Daftar Isi :
2. Editorial
Artikel :
penyakit Hepatitis virus untuk menentukan besarnya masalah Tabel 1. Diagnosis serologik (Krugman S dikutip Norman, 1983).
penyakit ini dalam masyarakat.
Hasil
Untuk mendapat pengertian mengenai arti pertanda serolo-
Interpretasi
gik Hepatitis virus ini, akan diuraikan respon imunologik dan
Anti HAV IgM HBsAg Anti HBe
interpretasinya sebagai berikut (Abbot, Laboratorium Diagnos-
tic, 1981; Krugman S, 1979). + - - Infeksi Hepatitis A akut yang
• Anti HAV: Berupa tipe dari IgG yang menunjukkan infeksi baru
yang lalu. Sedangkan tipe IgM menunjukkan infeksi yang + - Infeksi Hepatitis B akut yang
-
akut. baru
• HBsAg (Hepatitis B surface Antigen): Infeksi akut Hepatitis B kro-
- pertanda paling dini dari infeksi akut - + + nik, simtom mungkin tidak
- pertanda infeksi kronik berhubungan dengan tipe B.
• Anti HBs : Zat anti terhadap HBsAg Infeksi baru Hepatitis B (core
- pertanda penyembuhan klinis window) bila Anti HBs positif
- timbul lebih kurang 4-5 bulan setelah penularan -> infeksi Hepatitis yang lama
-> mungkin HNANB.
• Anti HBc : Zat anti terhadap Hepatitis B core antigen Bila Anti HBs negatif, Anti
penting anti HBcIgG merupakan pertanda infeksi akut - - + HBe positif infeksi barn
walaupun HBsAg dan anti HBs negatif (core window) Hepatitis B -> ulangi tes anti
infeksi yang lain dan infeksi kronik. HBs dalam 4-6 minggu (se-
bagai tanda penyembuhan).
• HBcAg Bila HBs negatif, Anti HBe
- Pei tanda dini infeksi aktif yang akut: periode paling negatif -+ diduga infeksi lama.
menular 1⁄2 - 3½ bulan) - - - Infeksi HNANB
Bila terus meninggi setelah 3½ bulan, merupakan per-
- + + + Hepatitis A yang baru, Hepati-
tanda kronik.
tis B kronik (profit tidak
• Anti HBe biasa).
- Merupakan pertanda penyembuhan (HBeAg - -- > Anti
HBe ) Untuk lebih mengetahui kapan populasi yang terjangkit
- Pada core window, bersama dengan anti HBcIgG me- (exposed) oleh virus Hepatitis B, dipakai istilah Minimal
rupakan pertanda penyakit akut. Exposure Rate (MER), yang merupakan jumlah persentase
HBsAg positif dan anti HBs positif.
Pemeriksaan pada donor darah (20-45 tahun) di beberapa
daerah dapat dilihat pada Tabel 2 (Sulaiman A, dkk, 1981;
Suwignjo S, dkk, 1984).
HBsAg positif
HBsAg (+) 0,2—1,5% 2—7% 8—20%
10,8% 30,6% Anti HBs 4,0—6,0% 20—55% 70—95%
Anti tilts positif 22,7% 58,8% Childhood infrequent frequent highly
Infection frequent
Neonatal --- frequent highly
Bagai suatu sumber penularan horizontal terhadap anak-anak Infection frequent
lain yang relatif lebih rentan daripada orang dewasa. Zones Australia, Eastern China,
Prevalensi Hepatitis (MER) pada anak di beberapa daerah Central Europe, Europe, Southern
North America Japan, Asia,
seperti tercantum pada Tabel 6.
Mediteranean, Africa
USSR, South
Tabel 6. MER hepatitis B virus pada anak west Asia
Umur HBsAg (+) Anti HBs MER
Peneliti
(th) (%) ( %) (%)
HEPATITIS DI KALIMANTAN TIMUR
Suwigojo 2--5 0 2,8 2,8
Mataram. 1984 Sistem pelaporan Hepatitis di Kalimantan Timur berupa
Suwigojo, 0 -4 3,4 6,3 9,7 laporan kasus dan kematian dari RS Propinsi, RS Kabupaten
Mataram. 1983 5- 9 5,8 8.1 13,9 dan RS Swasta yang disusun sesuai dengan golongan umur,
10 12 3,2 3,2 6,4 kepada Dinas Kesehatan Propinsi.
Ju lius dkk 0 12 5,5 8,04 13,29
Padang, I985
Namun laporan dari rumah sakit itu tidak konsisten, dan
\\Marto \S dkk 0 12 9,2 16,2 25,4 diagnosis dari kasus hanya klinik dan laboratorik: bilirubin
lakarta. 1985 kemih dan kadang-kadang biokimia darah, Data pelaporan
kasus hepatitis dari rumah sakit-rumah sakit tersebut, dapat
terlihat pada Tabel 8.
RINGKASAN
1) Telah diuraikan diagnostik klinik, biokemik dan serologik
dari hepatitis virus.
2) Juga telah diuraikan prevalensi HBs Antigenemia dan MER
Hepatitis di beberapa dacrah Indonesia pada golongan dewasa
sehat. anak-anak. ibu hamil dan melahirkan, bayi-bayi yang
dilahirkan dan golongan resiko tinggi.
3) Untuk Kalimantan Timur maka data RS hanya berdasarkan
klinik dan kadang-kadang biokemik. Pemeriksaan serologik
belum dilakukan sehingga data epidentiologik belum baik.
4) Hasil dari pemeriksaan serologik Laboratorium Kesehatan
Daerah Kalimantan Timur memperlihatkan Kalimantan Timur
sebagai daerah Intermediate Prevalence.
5) Strategi pencegahan berupa pentbenian vaksin HVB, harus
didasarkan pada rekomendasi WHO dan pertimbangan-per-
ti mbangan lain.
DISKUSI
Walaupun data dari rumah sakit-rumah sakit di Kalimantan
Timur masih berupa data tanpa konfirmasi serologik, dan
hanya berdasarkan gejala klinik dan sebagian biokernik, maka
secara kasar dapat dilihat bahwa penderita yang dirawat cukup
berarti. -
Di RSU Samarinda, terdapat 1 — 1,5% dari seluruh pen-
derita yang dirawat. Dari beberapa RS, terlihat yang paling
banyak dirawat ialah dari golongan umur 5 — 15 tahun, yaitu
infeksi dini yang akut dengan adanya simtom klinik dari
laboratorik. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang
berarti (significant) antara penderita pria dan wanita dan
tidak pula berbeda bermakna penderita-penderita tahun 1980
sampai dengan 1984, sehingga bersifat endemik.
Namun oleh karena tidak dilakukan pemeriksaan pertanda
serologik, maka kita sukar untuk menentukan jenis dan ke-
adaan hepatitis ini (akut/kronik atau HVA, HVB, HVNANB).
Pemeriksaan serologik oleh Laboratorium Kesehatan
Daerah Kalimantan Timur (1982) memberikan hasil yang tidak
banyak berbeda dengan daerah lain. Sesuai dengan ketentuan
WHO, Kalimantan Timur termasuk dalam Intermediate Pre-
2. Hubungan antara HBsAg dan Anti HBs positif dengan "kelompok Tampaknya pegawai yang pernah mengalami kontak erat
usia" dengan penderita "sakit kuning" menunjukkan frekuensi
3. Hubungan antara HBsAg dan Anti HBs positif dengan "Masa Kerja"
1. Hubungan antara HBsAg dan Anti HBs positif dengan "Jenis Ke-
Perbedaan frekuensi HBsAg dan Anti HBs positif di antara lamin"
macam-macam jenis tindakan parenteral tersebut di atas tidak
bermakna secara statistik. (P lebih besar dari 0.05). HBsAg positif Anti HBs positif
Jenis Kelamin Sampel
7. Hubungan antara HBsAg dan Anti HBs positif dengan "Tempat Jumlah % Jumlah %
Tugas' .
Pria 553 58 10,49 201 36,35
HBsAg positif Anti HBs positif
Tempat tugas Sampel Wanita 113 6 5,31 39 34,51
Jumlah % Jumlah %
Tampaknya frekuensi HBsAg maupun Anti HBs positif
Laboratorium 47 8 17,02 20 42,55 lebih banyak pada pria daripada wanita. Perbedaan frekuensi
Bank Darah 9 0 0 3 33,33 HBsAg di sini mendekati bermakna secara statistik. (P lebih
Poliklinik 126 12 9,52 41 32,53 besar dari 0,05, tetapi lebih kecil dari 0.1). Perbedaan frekuen-
Bangsal 294 17 5,78 si Anti HBs di sini tidak bermakna secara statistik (P lebih
111 37,75
besar dari 0,05).
Administrasi 158 7 4,43 52 32,91
Penunjang 171 14 8,19 52 30,41 2. Hubungan antara HBsAg dan Anti HBs positif dengan "
Kelompok
Usia "
Tampak adanya perbedaan frekuensi HBsAg positif di an- HBsAg positif Anti HBs positif
tara macam-macam tempat tugas. Perbedaan yang bermakna Kelompok usia Sampel
Jumlah % Jumlah %
secara statistik terdapat antara Laboratorium dengan Bangsal
dan Administrasi (P lebih kecil dari 0,05). Perbedaan antara Kurang dari 19 th. 200 20 10,00 69 34,50
Laboratoritm dengan Penunjang dan antara Poliklinik dengan 20 th. - 29 th. 252 22 8,73 99 39,28
Administrasi mendekati bermakna secara statistik (P lebih be-
30 th. - 39 th. 143 12 8,39 51 35,66
sar dari 0,05 tetapi lebih kecil dari 0,1).
40 th. - 49 th. 61 10 16,39 17 27,87
Perbedaan frekuensi Anti HBs di antara macam-macam tempat
Lebih dari 50 th. 10 0 0 4 40,00
tugas tidak bermakna secara statistik.
Hubungan jenis kelamin dengan frekuensi HBsAg positif pada Pada petugas kesehatan yang bekerja di laboratorium,
petugas kesehatan maupun kelompok masyarakat menunjuk- frekuensi HBs antigenemia sangat menonjol tingginya. Memang
kan hasil yang sama, pria lebih tinggi daripada wanita. Per- petugas laboratorium dalam melaksanakan tugas rutinnya se-
lalu berhubungan dengan bahan-bahan dari manusia yang
bedaan ini mendekati bermakna secara statistik. Hasil yang
didapat pada pelajar dan mahasiswa di Mataram juga sama, menurut perpustakaan bisa mengandung Hepatitis Virus B.
tetapi perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Menurut Karena tidak melihat sendiri keadaan penderita sumber spesi-
perpustakaan, HBs antigenemia juga lebih tinggi pada pria 2 men, mereka cenderung untuk melupakan bahwa spesimen
Sedang frekuensi Anti HBs positif pada kedua jenis kelamin yang mereka hadapi sebenarnya. bisa merupakan sumber pe-
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. nularan penyakit. Terutama mereka yang bekerja dengan
darah dan serum penderita. Pada petugas yang bekerja di
Distribusi HBsAg dan Anti HBs positif menurut kelompok Poliklinik, frekuensi HBs antigenemia juga agak menonjol.
usia tidak menunjukkan persamaan antara petugas kesehatan Ini mungkin disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan,
dan kelompok masyarakat, kecuali bahwa % HBsAg positif sehingga mereka tak sempat memikirkan tindakan-tindakan
tertinggi terdapat pada kelompok usia 40—49 tahun. Hasil dari pencegahan penularan.
Mataram menunjukkan % HBsAg maupun Anti HBs tertinggi Frekuensi Anti HBs positif yang menonjol tingginya pada
terdapat pada kelompok usia 13 sampai 20 tahun. Kemung- profesi Apoteker mungkin disebabkan oleh jumlah responden
kinan di Propinsi Kalimantan Timur penularan Hepatitis Virus yang kecil.
B memang terbanyak terjadi pada usia sekitar 40 tahun. Untuk mendapatkan gambaran tentang perbedaan frekuensi
HBsAg dan Anti HBs positif pada macam-macam suku bangsa
Pada hubungan antara "sakit kuning" yang pernah diderita
di Indonesia, diperlukan jumlah responden yang lebih besar
dengan HBsAg positif, tampak persamaan antara petugas ke-
dan seimbang untuk masing-masing suku.
sehatan dengan kelompok masyarakat. Pada keduanya %
HBsAg positif lebih tinggi pada responden yang pernah meng-
RINGKASAN
alami "sakit kuning" dibandingkan dengan yang belum. Te-
tapi perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. "Sakit Telah dilakukan pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs pada
kuning" yang biasa dikenal oleh orang awam, kalau disebab- 805 orang petugas kesehatan dan 666 orang kelompok masya-
kan oleh Hepatitis Virus B, maka HBsAg akan menghilang rakat di Propinsi Kalimantan Timur. Pemeriksaan dilakukan
dalam waktu 12 minggu. Di sini sebagian besar responden dengan metode RPHA dan PHA.
menderita ' sakit kuning" lebih dari 6 bulan yang lalu. Hasil yang didapat adalah: 7,20% petugas kesehatan dan 9,61%
kelompok masyarakat mengandung HBsAg. Sedangkan Anti
Sedang untuk frekuensi Anti HBs positif, pada petugas ke- HBs didapatkan pada 37,35% petugas kesehatan dan 36,04%
sehatan yang pernah menderita "sakit kuning" lebih kecil kelompok masyarakat.
dibandingkan dengan yang belum pernah. Pada kelompok Frekuensi HBsAg positif terdapat lebih tinggi pada :
masyarakat kami dapatkan keadaan sebaliknya. Perbedaan — jenis kelamin pria
pada keduanya bermakna secara statistik. — kelompok usia 40 sampai 49 tahun
Hasil dari Mataram menunjukkan frekuensi HBsAg maupun — pada petugas kesehatan yang bekerja di laboratorium
Anti HBs positif lebih tinggi pada yang pernah menderita Frekuensi Anti HBs positif terdapat lebih tinggi pada :
Hepatitis, walaupun tidak bermakna secara statistik. — petugas kesehatan yang belum pernah menderita "sakit
kuning"
Mengapa petugas kesehatan di Propinsi Kalimantan Timur
— kelompok masyarakat yang pernah menderita " sakit ku-
yang pernah menderita "sakit kuning" justru lebih kecil fre- ning"
kuensi Anti HBs positifnya merupakan pertanyaan yang
perlu dicari jawabannya. Mungkinkah pada petugas kesehat-
an sebagian besar "sakit kuning" bukan disebabkan oleh KEPUSTAKAAN
Hepatitis Virus B? 1. Saul Krugman MD. Prophylaxis of Hepatitis B.
Hubungan antara frekuensi HBsAg dan Anti HBs positif 2. Soewignjo, Padmodiwirjo S, Widjaja A, Muljanto, Basuki L, Rusdi-
HEPATITIS
Jenis Penyakit Hati Komplikasi/penyakit yang menyertai pe-
nyakit hati. Pada penelitian ini tidak dibedakan jenis-jenis hepatitis
virus infektiosa dan hepatitis serum, karena tidak dilakukan
1. Hepatitis akut Pyelonefritis (5), Ascardiasis (7). pemeriksaan serologis seperti antigen Australia, sedangkan
secara klinik, laboratorik dan Epidemiologik sukar dibeda-
2. Sirosis hati TB Paru (6), Gastritis (10). kan satu sama lain' Dari seluruh penderita penyakit hati,
3. Hepatoma Gastritis (1), Ascardiasis (2). jumlah penderita hepatitis virus 36 penderita (40.9%).
4. Hepatitis kronis Gastritis (1). Pangalila, di RSU Menado mendapatkan 55% penderita
hepatitis virus dengan seks ratio 1½ : 1. Syaifullah Noer
5. Abses hati Sepsis (2), Anemia defisiensi (2).
dan kawan-kawannya di RS Persahabatan Jakarta dengan
6. Tifoid hepatitis - angka kurang lebih sama dengan seks ratio 2 : 1. Golongan
7. Kolesistitis Hipertensi (1), Gastritis (2). umur didapatkan umumnya antara 20 - 60 tahun, dengan
8. Batu empedu Pyelonefritis dengan batu (1).. kekerapan tertinggi 20 - 29 tahun. Hal ini sesuai dengan
penyelidikan Julius dan Hanif di Padang; Soekomiyatno
9. Perlemakan hati DM (2).
dan Theo Suharjono di RS Kariadi Semarang. Syaifullah
Noer dengan kawan-kawannya menemukan insidensi ter-
Komplikasi penyakit yang menyertai penyakit hati yang paling sering tinggi pada umur 21 - 30 tahun dan menurun setelah umur
adalah berturut-turut: gastritis, ascardiasis, dan penyakit saluran ken- 30 tahun.
cing.
Tabel 4. Sebab kematian penderita penyakit hati yang dirawat di SIROSIS HATI
Bagian Penyakit Dalam RSUP Samarinda 1984 s/d 1985. Dalam penyelidikan ini tidak dilakukan biopsi. Biopsi
pada sirosis sering. juga tidak memberikan hasil yang positif,
Jenis Penyakit Hati Sebab Kematian. Jumlah Prosentase mengingat dapat mengenai jaringan sehat.
% Dari seluruh penderita yang dirawat di Bagian Penyakit
Dalam, ditemukan sirosis hati 30 penderita (2.1%). Angka
1. Hepatitis akut – – – 32 0 ini jauh lebih tinggi dari pada yang ditemukan oleh Pangalila
2. Sirosis hati – Syok perdarahan 5 di Menado (0.6%), dan juga jauh lebih rendah dari pada yang
– Koma hepatikum 1 6 30 20 ditemukan oleh Julis dan Hanif di Padang (8.4%), serta Winoto
3. Hepatoma – Perdarahan 2 dan Sutarto di Semarang (5.4%). Apakah faktor makanan,
– Koma 2 4 6 66 sosial ekonomi atau hal-hal lain yang mempengaruhi per-
4. Hepatitis kronis – – – – 0 bedaan ini memeeukan penyelidikan lebih lanjut.
5. Abses hati – – – – 0
HEPATOMA
6. Tifoid hepatitis – Syok perdarahan 1 1 4 25
Karsinoma hati primer sukar dibedakan secara klinis.
7. kolesistitis – – – 3 0 Biopsi dan U.S.G. dapat membedakan jenis tumor-tumor
8. Batu empedu – – – 3 0 ganas tersebut. Karsinoma hati didapatkan pada 6 penderita
9. Perlemakan hati – – – 2 0 (2.2%) dari 88 penderita penyakit hati atau 0.3% dari se-
luruh penderita yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam
11 11 88 12,5 RSU Samarinda. Semua penderita didiagnosis dengan pe-
meriksaan U.S.G.
Soeharjono dan Soebandiri (1973) mendapatkan 366
PEMBICARAAN penderita (± 3%) dari seluruh penderita yang dirawat di
Bagian Penyakit Dalam RS Dr. Soetomo dalam tahun 1969-
Selama satu tahun telah dirawat 88 penderita penyakit hati 1972 (12346 kasus). Sri Hartini Kariadi (1974) mendapat-
dari 1.666 penderita yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam kan 189 penderita (1.75%) dari seltiruh penderita yang di-
RSUP Samarinda (5.2%). rawat di Bagian Penyakit Dalam RS Dr. Hasan Sadikin Ban-
Dari 88 penderita penyakit hati yang dirawat, didapatkan dung selama tahun 1969 - 1973 (11193 kasus). Aryono
58 penderita laki-laki (67%), dan 30 penderita wanita (33%). (1975) mendapatkan 123 penderita (1.55%) dari seluruh pen-
l. Julius, Hanif : Tinjauan Penyakit Hati di RSU Padang tahun 1968- * Dibawakan pada Simposium Penyakit Had Kalimantan Timur,
1972. Proc. Kopapdi 1973: 713. Samarinda 20 Oktober 1985.
PENDAHULUAN mana hubungan itu, dalam tulisan ini akan dicoba diteliti.
Di samping itu, persentasi perdarahan saluran pencernaan
Sirosis hati (SH) merupakan penyakit yang banyak dijumpai makanan bagian atas yang berasal dari varises esofagus.
baik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang
berkembang ' . Di Indonesia khususnya, SH masih merupakari BAHAN DAN CARA PENELITIAN
topik yang sering dibicarakan pada pertemuan-pertemuan Diteliti secara retrospektif semua status penderita SH
ilmiah 2-6 . yang telah dilakukan tindakan endoskopi/esofagoskopi di
Sirosis hati disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
dengan gambaran klinik yang ditandai dengan manifestasi UNHAS selama periode 1 Januari 1982 sampai dengan 31
kegagalan faal hati dan hipertensi portal 7,8. Pada kegagalan Desember 1984, mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, tes
faal hati, dapat dijumpai adanya ikterus, muka abu-abu, ram- faal hati, esofagogram, endoskopi dan hasil biopsi hati
but aksila dan pubis gugur, spider nevi, ginekomasti, atrofi Diagnosis sirosis hati didasarkan atas kriteria diagnostik
testis, eritema palmaris dan secara laboratorik dapat ditemu- menurut Subandiri dan Suharyono (dikutip oleh Sjaifullah
kan gangguan tes faal hati 9-12 . Nur dkk) 14 , yaitu bilamana ditemukan 5 dari 7 kelainan ber-
Hipertensi portal (tekanan vena porta lebih besar atau sama turut-turut seperti :
dengan 15 mm Hg) intrahepatik akibat penyempitan vena 1. eritema palmaris
hepatika oleh karena fibrosis hati dan regenerasi noduler, 2. spider nevi
menyebabkan terbentuknya berbagai kolateral, seperti varises 3. asites dengan atau tanpa edema
esofagus, varises lambung, pelebaran vena-vena dinding perut, 4. splenomegali
splenomegali, di mana kelainan-kelainan tersebut dapat di- 5. hematemesis dan melena
deteksi dengan pemeriksaan fisik, foto atau endoskopi 11,13 . 6. rasio albumin/globulin terbalik
Pada SH dengan hipertensi portal, masalah gawat yang sering 7. kolateral di dinding perut atau varises esofagus pada X-
dihadapi adalah perdarahan saluran pencernaan bagian atas foto14
yang berasal dari varises esofagus, walaupun tidak semua Bilamana tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, tetapi pada
perdarahan saluran pencernaan bagian atas disebabkan oleh
biopsi hati menunjukkan sirosis hati seperti berikut ini :
pecahnya varises esofagus 4 ' 11 . Apakah ada hubungan antara
gambaran klinik sirosis hati, yaitu hipertensi portal, dan ke- Sirosis mikronoduler
lainan faal hati khususnya? Septa tipis, lebar sama. Di antara septa-septa terdapat
1) Hubungan antara varises esofagus dan besarnya limpa. parenkim hati dengan nodul-nodul sama besar.
2) Hubungan antara varises esofagus dan besarnya hati. Sirosis makronoduler
3) Hubungan antara varises esofagus dan banyaknya cairan
Septa lebih tebal daripada mikronoduler, lebarnya ber-
asites.
variasi. Nodul berbagai ukuran dengan diameter 1 — 5 cm.
4) Hubungan antara varises esofagus dan kelainan-kelainan
tes faal hati khususnya serum albumin. Sirosis tipe campuran
5) Hubungan antara varises esofagus yang didapatkan dengan Campuran antara mikronoduler dan makronoduler. Terlihat
endoskopi dan yang didapatkan pada esofagogram, dan sejauh nodul tidak sama besar ada yang kecil di antara yang besar-
Pada penelitian ini menunjukkan, tidak ada hubungan antara Pada penelitian ini menunjukkan 43 penderita dengan varises
tingkat varises esofagus dan tingkat splenomegali (p > 0,05). esofagus, 41 penderita (95,34%) disertai asites, dan 9 pen-
Ini menunjukkan bahwa tingkat pembesaran limpa tidak dapat derita yang tidak ditemukan varises esofagus, 8 penderita
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan beratnya/ (88,89%) dengan asites. Dari hasil ini tidak ditemukan per-
tingkat varises esofagus pada sirosis hati. bedaan bermakna (p > 0,05), ini menunjukkan, asites tidak
7) Hubungan antara varises esofagus' dan besarnya hati pada dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan ada
penderita sirosis hati (lihat tabel 7). tidaknya varises esofagus pada penderita sirosis hati (lihat
tabel 9).
Pada penelitian ini menunjukkan, dari 38 penderita hepato-
megali, 33 penderita disertai varises esofagus. Dari 14 pen- 10) Hubungan antara tingkat varises esofagus dan besarnya
derita tanpa hepatomegali, 10 penderita yang disertai dengan asites pada penderita sirosis hati (lihat tabel 10).
varises esofagus. Secara statistik hasil tersebut tidak menunjuk- Dari hasil penelitian ini, tampak hubungan bermakna antara
kan perbedaan yang bermakna (p > 0,05) (lihat tabel 7). Ini tingkat varises esofagus dan beratnya asites (p < 0,05). Ini me-
menunjukkan bahwa hepatomegali bukan merupakan petunjuk nunjukkan bahwa beratnya asites dapat digunakan sebagai
19
berbeda dengan yang didapatkan oleh Hadi 18 , Pangalila dkk
tetapi lebih besar daripada yang dilaporkan oleh Sjaifullah
dkk 14 , dan lebih kecil daripada yang dilaporkan oleh Adenan
11) Hasil pemeriksaan tes faal hati penderita sirosis hati pada dkk 2 , Akil dkk 6 , Julius dkk 2° dan Purba dkk21 .
penelitian ini (lihat tabel 11).
2) Distribusi umur
Tabel 11. Hasil pemeriksaan tes faal hati pada sirosis hati Umur penderita sirosis hati termuda ialah 24 tahun dan
tertua umur 80 tahun (rata-rata 52 tahun), terbanyak ditemu-
kan pada . umur 41—60 tahun, yaitu 31 penderita atau 59,62%.
Ini tidak banyak berbeda dengan yang dilaporkan oleh pene-
liti-peneliti terdahulu seperti Adenan dkk 2 , Akil dkk 6 , Hadi 18 ,
Purba dkk 21 , Sjaifullah dkk 14 dan Saefu122 .
Di negara-negara barat, sirosis hati terdapat pada umur lebih
lanjut, sedangkan di negara-negara sedang berkembang ter-
dapat pada umur lebih muda 20 , mungkin oleh karena tingginya
insidensi karier HBsAg pada ibu-ibu hamil.
3) Keluhan-keluhan Penderita sirosis hati
12) Hubungan antara varises esofagus dan tes faal hati pada Keluhan -keluhan yang paling banyak ditemukan pada
sirosis hati hasil penelitian ini (lihat tabel 12). sirosis hati penelitian ini waktu masuk rumah sakit ialah
Tabel 1 2. Hub ungan antara varises esofagus dan tes faal hati pada pen- perut gembung/membesar seperti yang dilaporkan oleh Hadi 18 ,
derita sirosis hati Purba dkk 21 dan Sjaifullah dkk
4) Hematemesis melena
Pada penelitian ini, hematemesis melena tidak berbeda
jauh dengan yang dilaporkan oleh peneliti -peneliti seperti
Christensen dkk melaporkan 48,5%, Merrigan dkk 24 melapor-
kan 53%. Persentasi hematernesis melena yang kami temukan
pada penelitian ini lebih besar daripada yang dilaporkan oleh
Hadi 18 yaitu 12,90%, Purba dkk 21 yaitu 26,69% 14tetapi me-
nyerupai dengan yang dilaporkan oleh Sjatifullah dkk
Hematemesis melena pada penelitian ini dapat digunakan
sebagai petunjuk kemungkinan adanya varises esofagus pada
sirosis hati. Ini berarti, bila ditemukan hematemesis melena
pada penderita sirosis hati, telah ada varises esofagus.
Dari 22 penderita dengan perdarahan varises esofagus pada
penelitian ini, 6 varises esofagus tingkat II, 8 varises esofagus
13) Hubungan antara varises esofagus yang didapatkan dengan tingkat III, dan 8 penderita varises esofagus tingkat IV.
endoskopi dengan yang didapatkan pada esofagogram pada Perdarahan mulai pada .tingkat II ke atas sesuai yang di-
penderita sirosis hati (lihat tabel 13). laporkan oleh Amirudin dan Aki1 25 dan Chang dkk l . Kami
juga menemukan, 14 dari 22 penderita yang mengalami per-
PEMBAHASAN darahan varises esofagus disertai esofagitis, 3 disertai tukak
1) Selama 3 tahun telah diteliti status - status penderita sirosis peptik dan yang lainnya tidak ditemukan esofagitis dan tukak
hati yang telah dilakukan endoskopi/esofaguskopi. Dari 52 peptik: sesuai dengan yang dilaporkan oleh Amirudin dan
penderita tersebut, ditemukan 43 (82,70%) varises esofagus. Akil25 , bahwa lebih dari separuh penderita sirosis hati dengan
Distribusi jenis kelamin dari 52 penderita sirosis hati laki-laki perdarahan varises esofagus disertai esofagitis.
16 (69,23%) dan wanita 16 (30,77%) atau 2,25 : 1. Distribusi Ini tidak berbeda jauh dengan yang dilaporkan oleh Mar-
ni jika dibandingkan dengan peneliti terdahulu tidak jauh paung26 , bahwa 30 penderita sirosis hati dengan varises esofa-
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah Data-data dari publikasi terakhir penulis-penulis Indonesia sen-
buang air besar berdarah seperti aspal, umumnya disebabkan diri juga menunjukkan penurunan angka kematian yang ber-
perdarahan saluran makan bagian atas (SMBA) mulai dari makna di rumah-sakit tipe A/B sejak diikutinya protokol
esofagus sampai duodenum. penanggulangan seperti di luar negeri.
Penyehab-penyebab dari perdarahan saluran makan bagian Berikut ini akan dibicarakan diagnosis dan penanganan
alas antara lain : dari penderita-penderita dengan perdarahan saluran makan
- Kelainan pada esofagus: varises, esofagitis, ulkus, sindroma bagian atas.
Mallory-Weiss, keganasan.
- Kelainan pada lambung dan doudenum: gastritis hemora- DIAGNOSIS HEMATEMESIS DAN MELENA
gika, ulkus peptikum ventrikuli dan duodeni, keganasan, Diagnosis pada gejala muntah darah dan buang air berdarah
polip. bertujuan mencari tahu tentang
- Penyakit darah: leukemia, DIC, trombositopeni. — kemungkinan penyebab utama dari perdarahan SMBA
- Penyakit sistemik: uremia. tersebut
Penyehab perdarahan SMBA yang terbanyak dijumpai di — lokasi yang tepat dari sumber perdarahannya
Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata — sifat perdarahannya.(sedang atau telah berlangsung, banyak
40 - 55%, kemudian menyusul gastritis hemoragika dengan atau sedikit)
20 - 25%. ulkus peptikum dengan 15 - 20%, sisanya oleh — derajat gangguan yang ditimbulkan perdarahan SMBA pada
keganasan, uremia dan sebagainya. organ lain seperti syok. koma, anenti. kegagalan fungsi
Unnunnya perdarahan SMBA termasuk penyakit gawat hati/jantung/ginjal
darurat yang memerlukan tindakan medik intensif yang segera
di rumah-sakit/puskesmas karena angka kematiannya yang Diagnosa perdarahan SMBA ditegakkan melalui
tinggi, terutama pada perdarahan varises esofagus yang dahulu A. Anamnesis
berkisar antara 40 - 85%. B. Pemeriksaan fisik
Tingginya angka kematian pada perdarahan varises esofagus C. Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti
tergantung dari beberapa faktor, antara lain : I . Pemeriksaan laboratorium
- Sifat dan lamanya perdarahan telah berlangsung. 2. Pemeriksaan radiologik
Beratnya penyakit sirosis hati yang mendasarinya. 3. Pemeriksaan endoskopik
-
Ketrampilan tenaga medik dan paramedik yang menangani 4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning han
penderita tersebut.
- Tersedia tidaknya sarana diagnostik dan terapi di rumah- Anamnesis
sakit/puskesmas tersebut. Perlu dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan pen-
Dengan bertambah majunya teknologi kedokteran. ter- derita lemah atau kesadarannya menurun dapat diambil allo
utatna di bidang Endoskopi gastrointestinal. akhir-akhir ini anamnesa dari pengantarnya.
telah dikenal metoda-metoda baru dalam diagnostik dan Beberapa hal yang perlu ditanyakan antara lain :
terapi yang memberi harapan dapat mengurangi angka ke- — Apakah penderita pernah menderita atau sedang dalam pe-
matian yang tinggi, terutama pada perdarahan varises esofagus. rawatan karena penyakit hati seperti hepatitis kronis, sirosis
PENDAHULUAN
Hepatitis tampaknya sudah merupakan problem kesehatan
masyarakat di beberapa bagian dunia. Prevalensi mereka yang
ternyata menderita hepatitis virus, terutama hepatitis A,
hepatitis B, hepatitis non A non B fernyata cukup banyak.
Di beberapa negara Afrika & Timur jauh, ternyata pembawa
hepatitis B (carrier) mencapai 15%; malahan Taiwan mencapai
20%. Di negara tetangga kita, Asean, ternyata hasil survey me-
nunjukkan carrier sekitar 10%. Di Indonesia sendiri belum ada
data nasional.
Survey di Jakarta & Surabaya didapatkan carrier 4,5% dan
7%. Dari donor darah di Jakarta, ternyata carrier mencapai
2,4%. Pada kelompok penduduk tertentu, ternyata angka pre-
valensi carrier mencapai > 20%, misalnya petugas RS kesehat-
an yang berhubungan dengan darah; petugas bagian bedah,
kebid'anan dan laboratorium, petugas dialisis. Kelompok ini
disebut risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B. Dari
mereka yang kena infeksi hepatitis B, sebagian besar sembuh
sempurna, sebagian yang lain menjadi currier atau menjadi
kronik yang secara epidemiologis dan virologis merupakan
faktor.penyebab karsinoma hepatoselular primer.
Pengetahuan terhadap hepatitis B ini maju pesat setelah
tahun 1964 oleh Blumberg (pemenang Nobel Prize) diketemu-
kan "Antigen Australia".
TRANSMISI
Penularan hepatitis B ternyata secara parenferal rnelalui pro-
duk darah, jarum injeksi dan sebagainya tetapi sebagian dapat
terjadi secara diam (inapparent parenteral) tanpa disadari
penderita itu melalui hubungan yang intim dengan carrier/
penderita hepatitis B. terutama melalui hubungan seksual.
Ini bisa terjadi karena media penularan bisa berupa darah,
komponen darah, saliva, cairan vagina, semen dan air mata.
Sedangkan urine, faeses dan air susu ibu tidak berperanan
penting sebagai media penularan. Transfusi darah, komponen
darah dan jarum yang terkontaminasi (pecandu narkotika)
paling banyak sebagai penyebab, selain kontak intim, kontak
seksual dengan carrier (penderita hepatitis B).
Khusus transmisi pada bayi yang lahir dari ibu yang me-
rupakan carrier atau penderita ternyata terjadi secara vertikal
(sebagian secara horizontal) pada waktu intra uteri (sedikit
sekali) perinatal (yang banyak) dan post natal. Infeksi secara
vertikal pada neonatus menyebabkan 90% jadi carrier dan
infeksi secara horizontal (melalui saliva) menyebabkan 40%
jadi carrier. Hal inilah yang banyak menimbulkan carrier
menjadi lebih tinggi. Selain itu adanya HBsAg, HBeAg serta
anti HBe pada ibu mempengaruhi penularan.
VAKSIN
Berbeda dengan vaksin yang selama ini dipakai, biasanya di-
buat dari mikroorganisme yang dibiakkan, kemudian dilemah-
kan atau inaktivasikan dan Baru kemudian diberikan sebagai
vaksin. Hepatitis B virus sampai saat ini tidak bisa di kultur,
maka vaksin hepatitis B tidak dibuat dari kultur virus.
Setelah diketemukan antigen Australia tahun 1964. Saul
Krugman berhasil mengembangkan serum penderita hepatitis
B sesudah dilemahkan/diinaktivasikan (dengan cara memanasi)
dan menyuntikkan pada orang lain, ternyata dapat mencegah
infeksi hepatitis B. Bahan baku vaksin hepatitis B diambil
dari serum carrier Hepatitis B yang ternyata banyak meng-
andung HBs Ag yang imunogenik. M Hillman dengan tekno-
logi mutakhir membuat vaksin yang mengandung HBsAg
dari plasma carrier, yang kemudian ternyata aman untuk di-
gunakan dalam vaksinasi (uji coba tahun 1975), dan dipakai
sejak tahun 1981. Vaksin ini dapat merangsang tubuh manusia
untuk membuat anti HBs yang berguna untuk pencegahan
hepatitis B.
Dr. HM Sjaifoellah Noer (kiri) dan Dr. Samsuridjal I) (kanan) wakil Gubernur pada pcmbukaan simposium (tanda X)
PATOFISIOLOGI
Pembebasan endotoksin dari mikroba yang sudah mati
diduga menjadi pencetus utama terjadinya syok septik 1-4,6,5
Endotaksin merupakan stimulan antigen yang kuat, yang
menyebabkan ia berikatan dengan antibodi (lg-G, Ig-M) mem-
bentuk kompleks endotoksin antibodi1,2,6 . Selanjutnya
komplemen akan diaktifkan baik melalui classic pathway
ataupun melalui alternative pathway 6 .
Efek selanjutnya terjadi pelepasan zat vasoaktif seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan "slow-
reacting-substance of anaphylactoid" (SRS-A) 1,2,4, 8, 9 . Pelepas-
an zat vasoaktif ini menyebabkan dilatasi arteriol, venokon-
striksi, bronkokonstriksi dan peninggian permeabilitas mem-
brana kapiler 1-4,6,8,9
*) MAKALAH telah diajukan pada Simposium Kortikosteroid sebagai Efek samping pembebasan zat vasoaktif ini secara terus
obat penyelamat, Ujung Pandang, 8 September 1984. menerus, menyebabkan konstriksi pada precapillary sphincter
GAMBAR VI. Efek endotoksin terhadap metabolisme karbohidrat GAMBAR VII. Efek endotoksin terhadap glikogenolisis hati
KEPUSTAKAAN
Sejak berjuta juta tahun, kehidupan di bumi dipengaruhi baik Kronofarmakologi analgetika
oleh peralihan siang malam maupun sikius musim yang di- Hasil percobaan tes analgetik dengan menggunakan mencit
akibatkan oleh rotasi bumi itu sendiri. Penyelidikan berbagai menunjukkan bahwa kerja analgetika pada malam hari (pk.
fungsi organ pada hari, bulan dan tahun yang berbeda menun- 03.00) jauh lebih kuat daripada kerja analgetika pada sore
jukkan adanya perbedaan bioritmik yang disebabkan ritmus hari (pk. 15.00). Perbedaan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
tahunan (sirkaanual), ritmus bulanan (sirkamensual) dan ter-
utama ritmus siang-malam .(sirkadian). Bioritmus ini ditemu-
kan dalam seluruh makhluk hidup mulai dari yang bersel satu
sampai pada manusia, dari sel sampai ke fungsi organisme ke-
seluruhan. Sementara para ahli fisiologi dan ahli biologi sejak
lama memberi perhatiannya pada fenomena ritmik demikian,
ritmus ini sampai sekarang hampir tidak menemukan tempat-
nya dalam dunia para dokter dan apoteker. Di Eropa, baru
pada tahun 1983 seorang ahli farmakologi dari Jerman Barat,
Bjoern Lemmer, menerbitkan buku berjudul "Chronopharma-
kologie", yang khusus membahas adanya pengaruh ritmus
tersebut di atas terhadap kerja obat. Bioritmus ini bukan saja
ditentukan oleh faktor genetik akan tetapi dapat pula di-
pengaruhi oleh lingkungan. Mengingat bahwa banyak fungsi
hidup yang vital serta komponen-komponen serum dan urin
sangat dipengaruhi oleh ritmus siang-malam, banyak peneliti-
an akhir-akhir ini diarahkan untuk melihat pengaruh pemberi-
an obat-obatan pada saat yang berbeda. Hasil menunjukkan
bahwa memang terbukti, pada penggunaan obat faktor waktu Gb. 1: Efek antinosiseptif (analgetik) dari Morfin (4 - 32 mg/kg)
pemberian harus pula ikut diperhatikan. pada waktu-waktu yang berbeda.
Seperti kita ketahui, sebelum meningkat ke percobaan
klinis, penelitian kerja obat dilakukan pada hewan percobaan.
Hewan-hewan yang banyak digunakan antara lain mencit, Percobaan pengaruh Naloksonpada ileum marmot menun-
tikus, marmot, kelinci; kucing, anjing dan kera. Pada per- jukkan bahwa ileum yang diisolasi pada musim panas lebih
cobaan menggunakan hewan mengerat, sering tidak dipertim - peka daripada yang diisolasi pada musim dingin. Pada ma-
bangkan bahwa hewarr-hewan ini aktif pada malam hari, nusia pun ditemukan juga perbedaan kerja analgetika menurut
sedangkan manusia sebaliknya. Dengan demikian akan didapat- saat pemberian. Metamizol yang diminum pada siang men-
kan hasil-hasil yang kurang tepat apabila ditransfer pada ma- jelang sore hari akan mempunyai kerja analgetika yang lebih
nusia. Beberapa pustaka menyebutkan hasil penelitian di besar dibandingkan dengan penggunaan pada pagi atau malam
bawah ini. had. Ini terlihat pada gambar 2.
Komentar
sekarang ini seolah-olah sama dengan mengoper pasien kepada
dokter ahli dan karena itu barangkali semakin sedikit pula
dokter umum yang menahan pasien di tangan sendiri. Dan
TANGGAPAN DARI SEGI ETIKA KEDOKTERAN kadang-kadang bila keterlaluan, ada di antara pasien yang
Untuk kasus yang disebut terjadi di Singapura itu, silakan baca mengeluh dan menulis di surat-kabar!
kutipan berikut, yang berasal dari ucapan Prof. DR. Sudjono Namun demikian, saya kira budaya masyarakat Indonesia
Djuned Pusponegoro pada upacara promosi Doktor di FKUI yang tak terlalu cepat menuntut dokter atas tuduhan mal-
awal Nopember 1985 sebagai berikut : "Dokter diperalat oleh praktis, ada baiknya bila dibandingkan dengan budaya yang
alat dan memperalat pasien secara berlebihan. Seringkali un- suka cepat menuntut ganti rugi. Sebab dalam hal terakhir ini,
tuk mengejar angsuran peralatan yang mahal itu, dokter mem- dokter akan mencari perlindungan asuransi, yang akan ber-
perbanyak penggunaannya secara tak perlu". akibat biaya praktek naik yang kembali harus dipikul masyara-
Kalau kita mau mengamati praktek sebagian sejawat kita di kat lagi! Ingat film kartun "Woody Wood Picker" yang ber-
tanah air, terutama di kota-kota besar, mungkin juga hal itu tindak sebagai agen asuransi? Mungkin perlu kita pikirkan
pernah terjadi, cuma belum ada yang mengeluh.. Ketiadaan bersama, bagaimana memperbaiki keadaan, tanpa terjebak
Dalam waktu 5 tahun, agen rahasia Gedung Putih, Penyelidikan pada 245 anak laki-laki dengan pem-
Washington, telah menangkap sebanyak 328 pengunjung- bengkakkan skrotum akut, hasilnya sebagai berikut :
yang tampaknya menderita gangguan mental- yang dari 125 anak dengan refleks kremaster positif, tidak
ingin menemui Presiden.. Kebanyakan dari mereka satu pun mengalami torsi testis. Dari 120 anak yang
menderita skizofrenia paranoid. refleks kremasternya negatif, 56 torsi testis, dan 64 anak
Apakah hal yang sama terjadi juga di Istana Merdeka, karena sebab lain, termasuk torsi hidatid, epididimitis
atau di 10 Downing Street? Atau mereka telah diusir dan hidrokel.
jauh-jauh oleh polisi sebelum berhasil mendekati tujuan- Brit Med J 1984; 289:770
nya?
Am JPsichiat 1985142:308-12
Menurut statistik dunia yang diumumkan oleh PBB,
Pada penerjunannya yang ke 400, seorang instruktor dari angka rata-rata 17% kelahiran bayi dengan berat
terjun payung yang berspesialisasi pada "terjun bebas", badan kurang dari 2500 gram. variasinya berbeda di tiap
mengalami tetraparesis flaksid selama beberapa detik negara. Eropa Utara 6%. Amerika Utara 7%, sedangkan
sesaat setelah parasitnya niembuka; Kemudian ia me- di Asia Tenggara 31%.
rasakan parastesi pada ke empat anggota geraknya J.4 MA 1984; 252:1115
selama 3 jam.
Kejadian serupa, tapi dengan intensitas yang lebih
berat, dialaminya lagi pada penerjunan berikutnya. Apakah penyakit - penyakit pada payudara yang sifatnya
Setelah diselidiki, didapat lesi kongenital pada tulang jinak itu meningkatkan risiko terkena kanker payudara?
vertebra servikalis, disertai protrusi diskus yang besar. Ya, bila berdasarkan textbook. Tapi, suatu analisis pada
Terjun bebas dengan parasit biasanya menrakai 1000 pasien di RS Westminter, tidak menemukan bukti
helm yang berat, dan sering-sering dilengkapi karnera. adanya hubungan antara lesi-lesi jinak dan keganasan
Lesi-lesi subklinik yang berulang-ulang rupanya sebagai tersebut. Penyelidikan berikutnya juga mendapatkan
sumber penyebab kelainan di tulang leher tadi. kesan yang sama.
Injury 1984; 16: 19-20 Post Graduate Med J, 1984: 60: 653-6