Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEKNOLOGI SERAT, KARET, GUM DAN RESIN

PROPOLIS (RESIN DARI LEBAH)

Disusun Oleh : Golongan A Kelompok 6 1. Renny Puspitasari 2. Hazirur Rohman 3. Eko Sawirvi F34080018 F34080024 F34080032

2011 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... B. Tujuan ............................................................................................................. C. Output ............................................................................................................. BAB II. BAHAN BAKU A. Sentra Produksi .............................................................................................. B. Harga .............................................................................................................. C. Standar Mutu .................................................................................................. D. Tingkat Produksi ............................................................................................ BAB III. PRODUK A. Pohon Industri ................................................................................................ B. Propolis........................................................................................................... C. Manfaat ........................................................................................................... D. Standar Mutu .................................................................................................. BAB IV. TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI A. Teknologi Proses Produksi............................................................................. B. Limbah dan Pengolahan Limbah .................................................................... C. Prakiraan Biaya Produksi ............................................................................... BAB V. PEMASARAN A. Permintaan dan Penawaran ............................................................................ B. Ekspor dan Impor Indonesia........................................................................... C. Pangsa Pasar ................................................................................................... D. Prospek ........................................................................................................... BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... B. Rekomendasi .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Propolis adalah resin yang merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dan merupakan salah satu komponen pembangun struktur lebah madu. Propolis yang merupakan resin pembangun struktur sarang lebah madu, diperoleh lebah dari resin kuncup bunga dari flora-flora disekita lingkungan hidupnya. Dalam struktur lebah, komponen propolis berperan sebagai penambal bagian sarang yang retak, penutup celah sarang, pelindung telur dari ancaman serangan bakteri atau kebusukan, dan juga mensterilkan makanan. Propolis dewasa ini mendapat perhatian penggunaannya.pemanfaatan propolis sarang lebah madu secara umum, adalah dikaitkan dengan aktivitas antibakteri. Banyak penemuan yag telah mengungkapkan sifat propolis, yakni sebagai bahan antibakteri, antivirus, dan antifungi dan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit yang lain. Propolis dinyatakan memiliki sifat desinfektan yang berperan membunuh semua kuman yang masuk ke sarang lebah, dan melindungi semua yang ada di dalam sarang tersebut, misalnya ratu lebah, bayi lebah dan madu, dari serbuan kuman, virus, atau bakteri. Mengingat kemanfaatan propolis yang banyak, propolis berpotensi untuk dijadikan sebagai antimikroba alami maupun sebagai suplemen vitamin dan mineral tertentu yang mengkatalisis metabolisme. Propolis diduga berperan memelihara kesehatan, memperbaiki metabolisme dalam tubuh dan memacu pertumbuahn. Untuk itu diperlukan usaha-usaha penanganan yang tepat pasca pengumpulan sarang lebah, ekstraksi propolis, perlakuan tertentu terhadap propolis dan kemasan atau sediaan propolis sebagai produk akhir bahan aditif.

B. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui teknologi pengolahan ekstrak propolis yang di dapatkan dari sarang lebah, pemanfaaan propolis, pola pembiayaannya, peluang usahanya serta penanganan limbah yang dilakukan.

C. Output/ Luaran Luaran yang diharapkan dari makalah ini adalah semua pihak dapat mengetahui pengolahan propolis dan penggunaanya serta mampu

mengaplikasikannya dalam kegiatan industri. Selain itu dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai pemanfaatan sarang lebah yang lain terutama menjadi ekstrak propolis.

BAB II BAHAN BAKU

A. Sentra Produksi Lebah madu Trigona spp. merupakan salah satu serangga sosial yang hidup berkelompok membentuk koloni. Satu koloni lebah ini berjumlah 300-80000 lebah. Trigona spp. banyak ditemukan hidup di daerah tropis dan sub tropis, ditemukan di Amerika Selatan dan Asia selatan (Free, 1982). Diklasifikasikan sebagai berikut Divisi Filum Kelas Ordo : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera

Super famili : Apoidea Famili : Apidae

Sub Famili : Apinae Genus Species : Trigona : Trigona spp

Trigona spp. (gala-gala, lebah lilin) dalam bahasa daerah disebut klanceng (Jawa), atau teuweul (sunda) (Perum Perhutani, 1986). Jumlah madu yang dihasilkan lebih sedikit dan lebih sulit di ekstrak, namun jumlah propolis yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan lebah jenis lain (Sing, 1962). Trigona spp. merupakan salah satu lebah tanpa sengat. Mereka tidak memiliki sengat yang dapat digunakan untuk pertahanan diri. Namun beberapa spesies Trigona spp. mempertahankan dirinya dengan gigitan. Lebah ini akan menggigit musuhnya atau membakar kulit musuhnya dengan larutan basa (Free, 1982). Trigona spp. lebih banyak mencari makan pada pagi hari dibandingkan dengan sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Ukuran tubuh juga mempengaruhi jarak terbang lebah mencari makanan. Makin besar tubuh lebah, maka makin jauh jarak terbangnya. Trigona spp. Dengan ukuran 5 mm mempunyai jarak terbang sekitar 600 m (Amano et al , 2000).

Trigona spp. Atau klanceng membuat sarang di dalam lubang-lubang pohon, celah-celah dinding atau lubang bambu di dalam rumah, tidak suka berpindah rumah karena lebah ratunya sangat gemuk dan tidak pandai terbang (Perum Perhutani, 1986). Klanceng dipelihara masyarakat secara terbatas dengan menyiapkan batang-batang bambu yang dibelah lalu diikat kembali dengan tali (Suwanda, 1986). Sarang Trigona dibangun dari lilin dan resin. Didalam sarang terdapat sel-sel tetasan yang dilindungi oleh selubung yang lembut yang disebut involucrum dan sel-sel ini dikelilingi tempat penyimpanan makanan. Madu dan polen disimpan didalam pot-pot yang terpisah. Trigona yang primitif, membangun sarang yang lebih sederhana. Pot-pot sfreikal untuk menyimpan madu dan pipa-pipa yang kaya lilin untuk menyimpan polen. Kadang-kadang madu dan polen disimpan dalam pot yang sama (Free, 1982). Salah satu sifat lebah madu yang memungkinkannya bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda adalah kemampunannya mengatur temperatur di dalam sarang. Oleh karena itu, lebah membuat sarang yang terlindung, volume ruang yang cukup, arah pintu, dan pemanfaatan ruang yang baik. Koloni lebah lebih suka memilih ruangan dengan pintu masuk mengarah ke selatan, lubang kurang lebih 60 cm dan terletak di dasar ruangan.lubang-lubang kecil pada sarang akan ditutup dengan propolis (Sihombing, 1997). Sentra produksi lebah Trigona spp. Banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis seperti Australia, Afrika, Asia Tenggara dan sebagian Meksiko dan Brazil. Lebah Trigona spp. di daerah tropis selalu aktif sepanjang tahun, tetapi menjadi tidak aktif di musim dingin. Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 20002500 ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia. Di Jawa terutama Jawa Tengah merupakan salah satu sentra budidaya lebah. Salah satu kabupaten yang terdapat peternak lebah cukup besar di Jawa Tengah adalah kabupaten Pati. Salah satu yang menjadi alasan banyaknya peternak lebah

yaitu adanya alam yang mendukung (terdapat daerah pegunungan) selain itu juga terdapat banyak hutan dan kebun yang ditanami pohon atau tanaman tahunan yang cocok dan disukai sebagai pakan lebah yang mengandung nektar dan polen yang bagus seperti pohon kapuk randu, kelapa, rambutan, duren dan sebagianya. Para peternak lebah disana telah membentuk suatu komunitas atau lembaga meskipun secara manajemen organisasi masih sangat sederhana, secara umum para peternak lebah dalam budidaya dan teknologi masih tradisional, permodalan terbatas, selain itu mereka juga masih kesulitan untuk memasarkan produksi karena tidak sesuainya dengan permintaan pasar.

B. Harga Karakteristik lebah Trigona berbeda dengan lebah lainnya. Secara anatomi, ukuran lebah Trigona lebih kecil dibanding jenis lebah lainnya. Bahkan , dibanding lalat sekalipun. Harga lebah Trigona spp. mencapai Rp. 150000 per kotak. Sebagian besar peternak Trigona di berbagai daerah baru sebatas memanfaatkan madu. Di kalangan konsumen, madu Trigona dianggap lebih bagus sehingga harganya pun lebih mahal ketimbang madu dari lebah jenis lain, madu Trigona dapat mencapai Rp70.000/ 650 ml, sedangkan madu apis hanya

Rp30.000 - Rp50.000 per 650 ml. Sedangkan propolis belum dimanfaatkan secara optimal. Bahkan banyak peternak yang belum mengetahui manfaat propolis. Padahal, pasar propolis di Indonesia tumbuh mencengangkan. Harga sebuah botol propolis bervolume 10 cc dapat mencapai Rp44.000. atau harga satu botol propolis dengan volume 6 ml dapat mencapai Rp. 100.000,-

C. Standar Mutu Setiap jenis lebah memiliki sumber resin tertentu yang ada di daerahnya sehingga komposisi propolis pada lebah sangat bervariasi. Tingginya variasi atau perbedaan standar mutu propolis pada lebah tergantung pada jenis pohon, suhu wilayah, bahkan hari (saat) ketika propolis disimpulkan. Misalnya propolis yang

diambil dari pohon populus mempunyai flavanoid yang tinggi, sedangkan yang diambil dari pohon aspen memiliki lebih banyak asam aromatik (Suranto, 2007). Komposisi kimia propolis sarang lebah serta aktivitas biologisnya dapat berbeda antar daerah, tempat propolis sarang lebah itu diperoleh. Hal ini sebagai adanya perbedaan jenis atau ekosistem tumbuhan (flora) sebagai sumber utama propolis. Menurut Bankova et al (2000), sifat fisik dan komposisi kimia propolis pada sarang lebah dan khasiat propolis sangat bergantung pada botani lebah tempat memperoleh resin, serta musim dan kondisi geografis daerah atau tempat dimana propolis ditemukan. Pada daerah yang beriklim sedang seperti Eropa, Asia, dan Amerika Utara, propolis yang diperoleh dari daerah ini mempunyai komposisi kimia yang mirip dengan bahan utama fenolik (flavanoid, asam aromatik dan esternya). Propolis dari daerah tropis khususnya Brazil, menunjukkan beberapa komponen kimia serta aktivitas biologisnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa propolis mengandung beberapa

komponen kimia seperti polifenol ( flavanoid, asam fenolat dan esternya). Terpenoid, streoid, dan asam amino. Komposisi propolis pada lebah bergantung pada tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat pengambilannya. Perbedaan geografis di Eropa, Amerika Selatan dan Asia menghasilkan komposisi kimia propolis yang berbeda. Berikut standar mutu atau komponen propolis pada sarang lebag berdasarkan daerah asal.

Tabel. Standar mutu komponen propolis pada sarang lebah berdasarkan daerah asal Daerah asal Tumbuhan sumber resin Komponen utama

Eropa, Asia, Populus spp (poplar) Amerika Utara

Rusia Utara

Brazil

Kepulauan Canary

Pinocembrin, pinobanksin, pinobanksin-3-O-acetate, chrysin, galangin, caffeats (benzyl phenylethyl, prenyl) Betula verrucosa (birch) Acacetin, apigenin. Ermanin, rhamnocitrin, kaemfrid, alfa acetoxybetulenol Bacahris spp. Arraucaria Prenylated p-coumaric acids, spp. prenylated acetophenones, diterpenic acids. Furoruran lignans

D. Tingkat Produktivitas Lebah Trigona memang tidak sepopuler Apis mellifera. Popularitas ini mengacu pada kemampuannya memproduksi madu. Produksi madu Trigona kalah jauh dibanding Apis mellifera. Namun Trigona dalam memproduksi propolis lebih tinggi dibanding Apis mellifera. Fenomena ini terjadi secara alamiah. Trigona merupakan lebah berukuran mini dan tidak dilengkapi sengat. Dengan anatomi seperti itu, Trigona adalah lebah yang lemah. Oleh karena itu, sebagai bentuk pertahanan diri beserta koloninya, Trigona dianugerahi kemampuan memproduksi propolis. Propolis ini akan melindunginya dari ancaman predator dan hama lainnya. Jika Apis mellifera atau Apis lainnya disebut lebah madu. Maka , Trigona disebut lebah propolis. Propolis pada sarang lebah dapat dipisahkan dengan ekstraksi dengan pelarut. pelarut yang biasa digunakan adalah etanol. Rendemen propolis dapat diperoleh sekitar 7,2% (b/b) dari keseluruhan sarang lebah Trigona yang di maserasi.

BAB III PRODUK

A. Pohon Industri Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Lebah menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu berupa madu yang sebagai produk utama, royal jelly, pollen (tepung sari), malam (lilin lebah) serta propolis (resin lebah). Vitamin dan kandungan lainnya yang terdapat dalam sarang lebah dapat menjadi imunitas yang sangat alami. Madu Lilin lebah (malam) Royal Jelly Pollen

Madu lebah Sarang lebah

Propolis Gambar 1. Pohon Industri Lebah

B. Propolis Propolis merupakan nama generik dari resin sarang lebah madu. Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu pro (sebelum atau pertahanan), dan polis (kota atau sarang lebah). Jadi, kata propolis dapat diterjemahkan sebagai sistem pertahanan pada sarang lebah. Pada struktur sarang lebah, propolis merupakan resin berbentuk pasta yang lengket, sehingga disebut sebagai bee-glue (Melia Propolis, 2006). Menurut Gojmerac (1983), propolis adalah bahan perekat atau dempul yang bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit tumbuha atau bagian-bagian lain dari tanaman. Resin-resin yang diperoleh dari bermacammacam tumbuhan ini dicampur dengan saliva dan enzim lebah sehingga berbeda dari resin asalnya.

Propolis berwarna kuning sampai cokelat tua, bahkan ada yang transparan. Hal ini dipengaruhi oleh temperaturnya. Pada temperatur dibawah 15oC , propolis keras dan rapuh tapi kembali lebih lengket pada temperatur yang lebih tinggi (24 45oC). Propolis umumnya meleleh pada temperatur 60-69oC dan beberapa sampel mempunyai titik leleh diatas 100oC ( Woo, 2004). Propolis mengandung bahan campuran kompleks malam, resin, balsam, minyak dari sedikit polen. Juga mengandung zat aromatik, zat wangi dan berbgaia mineral (Gojmerac, 1983, diacu dalam Angraini, 2006). Secara kimia, komponenkomponen kimiawi propolis sangat kompleks dan kaya akan senyawa terpena, asam benzoat, asam kafeat, asam sinamat, dan asam fenolat. Propolis juga mengandung flavonoid yang tinggi, sehingga banyak peneliti yang menjajarkan propolis dengan flavonoid (Chinthapally, 1993). Tabel 1. Komponen kimia Propolis Kelas Senyawa Resin Golongan Senyawa Flavonoid, asam aromatik 50% dan esternya Lilin Minyak Essensial Polen Asam lemak dan esternya Volatil 30% 10% Jumlah

Protein dan asam amino 5% bebas

Senyawa organik dan mineral

Mineral, keton, lakton, 5% quinon, steroid, vitamin dan gula

(Sumber: Khismatullina, 2005) Propolis di pasaran dapat berupa propolis mentah berupa bongkahan, beku atau bubuk, kapsul dan tablet. Propolis juga tersedia dalam bentuk cair dengan menambah pelarut, seperti air dan alkohol. Meskipin propolis relatif stabil terhadap suhu, tetapi sifat dan komposisinya masih belum diketahui sepenuhnya sehingga pemakaian propolis disarankan yang asli dan belum diproses (Suranto,

2007). Propolis mentah (raw propolis) mudah terserang jamur, agar tahan lama raw propolis dapat disimpan di dalam freezer. Untuk memperpanjang masa simpan biasanya propolis dibuat dalam bentuk sediaan seperti serbuk (mikrokapsul), kapsul, maupun tablet.

C. Manfaat Propolis Karakteristik propolis adalah sebagai daya antimikroba yang telah dimanfaatkan sejak dahulu oleh bangsa Yunani dan Romawi. Propolis mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, antivirus dan aktivitas biologi lain: antiinflamasi, anestesi lokal, hepatoprotektif, antitumor dan imunostimulasi (Bankova et al., 2000). Sifat unik dari propolis merangsang para peneliti untuk mempelajari sejak akhir tahun 1960an. Selama 40 tahun terakhir ini banyak penelitian yang telah dipublikasikan mengenai komposisi kimia, aktivitas biologi, farmakologi dan terapi penggunaan propolis. Propolis memiliki aktivitas bakteriostatik terhadap berbagai bakteri dan dapat digunakan sebagai bakterisidal dalam konsentrasi tinggi (Drago et al., 2000). Lem lebah ini berinteraksi dengan membran sitoplasma dan menghambat pergerakan serta aktivitas-aktivitas enzim-enzim dalam bakteri. Tiga komponen utama (golongan triterpenoid dan isoflavon) tersebut mempunyai aktivitas antimikroba (Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans) dan dua komponen utama (golongan benzopenon terprenilasi) mempunyai aktivitas antioksidan (Trusheva et al., 2006). Bagi manusia, propolis berguna sebagai suplementasi dan bahan pengobatan alami. Sebagai suplementasi karena propolis mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk membangun kekebalan tubuh dan mengaktifkan kelenjar thymus. Zat-zat tersebut adalah semua vitamin (kecuali vitamin K), semua mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kecuali sulfur, 16 rantai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk regenerasi sel dan bioflavonoid. Kandungan bioflafonoid pada satu tetes propolis menurut para ahli, setara dengan bioflavonoid yang dihasilkan oleh 500 buah jeruk. Propolis juga digunakan sebagai bahan pengobatan alami karena mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.

Dalam dunia pengobatan, propolis digunakan untuk mengobati saluran pernapasan dan paru-paru karena mempunyai sifat anti bakteri. Selain itu, dalam dunia industri dapat dipakai untuk bahan plester dan lak. (Sarwono, 2001). Kemampuan propolis sebagai obat telah lama dikenal. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senayawa aktif dalam propolis dapat memberikan efek anti bakteri. Dengan sifat tersebut diharapkan bahwa propolis dapat digunakan sebagai antibiotik alami. Kelebihan propolis sebagai antibiotik alami dibandingkan dengan bahan sintetik adalah lebih aman serta dengan efek samping yang relatif kecil. Satu-satunya efek samping yang terjadi, yaitu timbulnya reaksi alergi. Selain itu, propolis sebagai antibiotik mempunyai selektivitas yang tinggi. Propolis hanya membunuh bakteri penyebab penyakit, sedangkan mikrob yang berguna seperti flora usus tidak terganggu (Winingsih, 2004).

D. Standar Mutu Untuk mengetahui standar muru pada propolis dapat dilakukan uji secara fisik, uji aktivitas antibakteri maupun secara fitokimia. Uji fisik dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari propolis. Warna propolis adalah dari transparan, kuning sampai coklat tua. Sedangkan uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak propolis. Berikut adalah hasil uji fitokimia ekstrak etanol propolis: Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Propolis Golongan Senyawa Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin Steroid Terpenoid Hasil Uji +++ +++ Hijau keunguan Keterangan Kuning

BAB IV TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI

A. Teknologi Proses Produksi Propolis tidak dapat digunakan dalam bentuk mentah (raw propolis), melainkan harus dimurnikan terlebih dahulu dengan ekstraksi menggunakan pelarut (Pietta et al., 2002). Ekstraksi dilakukan dengan menghilangkan lilin lebah yang tercampur dengan propolis ketika digunakan lebah dalam sarangnya dan menghilangkan komponen tidak aktif lain seperti senyawa balsam-resin (Mizrahi dan Lensky, 1997). Sebagian besar propolis diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol. Perbedaan teknik ekstraksi biasanya berupa konsentrasi etanol yang digunakan, lama maserasi dan perbandingan raw propolis-pelarut seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Berbagai Cara Ekstraksi Propolis Pelarut Waktu dan suhu 24 jam, Tro Etanol 70% 24 jam, Tro 7 jam, Tro jam , 700C Etanol 80% 2 hari, Tro 3 hari , 500C Etanol 95% Absolut 30% - 100% Tidak disebutkan 5 hari, Tro 24 jam, Tro 20 hari, Tro 7 hari, Tro 12 jam, Tro Perbandingan pelarut-RP0 30 g ~ 100 ml 1 : 10 30 g ~ 100 ml 2 g ~ 25 ml 1 : 10 7 g ~ 100 ml 1 kg- 5 l 30 g 100 ml 30 g 100 ml 30 g 100 ml 30 g 100 ml Referensi Bankova et al. ( 2000) Trusheva et al. ( 2006) Orsi et al. (2005) Park et al. (1998) Yaghoubi, et al.(2007) Silici et al.( 2005) Sabir (2005) Ayres et al. (2007) Muli dan Maingi (2007) Miorin et al. (2003) Kumuzawa et al. (2006)

Pemilihan

pelarut

dalam

ekstraksi

propolis

dapat

dipertimbangkan

berdasarkan kepentingan dan biaya. Alkohol paling banyak digunakan untuk ekstraksi maupun pelarutan propolis. Ekstraksi menggunakan propilen glikol

mirip dengan penggunaan alkohol, tetapi karena propilen glikol lebih kental, maka kemampuan untuk melarutkannya lebih rendah. Propilen glikol hanya melarutkan 10% (b/b) propolis, sedangkan alkohol dapat melarutkan 50% (b/b) propolis. Kelemahan lain dari penggunaan propilen glikol adalah lebih sulitnya pemisahan dan membutuhkan suhu tinggi untuk menguapkannya. Propolis untuk kosmetik sering dilarutkan dalam propilen glikol karena lebih mudah untuk pembuatan lotion dan krim. Meskipun demikian, propilen glikol tidak dianjurkan untuk penggunaan internal, karena propilen glikol yang berlebih dapat mengganggu kesehatan hati. Ekstraksi air propolis dapat diperoleh dengan merendam propolis menggunakan air panas. Proses ini hanya akan mendapatkan senyawa larut air, yang oleh para peneliti dinyatakan pengaruh bioaktivitasnya tidak berpotensi seperti ekstrak etanol. Etanol merupakan pelarut terbaik untuk ekstraksi propolis, sedangkan untuk identifikasi propolis dapat digunakan pelarut lain seperti etil ester, air, metanol dan kloroform (Marcucci et al., 1998). Berikut adalah diagram alir pembuatan ekstraksi propolis hingga di dapat ekstrak pekat propolis: Sarang lebah Trigona spp

Diulang 14 X

Maserasi dengan pelarut etanol 70%

Residu

penyaringan

Filtrat Evaporasi

Ekstrak Pekat Propolis Gambar 1. Diagram Alir Ekstraksi Propolis

Propolis diekstraksi dengan metode Harborn (1987) dan Matienzo dan Lamorena (2004). Sarang lebah sebanyak 200 gram di maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstraksi ini dilakukan dengan merendam 200 gram sarang lebah menggunakan 650 ml etanol 70% selama 7 hari, dengan penggojokan 24 jam. setelah perendaman tujuh hari, filtrat didekantasi, residu yang tersisa diekstrak kembali dengan 50 ml etanol 70% dikocok 24 jam dengan kecepatan 120 rpm, dan filtrat didekantasi. Ekstraksi residu diulang sampai tujuh hari, sehingga total pelarut yang digunakan 1000 ml, dan total waktu maserasi 14 hari. Filtrat dikumpulkan dalam wadah, filtrat dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator, terbentuk ekstrak pasta yang siap digunakan untuk pengujian selanjutnya (EEP : ekstrak etanol propolis). Hasil maserasi sarang lebah adalah filtrat berwarna merah tua (merah kecoklatan). Banyaknya rendemen yang diperoleh berkaitan erat dengan intensitas warna larutan ekstrak. Woo (2004) dan Anggraini (2006), mengemukakan bahwa larutan ekstrak propolis dengan warna yang lebih gelap, menandakan diperolehnya rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna yang lebih cerah. Gelapnya warna ini dikarenakan tingginya kandungan flavonoid yang dikandungnya. Menurut Fearnley (2005), ekstraksi propolis dapat dimaksimalkan dengan merendam raw propolis dalam etanol selama dua atau tiga minggu, agar semua senyawa aktif bisa terekstrak. Perendaman dalam waktu lebih lama lagi tidak akan meningkatkan jumlah ekstrak yang diperoleh. Penghilangan pelarut menggunakan pengering beku dilakukan untuk meminimalkan pemanas. Penguapan pelarut menggunakan penguap vakum, masih memerlukan pemanasan dengan suhu sekitar 500C. penghilangan pelarut menggunakan pengering semprot juga masih memerlukan pemanasan. Panas diusahakan seminimal mungkin dalam ekstraksi propolis, karena dapat mengubah atau merusak struktur bioaktif utama propolis yaitu bioflavonoid.

B. Limbah dan Pengolahan Limbah Metode ekstraksi yang digunakan adalah untuk mengekstraksi propolis dilakukan dengan menggunakan pelarut. Limbah yang dihasilkan dari ekstraksi propolis dari sarang lebah tergolong sangat sedikit. Limbah yang dihasilkan dari ekstraksi ini diantaranya residu sarang lebah setelah dilakukan penyaringan. Namun residu ini masih dapat di maserasi kembali atau dilakukan pengulangan maserasi pada residu sehingga propolis pada sarang lebah benar-benar habis. Pengulangan maserasi residu ini dapat dilakukan 14 kali. Setelah maserasi ulang, residu yang dihasilkan menjadi sangat sedikit dan residu ini tidak terlalu bahaya untuk dibuang ke lingkungan.

C. Prakiraan Biaya Produksi

BAB V PEMASARAN

A. Permintaan dan Penawaran B. Ekspor dan Impor Indonesia C. Pangsa Pasar D. Prospek

BAB VI PEMBAHASAN

Karakteristik lebah Trigona berbeda dengan lebah lainnya. Secara anatomi, ukuran lebah Trigona lebih kecil dibanding jenis lebah lainnya. Bahkan, dibanding lalat sekalipun. Budidaya lebah Trigona tidak sama dengan budidaya lebah Apis mellifera atau Apis cerana yang membutuhkan perhatian khusus dari pemiliknya. Apalagi, lebah Apis mellifera yang membutuhkan penanganan ekstra. Dalam membudidayakan Trigona, hanya menyediakan tempat berteduhnya, yaitu berupa sarang sederhana. Sarang bisa berupa satu ruas bambu yang dibelah dua, kotak kayu sederhana, atau silinder yang terbuat dari pohon aren. Sarang ini disebut bendala. Berbeda dengan Apis mellifera, Trigona tidak perlu dipelihara, karena pada dasarnya Trigona adalah lebah liar yang biasa hidup bebas di alam dan bisa mengurus seluruh kebutuhan hidupnya. Lebah ternak , misalnya Apis mellifera membutuhkan sumber nektar dan polen yang melimpah sebagai pakan. Jika ketersediaan pakan ini tidak lagi memadai, peternak lebah akan memindahkan ke daerah lain yang jaraknya ratusan kilometer. Hal sebaliknya justru terjadi pada Trigona. Karena Trigona bukan lebah penghasil utama madu maka kebutuhan nectar dan polen tidak terlalu besar. Dengan sumber pakan yang terbatas, ia masih bisa bertahan hidup. Berbeda dengan Apis mellifera, Trigona lebih banyak menghasilkan propolis. Namun , ada hal yang harus perhatikan, yaitu ketersediaan pohon penghasil getah. Trigona lebih banyak menghasilkan propolis dibanding madu. Oleh karena itu, lebah ini membutuhkan pepohonan yang menghasilkan getah. Untuk membudidayakan Apis mellifera, dibutuhkan sejumlah peralatan, misalnya masker, alat pengasap, pisau, sikat lebah, pengungkit, kotak eram, kotak kawin, kotak starter, polen trap, tempat air, cadangan makanan (feeder frame), serta ekstraktor. Namun, untuk Trigona, semua peralatan tersebut tidak diperlukan. Trigona adalah lebah berukuran sangat kecil dan tidak memiliki sengat. Ketika membuka bendala untuk mengecek atau memanen propolis, tidak membutuhkan masker sebagai pelindung dan alat pengasapan untuk mengusirnya. Jika Trigona merasa terganggu, ia akan menggigit, tetapi gigitannya tidak

menyakitkan. Trigona juga punya kebiasaan mengerumuni rambut di kepala seseorang yang dianggapnya mengancam keberadaan koloni. Saat itulah, Trigona mengeluarkan propolis yang lengket. Trigona merupakan lebah berukuran mini dan tidak dilengkapi sengat. Dengan anatomi seperti itu, boleh dikatakan Trigona adalah lebah yang lemah. Oleh karena itu, sebagai bentuk pertahanan diri beserta koloninya, Trigona dianugerahi kemampuan memproduksi propolis. Propolis ini akan melindunginya dari ancaman predator dan hama lainnya. Jika Apis mellifera atau Apis lainnya disebut lebah madu. Maka, Trigona disebut lebah propolis. Propolis adalah zat yang di ekstrak dari resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja khusus yang tugasnya mencari resin dari daun yang baru tumbuh dan bagian kulit batang pohon tertentu. Oleh lebah pekerja di sarang resin tersebut dicampur sedikit dengan lilin lebah, Madu dan enzim sebelum akhirnya menjadi propolis. Propolis berguna untuk menambal sarang lebah yang bocor dan memperkuat sarang. Selain dari pada itu fungsi Propolis yang tidak kalah pentingnya bagi lebah adalah untuk membungkus (memumikkan) bangkai binatang yang masuk kesarang lebah agar tidak menyebarkan penyakit. Jadi Propolis dipakai oleh lebah untuk mensaterilkan sarang, menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, virus dan jamur. Resin digunakan lebah untuk melapisi sarang bagian dalam, memperbaiki sisiran yang rusak, menambal lubang-lubang, dan memperkecil ukuran jalan masuk sel untuk menghindari dingin. Jika ada binatang yang mati didalam sarang dan terlalu berat untuk dibuang, lebah akan membungkusnya dengan propolis. Yang juga penting, propolis digunakan sebagai campuran malam untuk menutup sel berisi larva sehingga terlindungi dari serangan penyakit. Propolis adalah sejenis resin yang dikumpulkan lebah dari berbagai tumbuhan, kemudian bercampur dengan saliva dari berbagai enzim dalam lebah, sehingga menghasilkan resin baru yang berbeda dengan resin asalnya dan digunakan untuk membangun sarang. Sumber utama propolis adalah kuncup bunga. Di dalam proses pembuatan sarangnya, lebah mengumpulkan resin dari berbagai kuncup bunga tumbuhan, kemudian bercampur dengan saliva dan berbagai enzim dalam lebah, sehingga menghasilkan resin baru. Resin baru yang terbentuk dalam sarang dan

merupakan suatu komponen pembentuk sarang lebah ini, berbeda dengan resin awalnya. Resin baru yang terbentuk (propolis) berwarna kuning, coklat tua, merah atau bahkan transparan, yang dipengaruhi oleh kandungan flavonoidnya (Bankova et al., 2000). Propolis mengandung ratusan bahan kimia dan para ilmuwan baru berhasil mengidentifikasi dan memberi nama sekitar 30-an dari bahan-bahan tersebut. Komposisi Propolis yang baru dipanen dari sarang lebah umumnya terdiri dari kurang lebih 50% resin, 30 % lilin lebah, 10 % essential oils, 5 % Pollen dan 5 % sisa-sisa tanaman. Karena komposisinya yang demikian tidak seluruh bagian Propolis bisa dimakan sebagai obat atau makanan suplemen. Setelah dipanen dari sarangnya Propolis harus di ekstraksi dengan air atau minyak makan untuk mengambil bahan-bahan yang bisa dimakan tersebut. Di negeri barat ekstraksi juga dilakukan menggunakan ethanol atau alkohol, namun hal ini tidak halal untuk konsumsi kaum muslimin jadi ekstraksi menggunakan alkohol tidak boleh dilakukan. Penggunaan etanol 70% dilakukan untuk ekstraksi etanol, penggunaan etanol 70% ini dikarenakan etanol merupakan senyawa yang memiliki sifat polar sehingga komponen aktif yang terdapat di dalam sarang lebah yang memiliki tingkat kepolaran yang beragam dapat dipaksa melarut dengan baik didalam etanol guna memudahkan proses ekstraksi. Karena lebah pekerja mengambil resin dari tanaman-tanaman sekitar tempat sarangnya, maka komposisi propolis sangat bervariasi tergantung daerahnya. Propolis terdiri dari sekitar 150 bahan kimia yang berbeda yang masih terus ditemukan setiap tahun. Komponen utamanya adalah flavanoid dan asam fenolat termasuk caffeic acid phenetyl ester (CAPE) yang kandungannya mencapai 50% dari seluruh komposisi. Diantara 150 bahan kimia tersebut ditemukan zat antivirus (fenolik, ester caffeic, asam ferulat, luteolins, quercentin). Anti peradangan (asam caffeic, ester fenil, galangin, kaempferol, dan kaempferid), mengurangi nyeri (alkohol, campuran ester caffeta), anti tumor (asam caffeic, ester fenetil) , dan anti mikroba (flavanoid, galangin, pinocembrin). (Suranto, 2007). Flavanoid terdapat hampir di semua spesies bunga. Jenis flavanoid yang terpenting dalam propolis adalah pinocembrin dan galangin. Kandungan kimianya sedikit berbeda dengan flavanoid dari bunga karena adanya pemrosesan dari lebah.

Kandungan flavanoid dalam propolis bervariasi 10-20%. Kandungan ini merupakan yang terbanyak dibandingkan kandungan flavanoid dalam produk lebah lainnya. Didalam dunia pengobatan, propolis dimanfaatkan dalam penyembuhan berbagai penyakit. Manfaat propolis yang bermacam-macam ini dapat dimungkinkan karena kandungan kimianya yang beragam. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis efektif sebagai antikanker, antivirus, antifungi, antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, meningkatkan imunitas tubuh, memperkuat dan mempercepat regenerasi sel, dan lain-lain. Beberapa penilitian menyatakan bahwa propolis bersifat bakterisida, bakteristatik, dan memiliki sifat antibiotik,. Ada juga yang melaporkan ekstrak propolis ampuh untuk menyembuhkan luka, penyakit mulut, dan kuku pada sapi, membunuh virus influenza dan membantu penyembuhan kulit. Kelebihan propolis sebagai antibiotik alami dibandingkan bahan sintetik adalah lebih aman serta efek samping yang kecil. Satu-satunya efek samping yang terjadi dan itupun jarang yaitu timbulnya alergi yang digunakan secara peroral tidak menimbulkan resistensi. Selain itu propolis sebagai antibiotik memiliki selektivitas tinggi. Propolis hanya membunuh penyebab penyakit sedangkan mikroba yang berguna seperti flora usus tidak terganggu.

BELUM ADA PEMBAHASAN TENTANG BIAYA DAN PEMASARAN

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan B. Rekomendasi Melihat prospek dan kegunaan dari propolis ini sangat beragam, maka alangkah lebih baiknya bila mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai propolis agar bisa lebih bermanfaat lagi dan meningkatkan nilai tambahnya.

Notes: Ni rekomendasinya q ngasal jd klo mw bikin lagi aja atw tmbah2in ya.... Pohon industrinya q bgg nyari gda jd q bkin sndiri dah kya gtu mnrt kalian bener ga?????

DAFTAR PUSTAKA

Amano K, T Nemoto, TA Heard. 2000. Stingless bees as crop pollinators. Japan agrics. Res. Q. Japan International Research Center for Agricultural Sciences. Anggraini AD. 2006. Potensi Propolis Lebah madu Trigona spp sebagai bahan anti bakteri., [skripsi]. Bogor. Program studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. B, Sarwono. 2001. Lebah Madu. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Bankova VS, Castro SL dan Marcucci MC. 2000. Propolis : recent advances in chemistry and plant origin. Apidologie 31 : 3-15. Drago L., Mombelli B, Vecchi ED, Fassina MC, Tocalli L., dan Gismondo MR. 2000. In vitro antimicrobial activity of propolis dry extract. J Chemother 12: 390-395. Fearnley J. 2005. Bee Propolis : Natural Healing From the Hive. Souvenkir Press Ltd., London. Free JB. 1982. Bees and Mankind. London : George Allen and Unkwin Gojmerac WL. 1983. Bee, Beekeeping, Honey and Pollination. Westport: AVI. Kumuzawa S, Hitomi G, Tomoko H, Syuichi F, Takunori F, dan Tsutomu N. 2006. A New prenylated falvonoid from propolis collected in Okinawa, Japan. Biosci Biotechnol Biochem 68(1):260-262. Marcucci MC, rodriguez J, Ferrerez F, Bankova V, Grotor and Popov S. 1998. Chemical Composition of Brazilian propolis. Curr Topics Phytochem 2: 115123. Muli EM dan Maingi JM. 2007. Antibacterial Activity of Apis Mellifera L., propolis collected in three regions of Kenya. J Venom Anim Toxins incl Trop Dis 13(3):655-663. Orsi RO, Sforcin JM, Rall VLM, Funari SRC, Barbosa I dan fernandes JrA. 2005. Suspectibility profile of Salmonella againts the antibacterial activity of propolis produced in two regions of Brazil. J. Venom Anim Toxins Incl Trop Dis 11 (2): 109-116. Perum Perhutani. 1986. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pelebahan. Didalam : pembudidayaan lebah madu untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Prosiding lokakarya : Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Jakarta : perum perhutani.halaman 293-302. Sabir A. 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp. Terhadap bakteri Streptococcus mutans (invitro). Majalah Kedokteran Gigi (Dent J)38(3):135141. Silici S, Nedret AK, demet A, dan Soner C. 2005. Antifungal activities of propolis collected by different races of honeybees againts yeasts isolated from patients withsuperficial mycoses. J Pharmacol Sci 99: 39-44. Sing. 1962. Beekeping in India. New delhi : Indian Council of Agricultural research. Suranto. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya. Trusheva B, Popova L., Bankova V, Simova S, Marcucci MC, Miorin PL., Pasin FR, dan Tsvetkova I. 2006. Bioactive constituent of Brazilian red propolis. eCAM 3(2):249-254. Winingsih W. 2004. Kediaman Lebah Sebagai Antibiotik dan Antikanker. http://wwww.pikiranrakyat.com/cetak/0904/16/cakrawala/lainnya.htm. November 2011]. [20

Anda mungkin juga menyukai