Anda di halaman 1dari 6

8ank lndonesla mempunyal saLu Lu[uan Lunggal yaknl mencapal dan men[aga kesLabllan nllal

ruplah Pal lnl mengandung dua aspek yaknl kesLabllan nllal maLa uang ruplah Lerhadap barang dan
[asa yang Lercermln pada la[u lnflasl serLa kesLabllan nllal maLa uang ruplah Lerhadap maLa uang
negara laln yang Lercermln pada perkembangan nllal Lukar uarl segl pelaksanaan Lugas dan
wewenang 8ank lndonesla menerapkan prlnslp akunLablllLas dan Lransparansl melalul penyampalan
lnformasl kepada masyarakaL luas secara Lerbuka melalul medla massa seLlap awal Lahun mengenal
evaluasl pelaksanaan kebl[akan moneLer dan serLa rencana kebl[akan moneLer dan peneLapan
sasaransasaran moneLer pada Lahun yang akan daLang lnformasl LersebuL [uga dlsampalkan secara
LerLulls kepada reslden dan u8 sesual dengan amanaL undangundang ueLall
WAk1u Ln?LLLSAlAn n?A1A 88u1C (kLAL 1IML GkCSS SL11LLMLN1)
REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS)
Maret 27, 2010 pada 3:53 pm (perbankan)
Oleh : M. MiItakhudin*
A. Pengertian BI-RTGS
'Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI-
RTGS, adalah suatu sistem transIer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah
yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. Sistem BI-
RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan
per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersiIat real time (electronically
processed), dimana rekening peserta dapat didebit/dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai
dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Setidaknya ada tiga alasan pokok mengapa BI memakai settlement melalui RTGS. Alasan
pertama, jika membuka kembali literatur dan merujuk hasil studi empiris, ada semacam
kesadaran baru dari bank-bank sentral di seantero jagad ini untuk mengelola Large Value
TransIer System (LVTS). Sistem BI-RTGS dapat mengurangi risiko sistemik. Yang
dimaksud dengan risiko sistemik adalah risiko kegagalan salah satu peserta dalam memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo. Kegagalan bayar ini akan membuat peserta bank lain juga ikut
terancam. Bahkan dalam situasi ekstrem, gagal bayar ini berpotensi memicu kesulitan
Iinansial yang lebih luas yang dapat mengancam stabilitas sistem pembayaran.
B. Penyelenggara BI-RTGS
Penyelenggara sistem BI-RTGS dalam hal ini adalah Bank Indonesia selaku bank sentral.
C. Tujuan BI-RTGS
1. Menyediakan sarana transIer dana antar peserta yang lebih cepat, eIisien, andal dan
aman.
2. Kepastian settlement dapat diperoleh dengan lebih segera (irrevocable dan
unconditional).
3. Menyediakan inIormasi rekening peserta secara real time dan menyeluruh.
4. Meningkatkan disiplin dan proIesionalisme peserta dalam mengelola likuiditasnya.
5. Mengurangi risiko-risiko settlement.
D. ManIaat BI-RTGS
1. Pengiriman transIer dana lebih aman, dengan jaminan keamanan sistem
penyelenggaraan.
2. Pengiriman transIer dana lebih cepat dengan jaminan dapat diterima oleh nasabah
penerima pada hari yang sama.
. Mekanisme Settlement
Mekanisme penyelesaian transaksi antar bank saat ini terdapat dua mekanisme yaitu melalui
sistem kliring dan BIRTGS. Sistem kliring menggunakan metode net settlement yaitu proses
penyelsaian akhir transaksi-transaksi pembayaran yang dilakukan pada akhir priode dengan
melakukan oIIsetting antara kewajiban-kewajiban pembayaran dengan hak-hak penerimaan
sehingga hanya ada 1 net hak atau kewajiban yang akan disettle untuk masing-masing
rekening bank.. BI-RTGS menggunakan sistem gross settlement yaitu setiap transaksi
diperhitungkan secara individual.
Dalam transaksi tersebut antara sistem kliring dan sistem BI-RTGS juga memiliki perbedaan
dalam nominal. Jumlah nominal yang kurang dari Rp.100.000.000 maka transaksi tersebut
melelui sistem kliring, untuk transaksi yang lebih dari Rp.100.000.000 maka melalui sistem
BI-RTGS.
Secara umum mekanisme transaksi transIer dana antara peserta BI-RTGS adalah :
1. Peserta pengirim menginput credit transIer ke dalam terminal RTGS (RT) untuk
selanjutnya ditransmisikan ke RCC di Bank Indonesia.
2. Selanjutnya, RCC memproses credit transIer dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Mengecek kecukupan saldo apakah saldo rekening giro peserta pengirim lebih besar dari
atau sama dengan nilai nominal credit transIer.
b. Jika saldo rekening giro peserta pengirim mencukupi akan dilakukan posting secara
simultan pada rekening giro peserta pengirim dan rekening giro peserta penerima.
c. Jika saldo rekening giro peserta pengirim tidak mencukupi, credit transIer tersebut akan
ditempatkan dalam antrian (queue) sistem BI-RTGS.
3. InIormasi credit transIer yang telah diselesaikan (settled) akan ditransmisikan secara
otomatis oleh RCC ke RT peserta pengirim dan RT peserta penerima.
Gambar 1.
Mekanisme TransIer Dana Melalui BI-RTGS
Bank Indonesia
Bank Pengirim
Nasabah Pengirim
Bank Penerima
Nasabah Penerima
Level Bank
Level Nasabah
F. Peserta BI-RTGS
Peserta sistem BI-RTGS adalah seluruh bank yang dikelompokan dalam peserta langsung dan
peserta tidak langsung. Peserta lansung adalah peserta yang dapat secara lansung melakukan
transaksi dengan menggunakan sistem milik bank peserta sendiri. Peserta tidak langsung
tidak dapat melakukan transaksi melalui sistem RTGS milik peserta melainkan melalui
RTGS milik Bank Indonesia.
Status peserta BI-RTGS :
a. Peserta aktiI
Yaitu pesrta yang dapat mengirim keluar, menerima masuk dan melakukan seluruh Iungsi
lainnya dalam RTGS Terminal.
b. Peserta ditangguhkan
Yaitu peserta yang dapat menerima transIer masuk, melakukan seluruh Iungsi laian dalam
RTGS Terminal namun tidak dapat mengirim transIer keluar. Hal biasanya disebabkan
karena saldo rekening tidak mencukupi sampai dengan cut oII time, adanya permintaan
tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan peserta.
c. Peserta dibekukan
Yaitu peserta yang tidak dapat mengirim transIer keluar dan tidak dapat menerima namun
dapat melakukan Iasilitas enquiry. Salah satu penyebabnya adalah adanya permintaan dari
pihak yang berwenang dalam pengawasan peserta.
d. Peserta ditutup
Peserta yang tidak dapat melakukan transaksi, seluruh transaksi ditolak oleh RCC. Karena
permintaan dari pihak berwenang dan keputusan merger, akuisisi, konsolidasi atau
pencabutan izin usaha Bank.
G. Resiko-Resiko Sistem Pembayaran
Dari sisi pengelolaan risiko dalam penyelenggaraan kliring yang bersiIat multilateral netting,
saat ini belum ada suatu mekanisme untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan peserta
dalam memenuhi kewajibannya pada penyelesaian akhir atas hasil kliring.
Secara umum terdapat dua jenis risiko dalam sistem pembayaran yakni risiko kredit dan
risiko likuiditas. Risiko kredit adalah risiko dimana counterparty tidak dapat memenuhi
kewajibannya untuk membayar secara penuh baik pada saat jatuh tempo maupun pada saat
sesudahnya. Termasuk dalam kategori risiko ini adalah unrealized gains atas kontrak-kontrak
yang gagal dilaksanakan (replacement cost risk) dan yang lebih parah lagi adalah risiko tidak
terbayarnya suatu transaksi secara keseluruhan (principal risk). Sedangkan risiko likuiditas
adalah risiko dimana counterparty tidak mampu membayar secara keseluruhan pada saat
jatuh tempo melainkan membayar sesudah jatuh tempo. Hal ini tentu akan dapat
menimbulkan kesulitas likuiditas bagi peserta penerima yang pada gilirannya nanti mungkin
akan meningkatkan cost oI Iund dari peserta karena harus mencari dari money market dengan
cepat.
Selaku Bank penyelenggara, Indonesia harus mengawasi jalannya sistem BI-RTGS untuk
mengantisipasi adanya resiko sebagaimana tersebut di atas. Bank Indonesia juga harus
konsen terhadap Systemic risk yang mungkin terjadi dalam lalu lintas pembayaran. Systemic
risk adalah risiko kegagalan salah satu peserta dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo sehingga menyebabkan peserta lain juga mengalami kesulitan likuiditas yang pada
gilirannya menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya.karena dikhawatirkan
hal tersebuit dapat memicu kesulitas Iinansial yang dapat menggangu dalam lalu lintas
pembayaran.
Sebagai akhir yang diharapkan dari adanya sistem BI-RTGS ini yaitu
1. dengan adanya BI-RTGS diharapakan resiko-resiko dapat diminimalisir, dengan adanya
kemampuan melakukan transIer secara real time diharapakan mampu mengurangi resiko
dalam proses settlement karena trnsaksi dilaksanakan apibila jumlah saldo mencukupi.
2. Dengan adanya BI-RTGS diharapakan mampu mencukupi kebutuhan pihak yang dengan
tersedianya mekanisme pembyaran yang relatiI sangat cepat. Biasanya hal ini sangat
dibutuhkan untuk transaksi jual beli saham/skuritas.
3. Dengan implementasi BI-RTGS diharapkan mampu mengurangi systemic risk. Resiko
ini dapat dikurangi dengan toiga cara: Pertama, penurunan secara signiIikan intraday
interbank exposure akan dapat mengurangi kemungkinan ketidakmampuan suatu peserta
dalam menutup kerugian atau menutup kekurangan likuiditas karena peserta lain tidak
mampu memenuhi kewajibannya. Kedua, sistem BIRTGS akan dapat mencegah
kemungkinan terjadinya unwinding payment yang dapat merupakan penyebab terjadinya
systemic risk dalam net settlement. Ketiga, karena peserta dapat melakukan settlement setiap
saat selama window time, maka waktu settlement tidak lagi hanya terIokus pada suatu waktu
tertentu saja. Hal ini akan memberikan waktu yang cukup bagi peserta untuk menyelesaikan
kesulitan likuiditasnya dengan cara meminjam dari peserta lain atau menunggu incoming
transIer dari peserta lain.
*Mahasiswa STI HamIara Yogyakarta Jurusan Keuangan dan Perbankan Syariah




hLLp//wwwblgold/blweb/1emplaLes/SLaLlsLlk/SLaLlsLlk_81CS_luaspx?n8MCuLubllshedn8nC
uLCulu72433A14C6u946329889
uAl98A311l1Ln8C8lClnALu8L2fweb2fld2fSLaLlsLlk2fSLaLlsLlk2bSlsLem2bembayaran
2f81CS2fn8CACPLPln1CuesL




hLLp//wwwblgold/web/ld/SLaLlsLlk/SLaLlsLlk+SlsLem+embayaran/81CS/nllalhLm

Anda mungkin juga menyukai