Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
ILMU LINGKUNGAN
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air
Informasi dan sifat-sifat Nama sistematis Nama alternatif Rumus molekul Massa molar Densitas dan fase Titik lebur Titik didih Kalor jenis Air aqua, dihidrogen monoksida, hidrogen hidroksida H2O 18.0153 g/mol 0.998 g/cm (cariran pada 20 C) 0.92 g/cm (padatan) 0 C (273.15 K) (32 F) 100 C (373.15 K) (212 F) 4184 J/(kgK) (cairan pada 20 C)
Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organic untuk melakukan replikasi. Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Air juga dibutuhkan
ILMU LINGKUNGAN
dalam fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan cahaya matahari untuk memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk glukosa dan oksigen akan dilepas ke udara. Perairan bumi dipenuhi dengan kehidupan. Makhluk-makhluk pertama berasal dari perairan. Hampir semua ikan hidup di dalam air, selain itu, mamalia seperi lumba-lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air. Hewan-hewan seperti amfibi menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air. Tumbuhan seperti alga dan rumput laut menjadi sumber makanan ekosistem perairan. Di samudra, plankton menjadi sumber makanan utama. Peradaban manusia berjaya mengikuti sumber air. Mesopotamia yang disebut sebagai awal peradaban berada di antara sungai Tigris dan Euphrates. Peradaban Mesir Kuno bergantung pada sungai Nil. Pusat-pusat manusia yang besar seperti Rotterdam, London, Montreal, Paris, New York City, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hong Kong mendapatkan kejayaannya sebagian dikarenakan adanya kemudahan akses melalui perairan.
http://www.ampl.or.id/
Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Selain dari air minum, manusia mendapatkan cairan dari makanan dan minuman lain selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa manusia membutuhkan 810 gelas (sekitar dua liter) per hari.[13] Literatur medis lainnya menyarankan konsumsi satu liter air per hari, dengan tambahan bila berolahraga atau pada cuaca yang panas.
ILMU LINGKUNGAN
Pelarut digunakan sehari-hari untuk mencuci, contohnya mencuci tubuh manusia, pakaian, lantai, mobil, makanan, dan hewan. Selain itu, limbah rumah tangga juga dibawa oleh air melalui saluran pembuangan. Pada negara-negara industri, sebagian besar air terpakai sebagai pelarut. Air dapat memfasilitasi proses biologi yang melarutkan limbah. Mikroorganisme yang ada di dalam air dapat membantu memecah limbah menjadi zat-zat dengan tingkat polusi yang lebih rendah.
ILMU LINGKUNGAN
A. Pengelompokan Bahan Pencemar Air (Polutan) Untuk memudahkan pembahasan mengenai berbagai jenis polutan, polutan air dapat dikelompokkan atas 9 grup berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut: 1. Padatan 2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes) 3. Mikroorganisme 4. Komponen organik sintetik 5. Nutrien tanaman 6. Minyak 7. Senyawa anorganik dan mineral 8. Bahan radioaktif 9. Panas
http://www.ecoton.or.id/
ILMU LINGKUNGAN
Sifat-Sifat Air Tercemar Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air misalnya: 1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2. Suhu 3. Warna, bau dan rasa 4. Jumlah padatan 5. Nilai BOD/COD 6. Pencemaran mikroorganisme patogen 7. Kandungan minyak 8. Kandungan logam berat 9. Kandungan bahan radioaktif
ILMU LINGKUNGAN
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm. 2. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel. 3. Chemical Oxygen Demand (COD) Untuk mengetahui jumlah organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD (chemical oxygen demand), yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat , untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
C. Mikroorganisme Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering diiemukan di dalam air terutama
ILMU LINGKUNGAN
adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler, Salmonella typosa penyebab tifus dan S. paratyphi penyebab paratifus, virus polio dan hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab disentri amuba. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu dilakukan control terhadap polusi air. D. Logam Berat Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri. Industri-industri logam berat tersebut seharusnya mendapat pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi pekerja-pekerjanya maupun lingkungan sekitarnya. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan. Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), Kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Tabel 1. Komponen Pb di dalam asap mobil Persen dari total partikel Pb di dalam asap Komponen Pb Segera setelah starter
PbBrC1 PbBrC1.2PbO PbC12 Pb(OH)C1 PbBr2 PbC12.2PbO Pb(OH)Br PbOx PbCO3 PbBr2.2PbO PbCO3.2PbO 32.0 31.4 10.7 7.7 5.5 5.2 2.2 2.2 1.2 1.1 1.0
ILMU LINGKUNGAN
Fungisida
Bahan-bahan
Air minum
Biodegradasi
Zooplankto
n Dimakan manusia
Ikan & kerang Usus halus
burung
hat i
ILMU LINGKUNGAN
Hg anorganik
Transformasi did lam tubuh dan lingkungan Transformasi oleh mikroorganisme
Aril Hg (organik )
Alkil Hg (organik )
Merusak semua,tenunan,termas uk otak;waktu retensi lama Gambar .2. Hubungan antara berbagai bentuk merkuri dan sifat-sifatnya di dalam tubuh
E. Bahan Pencemaran Lain 1. Deterjen Deterjen dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai
pembersih,termasuk sabun cuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam deterjen. Penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih terus berkembang dalam 20 tahun terakhir. Hal ini disebabkan deterjen mempunyai efisiensi pembersihan yang baik, terutama jika digunakan di dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi sabun biasa. 2. Insektisida Insektisida banyak digunakan untuk berbagai tujuan melawan serangga, misalnya membasmi hama tanaman,membersihkan lingkungan dari serangga pembawa penyakit, mengawetkan bahan bangunan, membasmi hama gudang, dan
ILMU LINGKUNGAN
10
sebagainya. Pada saat ini telah diketahui berjuta-juta spesies serangga ,dan beberapa ribu spesies beberapa diantaranya sering menimbulkan masalah. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, insektisida yang paling banyak digunakan adalah insektisida organik sintetik. Penggunaan insektisida ini banyak menimbulkan masalah dalam pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, bahan pangan, dan debagainya. Insektisida organic sintetik dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasrkan struktur dan komposisinya,yaitu: 1. Insektisida organokhlorin, misalnya DDT, metosikhlor, aldrin dan dieldrin 2. Insektisida organofosfor, misalnya parathion dan malathion 3. Insektisida karbamat, misalnya karbaril (Sevin) dan baygon 3.Radiokatif Uranium dan produk-produk pemecahannya merupakan salah satu contoh elemen yang mempunyai inti sangat tidak stabil. Disintegrasi atau pemecahan inti tersebut akan menghasilkan inti emisi radioaktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup, bahkan mungkin dapat mematikan. Beberapa macam aktivitas yang merupakan sumber pontensial pencemaran radioaktif telah diketahui dan berperan dalam polusi lingkungan, diantaranya yaitu: 1. Peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen radioaktif yang berguna. 2. Penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir. 3. Penggunaan bahan radioaktif untuk pembangkit tenaga nuklir. 4. penggunaan bahan radioaktif untuk pengobtan, industri, dan penelitian. F. Penanganan Air Buangan Air yang tealah digunakan untuk keperluan industri, irigasi, keperluan rumah tangga, dan keperluan lainnya sering di kembalikan lagi ke sumber asalnya . keadaan ini merupakan masalah karena semakin lama jumlah polutan di dalam air tersebut menjadi semakin tinggi. Bab ini akan menjelaskan secara singkat mengenai penaganan air buangan atau limbah cair,baik secara fisik, kimia, maupun biologis. Bentuk control polusi air yang paling umum dilakukan di dalam industriindustri terdiri dari sistem buangan dan penanganan air buangan. Air buangan dikumpulkan melalui sistem buangan dan dialirkan ke tempat pengolahan limbah, dimana air buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah tersebut diharapkan mutunya sudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke dalam suplai air umum .
ILMU LINGKUNGAN
11
proses penanganan air buangan pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu: proses penanganan primer, sekunder, dan tersier atau lanjut.
ILMU LINGKUNGAN
12
baku mutu untuk parameter Coliform di seluruh Jakarta cukup tinggi, yaitu mencapai 63% pada bulan Juni dan 67% pada bulan Oktober. Kualitas besi (Fe) dari air tanah di wilayah Jakarta terlihat semakin meningkat, dimana beberapa sumur memiliki konsentrasi Fe melebihi baku mutu. Presentase jumlah sumur yang melebihi baku mutu Mn di seluruh DKI Jakarta secara umum sebesar 27% pada bulan Juni dan meningkat pada bulan Oktober sebesar 33%. Untuk parameter detergen (MBAS), presentase jumlah sumur yang melebihi baku mutu di DKI Jakarta sebesar 29% pada bulan Juni dan meningkat menjadi 46% pada bulan Oktober. Umumnya, air sumur yang didapat berwarna kuning dan agak berbau. Ditambah lagi, hanya 400 dari sekitar 4,000 industri di Jakarta yang mengelola limbahnya. Tidak ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya dibuang ke sungai. Hanya sekitar 2 % air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi pengolah air limbah, yang umumnya hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah perumahan. Sekitar 39% warga Jakarta memiliki septic tank, dan 20 % menggunakan lubang WC biasa (pit latrines). II. Air Minum Hanya sekitar 40 % warga di perkotaan dan kurang dari 30 % warga pedesaaan. yang tersambung dengan jaringan air minum (PAM). Air minum langsung (potabel water) tidak dibangun di Indonesia sehingga air dari keran harus dimasak terlebih dahulu. Bagi warga perkotaan yang tidak terlayani oleh jaringan pipa air minum, sumber air minum berasal dari air tanah, air kemasan, atau dari penjual air keliling. Dari 306 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang ada di Indonesia, hanya 10 % yang dalam keadaan sehat. Selebihnya (90%) dalam keadaaan kurang baik dan beberapa diantaranya kondisi kritis. Pemerintah merencanakan untuk memberikan bantuan likuiditas kepada PDAM yang kolaps. Langkah tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi PDAM yang dimulai tahun depan. Pengalaman: Privatisasi Air Jakarta Dari sisi pelayanan, paska privatisasi kepada kedua mitra asing, tidak mengalami perbaikan dan peningkatan yang berarti. Ini terlihat dari sejumlah indikator utama kualitas pelayanan air minum. Target pertambahan pelanggan dari tahun 1998-2000 tidak mencapai ketentuan kontrak, dan lebih rendah dibanding pertumbuhan sebelumnya oleh PAM Jaya. Target teknis pemakaian air tidak tercapai, tetap dibawah kinerja PAM Jaya.
ILMU LINGKUNGAN
13
Tingkat kebocoran pipa juga tidak sesuai dengan klausul dalam kontrak dan harapan masyarakat. Tingkat kebocoran pada saat dikelola PAM Jaya sebesar 53 %, kini berkisar pada angka 48%. Namun, untuk menekan tingkat kebocoran (non revenue water) kedua mitra asing hanya melakukan pembatasan pengoperasian mesin pompa yang terdapat disetiap instalasi. Dampaknya sejumlah daerah dalam jangkauan pelayanannya malah mengalami kekurangan air (Komparta, 2005). Pelanggan Air Minum Sebelum terjadi privatisasi pertambahan pelanggan baru periode 1988-awal 1998 mencapai antara 9.698-63.934 pelanggan per tahun.. Sedangkan setelah privatisasi, pertambahan jumlah pelanggan justru merosot drastis. Pada 1998, antara FebruariDesember, dua mitra swasta meraup pelanggan baru sebanyak 21.533 pelanggan. Jumlah ini jauh lebih kecil dari perolehan pelanggan baru yang digaet PAM Jaya pada 1997 sebelum terjasi privatisasi yaitu 63.934 pelanggan baru. Bahkan, pada 1999 (semester pertama) perolehan pelanggan baru dua mitra swasta asing merosot tajam menjadi hanya 4.879. Bandingkan dengan perolehan PAM Jaya sebelum terjadi privatisasi pada Januari 1998 (Perolehan pelanggan baru untuk satu bulan) sebesar 5.804. Sedangkan dari sisi rasio warga yang terjangkau sebelum dan sesudah privatisasi tidak berubah signifikan. Pada 1997 sebelum privatisasi dilakukan, sebanyak 52% warga Jakarta terjangkau PAM Jaya. Sedangkan setelah privatisasi menjadi 59% (2002). Kualitas Air PDAM Sementara dari sisi kualitas air relatif tidak berubah sebelum dan sesudah privatisasi. Bahkan untuk beberapa indikator seperti konsentrasi deterjen, setelah privatisasi, kualitas airnya justru menurun. Pada 1998 misalnya, konsentrasi deterjen mencapai 0,12 mg/l. Demikian juga pada 1999 dengan konsentrasi deterjen sebesar 0,17 mg/l. Padahal standar konsentrasi deterjen adalah 0,05 mg/l. Bandingkan dengan sebelum privatisasi, konsentrasi deterjen masih memenuhi standar seperti pada 1993 (0,031 mg/l) dan 1994 (0,016 mg/l). (tabel 14) Tarif Air Tarif air di jakarta rata-rata Rp. 5.000 permeter kubik, termasuk yang paling tinggi di Indonesia. Tarif tinggi karena sejak awal kontrak sudah mahal, yakni Rp. 1.700. Tariff terus mengalami kenaikan karena inflasi, dan kenaikan tarif otomatis tiap semester (6 bulan). Dari tariff demikian, sebanyak Rp. 4.600 untuk membayar imbaln kepada operator asing (PDAM Lyonnaise dan ThamesPAM Jaya). Sisanya
ILMU LINGKUNGAN
14
untuk bayar utang PDAM kepada pemerintah, defisit, serta badan regulator. Apabila kenaikan tarif air otomatis tidak disetujui Pemerintah, maka kedua operator asing akan membebankan selisih Water Charge (imbalan air) dan Tariff Air kepada Pemerintah DKI sebagai utang. Saat ini Pemerintah DKI justru memiliki hutang sekitar Rp. 900 milliar kepada operator asing karena tariff air tidak dinaikkan dalam periode 1998-2001. Pelayanan Sementara mengenai tingkat layanan, warga menganggap kualitas air minum setelah privatisasi tetap keruh dan berbau tidak sedap. Demikian pengakuan warga yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pelanggan dan Masyarakat (FKPM). Selain mengeluh soal kualitas air minum, warga juga mempersoalkan distribusi air bersih yang tidak merata. "Rumah yang berada di pinggir jalan besar bisa mendapat air dengan lancar, sementara rumah di tengah perkampungan airnya sering mati," kata Ahmad Syarifudin, Ketua Dewan Kelurahan (Dekel) Semper Barat, Jakarta Utara. Distribusi air yang tidak merata akibat kecilnya tekanan air dikeluhkan anggota Lembaga Masyarakat Kota Jakarta Barat, Sukarlan. Menurut dia, selama bertahun-tahun warga di Kelurahan Kedaung, Kaliangke, Jakarta Barat, harus mencari air sekitar pukul 03.00 karena air baru mengalir pada jam-jam tersebut. Warga perumahan Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat juga mengaku sering frustasi terhadap pelayanan PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) yang dianggapnya tidak peka terhadap kesulitan yang dialami konsumennya. Mereka mengeluh meski air tidak menetes, tagihan rekening terus mengalir. Itu baru keluhan warga secara individual. Bagaimana gambaran warga secara keseluruhan terhadap Themes Jaya dan Palyja? Studi yang dilakukan dalam rangka Ex-Post Evaluation For ODA Loan Projects (2001) menyatakan bahwa bahwa sekitar 40% responden tidak puas dengan layanan Thames PAM Jaya.
Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budi daya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
http://www. walhi.or.id/kampanye/air/privatisasi/051128_air_li/
ILMU LINGKUNGAN
15
Kasus 2
ILMU LINGKUNGAN
16
sekitar Citarum," ungkap Budi Satrya, S.Km., staf di bagian tempat-tempat umum dan industri Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat. Citarum yang mempunyai potensi sebagai sumber irigasi bagi 300.000 ha tanah pertanian mulai tercemar pada tahun 1986, saat tumbuh banyak industri di sekitar bantaran Sungai Citarum. "Adanya industri pasti ada turunannya, seperti adanya permukiman, apartemen, dan segala macam itu pun semua sebenarnya ikut menyumbang limbah di Sungai Citarum," tutur Setiawan. Tak hanya itu, perubahan tata guna lahan, erosi, sedimentasi, banjir, pemompaan pada air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh pabrik-pabrik juga menjadi satu mata rantai permasalahan Sungai Citarum. "Pabrik dalam hal ini sangat berperan dalam mencemari air sungai, bahan kimia yang mereka pakai tidak pernah diketahui kadar idealnya seberapa banyak. Kebanyakan dari mereka, memakai bahan kimia yang berlebihan," tutur Otto. Dari penelitian yang dilakukan BPLHD, logam berat yang di kandung oleh Citarum memang berasal dari pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik nakal, yang menidurkan IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) mereka dan memilih membuang limbah langsung ke Citarum. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh pabrikpabrik. Pengolahan limbah mahal dan memerlukan banyak biaya. "Kalau ada inspeksi, IPAL mereka hidupkan, kalau tidak, ya dimatikan. Biasanya, malam-malam mereka buang, ketika secara visual, orang tidak tahu," ucap Setiawan. Bagi pelakupelaku yang terbukti melanggar hukum lingkungan ini tentu saja akan diperkarakan secara hukum. "Untuk sampai sebuah pidana dalam hukum lingkungan, itu sudah luar biasa. Karena itu kan perlu bukti-bukti, dan susah untuk mencari bukti-bukti tersebut," ujar Setiawan. Sebelum sampai pada tahap diajukan ke pengadilan, pabrik yang terbukti melanggar sebelumnya telah diberikan pengawasan dan pembinaan. Mekanisme pengajuan pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik nakal akan dilakukan apabila PPLH (Pegawai Pengawas Lingkungan Hidup) yang mengawasi pabrikpabrik tersebut menemukan bukti-bukti yang cukup. Kemudian dari hasil temuan, PPLH meminta PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) atau pihak kepolisian melakukan penagkapan terhadap pihak yang melakukan kejahatan lingkungan tersebut. TIdak semua pabrik melakukan hal tersebut. Salah satu pabrik yang benarbenar menerapkan IPAL-nya adalah PT Daliatex di Dayeuhkolot. Pabrik yang memproduksi kain jenis georgette ini telah mengelola sendiri limbah cair hasil proses produksinya sejak 1999 yang sebelumnya bergabung dengan IPAL terpadu di Cisirung. "Demi alasan keefektifan, akhirnya kami memilih untuk mengelola sendiri," ungkap staf keselamatan lingkungan PT Daliatex, Rahmat. Jumlah industri di wilayah Kab. Bandung yang berpotensi mengeluarkan limbah 144 pabrik yang semuanya telah memiliki IPAL. Pabrik tersebut kebanyakan pabrik tekstil. Dari jumlah tersebut 27 pabrik di antaranya berada di Dayeuhkolot yang pengolahan limbahnya dilakukan IPAL Raksasa Cisirung. Sedangkan jumlah pabrik di wilayah Bandung Barat yang berpotensi mengeluarkan limbah 47 pabrik. Untuk mengantisipasi agar Sungai Citarum tidak tercemar berat, pemerintah mewajibkan kepada pemilik pabrik untuk mengirimkan laporannya pada waktu tertentu tentang kadar airnya setelah diproses. "Laporan ini sifatnya wajib bagi pemilik pabrik yang harus dilaporkan 1 bulan sekali," kata Indra Martono, Plt. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. Limbah yang mencemari sungai tersebut terdiri atas limbah industri dan limbah domestik seperti sampah. Dari hasil pemantauan di lapangan, justru yang terbesar
ILMU LINGKUNGAN
17
adalah sampah yang memadati sungai tersebut. Volume sampah yang mencemari anak sungai tersebut sekitar 70%, kemudian industri 16%, pertanian 2 % dan sisanya adalah peternakan. Karena kondisinya seperti itu, pemerintah pun memprioritaskan bagaimana menanggulangi agar volume sampah bisa ditekan. Sampah yang berupa fisik ini cukup berbahaya bagi keberadaan Sungai Citarum. Jika dibiarkan tentu lingkungan di sepanjang Sungai Citarum akan rusak yang akan berdampak kepada kehidupan penduduk. Jenis sampah yang dibuang masyarakat yaitu sampah organik seperti daun, kertas atau benda lain yang bisa cepat terurai. Namun, sampah nonorganik seperti plastik pun cukup mendominasi. Sampah nonorganik inilah yang bisa merusak lingkungan sungai karena sifatnya tidak cepat terurai seperti plastik pembungkus dan botol minuman. Banjir yang sering terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Bandung, selain karena sedimentasi juga karena sampah nonorganik ini. Sampah itu menumpuk menjadikan aliran sungai menjadi terhambat. Sistem sanitasi yang buruk menjadi masalah lain yang ikut mendorong limbah citarum. Hal itu dilakukan tak hanya oleh penduduk sekitar Citarum tapi juga penduduk Kota Bandung, umumnya. Dalam pembangunan rumah seharusnya mempunyai IMB (izin mendirikan bangunan), yang salah syaratnya harus mempunyai septic tank (tempat pembuangan). Tapi pada kenyataannya tidak semua penduduk punya itu. "Sampai kapan pun kita juga susah untuk menyelesaikan masalah ini," kata Setiawan. Tata ruang yang tidak jelas juga ikut memperburuk kondisi Citarum. Dulunya daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan sekarang sudah menjadi daerah bangunan. BPLHD mencatat penutupan lahan sebagai lahan permukiman dari tahun 1983 sampai tahun 2002, untuk daerah permukiman naik mencapai 233%, industri naik 868%, sedangkan lahan pertanian menurun 55%. "Jika ingin menyelesaikan masalah Citarum, tidak Citarumnya saja, tetapi juga daerah tangkapan air sekitar Citarum. Hal itu juga memengaruhi," ungkap Setiawan. Tak hanya berbahaya untuk lingkungan sekitar dan masyarakat, pencemaran air Citarum juga memicu percepatan sedimentasi waduk. Meningkatnya sedimentasi secara kontinyu dan buruknya mutu air akibat berbagai polutan yang meracuni Citarum. Hal tersebut dapat mengancam kinerja PLTA Saguling yang menjadi andalan pasokan listrik interkoneksi Jawa-Bali. PLTA yang semula dirancang untuk hidup dan menyuplai persediaan energi listrik selama 59 tahun itu hanya akan mampu bertahan selama 45 tahun. Dengan kata lain sisa hidupnya tinggal 23 tahun saja. Bahkan, jika kondisi terus memburuk, waktu Saguling untuk tutup usia semakin dekat dan mendekatkan Jawa-Madura-Bali pada krisis energi listrik. Saat ini, laju sedimentasi yang mencapai angka 4,2 juta meter kubik per tahun telah melewati ambang batas yang ditetapkan dalam desain PLTA Saguling, yaitu kurang dari 4 juta meter kubik per tahun. "Jadi pendangkalannya lebih cepat dari desain. Sedimentasi 2007 bisa jadi mencapai 84 atau 85 juta meter kubik," kata Djoni Santoso, Manajer Lingkungan PT Indonesia Power PLTA Saguling. Bagaimanapun juga Citarum sudah mengalami kondisi yang kritis. Dibutuhkan integritas dan komitmen dari berbagai pihak yang ikut bertanggung jawab dalam menyembuhkan Citarum. (Gungun/"PR"/Wilujeng Kharisma/Arif Budi Kristanto/ Riesty Yusnilaningsih/Windy Eka Pramudya/Novianti Nurulliah)*** http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9732 25 Maret 2008
ILMU LINGKUNGAN
18
5.5. TUGAS
Berikan pembahasan secara cerdas dan ringkas untuk persoalan berikut : 1. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai air, bagaimana hubungannya peradaban manusia ? 2. Berikan penjelasan mengenai pencemaran air ! 3. Apakah air yang kita minum sehari-hari merupakan air murni ? 4. Jelaskan pengelompokan mengenai bahan pencemar (polutan) ! 5. Jelaskan mengenai sifat-sifat air tercemar ! 6. Apa yang dimaksud dengan biochemical oxygen demand (BOD) dan cjemical oxygen demand ? 7. Jelaskan mengenai pengaruh logam berat yang terkandung dalam air dan pengaruhnya terhadap lingkungan ! 8. Pelajari kasus 1 Pelayanan Air Minum Jakarta dan Pencemaran Air. Berikan pendapat anda ! 9. Begitu pula untuk kasus 2 Pencemaran Citarum di Fase Terberat, bagaimana opini anda ?
REFERENSI
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Hellawell, J.M. 1986. Biological indicators of freshwater pollution and environmental management. Elsevier Science Pub. Co., Inc.,New York, NY. Mance, G. 1987. Pollution threat of heavy metals in aquatic environments. Elsevier Science Pub. Co. Inc.,New York, NY http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9732 http://id.wikipedia.org/wiki/Air http://www. walhi.or.id/kampanye/air/privatisasi/051128_air_li/ http://www.ampl.or.id/news/html/%5Bedisi-39%5D%20e-Newsletter.htm http://www.ecco-water.com/ http://www.ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?id=1419
ILMU LINGKUNGAN
19
ILMU LINGKUNGAN
20