Anda di halaman 1dari 10

Guru Sebagai Penentu Arah Pendidikan

Karakter
MAMPUKAH GURU MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA?

SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sudah sejak lama dipermasalahkan.
Tidak hanya di lingkungan pendidikan tetapi juga pada masyarakat secara luas. Kurikulum
dianggap terlalu membebani siswa oleh banyaknya mata pelajaran dan ketidaksesuaian materi
dengan Iase perkembangan siswa.

Banyaknya mata pelajaran dan padatnya materi, ditambah sistem penilaian yang hanya
menekankan pada aspek kognitiI membuat guru lebih berpusat pada bagaimana mentransIer ilmu
pengetahuan yang dimiliki kepada siswa serta terpacu pada pencapaian hasil. Pada akhirnya
terjadi ketimpangan dalam pendidikan sekolah. Proses mendidik menjadi kurang diminati.

Kurikulum yang telah tersusun secara lengkap mulai dari tujuan sampai dengan sistem evaluasi,
pencapaian target kurikulum dan daya serap yang disimbolkan dalam bentuk angka berimplikasi
terhadap suasana belajar yang penuh persaingan individual. Pendidikan di sekolah menghasilkan
siswa yang memiliki karakter harus selalu menang, iri, cemburu, sulit menerima kekalahan.
Tidak sedikit yang justru memiliki daya juang lemah.

Disamping permasalahan diatas, kualitas materi kurikulum dianggap kurang menampung aspirasi
masyarakat dan anti realitas. Realitas kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia ada di
pedesaan dan bekerja di ladang pertanian, tetapi kenyataan ini tidak digarap secara baik disetiap
jenjang pendidikan, baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan riset. Pendidikan agama
diajarkan secara anti realitas. Padahal pluralitas kehidupan beragama merupakan realitas yang
tidak dapat dipungkiri. Akibatnya implementasi kehidupan beragama kurang dapat berIungsi
sebagai pengikat persaudaraan, menumbuhkan keariIan dan sikap rendah hati untuk saling
menghormati dalam keberbedaan. Pada akhirnya pluralitas kehidupan beragama cenderung
menjadi konIlik yang berkepanjangan.

engkritisi berbagai kelemahan pada sistem pendidikan sekolah seperti diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan di sekolah tidak mampu mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan. Padahal pada hakikatnya pendidikan adalah memanusiakan manusia, menjadikan
manusia seutuhnya. Jika pendidikan kurang mampu mewujudkan hal ini, maka tidak heran jika
banyak orang berkarakter setengah manusia, seperempat binatang dan seperempat lagi setan
(meminjam istilah Rom Topatimangsang).

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
'Apabila kita kehilangan harta, sebenarnya tidak ada yang hilang. Apabila kita kehilangan
kesehatan, ada sesuatu yang hilang. Apabila kita kehilangan watak, segalanya akan hilang.
(Soedarsono)

Pendidikan di Indonesia mencoba memIormulasikan pendidikan karakter pada pelajaran agama,
kewarganegaraan maupun budi pekerti. Pada pelaksanaannya program utamanya adalah
pengenalan nilai-nilai secara kognitiI dan penghayatan secara aIektiI. Padahal pendidikan
karakter seharusnya membawa siswa mulai dari proses gnosis sampai dengan praksis. Urutan
langkah yang harus terjadi yaitu pengenalan nilai-nilai secara kognitiI, langkah memahami dan
menghayati secara aIektiI sampai dengan langkah praksis yaitu mempraktikan. Diantara langkah
aIektiI dan praksis, harus terjadi peristiwa batin, munculnya keinginan kuat (tekad) untuk
mengamalkan/mempraktikan nilai yang dipahami. Langkah ini disebut konatiI.

engamati pelaksanaan pendidikan moral saat ini, terutama dari segi evaluasi timbul kesan
bahwa pendidikan tidak sungguh-sungguh ingin mengembangkan karakter siswa. Penilaian
aspek kognitiI relatiI lebih mudah dilaksanakan. Bagaimana dengan aspek aIektiI maupun
praksis (psikomotorik)? Dapatkah dilakukan dengan tes multiple coise? Tentu tidak. Observasi
yang sistematis adalah cara yang terbaik. Tentu saja hal ini membutuhkan komitmen, kecermatan
dan waktu yang tersedia.

Jika pendidikan karakter dianggap penting dan tidak dapat tidak harus diberlakukan dalam sistem
pendidikan sekolah, maka pendidikan karakter perlu diIormulasikan secara tepat.

PERAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN ANAK
Orangtua adalah pendidik pertama dan utama, mereka menjadi pendidik secara alamiah dan
kodrati. Orangtua menjadi pendidik bagi anaknya secara penuh waktu dan sepanjang hidup.
elalui orangtua, anak belajar menanggapi dunia luar, berinteraksi dengan teman dan
beradaptasi dengan lingkungan. Sikap orangtua berpengaruh terhadap pengembangan karakter
anak, sementara itu sikap orangtua tergantung pada pola pengasuhan yang diterima semasa kecil
dan pengaruh latihan serta pengalaman pada masa remaja dan dewasa.
Tidak semua orangtua siap menjadi pendidik bagi anaknya. Apalagi dengan berbagai kesibukan
bekerja maupun aktivitas sosial lainnya. Kondisi seperti ini disadari maupun tidak orangtua
mengalihkan tugas mendidik pada pihak lain. Seperti dikatakan oleh Neni Utami adiningsih, Ir,
.T. dalam Suara Pembaruan :
'Hanya selang 3-4 bulan sejak kelahirannya, bayi-bayi mungil itu sudah diserahkan oleh ibunya
kepada pengasuh anak atau baby sitter.. Bila tidak demikian, proses pendidikan anaknya
diserahkan pada guru. Semakin trend, anak-anak usia 4 th sudah disibukan oleh jadwal les..
Yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah seorang pengasuh cukup mumpuni dan mampu
menggantikan peran orangtua sebagai pendidik?

Pengasuh anak (pembantu rumah tangga, baby sitter) di Indonesia memiliki tingkat pendidikan
yang rendah. Tak jarang orangtua menyerahkan segala urusan anak pada pengasuh dan
mendayagunakannya untuk melayani serta melakukan apa saja bagi anak. Hasilnya adalah anak-
anak kurang mandiri, malas berupaya dan egois.

GURU MEMILIKI KESEMPATAN SEBAGAI PENENTU ARAH PERKEMBANGAN
KARAKTER SISWA
Selain orangtua, guru adalah pendidik utama bagi generasi muda. Dominasi pengaruh guru
terhadap perkembangan siswa cukup dapat dirasakan. Ketika seorang anak mulai masuk dalam
dunia sekolah, kata-kata dan perilaku guru lebih memperoleh perhatian anak dibanding kata-kata
dan perilaku orangtua. Ucapan guru diingat dan dipercaya anak sedemikian rupa, bahkan cara
guru berkata-kata dan berjalan ditiru dengan tepat. Nampaknya ungkapan lama 'guru kencing
berdiri murid kencing berlari masih relevan pada masa sekarang ini.

engamati waktu belajar siswa di sekolah (setidaknya dari kelas 4-5 SD) yang cukup panjang
ditambah aktivitas lain yang masih berkaitan dengan sekolah, maka dapat dikatakan anak-anak
menghabiskan waktu hampir sehari penuh bersama guru dan teman-teman sekolah. Sekolah
'Iullday ini akan membentuk tata pergaulan dalam suasana interaksi dan sosialisasi, dimana
gurusiswa dan antar siswa saling mempengaruhi. Interaksi guru-siswa di kelas maupun diluar
kelas memudahkan terjadinya penanaman nilai-nilai. Hal ini semakin besar pengaruhnya, apabila
guru menyadari perannya dan menempatkan siswa sebagai pribadi yang setara. Guru yang tidak
memandang rendah siswa akan dapat menciptakan interaksi antar pribadi, sehingga anak dapat
mengembangkan dan membangun kemandirian dalam interdepedensi yang wajar pada guru dan
lingkungan. Dengan demikian anak mampu menemukan identitas diri lengkap dengan
pengenalan kelebihan dan kekurangan, seraya menghargai serta menghormati orang lain dalam
segala kapasitas yang dimiliki.

Guru sebagai pendidik di sekolah, telah dipersiapkan secara Iormal dalam lembaga pendidikan
guru. Didalam lembaga ini guru juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik
dan diharapkan dapat menghayati tugasnya sebagai suatu panggilan.

Paul Suparno dalam buku Pendidikan anusia Indonesia, mengatakan:
'Pekerjaan disebut panggilan hidup bila pekerjaan itu mengembangkan orang lain kearah
kesempurnaan. Ini berarti guru pertama-tama harus mengembangkan anak didik yang dibimbing
untuk berkembang menjadi sempurna baik dalam bidang pengetahuan maupun kehidupan yang
lebih menyeluruh..

Dalam pengertian diatas, jika dibandingkan dengan realitas yang ada, tampak bahwa sebagian
besar guru belum menghayati tugasnya sebagai panggilan hidup. asih banyak yang menghayati
pekerjaannya semata-mata sebagi lapangan kerja untuk mencari naIkah. Terlebih lagi jika
menjadi guru karena terpaksa, tidak memperoleh pekerjaan dibidang lain. Karena itu wajar jika
masih banyak guru yang tidak berdedikasi dalam tugasnya. Guru datang ke sekolah, memenuhi
tugas mengajar tanpa mempedulikan perkembangan siswa. Akibatnya siswa terlantar, kurang
perhatian dan tidak berkembang kearah kesempurnaan sesuai tingkat perkembangannya.

USULAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
Berdasarkan uraian di atas, jika pendidikan karakter dipandang sebagai pendidikan yang penting
untuk segera dilaksanakan, penulis mengusulkan strategi pendidikan karakter sebagai berikut:
Pendidikan karakter berpusat pada guru dan dilaksanakan secara rutin, satu hari dalam satu
minggu, tanpa menambah hari belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah:

1. Penguatan kapasitas guru sebagai pendidik
elalui seminar, training, workshop dan lain-lain, yang pada hakikatnya bertujuan agar guru
menyadari tugas panggilanya sebagai pendidik, mengembangkan etos kerja yang benar dan
memiliki paradigma baru terhadap pendidikan dan pendidik.

. Pengembangan kurikulum sekolah
Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), peluang pengembangan kurikulum
terbuka lebar. Yang dikuatirkan menjadi penghambat justru penyelenggara pendidikan dan para
guru sendiri. Karenanya langkah awal di atas perlu dilakukan lebih dulu. Dengan pengembangan
kurikulum diharapkan proses pembelajaran (akademis) dapat diselenggarakan dalam waktu
empat hari.

3. Penyusunan kurikulum pendidikan karakter
Agar tidak kembali terjebak seperti pada pendidikan moral, maka kurikulum
pendidikan karakter harus sungguh-sungguh dapat direalisasikan oleh setiap pribadi di sekolah
dan dirasakan oleh seluruh lingkungan siswa.

Pokok-pokok kurikulum dan aktivitas pendidikan karakter:
a.Pembelafaran umum
Dilakukan secara bersama (semua jenjang atau perjenjang kelas), dengan aktivitas: seminar, talk
show, kesaksian, demonstrasi (seni, OR, ketrampilan, kreativitas, dan lain-lain yang sudah
dimiliki siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun mandiri). Tujuan: enambah wawasan,
mengembangkan adversity question, spiritual question. Pengenalan diri dan kemampuan
mengeksplorasi diri serta penghargaan terhadap kemampuan orang lain.

b.Pembelafaran klasikal
Dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode dan topik yang mengacu pada kompetensi
dasar:
1). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan Tuhan
2). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan diri sendiri
3). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan keluarga
4). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan alam sekitar.

c.Pembelafaran lapangan/pendidikan berbasis masyarakat/sekolah alam
Program kegiatan: live in, bakti sosial, Camp (perkemahan), sanggar belajar cantrik.
Tujuan: agar siswa mengenal dan mampu beradaptasi serta berinteraksi secara sehat dengan
masyarakat yang heterogen tanpa kehilangan identitas diri. eningkatkan dan mewujudkan
kepedulian dan kepekaan sosial. engenal dan mampu beradaptasi serta memanIaatkan
lingkungan bagi kesejahteraan hidup. engembangkan minat dan menumbuhkan motivasi
instrinsik serta dapat mengembangkan dan memperoleh pengalaman bekerja.

d.Pendampingan mentor
Penunjukan siswa senior untuk dapat memberikan pendampingan terhadap
yuniornya dalam menghadapi berbagi problematika pengembangan diri dan pergaulan. Tujuan:
melatih kemandirian dan memupuk rasa tanggung jawab. ampu memahami perasaan dan
masalah orang lain serta mendengarkan ide-ide dan mengatasi masalah secara bertanggung
jawab. eningkatkan rasa percaya diri dan hubungan yang mendalam serta penerimaan apa
adanya terhadap orang lain. emperdalam pemahaman nilai-nilai moral dan kebenaran.

e.Belafar membelafarkan
Aktivitas dilakukan dalam kelompok kecil di kelas dengan membahas topik-topik
permasalah/isu-isu up to date dalam diri siswa dan di masyarakat. Guru bertindak sebagai
pengamat. Tujuan: memupuk dan mengembangkan cara berpikir kritis, kreatiI, etis dan
menghargai orang lain. engembangkan rasa percaya diri, berani namun sopan. enguatkan
nilai-nilai moral dan kebenaran yang telah dimiliki.
Sistem evaluasi pendidikan karakter:
Evaluasi pendidikan karakter mencakup 3 aspek kecerdasan:
a.KognitiI: melalui obyektiI test dan essay test
b.AIekti dan konatiI: melalui essay test dan pengamatan
c.Psikomotorik: melalui pengamatan

. Parenting development
elibatkan orangtua dalam program-program pendidikan karakter dan secara khusus dalam
aktivitas kelompok guru-siswa-orangtua. Tujuan: meningkatkan wawasan dan kemampuan
orangtua dalam mendidik dan mengembangkan karakter anak. enjalin hubungan dan
kebersamaan guru-siswa-orangtua. eningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap peran
masing-masing pribadi. Serta mengatasi situasi konIlik melalui problem solving dan
menghindari penggunaan paksaan dan manipulasi.

. Community development
elibatkan masyarakat, dimana aktivitas pendidikan karakter dilaksanakan.
Tujuan: masyarakat dapat memahami dan secara aktiI terlibat dalam program pendidikan
karakter. Tidak terjadi ketercerabutan sekolah dari masyarakat sehingga sekolah memiliki
kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat.
Hakikat pendidikan, memanusiakan manusia akan dapat terwujud jika penyelenggaraan
pendidikan dapat berjalan secara seimbang. Sebaik apapun kurikulum pendidikan beserta
perangkat penunjangnya, tidak akan berarti jika pelaksana pendidikan, secara khusus guru,
kurang dapat menghayati tugasnya sebagai panggilan hidup yang mulia. Kesempatan dalam
berbagai bentuk akan lewat begitu saja, tanpa membawa pengaruh bagi pengembangan kualitas
karakter siswa.























[[[[[
karakLer adalah cara berplklr dan berperllaku yang men[adl clrl khas Llap lndlvldu unLuk hldup dan
beker[asama balk dalam llngkup keluarga masyarakaL bangsa dan negara lndlvldu yang berkarakLer
balk adalah lndlvldu yang blsa membuaL kepuLusan dan slap memperLanggung[awabkan Llap aklbaL darl
kepuLusan yang la buaL

embenLukan karakLer merupakan salah saLu Lu[uan pendldlkan naslonal asal l uu Slsdlknas Lahun
2003 menyaLakan bahwa dl anLara Lu[uan pendldlkan naslonal adalah mengembangkan poLensl peserLa
dldlk unLuk memlllkl kecerdasan keprlbadlan dan akhlak mulla

Amanah uu Slsdlknas Lahun 2003 lLu bermaksud agar pendldlkan Lldak hanya membenLuk lnsan
lndonesla yang cerdas namun [uga berkeprlbadlan aLau berkarakLer sehlngga nanLlnya akan lahlr
generasl bangsa yang Lumbuh berkembang dengan karakLer yang bernafas nllalnllal luhur bangsa serLa
agama

endldlkan yang berLu[uan melahlrkan lnsan cerdas dan berkarakLer kuaL lLu [uga pernah dlkaLakan ur
MarLln LuLher klng yaknl lnLelllgence plus characLer LhaL ls Lhe goal of Lrue educaLlon (kecerdasan
yang berkarakLer adalah Lu[uan akhlr pendldlkan yang sebenarnya)

Memahaml endldlkan karakLer
endldlkan karakLer adalah pendldlkan budl pekerLl plus yalLu yang mellbaLkan aspek pengeLahuan
(cognlLlve) perasaan (feellng) dan Llndakan (acLlon) MenuruL 1homas Llckona Lanpa keLlga aspek lnl
maka pendldlkan karakLer Lldak akan efekLlf

uengan pendldlkan karakLer yang dlLerapkan secara slsLemaLls dan berkelan[uLan seorang anak akan
men[adl cerdas emoslnya kecerdasan emosl lnl adalah bekal penLlng dalam memperslapkan anak
menyongsong masa depan karena seseorang akan leblh mudah dan berhasll menghadapl segala macam
LanLangan kehldupan Lermasuk LanLangan unLuk berhasll secara akademls

1erdapaL sembllan pllar karakLer yang berasal darl nllalnllal luhur unlversal yalLu perLama karakLer
clnLa 1uhan dan segenap clpLaannya kedua kemandlrlan dan Langgung[awab keLlga
ke[u[uran/amanah dlplomaLls keempaL hormaL dan sanLun kellma dermawan suka Lolongmenolong
dan goLong royong/ker[asama keenam percaya dlrl dan peker[a keras keLu[uh kepemlmplnan dan
keadllan kedelapan balk dan rendah haLl dan kesembllan karakLer Loleransl kedamalan dan
kesaLuan

kesembllan pllar karakLer lLu dla[arkan secara slsLemaLls dalam model pendldlkan hollsLlk menggunakan
meLode knowlng Lhe good feellng Lhe good dan acLlng Lhe good knowlng Lhe good blsa mudah
dla[arkan sebab pengeLahuan berslfaL kognlLlf sa[a SeLelah knowlng Lhe good harus dlLumbuhkan
feellng lovlng Lhe good yaknl bagalmana merasakan dan menclnLal keba[lkan men[adl englne yang blsa
membuaL orang senanLlasa mau berbuaL sesuaLu kebalkan Sehlngga Lumbuh kesadaran bahwa orang
mau melakukan perllaku keba[lkan karena dla clnLa dengan perllaku keba[lkan lLu SeLelah Lerblasa
melakukan keba[lkan maka acLlng Lhe good lLu berubah men[adl keblasaan

uasar pendldlkan karakLer lnl sebalknya dlLerapkan se[ak usla kanakkanak aLau yang blasa dlsebuL para
ahll pslkologl sebagal usla emas (golden age) karena usla lnl LerbukLl sangaL menenLukan kemampuan
anak dalam mengembangkan poLenslnya Pasll penellLlan menun[ukkan bahwa seklLar 30 varlablllLas
kecerdasan orang dewasa sudah Ler[adl keLlka anak berusla 4 Lahun enlngkaLan 30 berlkuLnya Ler[adl
pada usla 8 Lahun dan 20 slsanya pada perLengahan aLau akhlr dasawarsa kedua uarl slnl sudah
sepaLuLnya pendldlkan karakLer dlmulal darl dalam keluarga yang merupakan llngkungan perLama bagl
perLumbuhan karakLer anak

namun bagl sebaglan keluarga barangkall proses pendldlkan karakLer yang slsLemaLls dl aLas sangaL
sullL LeruLama bagl sebaglan orang Lua yang Ler[ebak pada ruLlnlLas yang padaL karena lLu seyogyanya
pendldlkan karakLer [uga perlu dlberlkan saaL anakanak masuk dalam llngkungan sekolah LeruLama
se[ak play group dan Laman kanakkanak ul slnllah peran guru yang dalam fllosofl !awa dlsebuL dlgugu
lan dlLlru dlperLaruhkan karena guru adalah u[ung Lombak dl kelas yang berhadapan langsung dengan
peserLa dldlk

uampak endldlkan karakLer
Apa dampak pendldlkan karakLer Lerhadap keberhasllan akademlk? 8eberapa penellLlan bermunculan
unLuk men[awab perLanyaan lnl 8lngkasan darl beberapa penemuan penLlng mengenal hal lnl
dlLerblLkan oleh sebuah buleLln CharacLer LducaLor yang dlLerblLkan oleh CharacLer LducaLlon
arLnershlp

ualam buleLln LersebuL dluralkan bahwa hasll sLudl ur Marvln 8erkowlLz darl unlverslLy of Mlssourl SL
Louls menun[ukan penlngkaLan moLlvasl slswa sekolah dalam meralh presLasl akademlk pada sekolah
sekolah yang menerapkan pendldlkan karakLer kelaskelas yang secara komprehenslf LerllbaL dalam
pendldlkan karakLer menun[ukkan adanya penurunan drasLls pada perllaku negaLlf slswa yang dapaL
menghambaL keberhasllan akademlk

Sebuah buku yang ber[udul LmoLlonal lnLelllgence and School Success (!oseph Zlns eLal 2001)
mengkompllaslkan berbagal hasll penellLlan LenLang pengaruh poslLlf kecerdasan emosl anak Lerhadap
keberhasllan dl sekolah ulkaLakan bahwa ada sedereL fakLorfakLor reslko penyebab kegagalan anak dl
sekolah lakLorfakLor reslko yang dlsebuLkan LernyaLa bukan LerleLak pada kecerdasan oLak LeLapl pada
karakLer yalLu rasa percaya dlrl kemampuan beker[a sama kemampuan bergaul kemampuan
berkonsenLrasl rasa empaLl dan kemampuan berkomunlkasl

Pal lLu sesual dengan pendapaL uanlel Coleman LenLang keberhasllan seseorang dl masyarakaL LernyaLa
80 persen dlpengaruhl oleh kecerdasan emosl dan hanya 20 persen dlLenLukan oleh kecerdasan oLak
(lC) Anakanak yang mempunyal masalah dalam kecerdasan emoslnya akan mengalaml kesullLan
bela[ar bergaul dan Lldak dapaL mengonLrol emoslnya Anakanak yang bermasalah lnl sudah dapaL
dlllhaL se[ak usla prasekolah dan kalau Lldak dlLanganl akan Lerbawa sampal usla dewasa Seballknya
para rema[a yang berkarakLer akan Lerhlndar darl masalahmasalah umum yang dlhadapl oleh rema[a
seperLl kenakalan Lawuran narkoba mlras perllaku seks bebas dan sebagalnya

8eberapa negara yang Lelah menerapkan pendldlkan karakLer se[ak pendldlkan dasar dl anLaranya
adalah Amerlka SerlkaL !epang Clna dan korea Pasll penellLlan dl negaranegara lnl menyaLakan
bahwa lmplemenLasl pendldlkan karakLer yang Lersusun secara slsLemaLls berdampak poslLlf pada
pencapalan akademls

Selrlng soslallsasl LenLang relevansl pendldlkan karakLer lnl semoga dalam wakLu dekaL Llap sekolah blsa
segera menerapkannya agar nanLlnya lahlr generasl bangsa yang selaln cerdas [uga berkarakLer sesual
nllalnllal luhur bangsa dan agama*

Anda mungkin juga menyukai