Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraI mempunyai siIat-siIat unik berkaitan dengan proses berpikir dan Iungsi
pengaturan yang sangat kompleks yang dapat dilakukannya. Sistem ini setiap menit
menerima berjuta-juta rangsangan inIormasi yang berasal dari bermacam-macam saraI
sensorik, kemudian menyatukan semuanya untuk menentukan respons apa yang akan
diberikan oleh tubuh. InIormasi sensorik akan diintegrasikan di semua tingkat sistem
saraI dan menyebabkan respons motorik sesuai yang dimulai dalam medulla spinalis
dengan reIleks-reIleks otot yang relatiI sederhana, meluas ke batang otak dengan respons
yang lebih kompleks, dan akhirnya meluas ke serebrum, tempat kecakapan otot yang
paling kompleks dikendalikan. Kelainan pada sistem saraI dapat meluas ke anggota
tubuh, karena kaitan dengan bagian tubuh yang dipersaraIi tersebut. Kali ini skenario
memiliki dua kasus yang membahas tentang kelumpuhan anggota gerak dengan
keterangan sebagai berikut:
,8:8 1
Seorang laki-laki 55 tahun dibawa keluarganya karena anggota gerak sisi kanan
mendadak mengalami kelumpuhan. Cara berbicara menjadi tidak jelas (pelo) dan bila
berjalan menjadi kesulitan. Wajah penderita tersebut juga terlihat merot ke sisi kiri.
Anggota gerak sisi kanan yang lumpuh menjadi kaku (spastik). ReIlek Iisiologis
meningkat. Penderita masih sadar, tetapi tidak dapat mengontrol kencingnya.
Sejak 3 tahun ini penderita menderita diabetes melitus dan hipertensi. Menurut
keluarganya pasien gemar makan dan minum yang manis, makanan berlemak, dan
kurang berolahraga.
Pasien disarankan dirawat di rumah sakit selama 1 minggu untuk mendapat
pengobatan dan menjalani pemulihan dengan latihan berjalan.

,8:8 2
Seorang wanita 40 tahun yang mengalami kelemahan keempat anggota geraknya
sejak 3 hari yang lalu yang makin lama makin memberat. Kelemahan yang terjadi
siIatnya lemas (Ilacid). ReIleks Iisiologis menurun. Kesadaran baik, cara bicara normal.
Riwayat menderita diare 1 minggu sebelumnya. Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi, histologi sistem saraI pusat dan tepi?
2. Bagaimana Iisiologi saraI pusat dan tepi?
3. Bagaimana patogenesis dan patoIisiologi dari kasus 1 dan 2 di atas?
4. Apakah penyebab gejala klinis yang dialami kedua pasien di atas?
5. Apakah hubungan antara penyakit dahulu dengan penyakit yang dialami sekarang
pada kedua kasus?
6. Apakah pengaruh gaya hidup kasus 1 dengan penyakit yang diderita?
7. Apakah perbedaan dari lesi pada upper motor neuron (UMN) dengan lower motor
neuron (LMN)?
8. Bagaimana cara diagnosis kelainan pada kasus 1 dan 2?
9. Apa saja penatalaksanaan, prognosis, dan rehabilitasi pada pasien kedua kasus di
atas?

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan anatomi, histologi sistem saraI pusat dan tepi
2. Dapat menjelaskan Iisiologi sistem saraI pusat dan tepi
3. Dapat menjelaskan patogenesis dan patoIisiologi dari kasus 1 dan 2.
4. Mengetahui penyebab gejala klinis pada kasus
5. Mengetahui hubungan riwayat penyakit dahulu dengan penyakit sekarang
6. Dapat mengetahui pengaruh gaya hidup dengan penyakit yang diderita
7. Mengetahui perbedaan gejala, lokasi dan penyebab pada lesi di UMN dan LMN
8. Menjelaskan cara diagnosis pada kasus 1 dan 2
9. Menjelaskan cara penatalaksanaan, prognosis, dan rehabilitasi kedua kasus di atas.

BAB III
PENUTUP

0825:,3
Pada kasus 1 kita dapat menemui kasus kelainan akibat lesi pada UMN, yang berujung
pada penyakit Cerebral Vascular Disease (CVD). Gejala yang ditimbulkan akibat lesi pada UMN
yang ditemukan pada kasus yaitu anggota gerak sisi kanan yang mengalami kelemahan, gaya
berbicara pelo, anggota gerak sisi kanan spastk, dan reIleks Iisiologis yang meningkat. Hal ini
dikarenakan oleh adanya lesi pada cerebrum, kemungkinan karena riwayat penyakit dahulu dan
pola hidup yang kurang benar.
Dalam kasus 2 kita dapat menemui pasien dengan poliomielitis anterior akut yang
dikarenakan adanya lesi di kornu anterius. Penyakit ini merusak motoneuron, yang merupakan
bagian dari LMN, sehingga ditemukan kelainan misalnya kelemahan otot Ilacid, dan reIleks
Iisiologis yang menurun. Hal itu dikarenakan oleh impuls yang tetap ada dari tractus
pyramidalis, tetapi adanya kerusakan dari motoneuron dan aksonnya menyebabkan serabut otot
tidak berkontraksi dan menjadi lemah.

S,7,3
1. Untuk mahasiswa, diharapkan lebih aktiI dalam berdiskusi dan menyiapkan materi
diskusi sebelumnya dengan lebih baik.
2. Untuk tutor, sudah baik, dapat menciptakan suasana diskusi yang kondusiI dalam tutorial.
Selain itu tutor juga telah memberi pengarahan dan masukan yang konstruktiI dengan
cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai