Anda di halaman 1dari 2

Sejarah

Teluk Buyat berada di sisi tenggara lengan semenanjung Sulawesi bagian utara, menghadap Laut
Maluku. Di sekitar teluk ini tinggal sejumlah nelayan. Sejak tahun 1996, Teluk Buyat digunakan
sebagai daerah penimbunan untuk Mesel Gold Mine, dijalankan oleh PT Newmont Minahasa
Raya, perusahaan cabang Newmont Mining Corporation yang memiliki saham 80.Tailing dari
tambang emas itu merupakan cadas halus dan emas ditemukan di situ.
Jalur pipa dibangun untuk menyalurkan tailing dari daerah pertambangan ke teluk yang
memanjang sekitar 900 m ke laut dan menimbun bahan intu pada kedalaman 82 m.Pada bulan
Juli 2004, beberapa lembaga swadaya masyarakat memulai kampanye mendakwa PT Newmont
Minahasa Raya mencemari Teluk Buyat dengan sengaja, yang menimbulkan eIek samping pada
kesehatan warga setempat.
Polusi
Pada pertengahan tahun 2004, kelompok nelayan setempat memohonkan penyelidikan
independen kepada Pemerintah Indonesia atas kadar limbah tambang Newmont di Teluk Buyat.
Nelayan setempat melihat jumlah ikan yang mati mendadak amat tinggi disertai dengan
pembengkakan yang tak biasa, hilangnya ikan bandeng muda dan spesies lain di wilayah teluk.
Mereka juga mengeluhkan masalah kesehatan yang tak biasa seperti penyakit kulit yang tak
dapat dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan pembengkakan aneh di leher, betis, pergelangan
tangan, bokong, dan kepala. Penelitian itu menemukan beberapa logam berat seperti arsen,
antimon, merkuri, dan mangan yang tersebar di sana dengan kepadatan tertinggi di sekitar daerah
penimbunan.
Pada bulan November 2004, WALHI (LSM lingkungan) bersama dengan beberapa organisasi
nirlaba (Indonesian Mining Advocacy Network, Earth Indonesia, dan Indonesian Center Ior
Environmental Law) mengumpulkan laporan yang lebih menyeluruh atas keadaan Teluk Buyat,
menyimpulkan teluk itu dicemari oleh arsen dan merkuri dalam kadar yang berbahaya, sehingga
berisiko tinggi bagi masyarakat.
|1|
Sampel endapan dasar Teluk Buyat menunjukkan kadar arsen
setinggi 666 mg/kg (ratusan kali lebih besar daripada Kriteria Kualitas Perairan Laut ASEAN
yang hanya 50 mg/kg) dan kadar merkuri rata-rata 1000 g/kg (standar yang sama menetapkan
400 g/kg). Dibandingkan dengan sampel kontrol alami dari tempat yang tak dipengaruhi
penimbunan limbah pertambangan, studi itu juga menyimpulkan bahwa kadar arsen dan merkuri
itu tidak alami dan satu-satunya sumber yang mungkin adalah dari penimbunan limbah
pertambangan Newmont. Merkuri dan arsen tertumpuk di berbagai organisme hidup di Teluk
Buyat termasuk ikan yang dimakan setiap hari oleh penduduk setempat. Kesehatan manusia
berada dalam bahaya dan laporan itu merekomendasikan konsumsi ikan harus dikurangi secara
signiIikan dan mungkin relokasi penduduk ke daerah lain.
Pada tahun 1994, AMDAL Newmont menegaskan adanya lapisan termoklin pada kedalaman 50
70 meter sebagai penghalang bagi tailing untuk bercampur dan menyebar di Teluk Buyat.
Walaupun demikian, WALHI tak menemukan lapisan yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai