Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Taala yang telah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini. Bulan yang penuh keberkahan, bulan yang banyak dinantikan oleh hambaNya yang beriman. Bulan yang memiliki banyak keistimewaan, seperti malam lailatul qadar yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Sesungguhnya puasa itu memiliki banyak adab sebagai penyempurnanya.Adab-adab tersebut terbagi dua: adab-adab yang wajib yang harus diperhatikan dan dijaga oleh orang yang berpuasa, dan adab- adab sunnah yang selayaknya dikerjakan.
Di antara adab yang wajib adalah orang yang berpuasa juga harus melaksanakan berbagai ibadah lain yang telah Allah wajibkan, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan. Salah satu contoh yang paling penting adalah Shalat wajib, yang merupakan rukun Islam yang paling mendasar setelah dua kalimat syahadat. Ia wajib diperhatikan dengan menjaga rukun, kewajiban, syarat dan waktu pelaksanaannya di masjid secara berjamaah. Ini merupakan bagian dari ketakwaan yang juga menjadi alasan diwajibkannya puasa atas ummat ini. Menyia-nyiakan shalat akan meniadakan ketakwaan dan menyebabkan terjadinya hukuman.
Sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Ada orang yang berpuasa tetapi meremehkan shalat berjamaah, padahal hal itu merupakan kewajibannya. Apabila Allah telah memerintahkan pelaksanaan shalat berjamaah dalam kondisi peperangan dan ketakutan, maka pada saat tentram tentu lebih ditekankan.
da pria buta yang mengadu kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam, ya Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang membimbingku ke masjid, Beliau lalu memberinya keringanan untuk tidak hadir shalat berjamaah, Namun, tatkala dia hendak pergi, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam memanggilnya kembali, lalu bertanya, apakah engkau mendengar panggilan shalat? Dia menjawab, Ya, Beliau bersabda: aka penuhilah panggilan tersebut. (HR. Muslim)
Lihatlah, betapa Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam tidak memberi keringanan terhadap pria tersebut, padahal dia orang buta yang tidak mempunyai penuntun. Orang yang meninggalkan shalat berjamaah telah menyia-nyiakan suatu kewajiban sekaligus menghalangi dirinya sendiri dari kebaikan yang banyak, berupa berlipat gandanya kebaikan. Dia juga tidak mendapatkan keuntungan sosial yang didapat dari berkumpulnya kaum muslimin ketika pelaksanaan shalat berjamaah seperti tentramnya rasa persatuan, cinta, nilai pendidikan, bantuan kepada pihak yang membutuhkan, dan lain sebagainya.
Sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Ada juga orang yang benar-benar melampaui batas di dalam masalah shalat, sampai-sampai dia shalat di luar waktu yang ditentukan disebabkan tidurnya. Sebagian ulama berkata: "Barangsiapa yang mengakhirkan shalat di luar waktunya tanpa adanya udzur syari, maka shalatnya tersebut tidak diterima meskipun ia melakukannya sebanyak seratus kali. Sholat yang dilakukan di luar waktu yang ditentukan itu tidak sesuai dengan perintah Nabi shollallahu `alaihi wa sallam. Oleh karena itu, shalatnya tertolak dan tidak diterima.
Adab-adab berikutnya yaitu harus menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya, dia tidak boleh berdusta. Dan yang dimaksud dengan dusta adalah memberikan kabar yang tidak sesuai dengan realita. Perbuatan dusta yang paling besar adalah dusta atas nama Allah dan RasulNya, seperti menisbatkan halal dan haramnya suatu perkara kepada Allah atau Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam tanpa ilmu.
Firman Allah, artinya, Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta 'ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan kepada llah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap llah tidaklah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih. (QS. An-Nahl: 116-117)
Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di Neraka. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Orang yang berpuasa juga wajib menjauhi ghibah, yaitu menyebutkan sesuatu yang tidak disukai dari saudaranya tanpa sepengetahuannya, baik itu memang benar ataupun tidak, dan baik itu berkaitan dengan bentuk fisiknya dalam rangka untuk menyebarkan aib atau menghinanya, ataupun berkaitan dengan tingkah lakunya. Larangan terhadap ghibah juga disebutkan di dalam Al-Quran. Sampai-sampai Allah menyerupakan perbuatan ghibah dengan gambaran yang paling buruk, yaitu seperti seorang yang memakan daging saudaranya yang telah menjadi bangkai.
Nabi shollallahu `alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwa ketika beliau naik ke langit (pada peristiwa Isra dan Miraj), beliau melalui sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakari wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Beliau bertanya: .' .- = ' - - ` - ~ : + -' = - - ' -' = - - ~ ' - ` -
Siapakah mereka itu wahai Jibril? Jibril menjawab, ereka adalah orang- orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan menodai kehormatan mereka. (HR. Abu Dawud).
Orang yang berpuasa juga wajib menjauhi namimah, yaitu menukil perkataan seseorang tentang orang lain untuk merusak hubungan baik di antara keduanya. Perbuatan ini masuk ke dalam kategori dosa besar.
Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam bersabda, rang yang sering melakukan namimah tidak akan masuk Surga. (Muttafaq `alaihi).
Di dalam shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim ada riwayat dari Ibnu `Abbas radhiallahu `anhu, ia berkata, Suatu ketika Nabi berjalan melewati dua kuburan lalu bersabda, edua penghuni kuburan ini sedang diadzab, dan mereka berdua diadzab dengan sebab dua perkara: yang pertama menerima adzab dengan sebab tidak bersuci setelah buang air kecil, dan yang kedua dengan sebab melakukan namimah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ingatlah, barangsiapa menceritakan perkataan jelek mengenai orang lain kepadamu, maka ia juga akan menceritakan perkataanmu kepada orang lain, maka berhati-hatilah.
Sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Pelaku puasa juga wajib menjauhi tipu daya dalam seluruh muamalah, baik itu di dalam jual beli, sewa-menyewa, kerajinan tangan, pegadaian, ataupun selainnya. Perbuatan ini termasuk dosa besar, Nabi shollallahu `alaihi wa sallam telah berlepas diri dari pelakunya. Beliau bersabda, ' - ~ - ' - ~ = ~
Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk dari golongan kami. Dan dalam lafazh yang lain: Barangsiapa yang menipu maka ia tidak termasuk dari golonganku. (HR. Muslim).
Tipu daya itu akan menghilangkan amanah dan kepercayaan manusia. Dan setiap penghasilan yang didapat dari tipu daya adalah penghasilan yang haram dan kotor, tidak akan menambah pemiliknya kecuali hanya semakin jauh dari Allah.
Semoga Allah Subhanahu wa Taala menjadikan kita termasuk orang-orang menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita lakukan diterima Allah Subhanahu wa Taala.
Berikutnya, pelaku puasa juga wajib untuk menjauhi segala bentuk dan jenis alat musik yang menjerumuskan seseorang dalam kelalaian dan itu semua adalah haram. Dosa dan keharamannya akan bertambah jika diiringi nyanyian pembangkit hawa nafsu yang dilagukan dengan suara yang indah.
Firman Allah, artinya, Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan llah tanpa pengetahuan dan menjadikan llah itu olok- olokan. ereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. (QS. Luqman: 6)
Telah shahih dari Ibnu Masud, ketika beliau ditanya tentang ayat ini, beliau menjawab: "Demi Allah, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan hanya Dia, hal itu adalah nyanyian.
Nabi shollallahu `alaihi wa sallam telah memberi peringatan untuk berhati- hati dari alat-alat musik dan beliau menyertakan penyebutannya bersama zina. Beliau bersabda, ~ =' - =' =' = ~ - ' ~ ~ - - - ' ~'
kan datang beberapa golongan dari ummatku yang menghalalkan zina, sutera, khamer dan alat-alat musik. (HR. Al Bukhari) Kata al-Hir artinya adalah kemaluan, maksudnya adalah zina. Dan makna menghalalkannya adalah melakukannya tanpa peduli, seperti layaknya orang yang menghalalkan. Hal ini terjadi di zaman kita ini, ada sebagian orang yang memainkan alat musik atau mendengarkannya seolah-olah itu adalah perkara yang halal. Banyak kaum muslimin yang lebih senang mendengarkan musik dibandingkan mendengarkan al-Quran, hadits dan perkataan ahli ilmu, yang mengandung penjelasan hukum-hukum syariat sekaligus berbagai hikmahnya.