Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling
ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi
berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina
hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat secara
aktiI dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respons
lingkungan yang positiI akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik
yang sinkron ( Stuart dan Sundeen, 1995, hal.518 ).
Peran serta dalam proses hubungan dapat berIluktuasi sepanjang rentang tergantung
(dependen) dan mandiri (indenpenden), artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain
dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap
proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respons lingkungan yang
negatiI. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain ( tidak percaya pada orang lain ).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara alamiah
kedaalam proses asuhan keperawatan jiwa serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada klien dengan gangguan hubungan sosial.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
O Mengetahui gambaran tentang kasus klien dengan gangguan hubungan sosial.
O Mengetahui terapy alternatiI klien dengan gangguan hubungan sosial.

1.3 Metode Penulisan
1.3.1 Metode deskriptiI yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan kasus secara
nyata pada klien dengan klien dengan gangguan hubungan sosial.

1.4 Sistematika Penulisan
Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan gangguan hubungan sosial.
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup
DAFTAR PUSTAKA















BAB II
TIN1AUHAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Hubungan Sosial

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses
tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk
mengembangkan hubungan sosial yang positiI, setiap tugas perkembangan sepanjang daur
kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam proses
hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri).

Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal dimulai dari :
1. Masa bayi
Pada masa bayi ini penting untuk menetapkan landasan rasa percaya diri, terlihat pada
bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Komunikasi sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya :
menangis. Menurut Ericson bahwa respon lingkungan (ibu atau pengasuh) terhadap
kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri bayi akan
respons/perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap orang lain. Dan menurut haber, dkk.
(1987) bahwa kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain
akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.

2. Masa pra sekolah
Anak pra sekolah akan belajar menunjukan inisiatiI, rasa tanggung jawab dan hati
nurani. Ini terlihat dalam memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga
khususnya ibu (pengasuh). Anak akan menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini anak
membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang
positiI terhadap perilaku anak yang adaptiI. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan interdependen.
Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan
disertai respons keluarga yang negatiI akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu
mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang
percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah.

3. Masa sekolah
Anak sekolah mulai belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi. Ini dimulai
dari mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. KonIlik sering
terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman
dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orang tua, teman) merupakan sumber pendukung
yang penting bagi anak.

Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan dalam membina hubungan dengan
teman di sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak
konsisten dari orang tua mengakibatkan anak Irustasi terhadap kemampuannya, putus asa,
merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan.

4. Masa remaja
Dimulai dari anak pra remaja dalam hubungannya menjadi intim dengan teman
sebaya sesama jenis kelamin, kemudian berkembang menjadi anak remaja dalam
hubungannya sudah menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada
orang tua.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman sebaya dan lawan jenis dan
kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan identitas,
ketidakmampuan mengidentiIikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang.

5. Masa dewasa muda
Pada usia ini menjadi saling tergantung dengan orangtua & teman, menikah, dan
mempunyai anak. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain, seperti : memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan perkawinan.
Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan akan mengakibatkan individu
menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.

6. Masa dewasa tengah
Pada usia dewasa tengah ini mampu belajar menerima. Umumnya sudah pisah tempat
tinggal dengan orang tua, khususnya yang telah menikah. Jika individu telah menikah maka
peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi
tempat menguji kemampuan hubungan interdependen. Perkembangan hubungan yang baik
akan mengembangkan hubungan itu sendiri dan mendapat dukungan yang baru.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan
mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju
pada diri sendiri, produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain
berkurang.

7. Masa dewasa lanjut
Pada usia dewasa tua atau lanjut akan mengalami perasaan berduka karena kehilangan
dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya. Pada proses kehilangan seperti :
Iungsi Iisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota
keluarga (kematian orang tua). Usia dewasa lanjut tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain, dan mempunyai perkembangan baik dapat menerima
kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangannya.
Kegagalan di usia ini untuk menerima kehilangan yang terjadi pada kehidupannya
serta menolak bantuan yang disediakan untuk membantu, dan terjadi sepanjang daur
kehidupan akan mengakibatkan perilaku menarik diri.

2.2 Gangguan Hubungan Sosial
Keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam kuantitas yang berlebihan atau
tidak cukup atau ketidakeIektiIan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998).

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins, 1993, hal.336 ). Perilaku yang
teramati pada respons sosial maladaptiI mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas
yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa
tidak aman. Seringkali respons yang terjadi seperti manipulasi, narkisisme, dan impulsiI.

Perilaku Karakteristik
Manipulasi - Orang lain diperlakukan seperti objek
4 Hubungan terpusat pada masalah pengendalian
4 Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi
pada orang lain.
arkisisme - Harga diri yang rapuh
4 Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
4 Sikap egosentris
4 Pencemburu
ImpulsiI - Tidak mampu merencakan sesuatu
4 Tidak mampu belajar dari pengalaman
4 Penilaian yang buruk
4 Tidak dapat diandalkan

2.3 Faktor Predisposisi
Menarik diri dipengaruhi oleh Iaktor perkembangan dan sosial budaya. Faktor
perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga menjadi tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan
merasa tertekan. Keadaan ini akan dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari hampir terabaikan.

2.4 Faktor Presipitasi
Berbagai Iaktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptiI. Walaupun
banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan yang spesiIik tentang penyebab gangguan ini.
Mungkin disebabkan oleh kombinasi berbagai Iaktor seperti :
1. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan yang diuraikan diatas akan
mencetuskan sesorang sehingga mempunyai masalah respons sosial maladaptiI. Sistem
keluarga yang terganggu, tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua, norma keluarga
tidak mendukung hubungan dengan pihak luar, peran keluarga tidak jelas, orang tua
pencandu alkohol dan penganiayaan anak.
2. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptiI. Ada bukti
terdahulu tentang terlibat neurotranmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun masih
tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan Iaktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktiI, seperti : lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan
Iaktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

2.5 Pengkajian Pada Klien Dengan Gangguan Hubungan Sosial
Pada pengkajian klien dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri melalui
observasi (data objektiI) dan komunikasi (data subjektiI). Dalam keadaan klien menolak
untuk berkomunikasi, maka akan sukar didapat data subjektiI. Mungkin klien akan menjawab
pertanyaan kita dengan singkat seperti : tidak, ya , tidak tahu. Pengkajian diarahkan pada
perilaku menarik diri, Iaktor pencetus, stresor pencetus, sumber koping, dan mekanisme
koping.
Secara objektiI dapat ditemukan data seperti :
1. Apatis, ekspresi sedih, aIek tumpul
2. Menghindari dari orang lain (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain :
pada saat makan.
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau
perawat.
4. Tidak ada kontak mata. Klien lebih sering menunduk
5. Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.






2.6 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (EIek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)

Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.7 Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (EIek)
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.8Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan
hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri
: harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping
ineIektiI.
2.9 Rencana Tindakan Keperawatan
a. Diagnosa 1
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan
hubungan sosial : menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk
bersama.
Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap
dengan keluarga.
Strategi Pelaksanaan:
A. Pasien
SP I p
O MengidentiIikasi jenis halusinasi pasien
O MengidentiIikasi isi halusinasi pasien
O MengidentiIikasi waktu halusinasi pasien
O MengidentiIikasi Irekwensi halusinasi pasien
O MengidentiIikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
O MengidentiIikasi respon pasien terhadap halusinasi
O Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
O Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatannya
SP II p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien dirumah)
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggonaan obat secara teratur
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Keluarga
SP I k
O Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
O Menjalaskan pengertiyan, tanda gejala halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
O Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP II k
O Melatih keluarga memperaktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
O Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien dengan
halusinasi

SP III k
O Membantu keluarga dlam membuat jadwal aktiIitas dirumah termasuk minum
obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang.

b. Diagnosa 2
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri
: harga diri rendah.
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.
Strategi Pelaksanaan :
A. Pasien
SP I p
O MengidentiIikasi penyebab isolasi sosial pasien
O Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
O Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
SP II p
O Mengevaluasi jadwal harian kegiatan pasien
O Mmberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan
satu orang
O Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang2 dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP III p
O Mengevaluasi jadwal harian kegiatan pasien
O Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau
lebih
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian
B. Keluarga
SP I k
O Diskusikan masalah yang dilakukan keluarga dalam merawat pasien
O Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
O Jelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP II k
O Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
O Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial
SP III k
O Membantu keluarga membuat jadwal aktiIitas dirumah termasuk minum obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang.

c. Diagnosa 3.
Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping ineIektiI.
Tujuan : pasien mampu berkomunikasi dengan baik pada orang lain
Kriteria Hasil :
Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
Pasien dapat menyebutkan eIektiIitas koping yang dipergunakan.
pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.
Strategi Pelaksanaan :
A. Pasien
SP I p
O MengidentiIikasi kemampuan dan aspek positiI yang dimiliki pasien
O Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
O Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
O Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
O Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih kemampuan kedua
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian

B. Keluarga
SP I k
O Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
O Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
O Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP II k
O Melatih keluarga mempraktekan car merawat pasien dengan harga diri rendah
O Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri
rendah
SP III k
O Membantu keluarga membuat jadwal aktiIitas dirumah termasuk minum obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang

2.10 Hasil Akhir Yang Diharapkan

Pada klien :
1. tidak terjadi perubahan sensori persepsi
2. klien mengetahui penyababnya
3. klien mengetahui keuntungan berinteraksi
4. klien mampu berinteraksi dengan orang lain

Pada keluarga :
1. keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2. keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri
















ASUHA KEPERAWATA JIWA
PADA KLIE Tn.S DEGA GAGGUA HUBUGA SOSIAL

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 25 11 -2011
Umur : 19 Tahun RM o. : 03-78-09
InIorman : Status, Px dan Keluarga Px Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum nikah Pendidikan : SMP
Alamat : Bulak Jaya VIII Surabaya

II. ALASAN MASUK
Klien masuk di ruang gelatik pada tanggal 20 ovember 2011 karena px bicara dan
tertawa sendiri.
Keluhan saat pengkajian :
Px mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan atau suara-suara yang menyuruh untuk
melaksanakan amalan-amalan (ilmu pelindung diri). Px tidak mengetahui siapa yang
membisikkan suara-suara itu. Suara itu muncul jika sendirian dan respon pasien kadang
diam, mondar-mondir dan memukul-mukul tembok.

III. AKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalunya
Px tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalunya.
2. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan sebelumnya tidak pernah karena px baru pertama kali mengalami sakit
jiwa.

3. Pengalaman
Tidak didapatkan data pengalaman klien karena aniaya, kekerasan atau tindakan
criminal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ditemukan anggota keluarga yang mengalami sakit seperti klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Px mengatakan saat di pondok pesantren px sering dimarah-marahi oleh kyainya
karena tidak bias melaksanakan amalan-amalan yang diberi oleh kyainya.
Px mengatakan saat dirumah px juga seering di marah-marahi oleh keluarganya
karena dilarang untuk mengikuti ajaran kyainya yang tidak benar.
Masalah Keperawatan : Respon pasca Trauma

IV. ISIK
1. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg : 88 x/m S : 36,5
0
c RR : 20 x/mnt
2. Ukur : TB : 160 cm BB : 55 kg
3. Keluarga Fisik (Tidak)
Jelaskan : Klien mengatakan tidak mengalami keluhan Iisik
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
a. Posisi klien dalam keluarga
Px mengatakan px adalah anak ke 6 dari 10 bersaudara. Px berumur 19 tahun.
b. Tinggal serumah
Px mengatakan px tinggal serumah dengan ayah ibu kakak kelima dan adik-
adiknya
c. Faktor herediter
Px mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti klien.
d. Hubungan antar keluarga
Px mengatakan hubungan antar keluarganya baik. Px dekat dengan kakak kelima
(Tn. Sm) karena px merasa nyaman jika sedang bercerita dengan kakaknya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Px mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah hidungnya
karena hidungnya mancung. Px mengatakan bagian tubuh yang
tidak disukai adalah rambutnya karena rambut px beruban.
b. Identitas : Px mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki berusia
19 tahun. Px meruapakan anak keenam dari sepuluh bersaudara.
Px masih sebagai pelajar di pondok pesantren.
c. Peran : Px mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak. Px
mengatakan jarang membantu pekerjaan di rumah karena px
sekolah di pondok pesantren. (Di rumah)
Px mengatakan bahwa dirinya adalah px di ruang gelatik. Px
termasuk px yang kooperatiI. (Di Rumah Sakit Jiwa)
d. Ideal Diri : Px mengatakan bahwa px tidak mengetahui cita-citanya nanti
menjadi apa. Px hanya berharap cepat sembuh.
e. Harga Diri : Px mengatakan malu dengan dokter, perawat, mahasiswa
karena takut diejek sebagai orang gila.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Px mengatakan bahwa orang yang berarti adalah ayah dan ibunya karena px ingin
membahagiakan ayah dan ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Px mengatakan bahwa px jarang mengikuti kegiatan di masyarakat dan di rumah
sakit. Px jarang bergaul dengan orang lain.
c. Hambatan dengan hubungan orang lain
Px jarang berkomunikasi dengan orang lain (pendiam).
Masalah Keperawatan : Resiko menarik diri
4. Spiritual
a. ilai dan keyakinan
Px mengatakan px beragama islam. Px menganggap bahwa penyakitnya adalah
ujian dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kegiatan ibadah
Px mengatakan bahwa selama di rumah (sebelum MRS) px rajin beribadah. Dan di
rumah sakit jarang sholat.
Masalah Keperawatan : Disstres spiritual









GENOGRAM











VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan : Saat dikaji penampilan px cukup rapi, menggunakan pakaian sesuai
dengan Iungsinya, rambut pendek dan sedikit beruban, kuku pendek, px
tidak memakai alas kaki dan mandi dan sikat gigi 2 kali sehari.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Penjelasan : Saat ditanya Px menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik
Tegang dan gelisah.
Penjelasan : apabila px gelisah px mondar-mandir keluar masuk ruangan. Saat
Halusinasi pendengaran muncul Px selalu memukul-mukul tembok.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri.

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Orang Terdekat

4. Alam Perasaan
Khawatir
Penjelasan : Px mengatakan khawatir jika bisikan-bisikan/suara muncul kembali.
Masalah Keperawatan : Ansietas
. Afek
Sesuai dengan keadaan
Penjelasan : Jika px diajak berbicara cerita lucu, px ikut senang dan tertawa. Jika cerita
sedih px ikut sedih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang.
Penjelasan : Saat dikaji px sering menundukkan kepala dan mengalihkan pandangan.
Masalah Keperawatan : Menarik diri
7. Persepsi
Halusinasi pendengaran
Penjelasan : Px mengatakan sering mendengar suara-suara/bisikan yang menyuruhnya
untuk mengamalkan amalan-amalan (Ilmu kekebalan tubuh) dan Px tidak
mengetahui siapa yang membisikkan suara-suara itu. Suara itu muncul
jika sendirian dan respon pasien kadang diam, mondar-mondir dan
memukul-mukul tembok.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Penjelasan : Saat ditanya Px menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir (Arus pikir : Blocking)
9. Isi Pikir
Penjelasan : Saat dikaji px tidak ditemukan kelainan isi pikir.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10.Tingkat Kesadaran
Penjelasan : px tau bahwa dia sekarang berada di RS Jiwa tempat orang sakit jiwa, saat
ditanya sekarang ini pagi, siang atau malam px dapat menjawab dengan
benar yaitu pagi dan siapa saya (pengkaji) px dapat menjawab dengan
benar yaitu mahasiswa yang sedang praktek.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11.Memori
Penjelasan : Ketika ditanya oleh pengkaji kapan px dibawa ke rumah sakit px dapat
menjawab dengan benar yaitu 'kira-kira 3 minggu yang lalu mb. Saat
ditanya pengalaman masa lalunya px bisa menceritakan ceritanya dengan
runtut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
Penjelasan : Saat pengkaji meminta px untuk menghitung |(25 x 2) : 5 10 - 5| px
dapat menjawab dengan benar, yaitu 15 dengan waktu 45 detik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13.Kemampuan penilaian
Penjelasan : Saat ditanya mandi dulu baru makan atau sebaliknya. Px menjawab
mandi dulu, alasannya dia ingin bersih badannya dulu biar saat makan
terasa enak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14.Daya Tilik Diri
Penjelasan : Px menerima dan menyadari tentang keadaan penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan
Penjelasan : Klien mampu memenuhi atau menyediakan kebutuhannya sendiri, seperti
kebutuhan makan, keamanan, perawatan kesehatan, pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri
Penjelasan : Px dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, seperti, mandi,
makan, BAK-BAB, serta mengganti pakaian sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Penjelasan : Px puas dengan pola makan yang ada dan tidak memisahkan diri saat
makan, karena px merasa bahwa menu makanan yang telah
disediakan sesuai dengan keinginan px. Px makan dengan Irekuensi
3x sehari dan udapan 2x sehari. BB px 60 kg.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Penjelasan: Px mengatakan tidak mempunyai gangguan tidur, merasa segar setelah
bangun tidur, px memiliki kebiasaan tidur siang ( 2 jam). Waktu tidur
malam pukul 20:00 WIB, waktu bangun pukul 05:00 WIB.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien
Penjelasan : Px mampu mengatasi / mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat
keputusan berdasarkan keinginan sendiri, tetapi mengatur penggunaan
obat dibantu oleh petugas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Klien memiliki sistem pendukung
Penjelasan : Px mengatakan didukung oleh keluarganya dalam melakukan pengobatan
di RSJ Menur. Keluarga terkadang menjenguk px.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi
Penjelasan : Px mengatakan selama di RSJ Menur selalu mengikuti senam pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING
Menghindar dan diam
Penjelasan : px mengatakan apabila px mempunyai masalah px hanya diam dan
menghindar dari masalah.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Penjelasan : Px adalah seorang yang pendiam. Px jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Px sekolah di pondok pesantren tetapi tidak kuat/tidak mampu mengamalkan
amalan-amalan yang diberikan oleh kyainya. Ketika px meminta sepeda
motor, keinginan px tidak dituruti oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penjelasan : px tidak mengerti tentang penyakit jiwa, Iaktor presipitasi, koping, system
pendukung, dan obat-obatan.
Masalah Keperawatan : DeIisit Pengetahuan
XI. DATA LAIN-LAIN
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 28 Oktober 2010
aal Hati
Bilirubin Direct 0,30 mg/dl 0,1 0,2 mg/dl
Bilirubin total 1,00 mg/dl 0,2- 1,0 mg/dl
Gamma GT 15 u/L L 11-49 u/L
SGOT 26 u/L _ 40 u/L
SGPT 13 u/L _ 40 u/L
aal Ginjal
BU 10,8 mg/dl 4,5- 23 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,8-15 mg/dl
Asam Urat 7,0 mg/dl L 3-7 P 2-6
Gula Darah
Gula Puasa 92 mg/dl 60-110 mg/dl

XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : SkizoIrenia HebeIrenik
Terapi : CPZ (Chlorpromazin) 2 x 100 mg : 1 0 1
Risperidone 2 x 2 mg : 1 0 1

XIII. DATAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Respon pasca Trauma
2. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Disstres spiritual
4. Kerusakan komunikasi verbal
5. Resiko tinggi mencederai diri
6. Ansietas
7. Menarik diri
8. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
9. Koping Individu IneIektiI
10.DeIisit Pengetahuan

1. Analisa Data
o Data Etiologi Masalah TTD
1 Ds:
Px mengatakan sering
mendengar bisikan-bisikan
yang menyuruhnya untuk
mengamalkan amalan-
amalan (ilmu kekebalan
tubuh)
Do:
- Px Tampak tegang dan
gelisah
- Kontak mata px kurang
- Saat terjadi halusinasi px
mondar-mandir memukul-
mukul tembok

gangguan
hubungan sosial :
menarik diri.

Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi
pendengaran







2 Ds:
-px mengatakan apabila px
mempunyai masalah px
hanya diam dan menghindar
dari masalah.

Do
-Saat dikaji px sering
menundukkan kepala dan
gangguan Konsep
diri : harga diri
rendah.

Gangguan hubungan
sosial : menarik diri

mengalihkan pandangan.
- pasien lebih senang diam

3 Ds :
pasien seorang yang
pendiam. Px jarang
berkomunikasi dengan
orang lain.

Do :
-Saat ditanya Px menjawab
pertanyaan dengan jawaban
singkat dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
mekanisme koping
ineIektiI.



Gangguan Konsep diri
: harga diri rendah


2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan
gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep
diri : harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping
ineIektiI.

3. Pohon Masalah:

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (EIek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)

Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl o.
Dx
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
25-
11-
2011
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
Diharapkan Pasien dapat mengontrol
halusinasinya
Dengan kriteria hasil :
-Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
-Pasien mau menyebutkan nama, mau
memanggil nama perawat dan mau duduk
bersama.
-Pasien dapat menyebutkan penyebab klien
menarik diri.
-Pasien mau berhubungan dengan orang
lain.
-Setelah dilakukan kunjungan rumah klien
dapat berhubungan secara bertahap dengan
keluarga.
SP I p
SP II p
SP III p
SP IV p
SP I k
SP II k
SP III k




25-
11-
2011
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
Diharapkan Pasien dapat berhubungan
dengan orang lain secara bertahap.dengan
Kriteria Hasil:
-Pasien mampu memulai mengevaluasi
diri.
-pasien mampu membuat perencanaan
SP I p
SP II p
SP III p
SP I k
SP II k
SP III k


yang realistik sesuai dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
-Pasien bertanggung jawab dalam setiap
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.


25-
11-
2011
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
Diharapkan pasien mampu berkomunikasi
dengan baik pada orang lain dengan
Kriteria Hasil :
-Pasien dapat menyebutkan koping yang
dapat digunakan.
-Pasien dapat menyebutkan eIektiIitas
koping yang dipergunakan.
-pasien mampu membuat perencanaan
yang realistik sesuai dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
-Pasien bertanggung jawab dalam setiap
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.

SP I k
SP II k
SP I k
SP II k
SP III k











1. Implementasi
tgl o.
Dx
Implementasi ttd
25-
11-
2011
1





























SP I p
O MengidentiIikasi jenis halusinasi pasien
O MengidentiIikasi isi halusinasi pasien
O MengidentiIikasi waktu halusinasi pasien
O MengidentiIikasi Irekwensi halusinasi pasien
O MengidentiIikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi
O MengidentiIikasi respon pasien terhadap
halusinasi
O Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
O Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatannya
SP II p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain.
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP III p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien dirumah)
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggonaan obat secara teratur
























2









O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP I k
O Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
O Menjalaskan pengertiyan, tanda gejala
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
O Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP II k
O Melatih keluarga memperaktekkan cara merawat
pasien dengan halusinasi
O Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pada pasien dengan halusinasi
SP III k
O Membantu keluarga dlam membuat jadwal
aktiIitas dirumah termasuk minum obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang.

SP I p
O MengidentiIikasi penyebab isolasi sosial pasien
O Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
O Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
SP II p
O Mengevaluasi jadwal harian kegiatan pasien
O Mmberikan kesempatan pada pasien
mempraktekan cara berkenalan dengan satu
orang
O Membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang2 dengan orang lain sebagai salah
























3
satu kegiatan harian
SP III p
O Mengevaluasi jadwal harian kegiatan pasien
O Memberikan kesempatan kepada pasien
berkenalan dengan dua orang atau lebih
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal harian
SP I k
O Diskusikan masalah yang dilakukan keluarga
dalam merawat pasien
O Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi
sosial yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
O Jelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP II k
O Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
O Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pada pasien isolasi sosial
SP III k
O Membantu keluarga membuat jadwal aktiIitas
dirumah termasuk minum obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang.

SP I p
O MengidentiIikasi kemampuan dan aspek positiI
yang dimiliki pasien
O Membantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan
O Membantu pasien memilih kegiatan yang akan
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
O Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
O Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP II p
O Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
O Melatih kemampuan kedua
O Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal harian
SP I k
O Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
O Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga
diri rendah yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
O Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri
rendah
SP II k
O Melatih keluarga mempraktekan car merawat
pasien dengan harga diri rendah
O Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien harga diri rendah
SP III k
O Membantu keluarga membuat jadwal aktiIitas
dirumah termasuk minum obat
O Menjelaskan Iollow up pasien setelah pulang











5. Evaluasi
Tanggal o
Dx
Evaluasi Ttd
25-11-
2011
1 S : Klien sudah mulai berhenti memukul2 tembok. Tapi masih
berteriak 'nenek!!!
O :
-Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
-Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat
dan mau duduk bersama.
-Pasien belum dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
-Pasien masih belum mau berhubungan dengan orang lain.
-Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan
secara bertahap dengan keluarga.
A: Masalah teratasi sebagian
P: pertahankan Intervensi



2 S : pasien lebih suka diam dari pada berkomunikasi
O:
-Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
-pasien belum mampu membuat perencanaan yang realistik
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
-Pasien belum mampu bertanggung jawab dalam setiap tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencana.

A: Masalah teratasi sebagian
P: pertahankan Intervensi




3 S : Pasien hanya diam saja,
O : Pasien belum dapat menyebutkan koping yang dapat
digunakan.
-Pasien belum dapat menyebutkan eIektiIitas koping yang
dipergunakan.
-pasien belum mampu membuat perencanaan yang realistik
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
-Pasien belum mampu bertanggung jawab dalam setiap tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencana.

A: Masalah belum teratasi
P: pertahankan Intervensi























DAFTAR PUSTAKA

Shives, L.R. (1998). Basic Concepts oI Psychiatrik-Mental Health ursing. Fourth Edition.
Philadelphia : J.B. Lippincott Company.

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice oI Psychiatric ursing. Fourth
edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (1998). Principles and Practice oI Psychiatric ursing. Sixth
Edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya

Anda mungkin juga menyukai