Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bekicot (Achatina fullica Ferr.) sebagai salah satu obat tradisional dari
bahan hewan, perlu diteliti dan dikembangkan. Secara tradisional digunakan
sebagai obat penyembuh luka baru., abortus, sakit waktu menstruasi, radang
selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lainlain. Tetapi cara
penggunaannya masih sangat sederhana, misalnya dengan cara mengoleskan
lendir bekicot pada bagian tubuh yang terluka. Diperlukan suatu sediaan yang
cocok dalam pengobatan tersebut ( Anonim 1995 ).
Lendir yang diproduksi kelenjar di dinding tubuh bekicot, maupun zat
getah bening yang mengalir dalam tubuh bekicot mempunyai aktivitas
pembasmian bakteri dan benda asing. Komponen itu yang berIungsi dalam
penutupan luka. Lendir bekicot sangat berpotensi sebagai bahan obat yang murah
dan mudah di dapatkan di berbagai tempat di Indonesia, sedangkan
pemanIaatannya di bidang Iarmasi masih jarang
Luka bakar adalah bentuk cidera pada tubuh akibat api, benda panas,
seperti besi panas, dan panas radiasi. Cidera lain dalam segi medicologi, yang
termasuk luka bakar adalah akibat sambaran petir, sengatan listrik, sinar X, dan
bahan korosiI ( Chadha 1995 )
Gel merupakan sediaan semipadat digunakan pada kulit, umumnya
sediaan tersebut berIungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai

pelunak kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif)
(Lachman 1986). Gel dideIinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel 1989).
Pembuatan sediaan dalam bentuk sediaan gel dipengaruhi oleh pemilihan
basis gel (gelling agent) yang dapat melepaskan obat secara optimum (tdak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi) dan sedapat mungkin cocok untuk penyakit
kulit tertentu dan kondisi kulit tertentu.Seleksi basis pembentuk gel yang cocok
pada sediaan gel adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
memIormulasikan sediaan gel (Voight 1994).
Basis gel yang ideal adalah yang bersiIat inert dan non reaktiI dengan
komponen lain dalam Iormulasi. Bahan pembentuk gel yang saat ini banyak
digunakan dalam bidang Iarmasi dan kosmetik adalah polimer karboksivinil yaitu
karbopol 940. Karbopol 940 merupakan gel hidroIilik, sehingga mudah terdispersi
dalam air dan dalam konsentrasi kecil dapat berIungsi sebagai basis gel dengan
kekentalan yang cukup, nama dagang karbopol 940 adalah carbomer. Keuntungan
pemakaian karbopol 940 dibandingkan dengan bahan lain adalah siIatnya yang
mudah didispersikan oleh air dan dengan konsentrasi kecil yaitu 0,5-
mempunyai kekentalan yang cukup sebagai basis gel. Karbopol 940 di dispersikan
ke dalam air membentuk larutan asam yang keruh, kemudian dinetralkan dengan
basa kuat seperti sodium hidroksida, sehingga dengan demikian akan
meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhannya (SaiIullah 008).

Basis gel yang bersiIat hidroIilik memiliki daya sebar pada kulit baik,
mudah dicuci dengan air dan memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang
berambut dan pelepasan obatnya baik. Bahan obat dilepaskan dalam waktu
singkat dan nyaris sempurna dari pembawanya. Hidrogel juga digunakan sebagai
salep dingin (Voigt, 1994). Basis harus mudah melepaskan bahan obatnya bila gel
digunakan pada kulit agar obat mudah diserap melalui kulit (Lachman dkk, 1994).
pembuatan gel anti bakteri pada luka dari lendir bekicot menggunakan basis
(gelling agents) Karbopol 940 secara Simplex Lattice Design dengan
perbandingan proporsi gliserin sebagai campuran pelarutnya diharapkan dapat
diketahui proporsi Iormula yang paling baik digunakan sebagai pembawa lendir
bekicot
Optimasi dapat dilakukan dengan secara triall and error, namun hal ini
dapat menghabiskan waktu dan tenaga yang tidak sedikit dan juga menghabiskan
materi yang banyak. Salah satu metode yang digunakan adalah metode Simplex
lattice design, salah satu dari beberapa tehnik yang digunakan dalam prosedur
optimasi Iormulasi yang berguna dalam perencanaan sediaan obat. Prosedur ini
dapat digunakan untuk menentukan proposi relatiIe, bahan-bahan yang membuat
suatu Iormulasi paling baik mengenai variabel atau hasil yang ditentukan. Suatu
masalah umum dalam Iarmasetika terjadi jika komponen-komponen Iormulasi
diubah-ubah dalam upaya untuk mengoptimalkan penampilannya mengenai
variabel-variabel seperti daya sebar, daya lekat dan viskositas. Penerapan suatu
rancangan Simplex lattice design dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah (Lachman 1986)
4


B. Perumusan Masalah
Permasalahan dari penelitian ini adalah berapakah proporsi optimum
campuran karbopol 940 dan gliserin antara karbopol 940-gliserin sebagai basis
pada pembuatan gel lendir bekicot dengan metode simplex lattice design ?

. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proporsi optimum dari
campuran karbopol 940 dan gliserin,pada pembuatan gel lendir bekicot (Achatina
fullica ferr.) dengan metode simplex lattice design.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dibidang pengobatan tradisional tentang manIaat
lendir bekicot sebagai salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat
luka bakar. Serta diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh
kombinasi antara karbopol 940 dan gliserin sebagai basis pada pembuatan gel
obat luka bakar lendir bekicot dengan metode simplex lattice design terhadap
stabilitas Iisik gel lendir bekicot

Anda mungkin juga menyukai