Anda di halaman 1dari 9

A.

Akar Pemikiran

Sejarah perkembangannya dimulai ketika Plato (400 SM) mengatakan bahwa ada trikotomi
jiwa manusia, yakni kecerdasan, kemauan dan perasaan. Aristoteles (generasi setelah Plato)
berpendapat bahwa ilmu jiwa adalah terkait dengan semua gejala hidup. Semua makluk hidup
memiliki jiwa. Semua hewan, tumbuhan dan manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa.
InIormasi yang muncul dari alenia di atas bermaksud untuk memberikan penegasan bahwa
psikologi atau umum menyebutnya sebagai ilmu jiwa telah sejak lama ada. Berasal dari
perkataan Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos berarti ilmu pengetahuan maka
kemudian istilah psikologi tersebut memuat arti sebagai ilmu yang mempelajari sisi kejiwaan
manusia sebagai individu. Penting untuk disadari bahwa manusia sebagai individulah yang
menjadi titik sentral kajian psikologi, bukannya individu dalam konteks sosial.
Ahli Ilmu Jiwa dari Austria, Sigmund Freud (1856-1939) menemukan teori sadar dan bawah
sadar dalam kejiwaan manusia. Freud memberikan penjelasan bahwa pikiran-pikiran, hasrat-
hasrat serta sejumlah perasaan termasuk pada sesuatu yang disadari atau 'yang sadar'.
Sedangkan dorongan-dorongan, naIsu-naIsu serta hasrat dan pikiran yang berpengaruh pada
tindakan yang tidak disadari disebutnya sebagai 'bawah sadar. Ia katakan bahwa kehidupan
manusia sadar itu ibarat gunung es. Yang tampak dan terasakan hanya 10, sedang sisanya
tenggelam dalam bawah sadar.
Perkembangan berikutnya adalah, ketika Gustave Le Bon (1841-1932) mengkaitkannya
dengan massa sebagai sekumpulan orang yang cenderung memiliki jiwa, maka bersemailah
perluasan kajian psikologi dari yang bersiIat individual ke arah yang lebih luas yakni massa.
George Herbert Mead (1863-1931) adalah intelektual besar Amerika akhir abad ke-19 yang
memberi sumbangan besar pada perkembangan pemikiran psikologi sosial melalu usahanya
dalam mengkaitkan sosiologi dengan psikologi. Mead sangat dipengaruhi oleh teori
evolusinya Darwin. Ia menerima prinsip Darwinis bahwa organisme individu manusia selalu
terus menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan bahwa
hanya melalui proses inilah bentuk atau karakteristik organisme manusia mengalami
perubahan yang berkesinambungan. Pikiran dan kesadaran manusia yang diyakini oleh Mead
sebagai organisme yang keberlangsungannya memerlukan interaksi dengan lingkungannya
inilah yang sejalan dengan asumsi Darwin yang memandang pertumbuhan manusia sebagai
hal yang dituntun oleh proses evolusi alamiah.
Mengikuti asumsi Mead bahwa kegiatan hidup manusia dipenuhi oleh usahanya
menyesuaikan diri dengan alam, maka mulailah psikologi sosial menampakkan dirinya secara
agak jelas. Manusia sering dapat melewati prosedur dialektika trial and error yang biasanya
terjadi dalam perjalanan beberapa generasi. Prosedur ini menempatkan lingkungan sebagai
unsur penting. Lingkungan dengan pemahaman sebagai medan atau lapangan tempat
terjadinya interaksi antar individu yang dari interaksi ini memungkinkan langkah perubahan
yang menghasilkan mekanisme trial and error tersebut. Interaksi antar individu inilah yang
bagi Mead menempatkan komunikasi sebagai kajian yang tidak terlepas dari psikologi sosial.
Sebagaimana komunikasi manusia yang meliputi penggunaan simbol, maka begitu pulalah
proses berpikir manusia. Dalam pandangan Mead, hubungan antara komunikasi dengan
kesadaran dan pikiran manusia adalah sedemikian dekatnya. Proses berpikir subyektiI atau
reIleksi dapat dilihat sebagai sisi yang tidak kelihatan dari praktek komunikasi karena proses
ini memberi penjelasan adanya tindakan bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Percakapan
ini, sekalipun hanya dengan dirinya sendiri dan hanya di dalam dirinya sendiri sehingga tidak
diketahui orang lain, tidaklah dapat terpisah dari keterlibatan-keterlibatan orang lain dalam
hubungan sosialnya. Misalnya, dalam menggunakan percakapan orang akan mempersiapkan
apa yang hendak dikatakannya dan bagaimana mengatakannya sebelum membayangkan
reaksi yang dimunculkan oleh orang lain yang akan terlibat percakapan tersebut. Ini artinya
adalah, sekalipun percakapan dengan diri sendiri, tetapi tetap saja peristiwa ini membuka
keterlibatan orang lain dalam dunia gagasan manusia, dalam jiwa manusia.
Berpikir menurut Mead adalah suatu proses ketika individu berinteraksi dengan dirinya
sendiri dengan mempergunakan simbol-simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi
dengan diri sendiri itu, individu memilih di antara stimulus yang tertuju kepadanya itu yang
kemudian ditanggapinya. Individu dengan demikian tidak secara langsung menanggapi
stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan. Stimulus tersebut datang
dari luar diri individu yang memungkinkan mendapatkan tanggapan di dalam ruang jiwa
individu untuk kemudian mempengaruhinya. Stimulus yang selalu datang dari luar diri
individu itu sebenarnya datang dari dunia sosial manusia. Inilah yang kemudian secara terang
benderang memunculkan pentingnya studi psikologi sosial.
Aspek psikologi dan aspek sosiologi pemikiran Mead bukanlah merupakan satu-satunya
sumbangan intelektual Mead dalam perkembangan studi psikologi sosial. Mungkin Mead
lebih seksama dari pada para pendahulunya dalam menegakkan suatu dasar IilosoIis yang
kuat untuk memposisikan benih studi psikologi sosialnya sekaligus teori interaksi
simboliknya. Suatu teori besar tentang pertukaran makna melalui simbol-simbol komunikasi
yang dapat menghasilkan bangunan masyarakat.
Selain Mead, Charles Horton Cooley juga merupakan perintis psikologi sosial yang
substansial. Judul karya terkenal Cooley adalah Human Nature and the Social Order, yang
berisikan pendekatan teoritisnya yang mendasar. Kesimpulan utama, yang didapat Cooley
yang dapat mengkaitkannya dengan studi psikologi sosial adalah bahwa kehidupan
masyarakat itu terbentuk melalui interaksi dan komunikasi antar individu, atau individu
dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok. Sementara itu, kesadaran bahwa
individu manusia memiliki struktur kejiwaan dan begitu juga masyarakat memiliki hal yang
sama, menimbulkan interaksi sosial yang saling mengkait yang menimbulkan suatu sistem di
dalam masyarakat. Inilah yang kemudian melahirkan asumsi bahwa situasi atau dunia
kehidupan sosial manusia itu dapat mempengaruhi kehidupan jiwa individu manusia. Jika
demikian maka perkembangan individu itu berhubungan erat dengan lingkungan sosialnya,
dengan masyarakatnya.
Titik inti dari sumbangan Cooley pada kajian psikologi sosial ini terletak pada adanya
kesadaran subyektiI dalam setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman personal
yang menuntun individu yang bersangkutan pada siIat aktiI dan kreatiI. SiIat ini diiringi
perasaan-perasaan individual, sentimen serta ide-ide akan menjadi Iaktor yang mendorong
manusia untuk berinisiatiI pada tindakan sosialnya. Tindakan sosial merupakan proses ketika
individu terlibat dalam pengambilan keputusan subyektiI terkait sarana dan cara untuk
mencapai tujuannya melalui interaksinya dengan pihak lain. Dengan demikian maka tindakan
sosial itu juga merupakan tindakan yang kecuali melibatkan pihak lain sekaligus harus
bermakna baginya dan bagi pihak lain tersebut (meaningIull).

B. Pengertian

Dengan agak cermat melacak pemikiran sebagaimana diurai dalam sub-bab sebelum ini,
maka secara sederhana dapat ditemukan pengertian psikologi sosial. Hal tak terbantahkan
adalah bahwa studi ini merupakan hasil persentuhan psikologi dan sosiologi. Namun
demikian, tidak lantas menjadikan ia dapat dipahami secara longgar dengan menempatkan
sosiologi yang lebih mengedepan atau psikologi yang justru dikedepankan.
Dalam tradisi awalnya, memang dari tinjauan sosiologis, psikologi sosial ini berada di
wilayah paradigma Iakta sosial. Paradigma ini meyakini bahwa tingkah laku individu
manusia itu ditentukan oleh Iakta sosialnya. Bagian terbesar dari dunia kehidupan sosial,
terutama terkait nilai, norma, sistem sosial, keluarga, hukum, dan kebiasaan dalam pemikirian
Durkheimian digolongkan sebagai Iakta sosial. Emile Durkheim (1858-1917) adalah sosiolog
besar pelopor paradigma Iakta sosial dalam sosiologi.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa tindakan manusia itu selalu ditentukan oleh Iakta sosial
yang hidup di masyarakatnya. Fakta sosial ini memiliki kekuatan untuk membentuk individu
manusia. Manusia di posisi pasiI dan hanya menerima Iakta sosialnya dalam proses
pembentukan dirinya. Dengan demikian maka, pengakuan kepada psikologi komunikasi
diikuti oleh pengertian bahwa cabang ilmu baru ini merupakan telaah tentang eIek psikologis
individu manusia atas situasi sosialnya. Dalam pengertian ini, penganut paradigma Iakta
sosial sangat yakin bahwa individu merupakan produk masyarakat. Karenanya, Psikologi
Sosial memiliki bidang kajian yang lebih ditekankan pada bagaimana masyarakat
mempengaruhi jiwa individu manusia.
Mengedepankan masyarakat sebagai pemroduk individu, sebenarnya sama halnya dengan
keyakinan bahwa masyarakat sebagai gejala sosial itu tidaklah bisa dibahas oleh psikologi
melainkan merupakan bahasan sosiologi. Masyarakat itu bentukan kesadaran kolektiI dan
bukannya individual. Masyarakat itu terdiri dari kelompok-kelompok, terdiri dari kolektiIitas
manusia dan bukannya terdiri dari individu-individu yang kemudian penjumlahannya
menghasilkan masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian psikologi sosial menjadi lebih lunak dalam arti
lebih membuka diri untuk berkompromi dengan kenyataan bahwa sekalipun masyarakat
memiliki kekuatan dalam 'membentuk' individu, tetapi harus diakui bahwa jiwa individulah
yang membawa manusia menjadi sebagai makhluk berpikir. Sebagai makhluk berpikir tentu
individu manusia memiliki kekuatan gagasan yang diarahkan kepada keadaan sebagaimana
tujuan hidupnya.
Manusia memiliki jiwa individu (individual mind), begitu juga kelompok (group mind).
Keduanya berinteraksi saling tergantung dan saling mempengaruhi yang gerakan interaksi itu
secara terus menerus menghasilkan konstruksi masyarakat. Secara bergantian dengan
demikian masyarakat dan individu dapat saling membentuk. Atau, secara lebih singkat dapat
dijelaskan bahwa masyarakat dan individu merupakan satu kesatuan yang saling
mengkonstruksi.
Dalam keyakinan ini, psikologi sosial mengarah pada pengertian sebagai bagian dari ilmu
sosial terutama psikologi yang memiliki Iokus kajian berupa psikologi individu dalam situasi
atau konteks sosial. Artinya, dalam psikologi sosial, tekanan kajiannya terletak kepada
psikologi individu manusia dalam kaitan manusia sebagai makhluk sosial. Artinya, ada
keyakinan bahwa psikologi sosial memiliki wilayah kajian tentang bagaimana individu
manusia berproses mempengaruhi masyarakatnya. Sekedar mengingatkan, manusia sebagai
makhluk sosial adalah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu melakukan kontak
dengan manusia lainnya. Interaksi antar manusia ini menjadi prasyarat hidup manusia.
Masih ada sejumlah pengertian atau deIinisi tentang psikologi sosial yang dapat ditampilkan
di sini, semisal sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia; sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam
hubungannya dengan situasi perangsang sosial; sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku individu dalam masyarakat dan lain sebagainya. Sejumlah pengertian tersebut
dikemukakan para peneliti terdahulu yang kurang penting disebutkan di sini. Menyimpulkan
dari pengertian-pengertian di atas kita akan mendapatkan titik persamaannya yakni pada
tingkah laku individu dan masyarakat. Hanya sedikit pengertian yang menyertakan psikologi
dalam kaitan tingkah laku individu. Padahal, sangat eksplisit cabang ilmu ini menempatkan
psikologi sebagai ilmu tentang jiwa manusia di depan kata sosial. Jadi dengan demikian maka
sebenarnyalah Psikologi Sosial itu sebagai cabang ilmu psikologi yang melakukan kajian
sosial. Sebagai pegangan dalam bahasan-bahasan selanjutnya maka dalam buku ini Psikologi
Sosial diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa individu manusia di dalam konteks
sosial. Konteks sosial dalam kaitan ini adalah situasi sosial masyarakat. Sedangkan titik
tekannya adalah telaah tentang kejiwaan individu ketika ia hidup bermasyarakat.
Psikologi sosial memberikan inIormasi penting tentang bagaimana Iaktor-Iaktor sosial
mempengaruhi pemikiran, perasaan dan tindakan individual. Ia akan tumbuh tanpa
kehilangan identitas khasnya sebagai bidang yang memberikan perhatian pada detail dari
pengaruh interpersonal. Kajian tentang masyarakat tidak mungkin dilakukan tanpa
meletakkan perhatian pada proses-proses kognitiI dan motivasional dari individu-individu
anggota kelompok.

C. Obyek Studi

Jika mengacu pada pengertian Psikologi Sosial sebagaimana yang menjadi pegangan dalam
buku ini, maka kajian cabang ilmu ini berIokus pada (1) sisi kejiwaan dari individu manusia,
dan (2) konteks sosial di mana manusia itu hidup. Fokus yang kedua dapat diartikan sebagai
masyarakat dalam bentuk kolektivistiknya. Sedangkan yang pertama merupakan sisi
individualistiknya.
Pengamatan atau kajian terhadap sisi kejiwaan manusia sebagai individu menyertakan sisi-
sisi unik dari narasi dibalik tindakan. Manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki dunia
gagasan, dunia abstrak yang sulit terlacak oleh penginderaan sesuai panca indera manusia
kecuali dengan memahami dunia pemahamannya sendiri. Ini berarti bahwa individu manusia
memiliki 'bagian dalam' yang harus dilihat dari aspek Ienomena psikis yang tidak muncul
bahkan adakalanya tidak tergambarkan dalam tindakan dan perilakunya. Hal ini terkait
dengan keunikan individu manusia sebagai makhluk yang berpikir.
Manusia sebagai makhluk berpikir tentu memiliki kebebasan dalam bertindak bahkan seakan-
akan tidak terbatas dan tanpa kendali. Ia merupakan makhluk aktiI, kreatiI sekaligus evaluatiI
dalam memilih tindakannya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Hanya 'bagian dalam' itulah
yang dapat menuntun sekaligus menjadi sumber dari tindakan manusia. Orang hanya akan
mampu berkarya, memulai sesuatu untuk kemudian menciptakan sesuatu karena 'bagian
dalam'nya itu. 'Bagian dalam' adalah bagian tak teraba namun dapat dirasakan sebagai suatu
realitas Ienomena psikis.
Fenomena psikis menghasilkan tindakan sosial yang di antaranya adalah agresi dan
kemarahan, altruisme, sikap persuasiI, ketertarikan dalam hubungan sosial, atribusi,
negosiasi, kerjasama dan persaingan, kepemimpinan dan kinerja kelompok, kepatuhan,
prasangka, dan motiv-motiv. Dalam Psikologi Sosial, hal-hal tersebutlah yang meng-antara-i
kita dapat melihat 'bagian dalam' individu manusia. Sejumlah tindakan sosial tersebut tentu
perwujudannya dapat ditangkap indera setelah 'bagian dalam' itu bersentuhan dengan bagian
luar yang berupa dunia kehidupan sosial manusia.
Obyek kajian tentang dunia kehidupan sosial ini menempatkan manusia sebagai individu
yang tidak terlepas dari lingkungan sosialnya. Interaksi sosial individu yang demikian
kompleks akan memunculkan bentuk-bentuk perilaku. Jika manusia memiliki individual
mind, sebagaimana telah disinggung di depan, dunia sosialpun memiliki group mind
mengingat dunia sosial itu merupakan kolektivitas atau kelompok yang terdiri dari individu-
individu. Masing-masing mind di balik tindakan dan perilaku individu maupun kelompok
sangatlah kompleks dipahami. .
Kompleksitas manusia inilah yang sejak dulu sudah menjadi bahasan psikologi karena salah
satu tugas ilmu ini adalah memahami individu dalam kelompok sosialnya, memahami motiv-
motiv tindakan dan perilaku serta mencoba meramalkan respons manusia agar dapat
memperlakukan manusia sebaik-baiknya. Jangkauan paling luas dari Psikologi Sosial adalah
memahami kapasitas individu manusia dalam perilaku kelompok atau masyarakat sampai
pada kemungkinannya dapat memanipulasi perilaku tersebut. Itulah sebabnya, sebelum
memasuki pembahasan tentang dunia sosial manusia, dipandang memadai jika dibahas dulu
sisi kejiwaan individu manusia.
Bahasan dalam Bab 2 diIokuskan pada sisi kejiwaan atau 'bagian dalam' dari manusia. Sisi ini
dibahas karena memiliki perkaitan dengan dunia kehidupan sosial melalui tindakan-tindakan
individu. Barulah setelah pembahasan tentang sisi kejiwaan individu kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan terkait dunia kehidupan sosial yang meliputi interaksi sosial, kelompok,
masyarakat, dan kebudayaan.


engerLlan lndlvldu Sebagal SaLu kesaLuan
andangan bahwa manusla sebagal lndlvldu merupakan saLu kesaLuan darl aspek flslk aLau [asmanl
dan pslkls aLau rohanl aLau [lwa yang Lldak dapaL dlplsahkan sesungguhnya sudah berkembang pada
masa pemlklran para fllsuf klaslk se[ak zaman ?unanl kuno Mereka berpandangan bahwa baglan
flslk aLau [asmanl merupakan aspek lndlvldu yang berslfaL kasaL maLa konkreL dapaL dlamaLl dan
Lldak kekal sedangkan aspek pslkls rohanl aLau [lwa merupakan aspek lndlvldu yang slfaLnya
absLrak lmmaLaerlal Lldak dapaL dlamaLl dan kekal laLo (427347 SM) membagl [lwa ke dalam Llga
aspek kekuaLan yalLu
a lklr aLau kognlsl yang berlokasl dl kepala
b kehendak yang berlokasl dl dada
c kelnglnan yang berlokasl dl peruL
embaglan [lwa oleh laLo dl aLas kemudlan dlkenal dengan lsLllah pendekaLan LrlkoLoml (Llga dalam
saLu)
ada perkembangan selan[uLnya seorang fllusuf Lerkenal yang [uga murld laLo ArlsLoLeles (384
322 SM) mengemukakan hasll pemlklrannya LenLang pembaglan [lwa yang agak berlalnan dengan
gurunya MenuruL ArlsLoLeles ge[ala [lwa Lldak dlbagl ke dalam Llga aspek melalnkan men[adl dua
aspek sa[a yalLu
a kognlsl dlsebuL [uga sebagal ge[ala mengenal yang LerpusaL pada plklr
b konasl dlsebuL [uga ge[ala menghendakl yang berpusaL pada kemauan
andangan ArlsLoLeles yang melakukan pembaglan [lwa men[adl dua baglan dlkenal dengan lsLllah
pendekaLan dlkoLoml (dua dalam saLu) yang bermakna bahwa [lwa dan raga memlllkl hubungan
yang sangaL eraL keduanya sallng mempengaruhl dan berkembang bersamasama
Sarwono berpendapaL manusla sebagal lndlvldu yang sempurna berbeda dengan makhlukmakhluk
lalnnya la mempunyal fungsl menglngaL dan fungsl mereallsaslkan dlrl yang menyebabkan manusla
dapaL berkembang ke arah yang dlkehendaklnya (SarllLo 2007 21)

uuALlSML SllA1 MAnuSlA
lllsafaL AnLropologl
Cleh lman Solahudln


endahuluan
ara Soslolog dalam bldang fllsafaL soslal Lelah menemukan lnLl paLl kehldupan bersama sebagal
proses lnLeraksl dan usaha yang berpangkal pada dlrl manusla sendlrl Ada 2 pandangan dl slnl yalLu
organlsme dan mekanlsme ualam pandangan organlsme manusla dlsuduLkan aLau dlkemudlankan
MasyarakaL yang berdlrl dan berkembang sendlrl menuruL hukum lmanen memerlnLah dengan
muLlak anggoLanya MasyarakaL dlllhaL sebagal kesaLuan yang nyaLa ada dalam dlrlnya dan memlllkl
prlorlLas aLas lndlvldu lndlvlduallLas seseorang seluruhnya dlhayaLl dalam keLerganLungan mereka
darl masyarakaL lsLllah Lerkenal zoon pollLlcon yalLu makhluk yang LerganLung darl polls" (koLa
aLau koLa negara) Sedangkan pandangan mekanlsme muncul sebagal reaksl paham organlsme dl
slnl la mellhaL manusla darl segl keLerganLungannya sa[a kebebasan dan oLonoml lndlvldual
sedemlklan dlLekankan sehlngga pada glllrannya masyarakaLlah yang dlsuduLkan dan
dlkemudlankan aLau dlanggap Lldak mempunyal reallLas dalam dlrlnya sama sekall uapaL
dlslmpulkan bahwa pandangan perLama menghasllkan Soslologl Lanpa manusla sedangkan
pandangan kedua menghasllkan Soslologl Lanpa masyarakaL
1eorl lnLeraksl mellhaL masyarakaL sebagal proses dlnamls dlmana manusla adalah akLor (pelaku)
dan penanggung[awab hendak mempersaLukan aspek lndlvldual dan aspek soslal ke dalam hldup
yang saLu dan sama 1lLlk Lolak Soslologl bukan masyarakaL bukan lndlvldu melalnkan kehldupan
manusla yang serenLak soslal dan lndlvldual

lsl
Lmlle uurkhelm sempaL menullskan karangannya sebelum menlnggal yang ber[udul Le uuallsme ue
La naLure Pumalne LL Ses CondlLlons Soclals (SlfaL serba dua kodraL manusla dan kondlslkondlsl
soslalnya) la menyaLakan dengan Legas bahwa masyarakaL dan lndlvldu Lldak merupakan dua
wllayah yang Lerplsah dan berlalnan namun kesaLuan mereka Lldak membenarkan keslmpulan
bahwa enLah masyarakaL berLepaLan dengan lndlvldu aLau lndlvldu berLepaLan dengan masyarakaL
uua unsur konsLlLuLlf yalLu [lwa dan badan membenLuk kodraL manusla Secara sponLan LlapLlap
orang merasa bahwa kedua hal LersebuL pada prlnslpnya berlalnan bahkan berLenLangan ?ang saLu
serlng memlnLa pengorbanan darl yang laln Semua kebudayaan dl dunla memlsahkan suaLu LaLa
rohanl darl suaLu LaLa [asmanl ?ang perLama berkalLan dengan Allah aLau alam baka sedangkan
yang kedua berkalLan dengan alam kebendaan yang berslfaL fana uuallsme lnl merupakan ge[ala
unlversal! !usLru karena lLu klLa Lldak boleh meremehkannya dan memandangnya llusl aLau false
consclousness sa[a
slkologl [uga membenarkan slfaL serba dua manusla sebagal kenyaLaan ul saLu plhak manusla
memlllkl penglnderaanpenglnderaan konkreL dan kecenderungan blologls aLau [asmanl ul plhak
laln kenafsuan blologls mendorong orang ke arah pemuasan kebuLuhan flslk sedang dl laln plhak
nllalnllal splrlLualanLara laln normanorma eLlkmelangkahl alam kebuLuhan flslk yang lndlvldual
lLu dan menempaLkan perllaku manusla dalam cakrawala yang supralndlvldual 1aLa alam splrlLual
lLu berslfaL umum yalLu dlbagl dengan orang laln sedang LaLa alam penglnderaan dan kenafsuan
berslfaL lndlvldual
!adl manusla menghadapl dua kenyaLaan Cleh karena lLu manusla dlsebuL homo duplex yalLu
manusla serba dua aLau manusla berganda uurkhelm memperLanyakannya apa yang menyebabkan
duallLas aLau keserbaduaan lLu? Apa sebabnya manusla merasa dlrl hldup dalam dua LaLa sekallgus
yalLu yang berslfaL flslk blologls dan yang laln splrlLual budaya? uurkelm sendlrl yang men[awabnya
bahwa Lldak benar 8AuAn mendasarl alam yang perLama dan !lWA mendasarl alam kedua!
uurkhelm menyangkal Leorl [lwa! 8ukan [lwa melalnkan masyarakaL yang Lerplsah darl lndlvldu
menghasllkan kesan seolaholah dl aLas dan dl luar lndlvldu maslh ada alam nllalnllal yang Lldak
berakar dl dalam dla ualam dlrl manusla pengaruh orang laln dan predlsposlsl lndlvldual berLemu
dan men[adl saLu SlfaL serba dua hldup manusla berdasarkan kedua aspek darl hldupnya yang saLu
yalLu aspek soslal dan aspek lndlvldual uarl kedua aspek lLu fakLor pengaruh masyarakaL adalah
fakLor yang pallng penLlng dalam Soslologl uurkhelm
8erlkuL lnl adalah pandangan beberapa fllsuf mengenal keserbaduaan (duallsme) dalam dlrl
manusla

1 laLo
!lwa lLu lalah 'aku' splrlLual !lwa dlLurunkan ke dalam badan enLah karena kesalahan apa !lwa
menguasal badan seperLl kuda aLau perahu 8adan dlevaluasl secara agak negaLlf dan bukan
sempurna !lwa dlbagl men[adl 3 yalLu [lwa lnLelekLual (rohanl dl dalam kepala) [lwa senslLlf
(emoslemosl dl dalam dada) dan [lwa vegeLaLlf (dl dalam peruL) laLo Lldak menyangkal kesaLuan
lnLlm anLara badan dan [lwa namun hubungan LersebuL berslfaL aksldenLal dengan dlpenLlngkannya
[lwa yang splrlLual

2 uescarLes
8erpangkal darl ldeae clarae eL dlsLlncLae" dla sampal pada dua lde yang berslfaL demlklan yalLu
'coglLaLlo' (plklran) dan 'exLenslo' (keluasan) Manusla lalah subsLansl berplklr (res coglLans" aLau
anlma") dan subsLansl berkeluasaan (res exLensa" aLau badan") ?ang saLu Lldak dapaL
dlredukslkan kepada yang lalnnya ersaLuan anLara badan dan [lwa lLu hanya Ler[adl dl dalam
kelen[ar bunLu Sebenarnya uescarLes menerlma kesaLuan eraL namun hanya dlkeLahul darl
pengalaman konkreL dan lLu dl luar bldang fllsafaL llmlah ada Laraf fllsafaL sendlrl hubungan lLu
sangaL aksldenslal dan duallsLls hanya blsa dlLerangkan dengan menerlma 1uhan Allah

3 Malebranche
Malebranche hanya meneruskan dan merunclngkan duallsme duallsme uescarLes Pubungan anLara
[lwa dan badan hanya purapura sa[a keglaLan dan kesesualan mereka dlcocokkan oleh 1uhan
occaslonallsme"

4 Splnoza
MemperLahankan duallsme lLu secara laln yalLu dalam benLuk monlsme Panya ada saLu subsLansl
sa[a yang merangkum seluruh reallLas SubsLansl lLu memuaL aLrlbuLaLrlbuL yang berwarnawarna
anLara laln plklran [uga keluasan uarl aLrlbuLaLrlbuL lLu keluarlah modusmodus" yang paralel saLu
sama laln secara slsLemaLls !lwa dan badan dlpandang sebagal modusmodus" (aLau caracara)
beglLu yang keglaLannya LeLap paralel Lanpa ada hubungan sedlklLpun

3 Lelbnlz
Seluruh reallLas Lerdlrl darl monasmonas" yalLu enLla slmpllcla" dengan keglaLan yang melulu
berslfaL lmanen sa[a ("slnefenesLrls") ul dalam manusla lLu [lwa merupakan monas senLral dengan
plklran badan dlbenLuk oleh kumpulan monasmonas yang leblh kasar keglaLan dl anLara badan
dan [lwa dlcocokkan saLu sama laln oleh 1uhan harmonle preeLablle" kemudlan Lelbnlz berusaha
mencarl suaLu lkaLan subsLanslal namun yang dlLerangkannya hanya merupakan Lambahan
eksLrlnslk

keslmpulan
unLuk mencarl dasar haklkl duallLas dl dalam dlrl manusla yang dlungkapkan dengan 'badan' dan
'[lwa' maka LlLlk Lolak lalah kesadaran dan pengakuan manusla mengenal dlrldanyanglaln Akan
LeLapl perlu dlLellLl mulal darl dasarnya ?ang pallng dekaL dengan manusla lalah manusla aLau 'aku'
sendlrl !lka memang dlLemukan kerohanlan dan ke[asmanlan dl dalamnya maka lLu berarLl
menemukan arLl dan nllalnya yang perLama dan asall !alan lnl [auh leblh llmlah darlpada
mengandalkan pengerLlan kerohanlan darl malalkaL dan mengambll pengerLlan ke[asmanlan darl
hewan Manusla leblh dlkeLahul darlpada malalkaL aLau hewan

Objek Iormal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatiI, realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatiI, realitas akan tampil
menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Sedangkan
menurut Al-Farabi dan Ibnu Zina objek pemikiran menjadi objek sesuatu yang mungkin ada
karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri. ReIerensi tentang kesemuanya itu cukup
banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya lebih di jelaskan. Yang natural ontologi akan
diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam
bukunya De Anima. Dalam taIsiran-taIsiran para ahli selanjutnya di Iahami sebagai upaya
mencari alternatiI bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
Adapun metode dalam ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan
abstraksi dalam ontologi, yaitu :abstraksi Iisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
Abstraksi Iisik menampilkan keseluruhan siIat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi
bentuk mendeskripsikan siIat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi
metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi
yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan
hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab
dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di
hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.
C. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan keIilsaIatan yang paling kuno.
Dimana awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan dibidang
ontology seperti yang kita kenal 'Thales atas perenungan terhadap air yang merupakan
subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
Asalnya air dapat di amati dari beberapa bentuknya. Air dapat menjadi benda halus berbentuk
uap, ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi benda keras berupa es, Secara totalitas
air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun manusia. Para IilosoI selalu mencari apa yang pertama yang ada dibelakang yang ada
dan bersiIat hakikih atau dasar yang dibelakang segala yang ada.
Berpijak dari alasan Thales, ontology merupakan cabang IilsaIat yang mendeskripsikan
hakekat wujud. Di mana ilmu pengetahuan dari segi ontology selalu mengkaji yang telah
diketahui atau yang ingin diketahui. Dari Ienomena yang terjadi disekitarnya manusia
melakukan berbagai aktiIitas untuk mengetahui apa sebenarnya di balik apa yang diraba oleh
pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian yang bersiIat empiris yang dapat diuji
oleh pancaindra manusia.
Ontologi merupakan kawasan ilmu yang tidak bersiIat otonom, ontology merupan sarana
ilmiah yang menemukan jalan untuk menagani masalah secara ilmiah. Oleh karena itu
ontologis dari ilmu pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu
adalah hal-hal atau benda-benda yang empiris.
Adapun dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan dengan Pandangan Pokok Pikiran
sebagai berikut:
1) Menoisme, Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa meteri atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-
masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan
dominan menentukan perkmbangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran.
a. Meterialisme, aliran ini menggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani,
aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan
dan satu-satunya Iakta.
b. Idealisme, Sebagai lawan materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan
spritualisme. Idialisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti ruh.
2). Dualisme, setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun
ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut
dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebgai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh
Thomas Hyde (1770).
3). Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu
adalah semua nyata. pluralisme dalm Dictionory oI Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang mnyatakan bahwa keyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih
dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan
Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4 unsur,
yaitu tanah, air, api, dan udara.
4). Nihilisme, bersal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin
yang tidak mengakui viliditas alternatiI yang positiI. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.
Dalam novelnya itu Bazarov sebagai tokoh sentral mngatakan lemahnya kutukan ketika ia
menerima ide nihilisme.. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844. 1900 M)
dilahirkan di Rocken di Prusia, dari kelurga pendeta dalam pandangannya bahwa ' Allah
sudah mati Allah kristiani dengan segalah petrintah dan larangannya sudah tidak mrupakan
rintangan lagi.
5). Agnosticisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahsa
Grik Agnostos yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini karena
belum dapatnya orang menegnal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyagkal adanya kenyataan
mutlak yang bersiIat transcendent. Aliran ini dapat kita temui dalam IilsaIat eksistensi dengan
tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal
sebagai julukan bapak IilsaIat.

Anda mungkin juga menyukai