Dunia Kedokteran
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma
Daftar Isi
2 Editorial
ARTIKEL
3 Angina Pektoris
7 Uji Kerja Fisik Menggunakan Treadmill Untuk Deteksi
Iskhemia Miokardium
11 Penyakit Jantung Bawaan : Apa Yang Harus Dilakukan
18 Pemeriksaan Radiologik Jantung
21 Komplikasi Kardiovaskuler pada Penyakit Paru
Obstruktif Menahun (PPOM)
25 Hubungan Antara Aktivitas Neuron dalam Cerebellum
dan Perubahan-perubahan Fungsi Kardiovaskuler.
28 Kemoprofilaksis Malaria
30 Pengelolaan Kesukaran Tidur pada Usia Lanjut
33 Berbagai Pemeriksaan Imunologi untuk Menunjang
Diagnosa
38 Bioavailabilitas Komparatif Tiga Preparat Tablet
Ampisilin 500 mg
Karya Sriwidodo
42 Pengaruh Pil Noriday® Terhadap Libido/Orgasme pada
Masyarakat Desa Sagan Besar — Riau
44 Penilaian Klinik Pemakaian Klomifen Sitrat sebagai Obat
Pemacu Ovulasi dalam Pengobatan Pemandulan di
Sulawesi Utara
Angina Pektoris
dr. Nurhay Abdurahman
Sub Bagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta.
Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung Pada masa kini dasar pengertian dari angina pektoris lebih
Koroner dengan keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan mendapat uraian yang luas dan mendalam.
precordial yang disebabkan karena gangguan peredaran darah Angina pektoris dapat merupakan manifestasi klinis yang
koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan tertentu awal dari penyakit iskemia jantung yang sebagian besar dise-
tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard karena babkan karena gangguan pada sirkulasi koroner akibat athero-
meningkatnya kebutuhan oksigen dan bila kebutuhan oksigen sclerosis pada arteria koronaria sehingga suplai darah yang
tersebut, menurun kembali maka keluhan nyeri dada tersebut membawa oksigen dan metabolit ke dalam miokard sewaktu-
akan hilang. waktu tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard yang
Dari segi sejarah Ilmu Kedokteran ada baiknya dicatat disini berubah-ubah.
bahwa : Angina pektoris telah dikenal dan telah digambarkan Angina pektoris dapat diartikan sebagai manifestasi klinis dari
oleh Dr. William Heberden sejak lebih dari 200 tahun yang lalu tidak adanya keseimbangan antara suplai dan keperluan aliran
(tahun 1768) sebagai berikut : darah koroner ke dalam miokard, keadaan ini dapat disebabkan
"There is a disorder of the breast, marked with strong and karena :
peculiar symptoms, considerable for the kind of danger be- 1. suplai yang berkurang karena hambatan aliran darah koroner
longing to it, and not extremely rare. The seat of it, and sense (sclerosis arteri koronaria, spasme arteri koronaria);
of strangling and anxiety with which it is attended, may make it 2. kebutuhan akan aliran darah koroner meningkat karena beban
not improperly be called Angina Pectoris. kerja jantung lebih berat (misalnya pada aortic stenosis).
Those who are afflicted with it are seized, while they are wal- Dalam beberapa keadaan yang jarang terjadi, Angina pectoris
king, and more particularly when they walk soon after eating, dapat terjadi tanpa ada kelainan dari arteri koronaria (angina
with a painful and, most disagreeable sensation in the breast, pectoris dengan arteri koronaria yang normal).
which seems as if it would take their life away, if it were to Iskemia miokard akan terjadi bila kebutuhan oksigen melam-
increase or to continue : the moment they stand still all this paui suplai oksigen. Bila suplai 02 pada miokard mencukupi
uneasiness vanishes. In all other respects, the patients are, at kebutuhan 02 untuk metabolisme maka fungsi miokard akan
the beginning of this disorder, perfectly well, and in particular normal.
have no shortness of breath, from which it is totaly different
and it will come on, not only when the persons are walking but A). Faktor-faktor yang turut menentukan besarnya kebutuhan 02
when they are lying down, and oblige them to rise up out of miokard :
their beds every night for many months togeher: and in one or 1. frekuensi denyut jantung per menit.
two very inveterbrate cases it has been brought on ... even by 2. tegangan dinding ventrikel (berbanding langsung dengan
swallowing, coughing, going to stool, or speaking, or by any radius ventrikel dan tekanan sistolik dalam ventrikel,
disturbance of mind ..._ this complaint was greatest in winter; akan tetapi berbanding terbalik dengan tebalnya dinding
another, that it was aggravated by warm weather ... " ventrikel).
Dari catatan sejarah ini ternyata pengertian angina pektoris 3. kekuatan kontraksi dari ventrikel (contractility).
dalam kurun waktu lebih dari 2 abad tidak banyak berbeda. B). Suplai 02 tergantung juga dari aliran darah koroner yang
x xx x 11 U
kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu u x x xx x x
periode program latihan fisik. • 120 xxx
x
x
x
x
Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan x x
90 " 1500 U U
bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya meka- ' x 000
xx 1200
nisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada • 9001
usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara xx x x x 600
melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik • 30 Rest 300 j beban kerja dengan w
tersebut. meter sepeda (kpm/menit)
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik ada- Istirahat 0 5
lah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksi- kerja 0 5 10 15 20 25
gen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaring- pemulihan 0 5 10
Waktu ( menit )
an tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebut
beberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :
Gambar 2. Hubungan antara frekuensi denyut jantung dan intensitas kerja.
1. Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana a. arus balik vena
dan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardio- b. distensibilitas ventrikel
vaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantung c. tekanan aorta dan a.pulmonalis
berkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi d. kontraktilitas ventrikel
dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti Faktor a dan b mempengaruhi kapasitas pengisian ventrikel
pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat yaitu banyaknya darah yang tersedia untuk mengisi ventrikel;
pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantung sedangkan faktor c dan d mempengaruhi kemampuan
sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada pengosongan ventrikel yaitu kekuatan memompa darah melawan
keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit tekanan yang harus dilaluinya.
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dari Respon isi sekuncup terhadap kerja fisik bergantung pada
posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang me- posisi individu pada saat melakukan kerja. Pada posisi berbaring
ngurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus
mengurangi jumlah isi sekuncup. melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada
Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut posisi berdiri, isi. sekuncup meningkat secara linier dan
jantung meningkat, curah jantung = frekuensi denyut jantung X mencapai nilai tertinggi pada 40% — 60% VO2 maksimal. Pada
isi sekuncup. posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati
Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit
jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat.peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat
Hal ini merupakan refleks ANTICIPATORY yang mungkin hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu
melalui sekresi CATECHOLAMINE dari medula kelenjar kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang
adrenal. dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 — 100 ml; nilai
Begitu kerja fisik dimulai, frekuensi denyut jantung segera tertinggi diperoleh sebanyak 200 ml pada atlit yang terlatih baik.
meningkat. Terdapat hubungan linier antara frekuensi denyut Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas
jantung dengan intensitas kerja seperti terlihat pada gambar 2. kerja) makin sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan
Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut
jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus
Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian
jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut diatole merupakan bagian dari 0,3 detik terse-but).
disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi
maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan 3. Curah jantung
erat dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal denyut jantung = Telah diuraikan di atas bahwa curah jantung merupakan basil
220 - usia dengan standar deviasi ± 10 denyut). perkalian antara frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup.
2. Isi sekuncup Pada intensitas kerja yang mencapai 40 — 60% dari kapasitas
Isi sekuncup selama kerja fisik dipengaruhi oleh faktor : maksimal peningkatan curah jantung disebabkan oleh kedua
faktor tersebut di atas. Di atas kapasitas maksimal
Di Indonesia, walaupun belum ada data Penyakit Jantung Tabel 1. Urutan 10 PJB di Bagian Anak
Bawaan (PJB) yang akurat, namun masalah PJB jelas telah FKUI—RSCM (1970 — 1973)1
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh baik dari dokter
umum maupun spesialis. Data Polildinik Jantung Anak di Janis PJB Jumlah Kasus
Bagian Anak FKUI—RSCM1 melaporkan peningkatan jumlah
pengunjung dari 241 menjadi 512 pada tahun 1970 dan 1973. VSD 374
ASD 86
Jumlah PJB (72%) lebih tinggi dari Penyakit Jantung Didapat T. F. 76
(28%), dan jumlah konsultasi berasal dari Dokter umum (47%) PS 72
tidak jauh berbeda dari dokterspesialis (53%). PDA 59
Neutze2 mengutarakan insidens PJB pada beberapa negara IPAD 20
TGA 9
bersumberkan perkiraan WHO 1979 sebagai berikut : Dextrocardia 7
(Lihat Tabel dibawah) HPP 1
Lain—lain 27
PJB dirumah sakit umum tidak merupakan penyakit dalam
kelompok utama, terutama di Indonesia dimana sebagian besar VSD : Ventricular Septal Defect.
bayi PJB mungkin meninggal sebelum sampai di rumah sakit ASD : Atrial Septal Defect.
umum ataupun PJB ringan tidak sampai di diagnosa secara TF : Tetralogy Fallot
PS : Pulmonary Stenosis
adekwat. PDA : Patent Ductus Arteriosus
Urutan 10 besar PJB di Poliklinik Jantung Anak, Bagian Anak IPAD : Idiopathic Pulmonary Artery Dilatation
FKUI—RSCM (1970-1973) memperllhatkan Ventricular Septal TGA : Pransposition of theQreat Artery
Defect (VSD) yang terbanyak, sesuai dengan klinikklinik HPP : Hipertensi Pulmonal Primum.
lainnya. (Lihat tabel 1) Sikap utama menghadapi PJB adalah pemastian adanya kelain-
5. Angina, jarang ditemukan pada masa kanak-kanak. Tetapi penyebab. Penularan rubella pada anak gadis sebelum umur
bila terdapat, maka diperlukan pemeriksaan dan penata- produktip dapat menimbulkan imunitas aktip yang berakhir
laksanaan darurat. Sebab tersering adalah Stenosis aorta berat lama.
yang kadang -kadang disertai Sinkope. Viraemia sesudah infeksi rubella dapat menetap selama bebe-
6. "Stridor" "wheeze" dan "feeding difficulty" terutama terdapat rapa minggu dan dianjurkan hindari konsepsi untuk selama 2
"choking" dan batuk sewaktu makan, hendaknya dicurigai bulan, karena dapat menulari janin. Kontak rubella pada wanita
kemungkinan adanya cincin melingkari pembuluh darah yang hamil muda, berikan gamma glubolin dalam 10 hari setelah
menekan trakea dan esofagus. Untuk diagnosa diperlukan kontak untuk melindungi janinnya.
pemeriksaan radiologik esofagus dengan barium per oral
2. Resiko endokarditis bakterialis, umumnya tinggi pad a anak
proyeksi frontal dan lateral.
dengan PJB, walaupun PJB lesi ringan.
Pada bayi-bayi yang aktip bergerak-gerak, lebih jelas dengan.
Sebenarnya invasi bakteri kedalam darah untuk masa singkat
gambar film cine.
sering terjadi pada anak normal. Pada pasien dengan kelainan
Pembatasan aktifitas.
endokardium/katup jantung, baik Penyakit Jantung Rematik
Umumnya anak dengan PJB tidak memerlukan pembatasan
maupun PJB, bakteri tersebut dapat berimplantasi pada per-
aktifitas yang diperintah. Dalam praktek sehari-hari dapat
mukaan endokardium. Invasi kuman tersebut sering terjadi
dianjurkan agar aktifitas disesuaikan dengan kemampuan klinik
setelah prosedur/manipulasi bedah, (misal ekstraksi gigi,
sehari-hari, kecuali bila terdapat gagal jantung akut dan pada
tonsilektomi, bedah saluran kemlh/saluran pencemaan, luka
Stenosis aorta bermakna dengan aktifitas berat dapat
bakar) . Jenis-jenis PJB tertentu mempunyai resiko yang lebih
membahayakan pasien.
tinggi untuk terjadinya endokarditis bakterialis misalnya
Pada gagal jantung kongestip akut, sebaiknya pasien dirawat
Johnson 6 . Tetralogi Fallot terbanyak menderita . PDA, yang
dirumah sakit diharuskan tirah -baring ("bedrest " ) sampai gejala -
sebelum era antibiotika sering mendapat komplikasi
gejala akut hilang atau minimal. Bila keadaam klinik tetap stabil,
endokarditis, akhir-akhir ini tidak mendapatkannya lagi (tabel 7).
aktifitas dapat dilkukan secara bertahap.
Pada PJB Sianotik, pasien sendiri sudah dapat mengatur ak- s
Tabel 7 . : PJB dengan komplikasi endokarditis bakterialis
tifitasnya sesuai dengan kemampuan, misalnya dengan jongkok
setelah berjalan beberapa langkah/meter.
Pembatasan aktifitas anak secara tidak bijaksana dapat meng-
akibatkan hambatan perkembangan fisik, psikologik dan sosial. Tetralogi Fallot 38 %
PENCEGAHAN PJB DAN ENDOKARDITIS BAKTERIALIS. Stenosis Aorta 16 %
V.S.D. 13 %
1. Resiko PJB, sebenarnya dapat dikurangi secara melindungi D. transposisi pembuluh darah besar 6%
wanita hamil dari faktor-faktor yang dikenal sebagai Pasca bedah 5%
P.D.A. 0%
Gambar 5. Gambar 7.
Gambar 6.
Pasien wanita umur 2% bulan dengan D- Pasien laki umur 6 tahun dengan Anomali total (?
Pasien laki umur 4 tahun dengan Tetralogy
Transposisi pembuluh darah arteri + canal atrio ) aliran vena pulmonalis ke vena cava superior
Fallo.
ventrtkuler besar tipe VSD.
Thorax foto : jantung bentuk sepatu (CTRO, bagian atas + ASD + hipertensi pulmonal.
Thorax foto : cardiomegalibentuk telur, basis
57), cardiomegali, arcus aorta dikanan, corak- Thorax foto : bentuk jantung seperti angka
jantung sempit, corakan pembuluh darah paru
an pembuluh darah paru berkurang, paru bercak delapan (CTR 0,64) cardiomegali, conus pul-
bertambah dan bercak-bercak pada kedua monalis melebar dan menonjol, basis jantung
-bercak parakardial kanan-kiri.
lebar, corakan pembuluh darah paru lebarlebar
dan menghilang di perifer, arcus aorta
kemungkinan sekali ditempat biasa.
Untuk mencegah terjadinya endokarditis bakterialis, pelbagai
cara pencegahan dianjurkan. Pada prinsipnya sama, ialah mem-
berikan antibiotika yang efektip terhadap kuman penyebab PENGOBATAN BEDAH
utama pada pasien PJB yang akan menjalani prosedur/manipu- Bila terdapat lesi yang menimbulkan Simptom atau beban
lasi bedah, selama dan setelahnya. Banyak Aorta Koarktasio hemodinamik yang bermakna, maka diperlukan tindakan bedah.
kongenitalis dengan 2 katup, yang merupakan tempat mudah Pada masa dulu, bayi masih dianggap terlalu muda usianya atau
untuk endokarditis. Valvulotomi tidaklah menyingkirkan terlalu kecil untuk tindakan bedah. Tetapi, justru bayi-bayilah
kelainan katup walaupun pasien membaik secara hemodina- yang lebih sering memerlukan tindakan bedah.
mik. Demam yang tidak diketahui sebabnya, sebelum diberi Dewasa ini dengan kemajuan ilmu kedokteran, tindakan bedah
terapi antibiotika, periksa dulu biakan darah. pada bayi umur < 1 tahun telah berhasil baik pada klinik
Tidak diperlukan profilaksis antibiotika yang lama pada pasien dinegara maju. Bahkan, tidak lagi bergantung pada ukuran
tersebut diatas seperti halnya pada Demam Rematik.
umur dan besarnya bayi, semata-mata tergantung pada urgen- sebagian kecil tidak dapat. Neonatus dengan PJB yang biru atau
sinya tindakan bedah. gagal jantung kongestip, waspadalah untuk segera
Operasi koarktasio aorta pada anak besar tanpa simptom adalah mengkonsulkan ke Bagian Anak agar dapat dilakukan pe-
untuk pencegahan terjadinya komplikasi pada arteri di kemudian meriksaan lebih lanjut dan pengobatan bedah.
hari. Penutupan ASD dianjurkan walaupun tanpa simptom pada
anak besar untuk menghindari komplikasi yang timbul RUJUKAN :
kemudian hari. Sebaiknya pada an ak- anak dengan VSD disertai
simptom yang bermakna, defek dapat menjadi kecil atau bahkan 1. Maemunah Affandi. Mengenal kelainan/Penyakit Jantung pada anak.
menutup spontan, sehingga memerlukan observasi cermat K.P.P.I.K. FKUI IX, Jakarta 1976.
2. Neutze JM. The general problem of severe heart disease in newbron.
untuk jangan terlambat bertindak bila diperlukan. Untuk Presented at the world congress of cardiology, London : June 1980.
observasi keadaan demikian diperlukan ahli jantung anak 3. Nora JJ. Etiologic aspects of Congenital Heart Disease. Heart
. Disease in Infants, Children and Adolescents. Baltimore : Moss.
A.J. The Williams and Wilkins. co 1977.
4. Patricia M. Clarkson. Diagnosis and Management of Congenital
Kesimpulan. Heart Disease. Symposium on Cardiovascular system : Patient mana-
gement. School of Medicine, University of Auckland, September
PJB dengan simptom biasanya dapat dikenaldari simptom 1975.
dan tanda-tanda klinik walaupun tanpa bising jantung. 5. Godman MJ. Pediatric Caddilogy. Int Med 1982; 1 : 884 — 891.
Juga diperlukan pemeriksaan radiologik foto toraks dan elek- 6. Johnson DH et al, ddcutip dari Anthony CL et al. Pediatric Cardio-
logy 1979;451.
trokardiografi untuk penilaian hemodinamik. 7. Buku kumpulan kuliah Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta
Banyak lesi PJB yang dapat ditolong dengan bedah, tetapi 1974, halaman 729.
Penutup
Metoda diatas merupakan pemeriksaan dasar yang harus
dilakukan untuk melihat adanya kelainan jantung. Tentunya masih
banyak sekali modifikasi pemeriksaan yang bertitik tolak dari
metoda dasar ini.
Mengenai jenis kelainan serta gambaran radiologik yang diha-
silkannya hanya disinggung serba sedikit.
Gambar 5 :
Sebahagian dari foto "Cineangiokardiografi " . Keuntungannya disini ada-
lah selain anatomi dapat pula dipelajari fungsi dari masing - masing bagian
jantung.
1. Hipoventilasi alveoli.
PENDAHULUAN 2. Berkurangnya "vascular bed " di dalam paru.
3. Bertambahnya "intrapulmonary vasculer shunt"
Pada dasarnya yang dimaksud dengan PPOM ialah bronkhi -
4. Faktor kelainan dari miokardium sebagai akibat rendahnya
tis menahun dan emfisema paru. Jonston tahun 1973 secara
oksigen di dalam arteria "coronaria"
klinik radiologik dan fisiologik membahas PPOM kedalam 5
Pernbatasan: : Korpulmonale ialah perobahan struktur dan
golongan :
atau fungsi dari bilik kanan jantung alcibat penyakit yang
1. Emfisema paru.
mengenai struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya,
2. Bronkhitis menahun.
tida k termasuk penyakit pan' yang disebabkan karena kelainan
3. Campuran bronkhitis menahun dan emfisema paru
jantung kiri atau penyakit jantung kongenital.
4. Bronkhitis asmatis.
Sesuai dengan pembatasan diatas maka untuk membuat diag-
5. Lain-lain, PPOM yang disertai atau akibat penyakit antara
nose korpulmonale tidak perlu adanya kegagalan jantung
lain tbc paru, pasca bedah paru, bronkhitis dll.
kanan sebagai mana anggapan dimasa yang lalu ataupun hi-
Walaupun masing - masing golongan mempunyai karakteristik
pertropi bilik kanan jantung sesuatu hal yang sukar ditentukan
tersendiri tetapi secara klinik, radiologik dan fisiologik sering
" secara klinis. Adanya pembesaran jantung karena dilatasi bilik
terdapat overlapping" satu sama lain sehingga diagnose pasti dari
kanan jantung akibat hipertensi pulmonalis sudah men-
salah satu golongan sukar ditetapkan.
cukupi.
Klassifikasi fungsionil Kekerapan Kor pulnonale.
Menurut American Thoracic Society tahun 1962 secara Sejak 30 tahun terakhir ini para ahli banyak mencurahkan
fungsional penderita- penderita PPOM dapat dibagi dalam empat perhatian terhadap penderit a- penderita PPOM karena kekera -
tingkatan : pan dari penyakit ini makin meningkat.
1. Tingkat I, dapat berjalan di tempat yang datar tanpa me Hal ini disebabkan dua faktor yaitu :
nimbulkan rasa sesak nafas sesuai dengan orang normal tetapi 1. Umur dari penduduk makin bertambah panjang sebagai
tidak di tempat mendaki. akibat membaiknya pemeliharaan kesehatan.
2. Tingkat II, dapat berjalan di tempat yang datar sejauh satu mil 2. Polusi udara makin meningkat terutama di kota-kota besar
tanpa menimbulkan rasa sesak nafas. dimana polusi yang diakibatkan oleh pabrik - pabrik dan
3. Tingkat III, timbul rasa sesak nafas setelah berjalan ± kendaraan makin meningkat. Perlu diingatkan bahwa tidak
100 m di tempat yang datar. semua penderita PPOM akan mengalami komplikasi kardio -
4. Tingkat IV, rasa sesak nafas sudah timbul sewaktu berbicara vaskuler. Davis di rumah sakit Bellevue Columbia telah
atau memakai pakaian. melakukan penyelidikan yang intensif dari 114 orang pen-
Kor Pulmonale derita PPOM, hanya 23(20%) yang mendapat komplikasi kor
Komplikasi kardiovaskuler yang paling sering ditemukan pulmonale.
pada penderita PPOM ialah "cor pulmonale", di dalam kepustakaan
sering juga disebut "pulmonary Heart Disease ". Faktor - faktor Patofisiologi
yang menyebabkan timbulnya komplikasi kardiovaskuler pada Dahulu para ahli beranggapan terjadinya kor pulmonale
penderita - penderita PPOM ialah :
Hubungan antara aktifitas neuron cerebellum dan jawaban kardiovaskuler selama stimulasi cerebellum.
Tipe Bagian cerebellum Jumlah Perubahan tekanan darah Jumlah unit yang % perubahan Jumlah
No. unit yang distimuli seluruh (%±SE) menjawab stimulasi populasi binatang
unit
turun naik turun naik
106 35
Menyambung pengumuman kami dalam CDK Nomor 30/83 tentang CDK nomor-no-
mor lama, sekarang nomor-nomor tersebut telah habis kami kirimkan kepada para
TS dan Lembaga Kesehatan yang meminta lebih dahulu.
Terima kasih atas segala perhatian TS.
Redaksi
Perkembangan yang pesat dalam imunobiologi dan imunokimia darah, dan penetapan CRP untuk reaksi inflamasi, serta
membuka jalan bagi kinik untuk secara luas menerapkan penetapan NBT (nitroblue tetrazolium) untuk reaksi fagositosis.
pemeriksaan laboratorium imunologi untuk menunjang diagnosa 2. Tes untuk menguji respons imunologik spesifik (sekunder)
dan sebagai pedoman penatalaksanaan penderita. Secara umum dapat pula digolongkan dalam jenis-jenis tes untuk menguji
pemeriksaan imunologi dalam menunjang diagnosa tersebut respons imunologik seluler dan jenis-jenis tes untuk menguji
dibagi dalam dua golongan1 , yaitu : respons imunologik humoral.
I. pemeriksaan imunologi untuk menentukan kompetensi Uji respons imunologik seluler.
imunologik baik pada orang normal maupun pada kelainan
respons imunologik. Diantara uji respons imunologik seluler yang sudah sering
II. pemeriksaan imunologi yang dipakai untuk menunjang dilakukan adalah penentuan jumlah limfosit T dan B, uji ham-
diagnosa penyakit-penyakit non-imunologik. batan migrasi leukosit atau makrofag (LMI) dan stimulasi
limfosit.2,3
Dalam makalah ini penulis membatasi diri pada prinsip-prinsip Tahap pertama yang diperiksa adalah jumlah limfosit secara
imunodiagnostik in vitro yang pada saat ini telah dapat absolut. Adanya limfopenia mengarahkan pikiran kita kepada
dilakukan di laboratorium Patologi Klinik FKUI/RSCM. imunodefisiensi.
Disamping itu akan dikemukakan pula beberapa tes untuk
menguji respons imunologik seluler yang sepengetahuan penulis
telah dapat dilakukan di laboratorium - laboratorium tertentu di Tahap selanjutnya adalah penentuan jumlah masing-masing
Indonsia. populasi limfosit. Limfosit T dan B dapat dibedakan satu dari
yang lain berdasarkan surface markers limfosit T dan B yang
Pada bagian lain tulisan ini akan dikemukakan prinsip- berbeda. Limfosit B pada permukaannya menunjukkan
prinsip berbagai tes imunokimia yang selain dapat dipakai untuk imunoglobulin sehingga apabila direaksikan dengan anti-imuno-
menguji respons imunologik humoral juga dapat dipakai untuk globulin yang telah ditandai (label) dengan zat warna fluores-
menunjang diagnosa penyakit-penyakit non-imunologik. cein atau zat warna lain dapat dibihat sebagai limfosit yang
berfluoresensi dan dapat diperlcsa dibawah mikroskop fluore-
I. Pemeriksaan untuk menilai fungsi imunologik. sensi.
Untuk memudahkan Bellanti' membagi pemeriksaan- Limfosit T mempunyai sifat yang khas yaitu dapat
pemeriksaan ini dalam 3 golongan, yaitu tes untuk menguji membentuk roset dengan eritrosit domba secara spontan suatu
respons imunologikc non spesifik (primer), spesifik (sekunder) sifat yang tidak dipunyai oleh limfosit B. Dengan menghitung
dan yang mengakibatkan kerusakan jaringan (tertier). berapa persen limfosit yang berfluoresensi dan berapa yang
1. Tes untuk menguji respons imunologik nonspesifik membentuk roset dapat diketahui jumlah limfosit B dan T
menggambarkan respons tubuh terhadap benda asing secara dalam darah perifer seseorang. Dalam keadaan normal jumlah
nonspesifik, baik berupa reaksi inflamasi maupun reaksi limfosit B adalah 1—15% sedangkan limfosit T 75—85%.1
fagositosis. Yang dapat dilakukan in vitro diantaranya adalah Selebinya merupakan limfosit non—T non—B, termasuk
hitung jumlah leukosit danhitung jenis, penetapan laju endap diantaranya sel K atau sel Null dan sel NK (natural killer).
Sample
Lapisan agar
t Reaktan
GARIS PRESIPITASI
Difusi
_1%
-0- Difusi
ii i
:A
Y
Ekses Antibodi ( Ekses Antigen (
Prozone) Postzone)
Keseimbangan
anti—HBsAg, masing- masing cars reverse passive hemaglu- Ab—Ag—AbE dibubuhkan suatu substrat. Substrat ini
tination (RPHA) dan passive hemaglutination (PHA), disam- dihidrolisa oleh enzim tadi, dan jumlah substrat yang dihidroli-
ping itu juga untuk menetapkan adanya antibodi terhadap sa dapat dinyatakan dengan perubahan warna yang terjadi dan
Treponema pallidum. dapat diukur dengan spektrofotometer.
Radioimmunoassay (RIA)" Imunomikroskopi15
Sejak cara RIA untuk pertama kali dikemukakan oleh Berson, Imunomikroskopi adalah suatu cara histokimiawi atau sitoki-
Yalow dan Eskins sekitar tahun 1960, berbagai modifikasi cara miawi untuk menyatakan adanya kompleks antigen-antibodi
ini telah dikembangkan untuk menyederhanakan dan
memudahkan penggunaan serta meningkatkan sensitifitas cara
Anti-imunoglobulin
ini. Kalau dahulu dipergunakan liquid phase RIA, maka Antibodi di-label dengan
sekarang lebth disukai solid phase RIA. Pada cara terakhir ini fluorescein
antibodi dilekatkan pada benda padat seperti misalnya dinding
bagian dalam sebuah tabung, cakram kertas, butir-butir gelas
atau lain lain, sehingga dengan demikian kompleks antigen-
antibodi dengan mudah dapat dipisahkan dari antigen atau Antigen
antibodi yang bebas.
Salah satu cara yang disukai adalah cara sandwich, yaitu JaringanKaca
RADIO IMMUNOASSAY
Antibodi *
Antibodi anti Antibodi *
Antigen Antigen -
Benda Benda
padat padat
Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, si secara utuh oleh tubuh dan masuk ke sirkulasi sistemik setelah
dipakai secara peroral dan parenteral, aktif terhadap bakteri pemberian obat.
gram positif dan gram negatif. Penetapan bioavailabilitas penting dilakukan untuk obat-obat
Tabel 1 menunjukkan spektrum antibakteri dan kadar ham-bat yang tergolong dalam "life saving drug" seperti antibiotika. Hal
minimal rata-rata ampisilin.1 ini penting untuk menentukan aturan dosis yang dapat
mempertahankan kadar antibiotika dalam darah diatas kadar
Tabel 1. Spektrum antibakteri ampisilin hambat minimalnya terhadap bakteri yang sensitif selama
terapi.3
Kadar hambat minimal
No. Jenis bakteri rata-rata ( mcg I ml ) BAHAN DAN METODA
1. Staphylococcus aureus 0,1 1. Obat yang diteliti :
2. Streptococcus pyogenes (A) 0,012 a. Tablet ampisilin AF (anhidrat) Potensi : 101,31%
3. Streptococcus viridans 0,012
4. Streptococcus fecalis (D) b. Tablet ampisilin KP (trihidrat) Potensi : 102,30%
0,8
5. Diplococcus pneumoniae 0,05 c. Tablet ampisilin AC (trihidrat) Potensi : 102,48%
6. Listeria monocytogenes 0,1 Masing-masing tablet dengan kesetaraan ampisilin
7. Clostridium perfringens 0,05 anhidrat 500 mg.
8. Haemopylus influenzae 0,1 2. Sukarelawan : Dua belas sukarelawan sehat, pria, umur
9. Neisseria meningitidis 0,025 21-34 tahun, berat badan 45-68 kg (rata-rata 55,5 kg), tinggi
10. Neisseria gonorrhae 0,05
11. Salmonella typhii 1,25 badan 156 - 170 cm (rata-rata 163 cm) diikut sertakan dalam
12. Salmonella species 1,25 penelitian ini.
13. Proteus mirabilis 1,25 3. Dosis : Dosis tunggal 1 x 500 mg.
4. Disain percobaan : Disain menyilang (cross-over design).
5. Pemberian obat : Seminggu sebelum pemberian obat dan
Absorpsi ampisilin pada pemberian peroral umumnya ber- selama percobaan berlangsung, sukarelawan tidak boleh minum
langsung selama 2 jam, tetapi jumlah ampisilin yang diabsropsi obat apapun. Sebelum pemberian obat, sukarelawan berpuasa
sangat bervariasi (20 - 70% dosis). Absorpsi ampisilin yang satu malam. Kemudian obat dengan dosis tunggal 500 mg
tidak sempuma ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta diminum bersama 1 gelas air (200 ml). Tiga jam setelah
keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. pemberian obat sukarelawan diberi sarapan pagi yang telah
Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak ditentukan. Setiap jam sukarelawan minum 1 gelas air selama 8
mempengaruhi jumlah total ampisilin yang diabsorpsi.2 jam untuk memacu ekskresi urin.
Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian peroral 6. Pengambilan darah : Sampel darah diambil pada saat
tidak sempuma dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti sebelum pemberian obat, ½ jam, 1 jam, 1½ jam, 2 jam, 3 jam, 4
bioavailabilitasnya. jam, 6 jam dan 8 jam sesudah pemberian obat. Pengambilan
Bioavallabilitas suatu sadiaan obat merupakan ukuran ke- darah dengan Venoject Evacuated Blood Collecting Tube, Da-
cepatan absorpsi obat dan jumlah obat tersebut yang diabsorp- rah dibiarkan menjendal pada suhu kamar, kemudian disentri-
Gambar 2 :
2. Ekskresi ampisilin dalam win : Ekskresi ampisilin dalam urin kumulatif setelah pemberian oral 500 mg
Tabel 3 menunjukkan ekskresi ampisilin dalam urin tablet AF, tablet KP, dan tablet AC pada 12 sukarelawan sehat.
Untuk membandingkan bioavailabilitas relatif dari beberapa 3. Waktu mencapai kadar maksimal (t
maks ) :
produk yang mengandung zat aktif yang sama, pada umumnya
digunakan 3 parameter farmakokinetik dari hasil pengukuran Waktu mencapai kadar maksimal merupakan fungsi dari
kadar obat dalam darah2'3 yaitu : kecepatan absorpsi obat. 8
Waktu mencapai kadar maksimal, tmaks tablet AF, tablet KP,
1. luas area dibawah kurva (AUC°-~) dan tablet AC berturut-turut adalah 1,04 ± 0.05, 0,90 ± 0,05, dan
2. kadar maksimal (Cmaks) 1,00 ± 0,05 jam. Analisa statistik tmaks dari tablet AF, tablet KP,
3. waktu mencapai kadar maksimal (tmaks). dan tablet AC menunjukkan tidak ada perbedaan yang
1. Luas area dibawah kurva (AUC°-~) : bermakna.
Untuk antibiotika, waktu untuk mencapai kadar maksimal
AUC°-~ merupakan ukuran jumlah obat yang diabsorpsi tidak begitu penting karena pemakaian antibiotika adalah dosis
yang masuk ke dalam sirkulasi sistemik. AUC°-~ merupakan berganda dimana pemberian obat dalam jangka waktu yang
parameter yang paling penting pada penetapan bioavailabilitas lama dan onset efek terapetis tidak perlu cepat. 9
obat dengan data darah pada pemberian dosis tunggal.
Tabel 4. Parameter farmakokinetik ampisilin setelah pemberian oral 500 mg tablet AF,
tablet KP, dan tablet AC pada 12 sukarelawan sehat.
Tabel 5. Perbandingan parameter-parameter bioavaibilitas tablet AF,tablet KP, dan tablet AC menurut metoda Scheffe
*P < 0,05
KESIMPULAN
Dari data kadar ampisilin dalam serum serta analisa statistik
parameter-parameter bioavailabilitas tablet AF, tablet KP, dan
tablet AC disimpulkan bahwa bioavailabilitas tablet KP lebih
baik daripada tablet AF maupun tablet AC. Sedang tablet AF
dan tablet AC adalah bioekivalen.
Gambar 3 : KEPUSTAKAAN
Disolusi tablet AF, tablet KP, dan tablet AC dalam cairan lambung buatan
pH 1,13 pada kecepatan 100 rpm. Setiap titik menunjukkan prosentase 1. Nev HC. Just How Good is Amoxicillin. Medical Times, 1975; 103
melarut rata-rata ± SE. > 116-126.
2. Dittert LW et al. The Bioavailability of Drug Products. Washington
Karena ampisilin yang diekskresikan melalui urin ± 90% d ar i : Am Pharmaceut As 1975; 5-15.
ampisilin yang diabsorpsi, maka jumlah ampisilin yang 3. Ritschel WA. Handbook of Basic Pharmacokinetics. Hamilton :
diekskresikan melalui urin secara kumulatif dapat merupakan Drug Intelligence Publications. Inc., 1976; 235-304.
indikasi jumlah ampisilin yang diabsorpsi. Data ekskresi urin 4. Lorian V. Antibiotics in Laboratory Medicine. Baltimore : William &
Wilkins, 1980; 221-223.
kumulatif akan melengkapi data serum sehingga memberikan 5. Goldstein. et al. Principles of Drug Action. New York John Wiley &
informasi yang lebth defmitif. 2 Sons, 1974; 332-338.
Jumlah ampisilin yang diekskresikan kumulatif selama 8 6. Colquhoun D. Lectures on Biostatistics. An Introduction to Sta-
jam dari tablet AF, tablet KP, dan tablet AC berturut-turut tistics With Applications in Biology and Medicine. London :
Oxford University Press, 1971.
adalah 121,24 ± 11,07, 182,06 ± 12,34, dan 167,54 ± 9,85 mg. 7. Dixon WJ et al. Introduction to Statistical Analysis. Tokyo
Kecepatan absorpsi suatu sediaan obat padat pada pembe- Kogakusha Co Ltd, 1969; 116-123.
rian peroral dipengaruhi oleh kecepatan disolusinya . Untuk 8. Whyatt PI et al. Bioavailability of 17 Ampicillin Products. J Phar-
melihat hubungan antara kecepatan disolusi dengan bioavaila- maceut Sci vol 65, 1976; 5 : 652-656.
9. Hirtz J. Bioequivalence : One Problem or Many ?, Pharmacy
bilitas, maka dllakukan. pula penetapan kecepatan disolusi dari International, Reference Edition, volume 1,1980; 45-47.
tablet AF, tablet KP, dan tablet AC dalam media cairan 10. Hill SA et al. Dissolution and Bioavailability of the Anhydrate and
lambung buatan pH 1,13. Trihydrate Forms of Ampicillin. J Pharm Pharmac, 1975; 27 :
594-598.
PENDAHULUAN. jumlah spermatozoa 10 juta Iebih per cc, motilitas setelah 5 jam pe-
ngambilanlebih dari 50%, bentuk patologikkurang dari 25% dan volume
Kemandulan merupakan masalah kompleks yang dapat di- ejakulat2% cclebih.
sebabkan oleh kelainan pada suami, isteri, ataupun keduanya.' Pada 15 kasus, karena alasan waktu dan tempat tinggal yangjauh,
Pada penelititan terdahulu si Sulawesi Utara gangguan ovulasi diberikanlangsungpengobatandengan klomifensitrat tanpa KSBB, setelah
pada pemeriksaantidak dijumpaikelainancervix, uterus, tuba dan sperma
merupakan penyebab utama yang kedua setelah penyumbatan pasangannya cukup mampu menghamilkan.
tuba bagi kemandulan wanita didaerah ini.20,4 Klomifensitrat diberikanpada hari ke 5 dari hari pertama haid dalam
Sebagai pemacu dan pengatur ovulasi, telah dikenal obat rangkai dosis sebagai berikut:
klomifen sitrat yang efektivitasnya secara nyata telah dibuk- 1. Rangkai dosisI, 1 x 50 mg perhari, 5 hari berturut.
tikan.5 -13 2. Rangkai dosisII, 2 x 50 mg perhari, 5 hari berturut.
3. Rangkai dosisIII, 3 x 50 mg perhari, 5 hari berturut.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : (1) Rangkaidosis II diberikan setelahrangkai dosis I gagal, dan rangkai dosis
menilai secara klinik efek serta efek samping pemakaian III diberikan setelah rangkai dosis
II gagal menghasilkan ovulasi.
klomifen sitrat sebagai obat pemacu ovulasi pada pengobatan
kasus kemandulan di Sulawesi Utara yang diseleksi secara belum Bila pemakaian satu rangkai dosis berhasilmengakibatkan ovulasi tapi
memberikankehamilan maka rangkai dosis tersebutdi ulangi pada
sederhana, dan (2) mencari prinsip praktis yang cukup rasional, bulan berikutnya sampai maksnnal 5 kali. Bila masih tetap tak berhasil
efektif aman serta murah bagi pemakaian klomifen sitrat dalam hamil maka penderita dianjurkan untuk pemeriksaan lanjut.
klinik. Keberhasilan pemacuan ovulasi dengan klomifen sitrat dinyatakan
bila setelah pemberiannya terjadi perobahandari KSBB dari pola mono-
BAHAN DAN CARA KERJA fasik menjadi bifasik, atau bila langsung terjadi kehamilan setelah
pemakaiansatu rangkai dosis I walaupun tak sempat dilakukan evaluasi
Data diperoleh dari 3 rumah sakit di Sulawesi Utara yaitu RS Gunung dengan KSBB.
Maria Tomohon, RS Herman Lembean dan RS Budi Mulia Bitung dari Keluhan yang ada sewaktu memakai klomifen sitrat dicatat dalam
Januari 1973 sampai dengan Desember 1979. Penanganan kasus pasangan kartu KSBB dan kartu ini dianalisa tiap bulan pada waktu kunjungan
mandul di ketiga rumah sakit ini dilakukan dengan memakai screening ulangan dari penderita. Pada waktu kunjungan ulangan tiap bulan juga
method. 2,44 secara rutin dilakukan pemeriksaan f"~sik dan ginekologik.
Penilaian terhadap fungsi ovulasi terutama didasarkan pada evaluasi
Bila penderitaberhasilhamil,perlangsungan kehamilannya dimonitor,
Kurve Suhu Badan Basal (KSBB), setelah langkah I dan II dalam scree- dan penderita dianjurkan untuk melahirkan dirumah sakit yang
ning method selesai dilakukan. Bila sperma pasangan lelaki cukup baik, lengkap. Setelah penderita melahirkan maka dicatat cara persalinannya
cervix dan tuba pasangan wanita baik, dan KSBB menunjukkan pola serta keadaan bayinya.
yang monofasik make pasangan wanita ini dinyatakan mandul akibat Dalam garis besarnya, penanganan kasus mandul path screening
gangguan ovulasi
method mengilcuti langkah-langkah berikut:
Preparat klomifen sitrat yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
• Langkah I : Pemeriksaan awal pasangan, pengobatan kelainan
Proferti7® dalam bentuk kapsul, dan tiap kapsul mengandung 50 mg
cervix yangnyata, pengobatan keadaan umum dan pemberian saran
klomifen sitrat.
pemeriksaan langkah berikut.
Klomifen sitrat dipakai pada wanita yang dinyatakan mandul akibat
• Langkah II : Pemenlcsaansemen dan tuba, pengobatan kemandnlan
gangguan onilasi sesuai evaluasi KSBB, dengan catatan bahwa tubanya
pria dan kemandulan tuba, latihan KSBB.
terbuka, tidak ada kelainan cervix yang nyata, dan kualitas maupun • Langkah III: Evaluasi KSBB dan pengobatan kemandulan akibat
kuantitas sperms pasangan lelakinya dianggap cukup mampu untuk gangguan ovulasi dan pengobatan kemandulan pria lanjutan.
menghamilkan. • Langkah IV : Follow-up tiap bulan dan tindakan lanjut bila perlu
Sperma pasangan lelaki dianggap cukup mampu menghamilkan bila
TABEL I. Hasil pemacuan ovulasi dan kehamilan setelah pemakaian klemifen sitrat dalam Hubungan antara lamanya ke-
pengobatan kemandulan di Sulawesi Utara. mandulan ovarial dengan keberhasil-
an hamil setelah pemakaian klomi-
KASUS ( 8 0 ) RANGKAI DOSIS ( 1 6 8 ) fen sitrat dapat dilihat pada Tabel VI.
Prosentasi keberhasilan hamil
Jumlah Ovulasi H a m il Jumlah Ovulasi H a m i1
DOSIS
cenderung menurun bilamana ke-
kasus N % N % R—D N % N % mandulan makin lama diobati.
Pemakaian klomifen sitrat lebih
1. lx50mg/h, 5 h 80 39 48,8 24 30 110 72 65,5 24 33,3 efektif pada lama kemandulan yang
lebih kecil dari 6 tahun dan kurang
2. 2x50mg/h, 5 h 35 10 28,6 5 14,3 44 17 38,6 5 29,4 efektif pada lama kemandulan yang
lebih dari 7 tahun (0,02 < p < 0,05)
3. 3x50mg/h, 5 h 9 0 0 0 0 14 0 0 0 0
2. Hari terjadinya ovulasi. 6. Nasib kehamilan dan bayi yang lahir setelah pemakaian
klomifen sitrat.
Pada 44 kasus dengan 84 ovulasi yang dapat dievaluasi
dengan KSBB, terjadinya ovulasi berkisar pada hari ke 12 Pada 29 kehamilan yang terjadi setelah pemakaian klomifen
sampai hari ke 16 dihitung dari hari pemakaian pertama dari sitrat, nasib kehamilannya dapat dilihat pada Tabel VII.
klomifen sitrat atau 7 sampai 11 hari setelah dosis akhir klo- Dari 25 bayi yang telah dilahirkan dijumpai data sebagai
mifen sitrat. Mean = 14,58 SD = 0,87. berikut :
Pemakaian dosis yang lebih tinggi tidak akan mempercepat — Berjenis kelamin pria 12, dan wanita 13
atau memperlambat respons ovulasi dari ovarium (Tabel II). — 22 bayi dinyatakan sehat tanpa cacat klinik setelah
TABEL IV. Usia menarche pada penderita yang dinyatakan mandul akibat ovulasi. DISKUSI
Efektivitas klomifen sitrat sebagai pemacu
ovulasi dalam pengobatan kemandulan telah
Usia Menarche 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jumlah banyak dilaporkan dengan hasil 60-80%
Jumlah Kasus 1 6 7 15 30 20 11 6 1 97
ovulasi dan 15,5 - 31 % kehamilan. Perbedaan
hasil yang diperoleh disebabkan oleh cara
X = 15,6 SD = 1,6 seleksi kasus berbeda-beda.5,7-13
TABEL V. Berat badan dari 81 kasus wanita yang Dalam penelitian ini, dengan seleksi sederhana, diperoleh
mandul akibat gangguan ovulasi. hasil ovulasi sebesar 61,3% dengan kehamilan sebesar 36,3%.
Harus diakui bahwa prosentasi kehamilan yang terjadi sangat
tergantung pada derajat kesuburan sperma serta kesempatan
N % pertemuan antara sperma dengan ovum.
Dengan pemberian RD I (5x50 mg), ternyata ovulasi terjadi
Diatas 80%, dibawah 90% standar 1 1,2
pada 48,8 % kasus dengan hasil kehamilan 30 % (Tabel-
Diatas 90%, dibawah 100% standar 9 11,2
TABEL VI. Hubungan antara lamanya kemandulan dengan
100% standar 31 38,2 keberhasilan hamil setelah pemakaian klomifen sitrat
Diatas 100%, dibawah 110% standar 32 39,5
Diatas 110%, dibawah 120% standar 9,9 Lama mandul Total kasus Hamil
8
(tahun)
JUMLAH 81 100,0 N % N %
Latihan Isometrik dan Sistem dari setiap kelompok otot — tak peduli besar massa otot tsb
akan menghasilkan perubahan tekanan darah sama bila tegang-
Kardiovaskuler an sama, misalnya 30% dari maksimum. Respons yang lebih
besar akan terlihat bila tegangan misalnya dinaikkan sampai
Bagaimana cara aktivitas otot itu dikontrol serta respons tubuh 50% dari maksimum.
terhadap aktivitas tadi ? Ini telah lama menjadi kontroversi.
Ada dua jenis kerja otot yang berbeda : (i) kontinyu atau statik, Tapi penelitian yang lebih belakangan (Mitchell et al, 1981)
dengan kontraksi otot yang lama; dan (ii) ritmik atau dinamik, tidak sesuai dengan pendapat di atas. Pada persentasi tegangan
dengan pergantian kontraksi dan relaksasi dari otot tsb. yang sama, kelompok otot yang lebih besar akan menghasilkan
Kebanyakan latihan (exercise) mencakup kombinasi dari respons yang lebilr besar.
keduanya. Tapi pembedaannya penting karena perbedaan Pada kucing, respons tekanan darah tadi diperkirakan diaki-
akibatnya pada hemodinamik; kenaikan lebih besar pada batkan oleh aktivasi serat otot "denyut cepat" (fast twitch).
tekanan darah pada jenis latihan yang pertama, dan kenaikan Pada manusia, respons tekanan darah terhadap kontraksi
denyut jantung yang lebih besar pada jenis kedua. kontinyu sebagian tergantung pada ratio serat otot " cepat" dan
Selama kontraksi otot yang kontinyu, terjadi perubahan "lambat" dan sebagian lagi tergantung pada jumlah reseptor
reflex sirkulasi. Ini mungkin dimediasikan lewat reseptor pada aferen pada otot yang berkontraksi tadi.
ujung saraf eferen dan berjalan ke batang otak dalam serat
saraf jenis III (kecil bermielin) dan N (tidak bermielin). Sebagai Selama latihan ritmik, kenaikan denyut jantung dan curah
akibatnya, signal vagus ke jantung berkurang, denyut jantung jantung jauh lebih besar. Tapi kenaikan tekanan darah di-
meningkat. Terjadi peningkatan curah simpatetik dengan batasi oleh vasodilatasi selama fase relaksasi dalam gerakan
peningkatan kontraktilitas jantung kenaikan tonus pembuluh ritmik tadi. Tapi, karena pada manusia biasanya kedua jenis
darah perifer dan slanchnik. dan pelepasan katekolamin, latihan tadi sedikit banyak bercampur, dapat terlihat peru-
terutama adrenalin dari medula ginjal. Akibat kombinasi bahan gradual dari pola dinamik ke pola statik. Dalam keadaan
kenaikan denyut jantung dan kontraktffias jantung, tekanan ini, besarnya massa otot yang terlibat, dan bukan jenis kontraksi
darah meningkat. Dengan demikian perfusi bagi otot yang otot, yang merupakan determinan utama pada respons
kontraksi tadi terjamin. Bila karena sesuatu hal curah jantung kardovaskuler.
(cardiac output) tak dapat ditingkatkan, seperti Dada Apakah semua permasalahan di atas punya implikasi
kegagalan ventrikel kiri atau stenosis mitral, respons tekanan klinik? Kontraksi statik adalah jenis latihan yang mudah diker-
darah tadi tergantung pada kenaikan resistensi pembuluh jakan dalam laboratorium. Banyak peneliti menggunakaannya
perifer. Dengan kontraksi kontinyu yang kuat, tekanan darah untuk menilai fungsi ventrikel kiri. Kadang-kadang ventrikel
dapat meningkat 30 — 40 mmHg. Di samping mekanisme kiri yang tampaknya berfungsi normal pada keadaan istirahat
reflex perifer impuls-impuls vagal dan simpatetik jugs akan berespons abnormal terhadap latihan statik. Teknik non-
dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi, di dalam otak. invasif seperti M—mode echocardiography dan angiografri
Mana yang lebih dominan, reflex perifer atau pengaruh nuklir, juga telah dipakai untuk menunjukkan kelainan fungsi
sentral, tampaknya berbeda-beda bagi berbagai otot. ventrikel kiri selama latihan stank. Pada penyakit katup aorta,
Mekanisme-mekanisme tadi mulai bekerja hanya bila aliran evaluasi pre-operatif pada fungsi ventrikel kiri selama kontraksi
darah ke otot tadi mulai terganggu, pada tingkat di atas 10 — kepalan tangan ternyata berguna untuk menilai prognosis;
15% dari kontraksi maksimum dari kelompok otot tsb. Di tidak seperti evaluasi pada keadaan istirahat.
bawah tingkat ini kontraksi dapat dipertahankan untuk waktu Latihan statik juga penting untuk menilai fungsi otonom.
yang lama. Di atas ini, kelelahan tak dapat dihindani karena Penderita diabetes, karena luasnya kerusakan saraf vagus
tekanan intramuskuler meningkat sehingga menyebabkan. jantung dan saraf simpatik perifer, tak mampu banyak
iskemi otot. menaikkan tekanan darahnya selama latihan statik standar
Apakah besarnya respons kardiovaskuler tergantung dari (handgrip test). Respons terhadap tes ini berguna untuk menilai
persentasi dari tegangan maksimum otot itu, atau tergantung seberapa jauh kerusakan simpatetik pada penderita diabetes
pada besarnya massa otot yang berkontraksi ? Bukti-bukti dan penyakit lain dimana sistem otonom dalam bahaya.
terdahulu menyokong pendapat pertama. Artinya kontraksi
Seorang ibu membawa anaknya yang berumur lebih kurang 3 Perlu juga dikemukakan, bahwa dalam prakteknya lebih se-
tahun dengan keluhan : sejak lebih kurang 1 bulan, terlihat lesu, ring seorang pembantu rumah tangga langsung dipecat, jika dok-
nafsu makan berkurang, badan sering terasa hangat dan berat ter mengaakan bahwa mungkin ia yang menularkan penyakit
badan menjadi kurang. Batuk sekali-kali terdengar. TBC kepada anak si majikan. Apa lagi kalau pembantu rumah
Hasil pemeriksaan Saudara yang dikuatkan dengan hasil X— tangga itu baru bekerja 3 bulan.
foto menunjukkan bahwa anak tersebut menderita Koch
Pulmonum. Kepada kedua orang tuanya Saudara telah terangkan
bahwa KP dewasa ini sudah dapat disembuhkan dengan dr. Handoko Tjondroputranto
sempurna dengan pengobatan yang teratur. Lembaga Kriminologi
Saudara telah kenal keluarga ini sejak lama dan mengetahui Universitas Indonesia, Jakarta
betul bahwa anggota-anggota keluarganya tidak ada yang
menderita KP.
Dalam melacak sumber infeksi tuberkulosis diceritakan Tinjauan dari segi etika :
bahwa sejak 3 bulan ada pembantu wanita rumah tangga baru
yang sekaligus bertindak sebagai pengasuh anak ini. Dari kasus yang dikemukakan ada indikasi yang kuat bahwa
Pemeriksaan medik atas pengasuh anak ini menunjukkan sumber penularan adalah pembantu rumah tangga, biarpun sum-
bahwa ia seorang penderita dengan KP yang terbuka. ber penularan di luar rumah tidak dapat disingkirkan secara
Saudara sebagai dokter keluarga tersebut merasa berkewa- mutlak atau minimal ada dua sumber penularan.
jiban untuk menerangkan bahwa kemungkinan besar sekali anak Bila hal ini ditutup-tutupi demi nafkah dan kemungkinan
tersebut mendapat infeksi tuberkulosis dari pembantu rumah pengobatan pembantu, berarti kita membiarkan sumber infeksi di
tangga tadi yang belum lama datang dari desa. tengah-tengah keluarga, dus merugikan keluarga majikan. Kita
Dengan memberi keterangan ini Saudara sadar pula bahwa perlu berpegang pada konsep pemikiran yang baik diajarkan
dapat dipastikan bahwa pembantu rumah tangga tersebut akan dalam Penataran P—4, yaitu : prinsip serasi, selaras dan
diberhentikan dari pekerjaannya dan selanjutnya akan kehilangan seimbang. Untuk itu si pembantu juga diberi tahu tentang pe-
kesempatan untuk mengobatinya serta akan dapat merupakan nyakitnya dan dianjurkan supaya berobat secara teratur; dengan
sumber infeksi tuberkulosis. memberi surat pengantar ke Puskesmas atau lebih ideal bila kita
Tepatkah sudah tindakan Saudara ?????? bisa memberikan pengobatan secara cuma-cuma!
OLH Keluarga ini dapat pula diberikan penjelasan, secara persuasif,
diminta untuk tidak memberhentikan pembantu tadi secara
langsung, untuk mencapai "3 S" tersebut di atas. Tentu harus
diberi petunjuk bagaimana supaya penularan baru tidak terjadi
Tinjauan dari segi hukum : dan mengemukakan semua upaya preventif yang mungkin dapat
dilakukan. Berarti pula kita memperhatikan aspek sosial dari pe-
layanan kesehatan itu sendiri. Cara ini mungkin pada era sekarang
dianggap terlalu ideal ataupun dinilai utopis. Namun sebagai
Tentunya pembantu rumah tangga itu diantar oleh si maji- manusia dan dokter yang baik, kita tidak seharusnya mengalah
kan untuk berobat kepada dokter. pada keadaan dengan mengabaikan sesuatu yang ideal.
Jika si majikan itu kira-kira mengatakan : "Dok, ini pembantu
saya yang mungkin menderita penyakit TBC dan menularkan
kepada anak saya. Tolong diperiksa." dan pembantu rumah dr. H. Masri Rustam
tangga itu tidak mengatakan apa-apa, maka secara yuridis diang- Direktorat Transfusi Darah PMI/
gap bahwa ia tidak merahasiakan sesuatu terhadap majikannya. Ketua LD.I. Cabang Jakarta Pusat
Dengan demildan ia tidak berkeberatan, jika hasil pemeriksaan
terhadap dirinya kelak diserahkan kepada majikannya.
Lebih aman lagi bagi doktemya, jika ia meminta pembantu
rumah tangga itu menanda tangani suatu pernyataan, bahwa ia
tidak berkeberatan hasil pemeriksaannya akan diberitahukan
kepada majikannya seperti halnya dalam pemeriksaan calon
karyawan suatu perusahaan.