Anda di halaman 1dari 5

Proses Penawaran Saham Perdana atau IPO dan Strategi Penerapan Keuntungannya.

Selasa, 28 Desember 2010 7.57 WB


(Vibiznews Stocks) nitial Public Offering (PO) merupakan suatu proses mengeluarkan saham baru kepada
investor publik untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada investor ritel untuk
dapat menanamkan investasi ke dalam perusahaan tersebut dan sahamnya nantinya dapat diperdagangkan di
pasar sekunder. PO biasanya dilakukan perusahaan untuk dapat meningkatkan transparansi proses kerja
perusahaan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pemangku kepentingan atas kinerja
perusahaan tersebut baik investor, pemerintah, bapepam dll.

Perusahaan yang menerbitkan saham ke publik untuk pertama kalinya disebut emiten. Saham yang diterbitkan
ke publik biasanya merupakan common stocks bukan preferred stocks. Common stocks merupakan jenis saham
biasa yang digunakan untuk memiliki hak kepemilikkan atas perusahaan emiten tersebut dan dapat menerima
deviden dari emiten pada akhir tahun jika emiten tersebut membagikan dividen ke para pemegang saham.
Sedangkan preferred stocks merupakan saham utama yang digunakan sebagai tanda kepemilikan perusahaan
emiten dan investor pasti akan mendapatkan sejumlah deviden yang nilainya sudah ditentukan sebelumnya.
Serta preferred stocks akan mendapatkan hak modalnya terlebih dahulu setelah pemberi hutang dan sebelum
pemegang common shares jika sewaktu waktu perusahaan tersebut bangkrut atau di likuidasi.

Emiten dalam menerbitkan sahamnya biasanya dibantu oleh underwriter yang merupakan investment bankers.
Emiten biasanya menggunakan jasa underwriter untuk menerbitkan saham untuk menetapkan harga yang cocok
untuk dapat ditawarkan dan timing saham tersebut diterbitkan.

Emiten dapat menggunakan jasa underwriter yang terdiri dari hanya satu investment bankers ataupun dari
sindikasi investment bankers yang dipimpin oleh satu Lead Underwriter. Underwriternya juga dapat berasal baik
dari dalam dan luar negeri emiten tersebut berasal. Penunjukkan tersebut berdasarkan strategi yang digunakan
oleh emiten atas proses POnya. Berikut contoh emiten yang melakukan PO pada 2010 berdasarkan
underwriternya.

Bank Sinarmas Tbk (BSM) melakukan PO pada tanggal 13 Desember 2010 dan harga sahamnya ditetapkan
sebesar Rp 150 per lembar saham. Underwriter yang ditunjuk hanya 1 dan berasal dari dalam negeri yaitu PT
Sinarmas Sekuritas yang masih dalam satu grup dengan BSM.

Krakatau Steel Tbk (KRAS) melakukan PO pada tanggal 10 November 2010 di tingkat harga Rp 850 per lembar
saham. KRAS menunjuk PT Bahana Securities, PT Mandiri Securities dan PT Danareksa Sekuritas yang
kesemuanya berasal dari dalam negeri.

ndofood CBP Sukses Makmur Tbk (CBP) melakukan PO pada tanggal 7 Oktober 2010 di tingkat harga Rp
5.395 per lembar saham. CBP menggunakan empat underwriter yang berasal dari luar negeri seperti PT Kim
Eng Securities, PT Credit Suisse Securities ndonesia dan PT Deutsche Securities sedangkan PT Mandiri
Sekuritas sebagai satu satunya yang berasal dan dalam negeri.

nvestor dalam melakukan investasi ke dalam perusahaan yang sebelumnya belum diketahui track recordnya
pada saat sulit. Proses analisa fundamental kadang sulit dilakukan dengan menghitung Discounted Cash Flow,
menilai aksi korporasi yang akan dilakukan pada masa mendatang, menghitung keadaan emiten dengan pasar
melalui berbagai macam analisa, memperkirakan up and down kinerja pasar atau emiten dan metode lain lain
sangatlah sulit. Karena penghitungan fundamental kadang harus dilakukan secara dalam dan kadang
membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit.

Melakukan analisa teknikal harga sahamnya pada awal PO juga sangat tidak mungkin. Karena analisa teknikal
yang berpegang pada pola pergerakan harga masa lalu tidak dapat dilihat karena saham tersebut baru saja akan
diterbitkan ke publik.

Dalam proses PO investor dapat memanfaatkan karakteristiknya sehingga mendapatkan keuntungan dari situ.
Karakteristik PO biasanya pergerakan harga saham saat melakukan PO biasanya langsung melonj ak pada saat
awal diperdagangkan dipasar sekunder atau Bursa Efek ndonesia (BE). Berikut emiten yang melakukan PO
pada 2010.




Pada Tabel 1 terlihat jika dari 22 saham yang listing pada 2010 20 sahamnya langsung mengalami pelonjakkan
harga pada saat harga pembukaan. Secara rata-rata harga saham pada saat PO dengan harga pembukaannya
langsung melonj ak sebesar 19,29%. Hanya 2 saham yang harganya tidak langsung melesat pada saat
pembukaan yaitu PT ndopoly Swakarsa ndustry Tbk (POL) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang
masing-masing harganya tidak mengalami perubahan. POL merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang
kemasan dan EMTK merupakan perusahaan teknologi informasi.

PT Evergreen nvesco Tbk (GREN) merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha distributor kapas dan
kapas sintetis. GREN menjadi pemimpin kenaikan harga pada saat pembukaan setelah langsung melesat
52,38% ke level Rp 160 per lembar saham dibandingkan dengan harga POnya sebesar Rp 105 per lembar
saham. GREN pada saat penutupan juga mengalami pelonj akkan lebih jauh dan ditutup di level Rp 178 atau naik
69,52% dibandingkan harga PO.

PT Midi Utama Tbk (MD) menyusul setelah harga sahamnya langsung melonjak 40% menjadi Rp 385 pada
saat pembukaan dibandingkan dengan harga PO sebesar Rp 275. Pada saat penutupan MD agak lebih rendah
dibandingkan pada saat opening setelah ditutup di level Rp 380 atau hanya naik 38,18%. MD merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang ritel yang telah didirikan pada tahun 2007. MD yang memiliki outlet
Alfamidi dan Alfa Express.

Saham yang pada saat penutupan melonjak paling tinggi adalah PT Bank Sinarmas (BSM). Sentimen
perbankan yang positif mungkin mampu menyumbangkan peningkatan 70% kepada anak usaha Sinar Mas Grup
saat penutupan. BSM yang harga pembukaannya hanya meningkat 20% di level Rp 180 dibandingkan PO Rp
150 ternyata terus melesat lebih tinggi pada saat penutupan.

Sedangkan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WNS) sahamnya pada saat penutupan anjlok 6,58% ke level
Rp 355 walau harga POnya di level Rp 385. Perusahaan yang bergerak pada transportasi minyak dan gas ini
harga sahamnya sempat menanjak ke level Rp 475 pada saat pembukaan atau naik 25%.

Pada saat penutupan sebanyak 1 saham mengalami penurunan harga saham dibandingkan harga PO, 8 saham
mengalami penurunan harga saat penutupan dibandingkan harga pembukaannya dan 14 saham saat penutupan
meningkat lebih jauh dibandingkan harga pembukaanya.

Berikut adalah persentase pergerakan harga saham setelah H+3 dari PO.




Pada Grafik 1 terlihat semua saham masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada saat PO. Kenaikan
setelah hari pertama terlihat harga sahamnya langsung mengalami penurunan. Kenaikan yang paling tinggi
hingga H+3 pasca PO diperoleh oleh BSM.

Sentimen positif perbankan saat BSM di tercatat pertama kali pada 13 Desember 2010 sepertinya juga ikut
membantu kenaikan harga saham BSM. BSM yang PO seharga Rp 150 sempat mengalami kenaikan
tertingginya pada 17 Desember di level Rp 590 walau pada hari yang sama ditutup mengalami koreksi hingga ke
level Rp 445.




PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WNS) sahamnya mengalami penurunan yang paling rendah pada Grafik 2
setelah pada hari ke 2 perdagangan ditutup turun 17,11% di level Rp 315 sedangkan harga POnya Rp 380.
Padahal WNS pada hari pertama perdagangan sahamnya langsung dibuka melesat 25% ke level Rp 475.

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) merupakan salah satu emiten batu-bara
yang ditunggu-tunggu pasar karena harga minyak yang semakin membumbung tinggi. Hingga pasca H+3 PO
sahamnya masih membukukan kenaikan dibandingkan saat PO. Secara rata-rata BRAU naik 12,92% dan
HRUM naik 4,17% hingga H+3 perdagangan.




PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) bergerak dalam bidang pembangunan tower teleomunikasi. TOWR
membangun tower tersebut, mengoperasikannya dan menyewakannya kepada para perusahaan telekomunikasi.
TOWR hingga H+3 sahamnya terus melesat yang secara rata-rata sahamnya mengalami kenaikan sebesar
89,84%.

PT Golden Retailindo Tbk (GOLD) perusahaan ritel dan PT Skybee Tbk (SKYB) perusahaan jasa dan produk
teknologi telekomunikasi menyusul penguatan harga hingga H+3 pasca PO. GOLD secara rata-rata mengalami
kenaikan 59,05% dan SKYB naik 61,78%.

Terlihat jika secara rata-rata harga saham hingga H+3 mayoritas masih membukukan kenaikan lebih tinggi
dibandingkan harga PO. Walau ada beberapa saham yang lebih rendah dibandingkan saat PO seperti yang
dialami WNS ditutup di level Rp 355 atau lebih kecil pada saat PO yang Rp 380.

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) perusahaan solusi teknologi informasi hingga H+3 sahamnya juga
lebih rendah dibandingkan PO di harga Rp 700 dibandingkan Rp 720 saat PO.

Terlihat oleh para investor untuk dapat membukukan capital gain lebih tinggi hingga H+3, emiten baru pada 2010
sebanyak 19 saham mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan saat PO. 1 saham tidak berubah yang
dialami oleh PT ndopoly Swakarsa ndustry Tbk. (POL) dan 2 saham lebih rendah yaitu WNS dan EMTK
dibandingkan harga POnya.

Tetapi investor dapat secara pasti untuk memiliki keuntungan jika investor ikut dalam proses pembelian saham
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Setelah membeli saham tersebut di pasar perdana
maka investor langsung menjual saj a saham tersebut pada harga pembukaan hari pertama saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder.

Melakukan analisa kecil kecilan seperti melihat PER atau PBV harga saham tersebut saat PO dapat dilakukan
untuk dapat meningkatkan peluang harga sahamnya akan mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan saat
PO.

Tetapi dalam jangka panj ang harga saham tersebut masih dapat berubah dengan meningkat lebih jauh atau
malah turun lebih dalam. Melesatnya harga saham saat pembukaan hari pertama PO sehingga memunculkan
istilah nstant Profit Overnight karena investor langsung dapat membukukan keuntungan. Berikut analisa dari
saya terima kasih atas perhatiannya.

(Arnendra Vimardano/AV/vbn)

Anda mungkin juga menyukai