Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Rotan Pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Sub Famili Genus Spesies (Plantamor, 2008). : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Arecales : Palmae (Arecaceae) : Calamoideae : Calamus : Calamus caesius (rotan sega)

Rotan dan Potensinya Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia. Rotan dapat berbatang tunggal atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus. Habitat rotan pada umumnya pada daerah yang tinggi, tumbuh

Universitas Sumatera Utara

normal pada daerah yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sedikit rotan yang mampu bertahan hidup pada daerah yang kering dan daerah yang tergenang air atau banjir berkepanjangan (Dransfield dan Manokaran, 1996). Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam kelompok palem- paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis dan hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Beberapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai sekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Dari lebih 50 jenis yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia, ternyata baru sebagian kecil yang diekspor; antara lain rotan manau, rotan tohiti , rotan irit , rotan sega, rotan semambu, rotan pulut putih, rotan pulut merah yang kesemuanya ini termasuk dalam kelompok calamus (Erwinsyah, 1999) . Potensi produksi rotan Indonesia sangat besar. Indonesia menempati urutan pertama (75,5%) dalam produksi rotan dunia, urutan berikutnya adalah Malaysia (8,5%), Thailand (7,5%), Filipina (6,6%) dan sisanya (1,9%) diproduksi oleh negara-negara lain. Produksi rotan Indonesia sebagian besar (90%) diekspor ke pasar dunia. Ekspor rotan Indonesai tersebut berupa rotan mentah, rotan setengah jadi, dan barang jadi rotan. Penerimaan devisa rotan menempati urutan kedua setelah kayu dalam ekspor hasil hutan (Muhdi, 2008). Keberadaan sumber daya rotan yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia merupakan suatu peluang dan tantangan bagi daerah setempat untuk memanfaatkannya menjadi komoditi yang dapat diandalkan terutama untuk

Universitas Sumatera Utara

pembangunan daerah dan untuk modal kesejahteraan masyarakat dan modal bagi pembangunan ekonomi nasional. Dari beberapa tempat penghasil rotan yang tersebar di Indonesia, terutama di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Irian jaya diketahui bahwa kemampuan produksi rotan adalah berkisar antara 250.000 ton sampai dengan 600.000 ton pertahunnya. Bahkan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur rotan tanaman merupakan penghasil yang sangat penting. Pernah dilaporkan bahwa seluas 30% hutan di Kalimantan Timur merupakan daerah yang ditumbuhi rotan (Hartono, 1998).

Kegunaan Rotan Rotan secara umum dapat digunakan sebagai bahan untuk mebeler atau furniture, tetapi kenyataannya bagi yang menyenangi bahan dan produk dari rotan dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia seperti konstruksi rumah, isi rumah, perkantoran, jembatan, keranjang, tikar, lampit, tali, dll. Rotan merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi negara karena Indonesia adalah satu satunya negara terbesar penghasil rotan didunia, rotan sebagai bahan baku pabrik atau industri, home industri, sumber mata pencaharian dan meningkatkan tarap hidup dan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan (Maryana, 2010). Produk tanaman rotan yang paling penting adalah batangnya. Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat tidak langsung dari rotan adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan,

Universitas Sumatera Utara

peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasanhiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, anyaman untuk dan sebagainya

(Januminro, 2000).

Pemanfaatan Rotan Sebagai komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara, rotan telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan non-kayu yang cukup penting bagi Indonesia. Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan ekspor unggulan selain minyak dan gas bumi, serta dapat disejajarkan dengan penerimaan ekspor utama pertanian lainnya seperti kopi, karet dan minyak sawit. Disamping itu, industri rotan juga memenuhi persyaratan pengembangan ekspor bukan migas karena: (a) memanfaatkan sumberdaya dalam negeri, (b) dapat memperbesar nilai tambah, (c) dapat bersaing di pasar dunia, (d) dapat menyerap tenaga kerja (Muhdi, 2008). Dewasa ini nilai rotan begitu tinggi sehingga setiap batang dari spesies yang komersial atau bernilai tinggi selalu di panen akibat dari jalan untuk penebangan kayu membuka kawasan kawasan yang semula sukar dicapai sekarang sudah terbuka. Pengumpul rotan dapat memasuki kawasan hutan dan memanen rotan dari dalam kawasan yang luas. Bahkan setelah diterbitkan ijin dan retribusi dibayarkan kepada Dinas Kehutanan sangat mudah, ada bukti bukti yang

Universitas Sumatera Utara

menunjukan bahwa panen dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya (Maryana, 2010). Dalam pengolahan rotan masih belum cukup memperlihatkan daya saing yang tinggi. Desain yang dimiliki masih belum begitu berkembang dari bentuk furniture, keranjang, alat olahraga dan beberapa bentuk produk lainnya. Hal ini diduga karena pemerintah dan instansi lain terkait di daerah masih belum menunjukkan perhatian yang serius sebagaimana perhatian yang selama ini telah diberikan kepada produk hasil hutan lainnya terutama kayu. Sebagaimana diketahui kayu masih dipakai sebagai barometer keberhasilan ekspor hasil hutan Indonesia (Sumadiwangsa, 2008). Pemanfaatan hasil rotan alam dan rotan tanaman cukup berpeluang untuk meningkatkan penerimaan ekspor. Beberapa perubahan kebijakan pemerintah yang dilakukan akhir-akhir ini telah memberikan harapan bagi peningkatan penerimaan ekspor rotan Indonesia, sebagaimana dilaporkan bahwa ternyata hasilnya telah menempatkan Indonesia menjadi ekportir produk rotan yang cukup berhasil pada tahun 1991. Namun demikian walaupun telah terjadi peningkatan penerimaan ekspor namun di sisi lain masalah yang dihadapi oleh para petani, pengrajin, industri pengolah rotan dan pedagang rotan di lapangan, menjadikan memanfaatkan rotan masih sangat rendah dan bahkan sering tidak menarik lagi bagi para petani (Hartono, 1998). Keberadaan industri pengolahan rotan akan sangat tergantung kepada kondisi pasar. Apabila kondisi pasar mendukung, maka perlu terus didukung oleh kelancaran bahan baku. Keberadaan rotan alam pada saat ini adalah sangat mengkhawatirkan apabila mempertimbangkan kualitas hutan yang menurun

Universitas Sumatera Utara

ditambah lagi dengan tekanan yang cukup serius akibat semakin meningkatnya kebutuhan bahan baku rotan itu untuk pemenuhan kapasitas terpasang industri (Erwinsyah, 1999).

Pengolahan Rotan dan Produknya Pengolahan rotan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Pengolahan dalam industri yaitu proses pemisahan rotan bulat menjadi bagianbagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan berdiameter kecil (< 18 mm) dan rotan berdiamerter besar (> 18 mm). Pengolahan rotan asalan
a.

Penggorengan Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat

kering

dan

juga

untuk

mencegah

terjadinya

serangan

jamur.

Cara

penggorengannya adalah potongan-potongan rotan tersebut diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak kelapa.
b.

Penggosokan dan pencucian Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok

dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap. Setelah digoreng rotan dicuci dengan

Universitas Sumatera Utara

air bersih sambil digosok dengan sabut kelapa untuk membersihkan kotoran yang melekat pada batang.
c.

Pengeringan Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas

matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% - 19%. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur rotan langsung pada terik matahari.
d.

Pelurusan dan pemotongan Sebagian besar rotan secara alami tidak ada yang lurus sempurna, terutama

rotan yang berdiameter

besar. Pelurusan rotan dilakukan pada jenis rotan

berdiameter besar yang secara alamiah tidak lurus. Pelurusan rotan dilakukan dengan alat yang dibuat dari sebatang balok ukuran 10 cm x 10 cm, panjang 1,25 m, dan pada bagian atas diberi lubang koakan untuk memasukkan dan meluruskan rotan. Pemotongan dilakukan untuk menyeragamkan ukuran rotan secara keseluruhan sesuai dengan syarat dan kualitas yang ditentukan/diinginkan.
e.

Pengawetan/pemutihan rotan Pengawetan atau pemutihan rotan bertujuan untuk mengurangi kerusakan

dan kemunduran kualitas akibat senyawa berbagai organisme perusak. Pengawetan rotan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Perendaman pada air yang mengalir 2. Perendaman dalam larutan pengawet/pemutih 3. Perebusan dalam larutan bahan pengawet
f.

Pengasapan Pengasapan bertujuan memasukkan asap belerang ke dalam pori-pori rotan

untuk membasmi serangan hama penyakit bila rotan disimpan dalam gudang

Universitas Sumatera Utara

terlalu lama dan untuk meningkatkan warna mutu rotan. Lama pengasapan kurang lebih 12-24 jam, tetapi dapat ditambah apabila warna rotan belum cukup putih.
g.

Sortasi kualitas Sortasi kualitas bertujuan untuk menentukan kelas dan kualitas rotan

sesuai dengan standar yang berlaku atau syarat yang ditentukan menyangkut diameter, warna, cacat dan lain sebagainya.
h.

Pengikatan, penimbangan, dan pembungkusan Setelah rotan disortir menurut diameter dan tingkat kualitasnya, rotan

tersebut diikat dan ditimbangkan menjadi beberapa unit berat berdasrakan jenis rotan, kualitas, dan ukurannya masing-masing. Selanjutnya, rotan yang sudah ditimbang dan diikat dibungkus agar tidak terkena kotoran. Pengolahan rotan menjadi barang jadi Proses pembuatan barang jadi sangat tergantung pada kreasi, imajinasi dan keterampilan pembuatannya. Bentuk produk barang jadi dari bahan baku rotan perlu memperhatikan beberapa faktor teknis, antara lain sebagai berikut: a. Aspek kenyamanan dan keselamatan fisiologis manusia yang akan memanfaatkan dan mempergunakannya. b. Efisiensi penggunaan bahan, material, tenaga kerja dalam proses produksinya. c. Hasil olahan harus mencerminkan dan menampilkan keindahan dan estetika. d. Bahan baku yang digunakan harus sesuai dan serasi dengan bentuk produknya.

Universitas Sumatera Utara

Cara membuat mebel rotan a. Proses perancangan Proses perancangan merupakan proses imajinasi bentuk produk yang ingin dibuat. Proses perancangan dapat pula berupa kreasi terhadap bentuk yang sudah ada. b. Pembentukan dan pembuatan tipe mebel Pembentukan dan pembuatan tipe mebel dilakukan melalui tahap-tahap berikut: 1. Proses pengukuran Rotan yang akan dipakai untuk komponen pembuatan mebel disiapkan, kemudian diukur secara teliti sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar prototipe. Rotan yang dipakai untuk membuat mebel dapat berupa gabungan antara rotan poles halus berkulit atau tanpa kulit dari kelompok rotan berdiameter besar yang digunakan untuk rangka. 2. Pemotongan Pemotongan perlu memperhatikan tanda atau coretan sebagai hasil pengukuran. Alat yang diperlukan untuk memotong rotan adalah gergaji. 3. Pembengkokan Alat yang diperlukan untuk membengkokkan rotan adalah engkol (catok), meja kerja, kompor gas/semprot, dan steaming oven. Ada beberapa kerusakan pada proses pembengkokan, seperti pecah, patah dan putusnya serat pada bagian permukaan yang dilengkungkan 4. Perakitan Perakitan adalah penggabungan potongan atau bahan-bahan komponen mebel yang sudah dipotong dan dibengkokkan. Perakitan memerlukan bahan

Universitas Sumatera Utara

pembantu, antara lain lem kayu, paku (scrop, paku biasa) dan paku T Nedle. Pelaksanaan perakitan dilakukan dengan cara merangkai potongan-potongan rotan dengan mengacu pada bentuk gambar yang telah dibuat baik ukuran, bentuk, letak dan posisinya. 5. Pengikatan Dilakukan untuk menambah kekuatan dan keindahan bentuk mebel. Bagian yang perlu diikat adalah sambungan-sambungan yang bentuk ikatannya disesuaikan dengan bentuk sambungan dan mengikuti sambungan yang ada. 6. Finishing Finishing adalah penyempurnaan hasil akhir suatu produk barang jadi mebel rotan. Proses finishing yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan bentuk akhir yang indah dan menarik. Kegiatan finishing dapat berupa pewarnaan, pemberian tambahan anyaman atau jok (Januminro, 2000).

Gambar 1. Beberapa produk rotan

Perkembangan Industri Rotan di Indonesia Industri pengolahan barang jadi dari rotan masih terbatas pada industri rakyat (home industry) seperti furniture, kerajinan dan lain-lainnya. Industri yang bersifat mekanis masih sangat terbatas dan umumnya penghasil barang setengah jadi.

Universitas Sumatera Utara

Barang-barang dari rotan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan umumnya dihasilkan melalui proses industri yaitu kerajinan. Ciri khas hasil kerajinan yang berbentuk karya seni dihasilkan melalui keterampilan. Di Indonesia orang-orang yang terampil membuat kerajinan disebut perajin, yang jumlahnya cukup banyak dan peralatan yang digunakan sangat sederhana. Pertumbuhan kerajinan relatif tidak banyak dipengaruhi oleh teknologi industri. Pengaruh teknologi industri hanya dirasakan dari segi pengadaan bahan baku. Karena keterbatasan penggunaan teknologi industri ini, maka

pengembangan kerajinan rotan rotan akan tetap banyak menyerap tenaga kerja. Modal utama industri kerajinan rotan di Indonesia adalah keterampilan dan kreativitas seni yang dapat dikembangkan melalui latihan-latihan. Masyarakat Indonesia memiliki potensi cukup besar di bidang seni kriya rotan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan rotan dengan bentuk dan desain yang beraneka ragam. Secara garis besar industri kerajinan rotan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Industri Nonmekanis Industri nonmekanis terdiri atas industri kerajinan rakyat dan industri barang jadi yang pertumbuhannya tidak tergantung pada ketersediaan bahan baku di satu daerah saja, tetapi lebih tergantung pada keterampilan dan keahlian tenaga kerja. 2. Industri Mekanis Industri mekanis tumbuh di pusat-pusat produksi rotan. Hasil produksi industri mekanis adalah barang bahan setengah jadi (Januminro, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Ekspor Rotan Departemen Perindustrian mendesak ekspor rotan mentah ditutup karena ekspor rotan akan mematikan industri mebel dan kerajinan berbasis rotan dalam negeri. Indonesia merupakan produsen rotan alam terbesar di dunia dengan 22 jenis rotan alam. Banyak produsen lebih memilih mengekspor rotan karena tingginya harga dan permintaan bahan baku dari luar negeri. Hal ini disebabkan karena industri mebel dunia sangat tergantung pada suplai bahan baku dari Indonesia (Wardhana, 2010). Dalam memasarkan rotan, Indonesia mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya adalah posisi yang dominan untuk menghasilkan bahan baku dan tenaga kerja yang murah, sedangkan kelemahannya mencakup tingkat

keterampilan dari tenaga penghasil, kurangnya penguasaan atas selera konsumen dan kalah bersaing dengan negara pengekspor barang jadi.

Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak ekonomi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya usaha untuk mendorong kegiatan ekspor, baik yang dilakukan pemerintah maupun pengusaha misalnya dengan dikeluarkannya kebijaksanaan perdagangan luar negeri seperti dikeluarkannya tata niaga ekspor komoditas tertentu dan kebijaksanaan lain. Kebijaksanaan perdagangan di samping berorientasi pasar juga memperkuat sektor produksi (Admin, 2009). Dalam rangka membuka kesernpatan ekspor secara terkendali bagi produk rotan setengah jadi yang bahan bakunya berasal dari rotan hutan alam dengan tetap mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan industri dalam negeri, dengan sasaran kebijakan :

Universitas Sumatera Utara

a. Untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat petani/pengumpul rotan di daerah penghasil rotan untuk memperoleh manfaat dari hasil sumber daya alam daerah mereka sendiri. b. Untuk mempertahankan kelangsungan pasokan bahan baku rotan yang diperlukan oleh industri barang jadi rotan di dalam negeri dengan cara menetapkan suatu batas maksimum rotan yang dapat diekspor. c. Untuk tetap menjaga kelestarian tanaman rotan serta kelestarian alam di daerah penghasil rotan. (Departemen Perdagangan, 2007).

Kebijakan Pemerintah Mengenai Ekspor Rotan Pada tahun 1986, pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan tentang Tata Niaga Rotan melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan

No.274/Kp/X/1986 dengan materi utamanya berupa pelarangan ekspor rotan bahan mentah. Kemudian, dengan pertimbangan bahwa industri rotan barang jadi di dalam negeri telah berkembang dengan baik sejak diberlakukan Tata Niaga Rotan maka dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.179/Kp/VI/92 tanggal 8 Juni 1992 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang materi utamanya adalah pencabutan larangan ekspor rotan mentah dan rotan setengah jadi. Upaya Menteri Perdagangan menjembatani pro dan kontra ekspor rotan dengan mengeluarkan Permendag Nomor 36/M-DAG/PER/8/2009 tanggal 11 Agustus 2009, dalam upaya (i) untuk menjamin pasokan bahan baku bagi industri dalam negeri dengan tetap (ii) menjamin petani/pengumpul mendapatkan manfaat serta sekaligus (iii) menjaga kelestarian rotan; patut didukung. Namun yang diatur dalam Permendag ini bukan berapa yang harus dipasok untuk dalam negeri tetapi

Universitas Sumatera Utara

justru berapa yang boleh diekspor. Walaupun jumlah rotan yang boleh diekspor sudah ditetapkan, namun ijin ekspor hanya diberikan kepada perusahaan yang berdomisili di daerah penghasil rotan saja. Hal ini berarti banyak

petani/pengumpul rotan di banyak daerah penghasil rotan akan sulit menjual rotannya hanya karena di daerahnya tidak terdapat eksportir rotan

(Sumardjani, 2009).

Analisis Kelayakan Ekonomi Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha/proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang mengartikan dalam artian yang lebih terbatas, terutama digunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu investasi, sedangkan bagi pihak pemerintah atau lembaga non-profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Proyek yang diteliti bisa proyek raksasa sampai proyek sederhana. Semakin besar proyek yang akan dijalankan semakin luas dampak yang terjadi baik dampak ekonomi maupun sosial (Suad dan Suwarsono, 2000). Suatu usaha dikatakan baik dan layak untuk ditekuni bila dalam perhitungan kelayakan usaha memenuhi keriteria. Adapun beberapa perhitungan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha antara lain Break Event Point (BEP) dan B/C ratio. Analisis break event adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun

Universitas Sumatera Utara

tidak untung. Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti. Dan untuk pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah sesuai dengan pertambahan volume penjualan. Sedangkan metode R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan (Aswoko, 2009). Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis keuangan atau analisis finansial (Suad dan Suwarsono, 2000).

Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan CV. Haramas yang berlokasi di Jl. Bunga Rampai No. 7, Simalingkar B, Medan berdiri pada tanggal 13 November 2003. Berdirinya perusahaan ini atas dasar inisiatif pengusaha yang telah berpengalaman dalam pembuatan mebel rotan. Perusahaan CV. Haramas bekerja sama dengan perusahaan Jaya Parna Mandiri (JPM) yang menjadi pemasok bahan baku bagi perusahaan ini. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan rotan, CV. Haramas secara terus menerus berusaha meningkatkan desain produk agar menambah pasokan orderan. Kualitas dan desain produk yang baik harus tercapai

Universitas Sumatera Utara

agar keberlangsungan perusahaan dapat terjaga. Hal ini dapat dicapai apabila seluruh komponen yang ada dalam perusahaan bekerjasama membentuk jaringan kerja yang teroganisir sehingga stabilitas perusahaan benar-benar dapat terjaga dengan baik. Tujuan CV. Haramas Tujuan didirikannya CV. Haramas antara lain: 1. Memajukan industri rotan dengan kualitas dan desain terbaik 2. Untuk memberikan kontribusi dalam pendapatan devisa negara, khususnya dari ekspor perusahaan 3. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Perusahaan CV. Haramas menggunakan rotan sebagai bahan baku dalam produksinya. Bahan baku tersebut diolah dengan menggunakan mesin-mesin produksi. Rotan dipilih karena sifatnya yang kuat, lentur dan menarik. Selain itu tim kelola perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan produk rotan. Struktur perusahaan Struktur organiasasi pada CV. Haramas sangat sederhana yang berbentuk garis. Wewenang dari atas ke bawah, sedang tanggung jawab bergerak dari bawah ke atas. Struktur perusahaan CV. Haramas dapat dilihat pada Gambar 2.
Pimpinan Administrasi Mandor Tenaga Kerja Gambar 2. Struktur perusahaan CV. Haramas

Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja Tenaga kerja di CV. Haramas hanya berjumlah 15 orang. Sistem penggajian tenaga kerja di CV. Haramas ada dua yaitu sistem harian dan borongan. Sistem harian menerima gaji setiap minggu, sedangkan sistem borongan menerima gaji setiap bulan. Sistem borongan identik dengan mengejar target. Pada Tabel 1 disajikan data umum tenaga kerja berdasarkan sistem penggajian.
Tabel 1. Data umum tenaga kerja berdasarkan sistem gaji Sistem Gaji Harian Borongan Jumlah 8 orang 7 orang Upah/hari Rp 60.000,00 Rp 70.000,00

Tenaga kerja CV. Haramas berasal dari daerah setempat, sehingga dengan adanya CV. Haramas di daerah tersebut memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Bekerja di pabrik rotan ini adalah pekerjaan utama bagi para tenaga kerja. Selama 8 tahun berproduksi, salah satu kendala produksi perusahaan adalah penyesuaian orderan yang tidak tetap dengan jumlah tenaga kerja dan bahan baku yang harus disediakan. Untuk mengatasi kendala tersebut perusahaan terkadang melakukan subkontrak pembuatan produk terhadap perusahaan atau usaha rumah tangga yang lain. Subkontrak dalam hal ini berarti menggaji usaha rumah tangga lain untuk membuat produk dengan waktu yang ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai