah nilai yang terdapat pada tinjauan pustaka
sekitar, 1,32 pada Chlorella vulgaris dan 1,8 pada
Anabaena a:ollae.
|24|
Hal ini terjadi dikarenakan ada
beberapa Iaktor:
- Massa panen yang terlalu cepat, yaitu hanya 21
hari. Berdasarkan graIik 4.2.1terlihat bahwa
kurva kurva masih berada pada Iase
eksponensial atau logaritmik merupakan Iase
peningkatan aktivitas perubahan bentuk maupun
pertambahan jumlah mencapai kecepatan
maksimum sehingga kurvanya dalam bentuk
eksponensial.
- Energi cahaya yang dipergunakan sebagai salah
satu komponen penting dalam Iotosintesis,
selama penelitian didapat dari energi cahaya
lampu TL yang dipasang di sekitar media dan
pantulan sinar cahaya matahari yang masuk ke
ruang penelitian pada siang hari. Seharusnya,
mikroalga juga mendapatkan energi cahaya yang
langsung dari sinar matahari, mempunyai energy
yang tinggi di dalamnya, yang akan berpengaruh
pada proses Iotosintesis mikroalga dalam
menghasilkan hasil Iotosintesis (glukosa).
- Di dalam pengambilan sample mikroalga untuk
pengukuran kadar glukosa, sample yang diambil
untuk dianalisa masih dalam kondisi cair.
Sehingga tidak hanya mikroalga yang ada di
dalamnya, melainkan juga masih banyak terikut
media/air.
- Nutrisi yang dipakai didalam penelitian ini
bukanlah pupuk/medium Walne, melainkan M-8
Medium.





KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengaruh jumlah dan ketersediaanya gas CO
2

terhadap pertumbuhan sel Anabaena a:ollae dan
Chlorella vulgaris
- Pengaruh jumlah dan ketersediaan gas CO
2

terhadap turbidity
Jadi, ketersediaan CO
2
dan juga jumlah
ataupun suplai CO
2
yang semakin besar juga
akan mebuat pertumbuhan sel Anabaena
a:ollae dan Chlorella vulgaris semakin
besar pula. Di mana proses Iotosintesis
berlangsung, mikroalga akan cepat
berkembang biak dan media (air) akan
semakin keruh atau nilai turbidity yang
semakin tinggi.
- Pengaruh jumlah dan ketersediaan gas CO
2

terhadap biomassa
Jadi semakin banyak mikroalga tersuplai gas
CO
2
, maka proses perkembangbiakan akan
semakin tinggi. Sehingga kuantitas
mikroalga akan semakin banyak
Jadi, semakin banyak suplai gas CO
2
pada
perkembangbiakan mikroalga, maka proses
2. Pengaruh jumlah dan ketersediaanya gas CO
2

terhadap kadar glukosa Anabaena a:ollae dan
Chlorella vulgaris
Kadar glukosa yang paling baik di dapat dari
penggunaan aerator dengan kecepatan tinggi
yang juga ditambah dengan gas CO
2
murni dari
tabung CO
2
.
- Anabaena a:ollae (botol A1) : 1,80

- Chlorella vulgaris (botol C1) : 1,32





Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini
antra lain :
- Periode pemanenan yang dianjurkan selama 30
hari, sehingga mikroalga dapat berkembang
dengan baik, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas
- Penyinaran untuk mendapatkan sumber energy
cahaya dapat menggunakan sinar matahari dan
juga penambahan pada daya lampu yang jauh
lebih besar, sehingga akan mengahsilkan
mikroalga yang berkualitas baik.


- Nutrisi yang digunakan sebaiknya menggunakan
pupuk/media Walne yang dapat menghasilkan
mikroalga, terlebih jenis Chlorella vulgaris
dengan kualitas yang jauh lenih baik daripada
media M-8.
Membudidayakan mikroalga ini dalam skala
besar, sehingga dapat dimanIaatkan sebagai pereduksi
kadar emisi CO
2
di udara dan dengan adanya kandungan
glukosa didalamnya dapat dijadikan acuan sebagau
sumber energi alternatiI baru
DATAR PUSTAKA
1. Anonymous,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasanglobal ,
diakses 06 Juni 2011
2. Anonymous,
http://baskoro06.wordpress.com/2009/01/22/ma
kalah-pemanasan-global/, diakses 26 Juli 2011
3. Anonymous, http://
mediaindonesia.com/webtorial/klh?aridNzE5
OA, diakses 09 Februari 2011
4. Anonymous,
http://berita.kapanlagi.cim/tekno/algae-cepat-
besar-dengan- co2.html diakses 08 Juli 2011
5. Anonymous,
http://indonkelor.blogspot.com/2009/03/deIinisi-
alga.html diakses 08 Juni 2011
6. Anonymous,
http://www.scrib.com.doc/41872228/Alga ,
diakses 15 Juni 2011
7. Anonymous, http://
smk3ae.wordpress.com/2009/01/17/sekilas-
tentang-ganggang-dan-penanggulannya-bagian-
1-ganggang-algae/ diakses 16 Juli 2011
8. Anonymous,
http://www.lenntech.com/eutrophiocation-water-
bodies/algae.htm, diakses 13 Juni 2011
9. Pelezar, MichaelJ., dan E.S.C. Chan, 1086,
'Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta : Pernebit
Universitas Indonesia
10. Anonymous,
http://artaquaculture.blogspot.com/2009/04/blog
-post.html , diakses 03 Juni 2011
11. Anonymous, http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Research-10983-131879378-Paper.pdI diakses
06 Juni 2011
12. S. Wirosapuho, Chlorella: Makanan Keseharan
Global Buku I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, I 998.
13. D. Steenblock, Chlorella: Makanan Sehat Alami,
terjemahan, Muhilal dan U. L. Siagian, PT
Gramedia pustaka Utama, Jakarta, 2000.
14. B.R. Vashishta Botany Part I: Algae, 8th ed., S.
Chand & Cornpany Ltd., New Delhi,1999.
15. M. Sachlan, Planklonologi, Fakultas Petemakan
dan Ferikanan UniversitasDiponegoro,
Semarang" 1982.
16. C.S. Reynolds, The Ecology oI Freshwater
Phytoplankton, Cambridge University Press,
Cambridge, 1984.
17. T. Chrismadha NoIdianto, Rosidah, Y.
Mardianti, Prosiding Hasil penelitian dan
Pengembangan Limnologi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Limnologi LIPI, Cibinong,
1998, p.350.
18. D.s. Anderson, R. Davis, M.s. Ford, Journal oI
phycology 29 1993} 264.
19. Anonymous,
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?modbrowse&op
read&idjiptumm-gdl-res-2002-harun-5 3 6 5
microalgae diakses 01 Juli 2011
20. Anonymous,
http://en.wikipedia.org/wiki/Anabaena , diakses
6 Juni 2011
21. Anonymous,
http://www.ibvI.csic.es/Cultivos/SeccionIV.ht
m, diakses 11 Juni 2011
22. Anonymous,
http://id.wikipedia.org/wiki/Iorosintesis, diakses
06 Juni 2011
23. Anonymous,
http://www.oilgae.com/algae/cult/pbr/pbr.html,
diakses 14 Juni 2011
24. Becker, E. W. (1994) Microalgae:
Biotechnology and microbiology. Cambridge
University press,Cambridge, Great Britain.
pp293.
25. Anonymous, www.wikipedia.org/wiki/Glukosa,
diakses 15 Januari 2011
26. Craine, Hart, dkk. 2003. 'imia Organik suatu
uliah Singkat Edisi kesebelas. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai