Anda di halaman 1dari 4

Cara Berpikir Masyarakat Mempengaruhi Perluasan Kosakata Bahasa Indonesia

Posted by Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti on September 26, 2011 in Artikel Bahasa, Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti

Dalam upaya memperluas kosakata bahasa Indonesia, kita juga harus meningkatkan kemampuan masyarakat untuk terus mengembangkan cara berpikir. Karena setiap kali kita masuk ke dalam cara berpikir yang terlalu falsafah kita mendapatkan kesulitan yang luar biasa dalam pengungkapan. Saya merasakan kesulitan tersebut di program S3. Bahasa Indonesia belum mampu menjabarkan soal-soal yang sangat rumit pada tingkat calon doktor yang memerlukan pendekatan falsafah. Faktor ini merupakan salah satu penyebab yang mengakibatkan resiko ketinggalan dari segala perdebatan yang terjadi di dunia. Kita semua tahu bahwa di abad 21 ini yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Ini sebetulnya merupakan battle of ideas karena yang diuji di dunia saat ini bukan hanya pengetahuan tapi juga kreatifitas. Bukan hanya kompetensi tapi juga reputasi. Kemiskinan kosakata ini juga cukup merepotkan ketika saya harus membicarakan reformasi PBB. Untuk meliput masalah diplomasi internasional banyak istilah atau ungkapan yang belum ada dalam bahasa Indonesia. Jadi tidak bisa disalahkan juga kalau kita terpaksa menggunakan istilah bahasa Inggris. Bahasa-bahasa diplomasi kita tidak cukup untuk menerangkan apa yang kita maksud. Jaman pak Harto pernah didirikan sebuah lembaga kerja sama untuk menyamakan peristilahan di berbagai bidang ilmu, yang tujuannya untuk memungkinkan pencetakan buku di kawasan negara berbahasa Melayu bisa dilakukan dalam jumlah besar. Hal itu hanya mungkin jika peristilahan di negara-negara berbahasa Melayu seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan Indonesia bisa disamakan. Contoh yang paling mudah adalah istilah bisnis depreciation. Di Indonesia istilah tersebut diterajang saja dengan istilah depresiasi. Teman saya dari Malaysia tertawa ketika mengetahui bahwa depreciation juga diterjemahkan sebagai penyusutan. Mereka bilang yang menyusut itu es. Kalau mesin itu tidak menyusut, karena yang menyusut adalah nilainya. Jadi menurut rekan saya itu terjemahan dari depreciation harusnya susut nilai. Jadi kalauaccelerated depreciation dengan sendirinya berarti susut nilai dipercepat. Contoh yang cukup sulit adalah pemahaman marginal. Di Malaysia diterjemahkan sut. Argumen saya konsep marginal itu secara matematis merupakan sesuatu yang sangat maju di luar ilmu berhitung biasa. Istilah itu saya ragukan, dan karena saya tidak yakin makan dalam bahasa Indonesia saya menggunakan istilah marjinal bukan sut. Hal-hal seperti inilah yang perlu kita benahi. Ketidak sepahaman ini tidak hanya terjadi antar negara bahkan di antara kita sendiri, antar suku. Contohnya istilah saling bantah. Dalam bahasa Bugis itu disebut baku bantah, dimana penggunaan kata baku juga dipakai untuk baku hantam, baku pukul, baku bicara. Sementara sebagian dari kita menggunakan istilah berbalas.

Selayaknya Dewan Bahasa tiap negara berbahasa melayu menciptakan konsensus dalam hal penyamaan istilah di berbagai disiplin ilmu yang kemudian diundangkan agar menjadi istilah resmi yang digunakan oleh negara-negara yang berkepentingan.

Artikel : Cara Berpikir Masyarakat Mempengaruhi Perluasan Kosakata Bahasa Indonesia http://bahasakita.com/2011/09/26/cara-berpikir-masyarakat-mempengaruhi-perluasan-kosakatabahasa-indonesia/ Pada artikel yang terlampir diatas terdapat esensi bahwa bahasa indonesia ikut berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan dari masyarakat pada bidang pendidikan. Secara logis hal ini dapat dikatakan masuk akal, karena pendidikan merupakan landasan berpikir masyarakat yang dapat mempengaruhi gaya dan cara komunikasi, selain itu jika cara berpikir masyarakat berkembang atau dengan kata lain masyarakat mempunyai wawasan yang luas, maka masyarakat akan menemukan istilah - istilah baru yang bisa jadi belum mempunyai arti dalam bahasa indonesia. Istilah - iatilah baru ini nantinya dapat menjadi kata serapan baru dalam bahasa indonesia. Sebuah kata serapan dapat terbentuk karena kebiasaan atau karena besarnya frekuensi masyarakat dalam penggunaan istilah tersebut, sehingga akhirnya arti dari kata tersebut tertanam dalam masyarakat dan menjadi familiar dengan telinga. Perkembangan seperti ini memang baik, karena ini berarti bahasa indonesia merupakan bahasa yang flexible dan terbuka sehingga dapat memberikan kesan kepada bangsa lain bahwa bangsa indonesia merupakan bangsa yang terbuka dan dapat menerima budaya luar. Namun, jika terjadi terlalu banyak penyerapan bahasa pun dapat menyebabkan terlupakannya bahasa sendiri, sebagai contoh, saat ini pengguna internet sangat banyak, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semua menggunakan internet untuk mencari berbagai informasi, tetapi kebanyakan dari pengguna lebih familiar dengan kata upload dan download yang merupakan istilah asing dari pada kata unduh dan unggah yang merupakan istilah dari bahasa indonesia. Oleh karena itu, penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar harus dilestarikan, jangan sampai hilang dan kalah oleh hasil perkembangan dari bahasa indonesia itu sendiri. Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan dengan berbagai bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke Indonesia yakni sejak mula tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan perantara dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau Jawa pada abad ke-7 dan ke-8, lalu agama Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad ke-8 dan ke-9 Di antara bahasa-bahasa yang ada, beberapa yang tidak lagi menjadi sumber penyerapan kata baru yaitu bahasa Tamil, Parsi, Hindi, dan Portugis. Kedudukan mereka telah tergeser oleh bahasa Inggris yang penggunaannya lebih mendunia. Walaupun begitu, bukan bererti hanya bahasa Inggris yang menjadi rujukan penyerapan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang. Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan. Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah mati itu merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong penghidupan kembali bahasa tersebut. Kata-kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak langsung, yaitu Jawa Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara, bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja, lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan wanita.

Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela (senang hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah disesuaikan lafalnya ke dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga mengalami pergeseran makna, masing-masing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan) dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua kata terakhir berkaitan dengan konsep keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna (kadang-kadang juga bentuknya) cenderung tidak mengalami perubahan. Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910, cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan. Umumnya kata serapan disesuaikan pada lafalnya saja. Meski kontak budaya dengan penutur bahasa-bahasa itu berkesan silih berganti, proses penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan kapten sebagai serapan dari bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar asalnya dari bahasa Arab, tetapi sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari bahasa Belanda. Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti kalar, sepanar, dan wesket. Juga badminton, kiper, gol, bridge. Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata-kata serapan yang sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai dengan sekarang yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris. Asal Bahasa Arab Belanda Tionghoa Hindi Inggris Parsi Portugis Sanskerta-Jawa Kuna Tamil Jumlah Kata 1.495 3.280 290 7 1.610 63 131 677 83

Anda mungkin juga menyukai