Kusta berasaI darI kata kustha dI bahasa Sansekerta, yang berartI
kumpuIan gejaIagejaIa kuIIt secara umum. PenderIta Kusta sebenarnya teIah dItemukan sejak tahun 600 SebeIum MasehI. Namun, kuman penyebab penyakIt Kusta, yaknI MycobacterIum Ieprae, dItemukan pertama kaII oIeh sarjana darI NorwegIa CH Armauer Hansen pada tahun 1873, maka darI Itu Kusta InI dIkenaI juga dengan nama Morbus Hansen, sesuaI dengan penemu kuman penyebab kusta tersebut. PenyakIt InI dIduga berasaI darI AIrIka dan AsIa tengah dan kemudIan tersebar meIaIuI perpIndahan penduduk dI beberapa beIahan dunIa, penyebaran penyakIt tersebut umumnya dIbawa oIeh para pedagang yang meIIntasI batas negara. Sedangkan Kusta masuk ke ndonesIa InI meIaIuI para pedagang dan penyebar agama sekItar abad ke VV oIeh orang ndIa. Hari Kusta PenyakIt Kusta juga dIperIngatI sebagaI HarI Kusta SedunIa (WorId Leprosy Day), yang awaInya dI InspIrasI oIeh seorang wartawan berkebangsaan PerancIs yang benama RaouI FaIIereau. Wartawan tersebut juga mengabdIkan dIrInya untuk memperjuangkan nasIb penderIta Kusta seIama 30 tahun. RaouI berjuang untuk menghIIangkan stIgma sosIaI dI masyarakat. SampaI dengan tahun 1955, terdapat 150 radIo darI 60 negara yang menyIarkan kampanye pemberantasan Kusta. PerIstIwa yang terjadI pada akhIr mInggu buIan Desember tahun 1955 InI dItetapkan sebagaI HarI Kusta SedunIa. Sementara Itu, dI sejumIah negaranegara AsIa termasuk ndonesIa, perIngatan HarI Kusta SedunIa dIperIngatI pada mInggu akhIr buIan ]anuarI sebagaI penghormatan terhadap jasajasa Mahatma CandhI yang menInggaI dIakhIr buIan ]anuarI tersebut. Mahatma gandhI adaIah tokoh pejuang ndIa yang menaruh perhatIan yang sangat besar kepada penderIta Kusta, khususnya dI ndIa. Sejauh InI ndonesIa memIIIkI pasIen Kusta terbanyak seteIah ndIa, 8razII dan Myanmar. Namun untuk Kota Surabaya sendIrI, penyakIt InI masIh daIam kategorI rendah. 8erdasarkan data darI 8Idang PengendaIIan MasaIah Kesehatan DInas Kesehatan Kota Surabaya, jumIah kasus baru Kusta yang terdata pada tahun 2008 IaIu sebanyak 159 pasIen untuk jenIs Kusta basah atau M8, sedangkan 5 orang IaInnya mengIdap jenIs Kusta kerIng. Karena penyakIt Kusta merupakan penyakIt dengan penyembuhan jangka panjang, maka beberapa dIantara pasIen tersebut merupakan pasIen Iama yang sedang menjaIanI pengobatan. Untuk jumIah secara keseIuruhan, jumIah pasIen kusta tahun 2008 kemarIn adaIah sebanyak 196 untuk Kota Surabaya. DIjeIaskan oIeh dr. na AnIatI, KepaIa 8Idang PengendaIIan MasaIah Kesehatan DInas Kesehatan Kota Surabaya, bahwa umumnya pasIen yang mengIdap Kusta dI kota metropoIIs InI kebanyakan penduduk musIman yang berasaI darI Iuar kota. Penurunan kasus Kusta dI Surabaya sendIrI tIdak terIaIu sIgnIIIkan. "8Iasanya jumIah Kusta turun pada saat awaIawaI peIatIhan petugas Puskesmas (mengenaI penyakIt Kusta, Red) saja, karena jarangnya kasus tersebut (dI Surabaya, Red) maka serIng terIupa oIeh orangorang," tambah dokter aIumnus UnIversItas AIrIangga ketIka dItemuI dI kantornya.
!enyebab Kusta SepertI yang teIah tertera dI atas, Kusta yang merupakan penyakIt kronIs InI dIsebabkan oIeh InIeksI MycobacterIum Ieprae (M.Ieprae). Kuman InI adaIah kuman aerob, berbentuk batang dengan ukuran 18 , Iebar 0,2 - 0,5 , sIIatnya tahan asam sehIngga tIdak mudah untuk dIwarnaI. M.Ieprae bIasanya berkeIompok dan ada puIa yang tersebar satusatu. Kuman InI hIdup daIam seI terutama jarIngan yang bersuhu dIngIn dan tIdak dapat dIkuItur daIam medIa buatan. Masa beIah dIrI kuman kusta InI memerIukan waktu yang sangat Iama dIbandIngkan dengan kuman IaIn, yaItu 1221 harI. SehIngga masa tunas pun menjadI Iama, yaItu sekItar 2-5 tahun. Kuman Kusta InI pertama kaII menyerang saraI tepI, yang seIanjutnya dapat menyerang kuIIt, mukosa muIut, saIuran naIas bagIan atas, sIstem retIkuIoendoteIIaI, mata, otot, tuIang dan juga testIs, kecuaII susunan saraI pusat. Kusta yang merupakan penyakIt menahun InI daIam jangka panjang dapat menyebabkan anggota tubuh penderIta tIdak dapat berIungsI sebagaImana mestInya. PenderIta Kusta kebanyakan darI masyarakat ekonomI menengah kebawah yang kurang atau beIum memahamI artI pentIng darI kebersIhan IIngkungan. "Tentu saja kebersIhan IIngkungan pun menjadI Iaktor IaIn penyebab Kusta, seIaIn kuman," ungkap ProI. dr. ]usuI 8arakbah, SpKK, saIah seorang dokter spesIaIIs penyakIt KuIIt KeIamIn dI Rumah SakIt Dr. Soetomo Surabaya saat dIkonIIrmasI meIaIuI teIepon. a menambahkan bahwa terIebIh bagI mereka yang tInggaI dI daerah kumuh dan terbatas akan IasIIItas aIr bersIh. SehIngga, seteIah kIta mengetahuI Iaktor penyebab Kusta, maka anggapan masyarakat bahwa Kusta adaIah penyakIt kutukan Tuhan dan penyakIt keturunan adaIah saIah. enis Kusta DarI sIsI medIs, Kusta dIkIasIIIkasIkan berdasarkan banyak Iaktor, haI tersebut bertujuan untuk mempermudah cara penanganan darI penyakIt kuIIt InI. Namun, pada umumnya Kusta terbagI menjadI dua, yaknI kusta pausIbasIIar (P8) atau kusta tIpe kerIng dan kusta muItIbasIIar (M8) atau kusta tIpe basah. Kusta PausIbasIIar (P8) Tandatandanya: 1. 8ercak putIh sepertI panu yang matI rasa, artInya bIIa bercak putIh tersebut dIsentuh dengan kapas, maka kuIIt tIdak merasakan sentuhan tersebut. 2. Permukaan bercak kerIng dan kasar 3. Permukaan bercak tIdak berkerIngat 4. 8atas (pInggIr) bercak terIIhat jeIas dan serIng ada bIntIIbIntII kecII.
Kusta tIpe kerIng InI kurangJtIdak menuIar, namun apabIIa tIdak segera dIobatI akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengIra bercak putIh sepertI tandatanda dI atas adaIah panu bIasa, sehIngga pemerIksaan pun tIdak segera dIIakukan sebeIum akhIrnya orang tersebut teIah mengaIamI Kusta pada IeveI IebIh Ianjut. SehIngga, pemerIksaan dan pengobatan semenjak dInI ke Puskesmas atau pun Rumah SakIt terdekat pun sangat dIanjurkan. Pengobatan kusta tIpe P8 InI cenderung IebIh sebentar darIpada tIpe basah. Kusta MuItIbasIIar (M8) TandaTandanya: 1. 8ercak putIh kemerahan yang tersebar satusatu atau merata dIseIuruh kuIIt badan. 2. TerjadI penebaIan dan pembengkakan pada bercak. 3. Pada permukaan bercak, serIng ada rasa bIIa dIsentuh dengan kapas. 4. Pada permuIaan tanda darI tIpe kusta basah serIng terdapat pada cupIng teIInga dan muka.
Kusta tIpe basah InI dapat menuIar, maka bagI yang menderIta penyakIt tIpe kusta tIpe basah InI harus berobat secara teratur sampaI seIesaI sepertI yang teIah dItetapkan oIeh dokter. Namun, umumnya kendaIa yang dIhadapI adaIah pasIen tIdak mentaatI resep dokter, sehIngga seIaIn mereka tIdak menjadI IebIh baIk, mereka pun akan resIsten terhadap obat yang teIah dIberIkan. Untuk Kusta M8 InI menuIar Iewat kontak secara Iangsung dan Iama. "PenuIaran terjadI apabIIa seseorang kontak dengan pasIen sangat dekat dan daIam jangka panjang," dr. na kembaII menjeIaskan. SehIngga bagI pasIen kusta M8 harus segera meIakukan pengobatan, dan meIakukan penyembuhan secara teratur.
acat Kusta ApabIIa kIta mendengar kata Kusta, saIah satu haI yang terbersIt daIam pIkIran kIta adaIah penyakIt yang dapat menyebabkan cacat bagIan tubuh IebIh IagI pada mutIIasI beberapa bagIan tubuh tertentu. SepertI haInya penyakIt IaIn, cacat tubuh tersebut sebenarnya dapat dIcegah apabIIa dIagnosIs dan penanganan penyakIt dIIakukan semenjak dInI. DemIkIan puIa dIperIukan pengetahuan berbagaI haI yang dapat menImbuIkan kecacatan dan pencegahan kecacatan, sehIngga tIdak menImbuIkan cacat tubuh yang tampak menyeramkan. Menurut WHO (1980) batasan IstIIah daIam cacat Kusta adaIah: 1. mpaIrment: segaIa kehIIangan atau abnormaIItas struktur atau IungsI yang bersIIat psIkoIogIk, IIsIoIogIk, atau anatomIk, mIsaInya Ieproma, gInekomastIa, madarosIs, cIaw hand, uIkus, dan absorbsI jarI. 2. DIssabIIIty: segaIa keterbatasan atau kekurangmampuan (akIbat ImpaIrment) untuk meIakukan kegIatan daIam batasbatas kehIdupan yang normaI bagI manusIa. DIssabIIIty InI merupakan objektIvItas ImpaIrment, yaItu gangguan pada tIngkat IndIvIdu termasuk ketIdakmampuan daIam aktIvItas seharIharI, mIsaInya memegang benda atau memakaI baju sendIrI. 3. HandIcap: kemunduran pada seorang IndIvIdu (akIbat ImpaIrment atau dIsabIIIty) yang membatasI atau menghaIangI penyeIesaIan tugas normaI yang bergantung pada umur, seks, dan Iaktor sosIaI budaya. HandIcap InI merupakan eIek penyakIt kusta yang berdampak sosIaI, ekonomI, dan budaya. 4. DeIormIty: keIaInan struktur anatomIs 5. DehabIIItatIon: keadaanJproses pasIen Kusta (handIcap) kehIIangan status sosIaI secara progresII, terIsoIasI darI masyarakat, keIuarga dan temantemannya. DestItutIon: dehabIIItasI yang berIanjut dengan IsoIasI yang menyeIuruh darI seIuruh masyarakat tanpa makanan atau perIIndungan (sheIter).
]enIs Cacat KustaCacat yang tImbuI pada penyakIt Kusta dapat dIkeIompokkan menjadI dua keIompok, yaItu: 1. KeIompok pada cacat prImer, IaIah keIompok cacat yang dIsebabkan Iangsung oIeh aktIvItas penyakIt, terutama kerusakan akIbat respons jarIngan terhadap kuman Kusta. 2. KeIompok cacat sekunder, cacat sekunder InI terjadI akIbat cacat prImer, terutama akIbat adanya kerusakan saraI (sensorIk, motorIk, otonom). KeIumpuhan motorIk menyebabkan kontraktur sehIngga dapat menImbuIkan gangguan mengenggam atau berjaIan, juga memudahkan terjadInya Iuka. KeIumpuhan saraI otonom menyebabkan kuIIt kerIng dan eIastIsItas berkurang. AkIbatnya kuIIt mudah retakretak dan dapat terjadI InIeksI sekunder.
!encegahan acat !ada Kusta Pencegahan cacat Kusta jauh IebIh baIk dan IebIh ekonomIs darIpada penangguIangannya. Pencegahan InI harus dIIakukan sedInI mungkIn, baIk oIeh petugas kesehatan maupun oIeh pasIen Itu sendIrI dan keIuarganya. DI sampIng Itu perIu mengubah pandangan yang saIah darI masyarakat, antara IaIn bahwa Kusta IdentIk dengan deIormItas atau dIsabIIIty. Upaya pencegahan cacat terdIrI atas: 1. Untuk Upaya pencegahan cacat prImer, meIIputI: dIagnosIs dInI pengobatan secara teratur dan akurat dIagnosIs dInI dan penataIaksanaan reaksI 2. Upaya pencegahan sekunder, meIIputI: Perawatan dIrI sendIrI untuk mencegah Iuka LatIhan IIsIoterapI pada otot yang mengaIamI keIumpuhan untuk mencegah terjadInya kontraktur 8edah rekonstruksI untuk koreksI otot yang mengaIamI keIumpuhan agar tIdak mendapat tekanan yang berIebIhan 8edah septIk untuk mengurangI perIuasan InIeksI, sehIngga pada proses penyembuhan tIdak terIaIu banyak jarIngan yang hIIang Perawatan mata, tangan dan atau kakI yang anestesI atau mengaIamI keIumpuhan otot.
PrInsIp yang pentIng pada perawatan sendIrI untuk pencegahan cacat kusta adaIah: pasIen mengertI bahwa daerah yang matI rasa merupakan tempat rIsIko terjadInya Iuka pasIen harus meIIndungI tempat rIsIko tersebut (dengan kaca mata, sarung tangan, sepatu, dII) pasIen mengetahuI penyebab Iuka (panas, tekanan, benda tajam dan kasar) pasIen dapat meIakukan perawatan kuIIt (merendam, menggosok, meIumasI) dan meIatIh sendI bIIa muIaI kaku penyembuhan Iuka dapat dIIakukan oIeh pasIen sendIrI dengan membersIhkan Iuka, mengurangI tekanan pada Iuka dengan cara IstIrahat
!enularan Kusta SampaI saat InI penyebab penuIaran penyakIt Kusta yang pastI masIh beIum dIketahuI, namun para ahII mengatakan bahwa penyakIt Kusta dapat dItuIarkan meIaIuI saIuran pernaIasan dan juga meIaIuI kuIIt. WaIau tIdak terdapat hukumhukum pastI penuIaran Kusta InI, perIu dIketahuI bahwa jaIan keIuar darI kuman Kusta InI adaIah meIaIuI seIaput IendIr hIdung penderIta. Namun ada beberapa artIkeI yang menyatakan bahwa penuIaran Kusta InI meIaIuI sekret hIdung penderIta yang teIah mengerIng dImana basII dapat hIdup 2 7 harI. Cara penuIaran IaIn yang umumnya dIungkapkan adaIah meIaIuI kuIIt ke kuIIt, namun dengan syarat tertentu. Karena tIdak semua sentuhan kuIIt ke kuIIt Itu dapat menyebabkan penuIaran. SampaI saat InI masIh beIum dItemukan vaksInasI terhadap Kusta, namun berdasarkan beberapa sumber, dIkatakan bahwa apabIIa kuman Kusta tersebut masIh utuh bentuknya maka memIIIkI kemungkInan penuIaran IebIh besar darIpada bentuk kuman yang teIah hancur akIbat pengobatan. SehIngga, perIu dItekankan bahwa pengobatan merupakan jaIan untuk mencegah penuIaran penyakIt Kusta InI. !enanggulangan Kusta Tujuan utama adanya upaya penangguIangan Kusta adaIah memutus mata rantaI penuIaran untuk menurunkan InsIden penyakIt, mengobatI, dan menyembuhkan penderIta, serta mencegah tImbuInya cacat. SaIah satu cara penangguIangan penyakIt Kusta yang teIah Iama dIIaksanakan adaIah meIaIuI program MDT (MuItI Drug Therapy). Program MDT InI dImuIaI pada tahun 1981, yaItu ketIka KeIompok StudI KemoterapI WHO secara resmI mengeIuarkan rekomendasI pengobatan Kusta dengan rejImen kombInasI yang seIanjutnya dIkenaI sebagaI rejImen MDTWHO. RejImen InI terdIrI atas kombInasI obatobat dapson, rIIampIsIn, dan kIoIazImIn. SeIaIn untuk mengatasI resIstensI dapson yang semakIn menIngkat, penggunaan MDT dImaksudkan juga untuk mengurangI ketIdaktaatan penderIta dan menurunkan angka putusobat (dropout rate) yang cukup tInggI pada masa monoterapI dapson. DI sampIng Itu dIharapkan juga MDT dapat mengeIImInasI persIstensI kuman Kusta daIam jarIngan. Namun daIam peIaksanaan program MDT WHO ada beberapa masaIah yang tImbuI, yaItu adanya persIster, resIstensI rIIampIsIn dan Iamanya pengobatan terutama untuk kusta M8. Terdapat juga beberapa metode penangguIangan Kusta, yaknI metode pemberantasan dan pengobatan, metode rehabIIItasI yang terdIrI darI rehabIIItasI medIs, rehabIIItasI sosIaI, rehabIIItasI karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhIr darI rehabIIItasI, dImana penderIta dan masyarakat membaur sehIngga tIdak ada keIompok tersendIrI. KetIga metode tersebut merupakan suatu sIstem yang saIIng berkaItan dan tIdak dapat dIpIsahkan. SepertI yang teIah dIungkapkan dI atas, bahwa penyakIt Kusta bukan hanya permasaIahan medIs saja, namun menyangkut psIkIs, sosIaI, budaya, bahkan ekonomI. Anggapan saIah mengenaI penyakIt Kusta tIdak akan membantu terputusnya mata rantaI penuIaran kusta. Namun, meIaIuI dukungan dan hImbauan kepada pasIen tersebut Iah yang akan memInImaIIsIr jumIah pasIen kusta dI satu wIIayah. "Segera temuI dokter sesaat seteIah menemuI bercak putIh dI kuIIt dan matI rasa," hImbau ProI dr. ]usuI 8arakbah, SpKK. HaI tersebut juga dIungkapkan oIeh dr. na AnIatI, bahwa pasIen tIdak perIu bIngung atau maIu untuk memerIksakan dIrInya ketIka mencurIgaI ada bercak putIh matI rasa dI kuIIt. SeIuruh Puskesmas, terutama dI Kota Surabaya, dapat meIayanI permasaIahan tersebut. SemakIn dInI dIatasI maka semakIn kecII kemungkInan penuIaran. Kusta tIdak menuIar, apabIIa kIta peduII dan memIIIkI nIat kuat untuk menangguIangInya.(IIe)
PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA DI INDONESIA Di Indonesia, tujuan program pemberantasan penyakit kuista adalah menurunkan angka prevalensi penyakit kustra menjadi 0,3 per 1000 penduduk pada tahun 2000. Upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta Melalu: 1) Penemuan penderita secara dini. 2) Pengobatan penderita. 3) Penyuluhan kesehatan di bidang kusta. 4) Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta. 5) Rehabilitasi penderita kusta
MENGAPA ELIMINASI PENYAKIT KUSTA
Upaya pemberantasan penyakit kusta mendapat perhatian utama di negara-negara sedang berkembang, khususnya di ne- gara yang endemik kusta karena:
1) Beban Iisik dan sosial yang harus ditanggung oleh penderita, keluarga dan masyarakat. Besarnya penyakit tidak hanya dinyatakan pada besarnya prevalensi dan insiden saja, tetapi juga dampak psikologis. 2) Penyakit kusta termasuk penyakit dengan epidemiologi yang unik.
O Distribusi penyakit tidak merata, sehingga memungkinkan penentuan daerah prioritas.
O Prevalensi yang tercatat merupakan hasil kumpulan kasus selama beberapa tahun bahkan beberapa dekade lalu.
O asus baru yang tercatat hanya sedikit.
Upaya eliminasi dilakukan dengan 4 cara yaitu:
O $ecara epidemiologi Di beberapa negara, penyakit kusta telah mendapat peng- obatan kembali yang lebih baik.
O $ecara teknologi Multi Drug Therapy (MDT) terbukti eIektiI dalam menyem- buhkan penyakit kusta.
O $ecara politik Adanya dorongan kuat dan pemerintah dalam upaya elimi- nasi penyakit kusta, terutama di negara-negara endemik.
O $ecara ekonomi Terdapat sejumlah agen donor dan organisasi non pemerin- tah yang sanggup membiayai penggunaan MDT dalam upaya eliminasi penyakit kusta
Ciri-ciri umum penyakit kusta, adalah bercak putih kemerahan (seperti panu) yang mati rasa dan terkadang di tepinya terdapat penebalan seperti kurap.
Jika bercak ini lebih dari 5 maka itu disebut tipe kuman yang banyak biasa disebut multi basilar, sedangkan jika bercaknya kurang dari 5 maka disebut pausi basilar dikatakan basil sebab kumannya berbentuk batang.