Anda di halaman 1dari 28

Makalah Aqidah

BABI PENDAHULUAN A.Pendahuluan Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunanNya, serta bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri serta perbuatan-perbuatan buruk kami. Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada satu pun yang dapat menye-satkan-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, tidak ada satu pun yang dapat menunjukinya. B. Tujuan Dengan di buatnya makalah ini berharap mempunyai banyak manfaat dan mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya juga membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.

BAB II PENGANTAR AQIDAH A. Pengertian Aqidah Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama mksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan pada perbuatan. Seperti pada aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul. Menurut Bahasa ( Etimologi ) : Berasal dari Al-aqdu artinya ikatan yang kuat,bisa pula menjadi kepercayaan yang kokoh. Ikatan janji, terkadang juga disebut aqdun. Aqidatan berarti keyakinan. Menurut Istilah ( Terminologi ) : Yaitu perkara yang dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang kokoh, yang tidak tercampur oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung oleh suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya. Menurut hasan Al-Banna :

Aqaid ( bentuk jamak dari aqidah ) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercapur sedikitpun dengan keragu-raguan. ( Al-Banna,tt,hal.465 ) Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy : Aqidah adalah sejulah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fhitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. (Al-Jazairy, 1978,Hal.21).

B. Beberapa Istilah Lain Tentang Aqidah Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu Iman dan Tauhid dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fikih Akbar. Iman, mencakup semua permasalahan Itiqadiyah dan mebenarkan didalam hati. Sesuatu yang diyakini oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Tauhid, Artinya mengesakan ( mengesakan Allah- Tauhidullah ). Ajaran atuhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh karena itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid. Ushuluddin, Artinya pokok-pokok agama, yang mencakup rukun iman, rukun Islam dan apaapa yang telah disepakati oleh para imam. Ilmu Kalam, Artinya berbicara atau pembicaraan. Dapat dikatakan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Quran apakah khaliq atau bukan, hadist atau qadim. Tentang takdir, apakh manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar kafir atau tidak. Pembicaraan atau perdebatan luas seperti itu terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati mempengaruhi para pemikir dan ulam Islam. Fikih Akbar, munculnya pemahaman ini bahwa tafqquh fiddin yang diperintahkan Allah SWT, dalamsurah At-Taubah ayat 122.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah Sistematika Hasan Al Banna: a. Ilahiyat, Pembahasan tentang segala yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah. b. Nubuwat, Berhubungan dengan Nabi dan Rasul (Kitab-kitab Allah, mujizat, Karamah dll) c. Ruhaniyat, berkaitan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaithan dsb d. Samiyyat, Membahas segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat SamI (dalil naqli berupa Al Quran dan Sunnah) seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda

kiamat, Surga-Neraka dsb. Sebagaian ulama berpendapat bahwa pembahasan pokok aqidah Islam harus terumus dalam rukun iman yang enam. Yaitu iman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada nabi dan rasulNya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada akhir dan iman kepada qada dan qadar. Sistematika Arkanul Iman: 1. Iman kepada Allah 2. Iman Kepada Malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Nabi dan Rasul 5. Iman Kepada Hari Akhir 6. Iman kepada Taqdir Allah D. Sumber Aqidah Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunah, artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau diamalkan. akal pikiran tidaklah jadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. dan akal tidak mampu juga menjangkau suatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. tetapi akal hanya perlu membuktikan jujur atau bisakah kejujuran sipembawa berita tersebut di buktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja. Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber Aqidah. Firman Allah: ...dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (an-Nahl,16:89) Apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al Quran dan Oleh Rasulullah dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Akal Pikiran tidak menjadi sumber aqidah, tapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. Akal tidak akan mampu menjangkau hal-hal yang ghaib. E. Beberapa Kaidah Aqidah Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan tidak . Keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu Iman adalah fitrah setiap umat manusia keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah F. Fungsi Aqidah Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Seorang yang mamiliki aqidah yang kuat, pasti akan melakukan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain: Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan. Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Zat yang Maha Besar Iman memberikan daya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik sesama manusia tanpa pamrih.

Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata. Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mujizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam. Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunantuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

MAKALAH
AQIDAH DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA
i

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan taufiq dan inayah dari Allah SWT, makalah tentang Aqidah Islamiyah ini dapat disusun dan disajikan sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dan sebagai bahan diskusi dengan harapan semoga materi ini menjadi pegangan ajaran tauhid atau keimanan kita, yang selama ini secara

tidak terasa keliru karena bercampur baur dengan ajaran-ajaran non Islam, ataupun tradisi dari peninggalan nenek moyang kita, sehingga tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan mana pula yang salah. Sebagai bukti nyata dari kekeliruan ini, timbullah suatu semboyan semua agama adalah sama dan baik. Hilanglah ajaran agama yang asli yang datangnya dari Sang Khaliq (Allah SWT), karena telah diubah oleh tangan-tangan jahil manusia dan diprakarsai oleh hawa nafsu yang sesat. Beruntunglah mereka yang sadar dan mau menganalisa, meneliti, membina dan memantapkan Aqidah Islamiyah atau keimanannya, dengan berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadits serta mau mempergunakan ratio yang sehat.

Mudah-mudahan dengan seizin Allah SWT, makalah ini dapat menyumbangkan jasanya untuk membina dan memantapkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.

Akhirnya harapan penyusun kepada para pembaca, kiranya tidak jemu-jemu memberikan koreksi dan kritik untuk memperbaiki materi ini. Sebab kekurangan sudah barang tentu selalu terdapat pada insan yang dhaif.

Untuk itu, penyusun akan menunggu dan menerima dengan segala senang hati, diiringi ucapan ribuan terima kasih. Semoga Allah SWT jugalah yang akan memberi imbalan pahala yang tidak terhingga kepada segenap pihak yang suka membantu untuk mencari kebenaran dalam ajaran agama yang diridhaiNya. Amin. Mataram, 15 November 2006
ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... . . . . . . . . . . . . . . . . . i KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................ii DAFTAR ISI ..............................................................................................................................iv BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1 I.Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 1 II.Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3 III.Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4

BAB II. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN AQIDAH ISLAMIYAH (KEIMANAN).....................................................................................5 I.Definisi Iman, Hubungannya dengan Islam dan Sasaran Pembahasannya ..................................................................................................... 5 II.Iman Kepada Allah SWT ..................................................................................................... 6 III.Jalan Membuktikan Adanya Allah SWT ..................................................................................................... 9 IV.Sifat-sifat Allah yang Wajib Diketahui, Serta Argumentasinya ..................................................................................................... 11
iv v

V.Iman Kepada Para Malaikat ..................................................................................................... 22 VI.Iman Kepada Kitab-kitab Allah ..................................................................................................... 24 VII.Iman Kepada Para Rasul/Nabi Allah ..................................................................................................... 25 VIII.Iman Kepada Hari Kiamat ..................................................................................................... 26 IX.Iman Kepada Qadha dan Qadar .....................................................................................................

29 BAB III. AQIDAH ISLAMIYAH LEBIH LANJUT.........................................32 I.Perkembangan Aqidah ..................................................................................................... 32 II.Penyimpangan Aqidah dan Cara-cara Penanggulangannya ..................................................................................................... 35 III.Keistimewaan Aqidah Islam dan Manfaat dalam Mempelajarinya ..................................................................................................... 38 IV.Wasiat Aqidah Imam Syafii ..................................................................................................... 40 BAB IV. PENUTUP............................................................................................45 I.Kesimpulan ..................................................................................................... 45 II.Analisa Kritis ..................................................................................................... 48

Artinya : Barang siapa yang akhir ucapannya (waktu akan mati mengatakan): laa ilaaha illallaah, (maka) ia akan masuk surga. (HR. Abu Daud).

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang yang mampu untuk mengucapkan kalimat syahadatain di akhir masa hidupnya, hanyalah orang- orang yang semasa hidupnya selalu mengingat kepada Allah SWT dan mengamalkan segala perintah-perintah-Nya. Dan orang tersebut dimasukkan dalam kategori (golongan) orangorang yang meninggal dengan derajat Husnul Khatimah (hidupnya berakhir dalam keadaan baik).
III. Jalan Membuktikan Adanya Allah SWT

Banyak jalan yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya Allah SWT. Dalam hal ini sangat mudah, asalkan kita mau mempergunakan akal dan pikiran kita, yaitu dengan memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan-nya, antara lain: Artinya : Dan di bumi ini terdapatlah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikannya. (QS. Adz Dzariyat: 20-21) Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (bukti kekuasaan Allah) bagi orang yang (mau) menggunakan akalnya. (QS. Ali Imran: 190) Artinya : Pikirkanlah olehmu tentang makhluk Tuhan, dan janganlah kamu pikirkan tentang zat Khaliq (Allah), karena kamu pasti tidak akan dapat menjangkau-Nya (tidak mungkin manusia untuk memikirkan zat Allah SWT.) (HR. Abu Syekh)
10

Beberapa ahli tasawwuf juga mengatakan: Artinya : Barang siapa yang mengenal akan dirinya, niscaya kenallah ia akan Tuhannya.

Hal ini bukanlah berarti Allah SWT itu bersemayam (berada) dalam diri kita, sebagaimana beberapa orang mempercayai hal tersebut (manunggaling kawula gusti), tetapi hal ini berarti bahwa kita menyadari betapa indah dan harmonisnya susunan tubuh kita, sehingga dapat bekerja praktis, menurut fungsinya masingmasing. Terutama dalam soal pengendalian roh. Hal-hal yang seperti inilah yang menyadarkan kita akan adanya Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mengatur, dan Dia adalah Allah SWT. Kemudian kalau kita memperhatikan alam yang ada di sekitar kita, betapa indah alam tersebut, begitu teraturnya alam berjalan, maka dari situ kita bisa mengambil jalan untuk lebih mengenal Allah SWT.

Sebagai contoh, Imam Hambali (yang hidup antara tahun 164 H- 241H/ 855 M-1055 M), beliau membuktikan adanya zat Yang Maha Kuasa dengan kejadian makhluk-makhluk, terutama manusia, yang asalnya dari sperma dan ovum, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka jadilah ia manusia yang sempurna. Sir Isaac Newton, merasakan bahwa ilmu yang ada padanya adalah sekedar hasil penemuan tentang segala apa yang telah tersedia di alam ini. Ilmu dan kepintaran manusia tidak sanggup untuk menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya. Ketinggian ilmu dan penemuan para ahli hanyalah mengolah dan merubah bentuk, lebih dari itu tidak dapat berbuat apa-apa. Disinilah Newton membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta. Ilmu telah membawa akal kita untuk melihat kebesaran Allah SWT dengan apa yang tidak dapat terlihat oleh mata manusia.

Meskipun ada banyak pengakuan dari ilmuwan non Muslim, tapi hal tersebut hanyalah sekedar pengakuan mereka saja, tetapi mereka tetap mempersekutukan Allah dan tidak mau mengakui Islam sebagai agama yang benar. Walaupun ada hanya sebagian kecil saja. Kalau kita tinjau lebih jauh

11

lagi, bahkan setan dan iblis juga percaya akan adanya Allah, tetapi cara ibadah dan kebaktian serta perbuatannya menyeleweng dari kehendak Allah SWT, bahkan secara terus terang di hadapan Allah, mereka tidak mau menuruti perintah Allah untuk menghormati Adam as.
IV. Sifat-sifat Allah yang Wajib Diketahui, Serta Argumentasinya

Fakta-fakta yang membuktikan adanya Allah SWT, zat Yang Maha Kuasa, sudah cukup banyak diungkapkan, baik oleh masyarakat Muslim maupun non Muslim. Tetapi, jalan pikiran mereka untuk mengenal hakikat yang sebenarnya masih berbeda-beda menurut cara dan konsep mereka sendiri. Oleh karena itu, sangatlah perlu bagi kita untuk mengetahui sifat- sifat Allah SWT, supaya jangan kita keliru untuk menentukan siapa dan bagaimana Allah Yang Maha Kuasa itu.

Allah SWT tidak menganjurkan kita untuk mengadakan penelitian, menganalisa, mengobservasi, atau mencari zat-Nya. Tapi kita diwajibkan hanya untuk mengenal sifat-sifat-Nya. Untuk itu dapat kita peroleh dengan dua cara, yaitu:

1. Secara langsung dari Al Quran dan Al Hadits.

Cara ini hanya mempergunakan satu alternatif saja, yaitu semua keterangan diambil dari Al Quran dan Al Hadits yang shahih, inilah yang disebut dengan Al Asmaul Husna, (nama-nama yang baik), yang jumlahnya sebanyak 99, dengan perincian sebagai berikut:

a. Zat Pribadi-Nya : Al Waahid, Al Haq, Al Qudduus, Ash Shamad, Al Ghanii, Al Mughnii, Al Awwal, Al Aakhiry, Al Hayyi, Al Qayyuum, Al Ahad. b. Penciptaan-Nya : Al Khaaliq, Al Baariu, Al Mushawwir, Al Badiiu.

c. Sifat-sifat-Nya : Ar Rahmaan, Ar Rahiim, Ar Rauuf, Al Waduud, Al Lathiif, At Tawwab, Al Haliim, Al Afuwwu, Al Ghaffar, Al Ghafuur, As Syakuur, As Salaam, Al Mukmin, Al Barr, Ar Raafi, Ar Raazaq, Al Wahhaab, Al Waasi

12

d. Kebesaran/keagungan-Nya : Al Azhiim, Al Aziiz, Al Aliyyu, Al Mutaaalii, Al Qawiyyu, Al Qahhaar, Al Jabbaar, Al Kabiir, Al Kariim, Al Hamiid, Al Majiid, Al Maajid, Al Matiin, Azh Zhaahir, Zul Jalaali wal Ikraam e. Ilmu Pengetahuan-Nya : Al Aliim, Al Hakiim, As Samiiu, Al Khabiir, Al Bashiir, As Syahiid, Ar Raqiib, Al Baathin, Al Muhaimin

f. Kekuasaan dan kepemimpinan-Nya : Al Qaadir, Al Muqtadir, Al Wakiil, Al Hafizh, Al Malik, Al Fattaah, Al Hasiib, Al Muntaqim, Al Muqiit. g. Kodrat-Nya : Al Qaabidh, Al Baasith, Al Muizz, Al Mudzil, Al Mufiib, Al Baaits, Al Muhshi, Al Mubdiu, Al Muiid, Al Muhyi, Al Mumiit, Malikul Muluk, Al Jaami, Adh Dhaar, Al Maani, Al Haadii, Al Baaqii, Al Waarits.

h. Iradat-Nya : An Nuur, Ash Shabuur, Ar Rasyiid, Al Muqsith, An Naafi, Al Waali, Al Jaliil, Al Waliiyu, Al Adlu, Al Khaafidh, Al Waajid, Al Muqaddim, Al Muakhir, Al Hakam, Al Mutakabbir. 2. Secara gabungan, Al Quran dan pikiran (dalil naqliyah dan aqliyah). Cara ini dirumuskan oleh tokoh dalam aliran ilmu tauhid, yaitu Abul Hassan Al Asyari, yang disebut dengan aliran Ahli Sunnah Wal Jamaah. Beliau berpendapat, cara untuk mengenal sifat-sifat yang wajib5 bagi Allah SWT itu ada dua macam:

a. Secara ijmali (global), yaitu bahwa Allah SWT mempunyai segala macam sifat kesempurnaan, yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Jumlah sifat tersebut tidak terhingga banyaknya, tanpa batas.

b. Secara tafshili (terperinci), yaitu bahwa yang disebut dengan sifat dua puluh atau lebih diringkaskan menjadi sifat tiga belas. Adapun tiga belas sifat Allah tersebut adalah sebagai berikut:
5 Dimaksud wajib di sini adalah wajib akal, dengan pengertian, akal manusia wajib mengitiqadkan bahwa Allah SWT

bersifat seperti dengan sifat-sifat yang diuraikan di bawah ini. (Drs. M. Noor Matdawam, Pembinaan dan Pemantapan Dasar Agama, hal. 66)

Tugas Agama - 01 - Makalah, Akidah Dan Komponen-Komponennya


Artinya : Barang siapa yang mengenal akan dirinya, niscaya kenallah ia akan Tuhannya.

Hal ini bukanlah berarti Allah SWT itu bersemayam (berada) dalam diri kita, sebagaimana beberapa orang mempercayai hal tersebut (manunggaling kawula gusti), tetapi hal ini berarti bahwa kita menyadari betapa indah dan harmonisnya susunan tubuh kita, sehingga dapat bekerja praktis, menurut fungsinya masingmasing. Terutama dalam soal pengendalian roh. Hal-hal yang seperti inilah yang menyadarkan kita akan adanya Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mengatur, dan Dia adalah Allah SWT. Kemudian kalau kita memperhatikan alam yang ada di sekitar kita, betapa indah alam tersebut, begitu teraturnya alam berjalan, maka dari situ kita bisa mengambil jalan untuk lebih mengenal Allah SWT.

Sebagai contoh, Imam Hambali (yang hidup antara tahun 164 H- 241H/ 855 M-1055 M), beliau membuktikan adanya zat Yang Maha Kuasa dengan kejadian makhluk-makhluk, terutama manusia, yang asalnya dari sperma dan ovum, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka jadilah ia manusia yang sempurna. Sir Isaac Newton, merasakan bahwa ilmu yang ada padanya adalah sekedar hasil penemuan tentang segala apa yang telah tersedia di alam ini. Ilmu dan kepintaran manusia tidak sanggup untuk menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya. Ketinggian ilmu dan penemuan para ahli hanyalah mengolah dan merubah bentuk, lebih dari itu tidak dapat berbuat apa-apa. Disinilah Newton membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta. Ilmu telah membawa akal kita untuk melihat kebesaran Allah SWT dengan apa yang tidak dapat terlihat oleh mata manusia.

Meskipun ada banyak pengakuan dari ilmuwan non Muslim, tapi hal tersebut hanyalah sekedar pengakuan mereka saja, tetapi mereka tetap mempersekutukan Allah dan tidak mau mengakui Islam sebagai agama yang benar. Walaupun ada hanya sebagian kecil saja. Kalau kita tinjau lebih jauh
11

lagi, bahkan setan dan iblis juga percaya akan adanya Allah, tetapi cara ibadah dan kebaktian serta perbuatannya menyeleweng dari kehendak Allah SWT, bahkan secara terus terang di hadapan Allah, mereka tidak mau menuruti perintah Allah untuk menghormati Adam as.
IV. Sifat-sifat Allah yang Wajib Diketahui, Serta Argumentasinya

Fakta-fakta yang membuktikan adanya Allah SWT, zat Yang Maha Kuasa, sudah cukup banyak diungkapkan, baik oleh masyarakat Muslim maupun non Muslim. Tetapi, jalan pikiran mereka untuk mengenal hakikat yang sebenarnya masih berbeda-beda menurut cara dan konsep mereka sendiri. Oleh karena itu, sangatlah perlu bagi kita untuk mengetahui sifat- sifat Allah SWT, supaya jangan kita keliru untuk menentukan siapa dan bagaimana Allah Yang Maha Kuasa itu.

Allah SWT tidak menganjurkan kita untuk mengadakan penelitian, menganalisa, mengobservasi, atau mencari zat-Nya. Tapi kita diwajibkan hanya untuk mengenal sifat-sifat-Nya. Untuk itu dapat kita peroleh dengan dua cara, yaitu:

1. Secara langsung dari Al Quran dan Al Hadits.

Cara ini hanya mempergunakan satu alternatif saja, yaitu semua keterangan diambil dari Al Quran dan Al Hadits yang shahih, inilah yang disebut dengan Al Asmaul Husna, (nama-nama yang baik), yang jumlahnya sebanyak 99, dengan perincian sebagai berikut:

a. Zat Pribadi-Nya : Al Waahid, Al Haq, Al Qudduus, Ash Shamad, Al Ghanii, Al Mughnii, Al Awwal, Al Aakhiry, Al Hayyi, Al Qayyuum, Al Ahad. b. Penciptaan-Nya : Al Khaaliq, Al Baariu, Al Mushawwir, Al Badiiu.

c. Sifat-sifat-Nya : Ar Rahmaan, Ar Rahiim, Ar Rauuf, Al Waduud, Al Lathiif, At Tawwab, Al Haliim, Al Afuwwu, Al Ghaffar, Al Ghafuur, As Syakuur, As Salaam, Al Mukmin, Al Barr, Ar Raafi, Ar Raazaq, Al Wahhaab, Al Waasi

12

d. Kebesaran/keagungan-Nya : Al Azhiim, Al Aziiz, Al Aliyyu, Al Mutaaalii, Al Qawiyyu, Al Qahhaar, Al Jabbaar, Al Kabiir, Al Kariim, Al Hamiid, Al Majiid, Al Maajid, Al Matiin, Azh Zhaahir, Zul Jalaali wal Ikraam e. Ilmu Pengetahuan-Nya : Al Aliim, Al Hakiim, As Samiiu, Al Khabiir, Al Bashiir, As Syahiid, Ar Raqiib, Al Baathin, Al Muhaimin

f. Kekuasaan dan kepemimpinan-Nya : Al Qaadir, Al Muqtadir, Al Wakiil, Al Hafizh, Al Malik, Al Fattaah, Al Hasiib, Al Muntaqim, Al Muqiit. g. Kodrat-Nya : Al Qaabidh, Al Baasith, Al Muizz, Al Mudzil, Al Mufiib, Al Baaits, Al Muhshi, Al Mubdiu, Al Muiid, Al Muhyi, Al Mumiit, Malikul Muluk, Al Jaami, Adh Dhaar, Al Maani, Al Haadii, Al Baaqii, Al Waarits.

h. Iradat-Nya : An Nuur, Ash Shabuur, Ar Rasyiid, Al Muqsith, An Naafi, Al Waali, Al Jaliil, Al Waliiyu, Al Adlu, Al Khaafidh, Al Waajid, Al Muqaddim, Al Muakhir, Al Hakam, Al Mutakabbir. 2. Secara gabungan, Al Quran dan pikiran (dalil naqliyah dan aqliyah).

Cara ini dirumuskan oleh tokoh dalam aliran ilmu tauhid, yaitu Abul Hassan Al Asyari, yang disebut dengan aliran Ahli Sunnah Wal Jamaah. Beliau berpendapat, cara untuk mengenal sifat-sifat yang wajib5 bagi Allah SWT itu ada dua macam:

a. Secara ijmali (global), yaitu bahwa Allah SWT mempunyai segala macam sifat kesempurnaan, yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Jumlah sifat tersebut tidak terhingga banyaknya, tanpa batas.

b. Secara tafshili (terperinci), yaitu bahwa yang disebut dengan sifat dua puluh atau lebih diringkaskan menjadi sifat tiga belas. Adapun tiga belas sifat Allah tersebut adalah sebagai berikut:
5 Dimaksud wajib di sini adalah wajib akal, dengan pengertian, akal manusia wajib mengitiqadkan bahwa Allah SWT

bersifat seperti dengan sifat-sifat yang diuraikan di bawah ini. (Drs. M. Noor Matdawam, Pembinaan dan Pemantapan Dasar Agama, hal. 66)

Tugas Agama - 01 - Makalah, Akidah Dan Komponen-Komponennya Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document This is a private document.

Info and Rating


Islam agama Elmo tugas makalah Akidah

kenthos Elmo

Share & Embed Related Documents


PreviousNext 1.

p.

p.

p.

2.

p.

p.

p.

3.

p.

p.

p.

4.

p.

p.

p.

5.

p.

p.

p.

6.

p.

p.

p.

7.

p.

p.

p.

8.

p.

p.

p.

9.

p.

p.

p.

10.

p.

p.

p.

11.

p.

p.

p.

12.

p.

p.

p.

13.

p.

p.

p.

14.

p.

p.

p.

15.

p.

p.

p.

16.

p.

p.

p.

17.

p.

p.

p.

18.

p.

p.

More from this user


PreviousNext

1.

11 p.

64 p.

37 p.

2.

12 p.

97 p.

31 p.

3.

12 p.

99 p.

55 p.

4.

9 p.

1 p.

Recent Readcasters

Add a Comment
4c2502e60e1dea

Submit share: Characters: 400

document_comme

4gen

Muhammad Nafileft a comment


goooooooood 06 / 04 / 2011

Reply Report

Ifha Sweetleft a comment


aqidah 09 / 22 / 2010

Reply Report Upload a Document Search Documents


Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff

Support FAQ Developers / API Jobs Terms Copyright Privacy

Copyright 2011 Scribd Inc. Language: English scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd.

Anda mungkin juga menyukai